Anda di halaman 1dari 5

TUGAS IMUNOLOGI

Review Jurnal:
REACTION OF LECTIN-SPECIFIC ANTIBODY WITH HUMAN TISSUE:
POSSIBLE CONTRIBUTIONS TO AUTOIMMUNITY

Oleh:
Aristo Vojdani , Daniel Afar, and Elroy Vojdani

Oleh:

Irma Damayanti 1708531051

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
Judul : Reaction of lectin-specific antibody with human tissue: possible
contributions to autoimmunity
Penulis : Aristo Vojdani , Daniel Afar, and Elroy Vojdani
Nama Jurnal : Journal of Immunologi Research
Tahun : 2020

I. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji reaksi langsung dari antibodi
spesifik lektin/agglutinin terhadap antigen di jaringan berbeda. Studi ini dilakukan
untuk mengonkonfirmasi teori bahwa reaktifitas diantara mereka dapat menyebabkan
autoimun.
II. Ringkasan Latar Belakang
Penyakit autoimun terjadi saat sistem imun pada tubuh kehilangan mekanisme
toleransinya dan tidak lagi memiliki kemampuan untuk membedakan antara molekul
asing dan molekul di dalam tubuh. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan terhadap
jaringan di dalam tubuh akibat autoantibodi dan autoreaktif limfosit-T. Penyakit
autoimun biasanya disebabkan oleh faktor gen dan antigen dari makanan. Mekanisme
yang terjadi belum diketahui dengan jelas, namun pada sebuah penelitian telah
ditemukan bahwa autoantigen pada makanan seperti gandum, susu, kacang, jagung,
tomat, dan bayam menjadi salah satu penyebab terjadinya penyakit autoimun.
Lektin dan agglutinin merupakan salah satu komponen dari makanan yang
dicuriga menjadi salah satu penyebab dari autoimmune disease dengan mengikat
jaringan tubuh dan mikroflora pada usus. Lekti/agglutinin adalah jenis protein
pengikat karbohidrat yang terdapat pada hampir seluruh makhluk hidup. Protein ini
berperan penting untuk mengikat sel tubuh pada glikoprotein dan glikolipid yang
terekspresi pada permukaan sel, dan memiliki kemampuan untuk menggumpalkan
sel. Lektin juga berperan penting pada sistem imun bawaan, mengenali antigen asing,
dan dicurigai juga memiliki peran dalam inflamasi dan proses autoreaktif.
III. Ringkasan Metoda
Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain adalah sampel darah yang
didapatkan dari 500 individu sehat dengan rentang usia 18-65 tahun. Setiap individu
telah melalui Rheumatoid faktor (RF) tes dan Anti-nuclear antibody (ANA) tes
terhadap HIV, HVI-1 RNA, Hepatitis-C RNA, dan sifilis. Beberapa antibodi untuk
lektin dan agglutinin seperti WGA, PNA, SBA, dan PHA, dan beberapa macam
protein dan peptide.
Metode yang dilakukan adalah reaction test terhadap beberapa lektin yang
berbeda dengan jaringan antigen menggunakan ELISA. Selanjutnya dipilih 3 sampel
jaringan antigen berbeda yang memiliki reaksi lektin antibodi yang kuat, lalu
dilakukan seri pengenceran dan inhibitons test. Kemudian dilakukan cross-reactivity
diantara beberapa lectin/agglutinin antibodi yang berbeda secara bersamaan
menggunakan ELISA. Pengukuran antibodi terhadap lektin/agglutinin menggunakan
ELISA. Dilanjutkan dengan melakukan tes RF dan ANA dan terakhir adalah analisis
statistik menggunakan Microsoft excel.
IV. Kelebihan Jurnal
Jurnal ini ditulis dengan sangat baik dan rapi, setiap bahasa yang digunakan
mudah dimengerti oleh pembaca. Pada bagian metode dijelaskan dengan sangat rinci
dan berurut sehingga mudah dipelajari oleh pembaca. Hasil dan pembahasan
disajikan dengan sangat jelas menggunakan table grafik yang menarik dan mudah
dipahami. Penulis juga memahami hal-hal yang menjadi kekurangan dalam
penelitiannya, sehingga dapat menjadi pelajaran terhadap penelitian selanjutnya.
V. Kelemahan Jurnal
Pada penelitian ini tidak dilakukan percobaan untuk menemukan apakah
inhibitions test dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya gula pada penambahan
antibodi anti-lektin.
VI. Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa antibodi spesifik-lektin bereaksi dengan
berbagai antigen jaringan manusia. Antibodi lektin IgG, IgM, dan IgE terdeteksi pada
8-15% dari 500 sampel darah yang digunakan. Hasil dari penelitian ini
mengindikasikan bahwa antibodi spesifik-lektin berkontribusi secara langsung
maupun tidak langsung menjadi penyebab penyakit autoimun.
VII. Pustaka
A. Hamid and A. Masood, “Dietary lectins as disease causing toxicants,” Pakistan
Journal of Nutrition, vol. 8, no. 3, pp. 293–303, 2009.

A. Vojdani, “Lectins, agglutinins, and their roles in autoimmune reactivities,”


Alternative Therapies in Health and Medicine, vol. 21, Supplement 1, pp. 46–
51, 2015.

A. W. Campbell, Ed., Food immune reaction and autoimmunity, vol. 21, Supplement
1, 2015

D. L. J. Freed, “Lectins in food: their importance in health and disease,” Journal of


Nutritional Medicine, vol. 2, no. 1, pp. 45– 64, 1991.

D. S. Jones, Textbook of Functional Medicine, The Institute for Functional Medicine,


GIG Harbor, USA, 2005.

K. Fälth-Magnusson and K. E. Magnusson, “Elevated levels of serum antibodies to


the lectin wheat germ agglutinin in celiac children lend support to the gluten-
lectin theory of celiac disease,” Pediatric Allergy and Immunology, vol. 6, no.
2, pp. 98– 102, 1995

L. Shaw, S. Yousefi, J. W. Dennis, and R. Schauer, “CMP-Nacetylneuraminic acid


hydroxylase activity determines the wheat germ agglutinin-binding phenotype
in two mutants of the lymphoma cell line MDAY-D2,” Glycoconjugate Journal,
vol. 8, no. 5, pp. 434–441, 1991.

P. Debbage, W. Lehmann, U. K. Hanisch, and W. W. Naumann, “Immunological


cross-reactivities between proteins secreted by the subcommissural organ, and
plant lectins,” Acta Histochemica, vol. 94, no. 2, pp. 131–140, 1993.
P. L. Debbage, U. K. Hanisch, P. W. M. Reisinger, and W. Lange, “Visualization of
lectin-like proteins in human placenta by means of anti-plant lectin antibodies,”
Anatomy and Embryology, vol. 187, no. 5, pp. 465–473, 1993.

Q. Wang, L. G. Yu, B. J. Campbell, J. D. Milton, and J. M. Rhodes, “Identification of


intact peanut lectin in peripheral venous blood,” Lancet, vol. 352, no. 9143, pp.
1831-1832, 1998

S. Benvenga, F. Guarneri, M. Vaccