Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/324418609

INDONESIA MENUJU POROS MARITIM DUNIA

Article · April 2018

CITATION READS

1 1,598

1 author:

Hendra Manurung
President University
113 PUBLICATIONS   20 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Indonesia Tourism Diplomacy View project

the foreign policy of China View project

All content following this page was uploaded by Hendra Manurung on 10 April 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Seminar Nasional Pakar ke 1 Tahun 2018 ISSN (P) : 2615 - 2584
Buku 2 ISSN (E) : 2615 - 3343

INDONESIA MENUJU POROS MARITIM DUNIA

Hendra Manurung
E-mail: h_manurung2002@president.ac.id

Abstrak
Gagasan Poros Maritim Dunia Indonesia harus dibangun lewat konsepsi yang
kuat dan implementatif secara ekonomi politik internasional.Konsepsi itu
dapat menjadi arah, kaidah pokok dan paradigma bersama semua pemangku
kepentingan untuk memosisikan Indonesia sebagai negara inti dan pusat
gravitasi ekonomi kemaritiman dunia. Ada tiga terobosan yang dapat
dilakukan pemerintah, yaitu: Pertama, di level global, Indonesia mampu
menjadi negara inti kemaritiman dunia karena letak geografisnya yang
strategis dan dukungan kekayaan sumber daya alam maritim sebagai sektor
basis, dimana sektor basis non-maritim sebagai bagian pendukung poros
maritim dunia yang mampu mempengaruhi sistem internasional (geostrategic);
Kedua, di level regional, pemerintah perlu menetapkan pusat-pusat gravitasi
ekonomi maritim diikuti dengan penentuan sektor berbasis komoditas barang
dan jasa bernilai vital dan strategis dalam dinamika ekonomi internasional
dan perdagangan regional (geoeconomics). PMD Indonesia harus dikondisikan
untuk saling mendukung dengan jalur sutra maritim Tiongkok; Ketiga, di
level nasional, PMD Indonesia harus mampu membangun dan
memberdayakan ekonomi masyarakat pesisir yang menetap di wilayah
perbatasan dengan negara tetangga dan pulau-pulau terluar.Indonesia
sebagai negara kepulauan terbesar di dunia harus menuju kedaulatan
ekonomi politik di lautan Nusantara sesuai amanat Pasal 33 UUD 1945
(geopolitics).

Kata kunci: poros maritim dunia, ekonomi politik internasional, Indonesia, negara maritim,
kedaulatan

Pendahuluan
Dalam sejarah negeri ini sejak kemerdekaannya 72 tahun lalu, bangsa ini hanya pernah
memiliki dua presiden yang berorientasi sekaligus berani menempatkan Indonesia
sebagai negara pemain daripada sekadar negara penonton dalam konstelasi pergerakan
politik dan pertahanan keamanan kawasan dan dunia. Kedua presiden adalah Soekarno
dan Joko Widodo (Jokowi).Pembangunan maritim tidak bisa dilakukan serba instan.
Untuk mengoptimalkan pembangunan maritim di tingkat nasional, regional dan global,
dan khususnya dalam mencapai Poros Maritim Dunia dibutuhkan arah, orientasi, strategi
dan antisipasi pembangunan yang efektif, konsisten dan berkelanjutan.

Diperlukan berbagai upaya, keunggulan sumber daya, posisi strategis dan geopolitik
yang perlu diarahkan untuk menjawab tantangan demi mewujudkan keunggulan
Indonesia. Implikasi dari sebuah negara yang berkehendak menjadi aktor kelas kawasan,
terlebih kelas dunia, adalah harus terwujudnya pembangunan kekuatan militer yang
bersifat „outward looking‟, yaitu kemampuan militer yang dipersiapkan untuk
menghadang dan menghampiri ancaman serta lawan jauh melampaui batas terluar
negara tersebut.

147
Seminar Nasional Pakar ke 1 Tahun 2018 ISSN (P) : 2615 - 2584
Buku 2 ISSN (E) : 2615 - 3343

Pada era kepemimpinan Soekarno (1945-1966), Indonesia dikenal sebagai negara terkuat
di bumi bagian selatan serta memiliki efek deterrence yang kuat dari sisi politik. Dengan
anggaran pertahanan mencapai 29% dari PDB, kekuatan militer kita memungkinkan
kebijakan politik Soekarno terkait akan harga diri, kehormatan martabat, pertahanan dan
keamanan bangsa, serta didukung oleh ketangguhan pasukan militer.

Presiden Soekarno dan Jokowi sadar bahwa salah satu upaya agar negara mampu
mengamankan jalur laut Nusantara dan sumber daya laut adalah memiliki kekuatan AL
yang mampu menempati 12 lautan yang dimiliki negeri ini, menguasai titik-titik strategis
penting pulau-pulau, choke points Malaka, dan 39 selat lainnya yang baik langsung
ataupun tidak merupakan jalur utama pendukung kepentingan perdagangan, pergerakan
sumber daya energi dan supply makanan (Sea Lanes of Trade/SLOT) serta merupakan jalur
utama suprastrategis militer (Sea Lanes of Communications/SLOC).

Diyakini, hampir setiap negara normal memahami tentang pentingnya urat nadi lautan
ini dan akan berusaha keras untuk memiliki AL besar sekaligus modern untuk
mengantisipasi titik-titik strategis tersebut. Dalam sejarah militer dunia, kita dapat
menemukan bahwa masalah teritorial darat, laut maupun udara menjadi penyebab
konflik paling sering terjadi antar bangsa.

Berakhirnya Era Pasifik Damai


Dalam sistem negara modern, faktor munculnya sengketa teritorial dipercaya akan
muncul justru dari negara tetangga. Sengketa Laut Tiongkok Selatan hanya berbicara
tentang 9 titik krusial keamanan maritim kawasan. Banyak di antara kita yang tidak
menyadari bahwa justru terdapat sekitar 51 titik yang berpotensi menimbulkan
ketegangan di antara negara kawasan dan patut dicatat, sebagian besar dari 51 titik itu
berada di garis batas laut Indonesia dengan negara tetangga. Kompetisi yang terjadi di
Asia memiliki potensi besar untuk meningkat menjadi perang sesungguhnya, yang
sebagian besar disebabkan oleh kompetisi segitiga pertumbuhan ekonomi yang
berdampak pada peningkatan kebutuhan akan energi di mana kebutuhan akan energi
otomatis mendorong terjadinya penguatan angkatan bersenjata dan belanja militer.

Belanja militer kian meningkat seiring pertumbuhan ekonomi negara yang selalu harus
dipastikan terjaga aman. Pada Forum Keamanan Dunia 2014 di Munchen, Kissinger
mengatakan bahwa situasi Asia saat ini menyerupai Eropa pada abad ke-19. Robert
Kaplan, penasihat beberapa Presiden AS, malah menganggap bahwa era Pasifik yang
damai (Mare Pacificum) telah berakhir, diikuti kemungkinan munculnya perang terbuka di
Asia. Hal ini dapat juga dilihat dari pengeluaran militer Australia, China, Korea Selatan,
Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Selandia Baru pada 2013 yang mencapai dua
kali lebih besar dari pengeluaran mereka di 2003. Pertumbuhan anggaran pertahanan
negara-negara Asia di dekade pertama abad 21 juga terbukti 3 kali lebih cepat,
dibandingkan dengan negara anggota NATO.

Tahun 2018 menandai dua pertiga implementasi kebijakan luar negeri pemerintahan
Jokowi-JK yang dibingkai dalam Visi Misi Poros Maritim Dunia.Indonesia ingin dijadikan
sebagai negara kepulauan dan bangsa maritim kuat, stabil, dan sejahtera sehingga dapat
memainkan peran signifikan di kancah regional Asia Pasifik dan Samudra Hindia (Indo-
Pacific).Tulisan ini bertujuan menjelaskan bagaimana Indonesia mampu mewujudkan
poros maritim dunia mengimbangi ekspansi jalur sutra baru Tiongkok yang digagas oleh
Xi Jin Ping. Rencana aksi poros maritim dunia mencakup lima agenda prioritas. Pertama,
mempercepat upaya diplomasi penyelesaian konflik perbatasan, termasuk wilayah darat,

148
Seminar Nasional Pakar ke 1 Tahun 2018 ISSN (P) : 2615 - 2584
Buku 2 ISSN (E) : 2615 - 3343

dengan 10 negara tetangga; Kedua, melindungi teritori laut nasional (Kedaulatan NKRI);
Ketiga, menjaga kekayaan sumber daya alam di dalam Zona Ekonomi Eksklusif
(Diplomasi Ekonomi); Keempat, mengintensifkan diplomasi pertahanan (Diplomasi
Maritim); Kelima, mendorong resolusi damai konflik internasional melibatkan negara-
negara besar di kawasan Indo-Pasifik. Program aksi yang berdimensi kompleks, mulai
dari hukum, politik, ekonomi, keamanan, hingga pertahanan.Diperlukan sebuah
instrumen kerja diplomasi kreatif, aplikatif, dan efektif.

Kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia memberantas IUU fishing bisa
menjadi indikator bagaimanaIndonesia memosisikan letak geografisnya sebagai negara
inti supaya mampu menguasai pengelolaan sumber daya ikan dan menegakkan
kedaulatan ekonomi RI di lautan sesuai Pasal 33 UUD 1945. Indonesia malah
mengundang pihak asing berinvestasi di Indonesia dalam bidang perikanan tangkap,
budi daya, pulau-pulau kecil, dan eksplorasi migas offshore serta membangun kota
pantai lewat proyek reklamasi. Artinya, kebijakan semacam itu bukan memosisikan diri
sebagai negara maritim inti (core maritime state), melainkan sebagai negara pinggiran
(peripheral maritime state) di sektor penguasaan kemaritiman.

Persoalan luar negeri selalu menjadi hirauan serius dimana terjadi eskalasi ketegangan
antarnegara yang bersengketa di wilayah Laut Tiongkok Selatan. Eskalasi konflik dipicu
oleh tindakan provokatif Beijing yang tidak menghiraukan Hukum Internasional,
kedaulatan, dan kepentingan negara lain. Bahkan, pada Maret 2016 sempat terjadi insiden
di perairan Natuna yang diklaim sebagai bagian wilayah kedaulatan Tiongkok (nine dash
line). Tindakan responsif Jakarta hanya meliputi tiga komponen, yakni protes kepada
Tiongkok yang telah melanggar yurisdiksi Indonesia; desakan agar Tiongkok mematuhi
norma Hukum Internasional berdasarkan UNCLOS 1982; dan mengajak semua pihak
yang berurusan dengan Tiongkok agar duduk bersama mencari solusi permanen.
Hasilnya, Tiongkok menolak ajakan dialog secara multilateral dan tetap kukuh pada
pendirian bahwa wilayah kedaulatan Tiongkok meliputi wilayah Natuna.Artinya,
Indonesia belum berhasil mewujudkan agenda poros maritim di Laut Tiongkok Selatan.

Ketegangan hubungan antara Jakarta dan Beijing menggambarkan bagaimana masalah


muncul dengan negara tetangga, disusul dengan berbagai persoalan lainnya. Contohnya
aksi penculikan WNI di Laut Sulu, perompakan di Selat Malaka, penyelundupan senjata,
narkotika, dan manusia lewat Laut Andaman, hingga isu perlombaan kekuatan angkatan
laut di antara negara maritim seperti Amerika Serikat, India, Rusia, dan tentu saja
Tiongkok di Indo-Pasifik. Kesemuanya menyimpan konsekuensi, baik potensial maupun
aktual, terhadap implementasi agenda Poros Maritim Dunia Indonesia.Hingga kini belum
terlihat bagaimana strategi yang dimiliki Indonesia dan telah dilaksanakan oleh jajaran
diplomasi.Masyarakat mengerti bahwa banyak hal terkait diplomasi tidak bisa
disampaikan secara terbuka, diliput media, dan dijelaskan dengan terperinci karena
menyangkut aspek kerahasiaan negara serta implikasi taktis. Setidaknya terdapat tanda-
tanda perubahan cara pandang dan penerapan kebijakan yang dapat diamati sebagai
perwujudan agenda poros maritim dunia.

Kedaulatan Maritim
Indonesia harus punya kualitas kepemimpinan nasionalkonsisten dan berkelanjutan
dalam mewujudkan poros maritim dunia.Sebagai inisiator poros maritim dunia, Presiden
Jokowi seharusnya memberi perhatian dan dukungan lebih besar dan nyata kepada
upaya diplomasi poros maritim.Selama ini presiden justru menunjukkan sikap pasif dan
kurang tertarik terhadap perkembangan internasional secara umum dan khususnya

149
Seminar Nasional Pakar ke 1 Tahun 2018 ISSN (P) : 2615 - 2584
Buku 2 ISSN (E) : 2615 - 3343

persoalan maritim Indo-Pasifik. Kebijakan luar negeri didelegasikan sepenuhnya kepada


para pembantu presiden. Padahal, mereka belum tentu memahami keinginan Jokowi.
Akibatnya, kerap terjadi polemik di antara para menteri dalam menanggapi suatu
permasalahan. Misalkan bagaimana menghadapi tindakan ekspansi sepihak Tiongkok.
Ada menteri koordinator kemaritiman yang mempunyai determinasi kuat, memiliki
pengalaman luar negeri, dan kemampuan strategis sehingga cenderung memilih
kebijakan progresif. Sementara menteri luar negeri yang adalah seorang diplomat karir
dengan pengalaman birokrasi diplomasi panjang namun kurang banyak terlibat dalam
urusan strategis Asia Pasifik cenderung menerapkan pola kebijakan konservatif.Setelah
muncul silang pendapat, barulah presiden bicara dengan nada rekonsiliatif. Jika Jokowi
memang benar-benar menghendaki perwujudan poros maritim dunia, koordinasi dan
kekompakan tim pembuat dan pelaksana kebijakan luar negeri mutlak diperlukan dalam
memahami respon Tiongkok dalam sengketa Laut Tiongkok Selatan.

Kedua, memosisikan PMD Indonesia sebagai perwujudan prinsip politik luar negeri
bebas aktif.Dalam hal ini sangat penting untuk menghayati dan mengamalkan gagasan
bebas aktif secara benar.Bebas aktif tidak berarti bahwa Indonesia tidak boleh memihak
kepada kekuatan mana pun dan aktif menciptakan perdamaian serta keamanan
dunia.Bebas aktif sebagaimana diamanatkan oleh Sjahrir, Hatta, Natsir, dan Sukarno
adalah Indonesia bebas memilih kawan disesuaikan dengan kepentingan nasionalnya dan
aktif memperjuangkan kepentingan masyarakat Indonesia. Poros maritim dalam konteks
bebas aktif berarti Indonesia boleh berhubungan dengan negara mana pun sejauh kerja
sama yang dimaksud bermanfaat bagi bangsa dan negara. Mengapa Indonesia enggan
dan ragu dalam menentukan pilihan poros maritim dunia; akan condong ke Tiongkok
ataukah ke Amerika Serikat, atau bahkan dengan India ataukah Rusia. Berakhirnya
perang dingin telah meniadakan persaingan ideologi kapitalis Blok Barat dan komunis
Blok Timur.Indonesia mampu mewujudkan kepentingan nasionalnya secara objektif dan
rasional.

Kepemimpinan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump memiliki dampak terhadap


stabilitas keamanan di Asia Pasifik.Respon signifikan sudah diberikan Trump tentang
posisi Amerika Serikatkepada Tiongkok lebih asertif. Secara umum, kebijakan di Indo-
Pasifik pun akan bergeser mengikuti dinamika hubungan Washington-Beijing. Jakarta
tidak bisa terus memainkan strategi tidak memihak Amerika maupun Tiongkok, dimana
Trump hanya memberi dua opsi ‟‟with the American or Chinese‟‟.Siapa yang lebih
menguntungkan bagi poros maritim Indonesia, dialah yang harus dijadikan partner
strategis dalam pembangunan ekonomi yang konsisten dan berkelanjutan.

Ketiga, terkait dengan platform kelembagaan ASEAN.Sebagai pendiri sekaligus anggota


dengan kontribusi besar terhadap kemajuan ekonomi politikASEAN, Indonesia belum
mempunyai cetak biru tentang kedudukan serta arti penting ASEAN dalam mewujudkan
diplomasi poros maritim dunia.Fungsi ASEAN hanya melanjutkan kebijakan
terdahulu.Bahkan, Indonesia tidak mampu menyatukan suara ASEAN saat berhadapan
dengan Tiongkok.Mempertimbangkan keikutsertaan Indonesia dalam ASEAN bagi
terwujudnya poros maritim dunia jelas perlu dilakukan.Peran strategis ASEAN
direalisasikan seiring kepentingan nasional Indonesia, bukan untuk kepentingan negara
anggota lain sebagaimana sering terjadi kalau Indonesia bersitegang dengan sesama
negara ASEAN. Jakarta mau mengalah demi kerukunan ASEAN.
Selain tiga fondasi diplomasi di atas, barangkali masih ada hal lain yang urgen dibenahi.
Bila memang poros maritim dunia merupakan cita-cita nasional, bukan retorika politik

150
Seminar Nasional Pakar ke 1 Tahun 2018 ISSN (P) : 2615 - 2584
Buku 2 ISSN (E) : 2615 - 3343

pragmatis, maka kualitas kepemimpinan, redefinisi prinsip, dan reposisi institusi


diplomasi wajib dilakukan.

Kesimpulan
Indonesia merupakan salah satu calon kekuatan dunia yang terikat bersama-sama dengan
Tiongkok, Rusia, India, dan Mongolia.Keberadaan Indonesia semakin diperhitungkan
dunia dalam membangun misi perdamaian dunia di Asia Pasifik.

Implementasi Poros Maritim Dunia Indonesia berdampak signifikan pada sistem


pertahanan nasional dan menggiring pada pertanyaan mendasar untuk apa dan ke mana
kekuatan militer kita akan dibangun dan dibawa. Patut disadari oleh pemangku
kepentingan bahwa selain terbesar dari segi biofisik, dimana terdapat 12 lautan Indonesia
yang sangat strategis secara geopolitik dan geoekonomi.

Implikasi luas pencurian masif sumberdaya alam lautan Indonesia telah memberikan
konsekuensi kerugian ekonomi, ekologis, dan sosial yang sangat besar.Praktik perikanan
ilegal yang masif, degradasi ekosistem pesisir, implikasi perubahan iklim global,
pencemaran lingkungan dan tumpahan minyak menjadi tantangan nyata untuk
diselesaikan oleh seluruh pemangku kepentingan.

Daftar Pustaka
ASEAN. Home: ASEAN.org. Oktober 17, 2012.
http://asean.org/?static_post=declaration-on-the-conduct-of-parties-in-thesouth-china-
sea-2, accessed December 30, 2017.

Australian Government Department of Foreign Affairs and Trade. Home: International


Relations: Regional Architecture DFAT.Gov, accessed on December 27, 2017.
http://dfat.gov.au/international-
relations/regionalarchitecture/asean/pages/association-of-southeast-asian-nations-
asean.aspx.

Baliga, Ananth. "China thanks Cambodia for efforts to water down ASEAN SCS
Statement." Juli 26, 2016. Batongbacal, Jay L. "Batongbacal, Jay L." AMTI CSIS.
https://amti.csis.org/arbitration101-philippines-v-china, accessed December 30, 2017.

BBC Indonesia. bbc.com. July 21, 2011.


http://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2011/07/110719_spratlyconflict.

Bishop, Julie. Releases: foreignminister.gov. July 12, 2016.


http://foreignminister.gov.au/releases/Pages/2016/jb_mr_160712a.aspx, accessed
December 30, 2017.

Clark, Helen. World Post: Huffington Post.com. Juli 16, 2016.


http://www.huffingtonpost.com/helen_clark/vietnam-south-china-
searuling_b_11022864.html, accessed December 30, 2017.

Edwards, Sue-Lin Wong and Terrence. Article: Reuters.com. July 15, 2016.
http://www.reuters.com/article/us-southchinasea-ruling-idUSKCN0ZV06F, accessed
January 14, 2018.

Emmott, Robin. "EU's Statement on South China Sea Reflects Divisions." July 12, 2016.

151
Seminar Nasional Pakar ke 1 Tahun 2018 ISSN (P) : 2615 - 2584
Buku 2 ISSN (E) : 2615 - 3343

Gady, Franz-Stefan. "South China Sea Verdict: US Reactions." July 13, 2016.

Gloystein, Henning, and Keith Wallis."Oil and shipping markets on edge after South
China Sea ruling”. July 12, 2016, United States ed.

Hellendorff, Bruno, and Thierry Kellner. "Indonesia: A Bigger Role in the South China
Sea?". July 09, 2014.

Huang Nan, Zhang Juan, Shannon Tiezzi. "the Diplomat." the Diplomat.com. July 06,
2016. http://thediplomat.com/2016/07/interview-xue-li-on-the-south-china-sea.

Kyodo News. Overseas: abs-cbn.com. July 13, 2016.


http://news.abscbn.com/overseas/07/13/16/malaysia-singapore-indonesia-react-to-s-
chinasea-ruling, accessed January 25, 2018.

Luhulima, CPF. "Toward a Code of Conduct on The South China Sea." The Jakarta Post.
June 30, 2016. http://www.thejakartapost.com/news/2016/06/30/toward-acode-
conduct-south-china-sea.html, accessed January 30, 2018.

Manurung, Hendra. “The People„s Republic of China Claim of South China Sea on
Indonesia Sovereignty (2014 - 2015)”. Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Ilmu
Hubungan Internasional Indonesia 2016 (Vennas AIHII). Departemen Ilmu Hubungan
Internasional FISIP Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.
https://unhas.ac.id/aihii7/wp-
content/uploads/2017/04/Prosiding_VENNAS7_final.pdf, accessed on February 5, 2018.

Mills, Chris. The United States' Asia-Pacific Policy and the Rise of the Dragon. Australian
Defense Institute, Australia: The Centre for Defense and Strategic Studies, 2015, 1.

Muhammad, Simela Victor. "Isu Laut China Selatan Pasca-Putusan Mahkamah Arbitrase:
Tantangan ASEAN." Majalah Info Singkat Hubungan Internasional, Juli 2016.

Permanent Court of Arbitration."PCA-CPA.Org." pca-cpa.org.Juli 12, 2016. https://pca-


cpa.org/wp-content/uploads/sites/175/2016/07/PH-CN-20160712Award.pdf.
So, Levi A. "World Leaders React to South China Sea Ruling”. July 13, 2016.

Sokheng, Ananth Baliga and Vong. "Cambodia again blocks ASEAN statement on South
China Sea”. July 25, 2016.

Wibisono, Makarim. "ASEAN and The South China Sea”. July 3, 2016.

Zehfuss, Maja. Constructivism in International Relations: The Politics of Reality.


Cambridge: Cambridge University Press, 2004.

152

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai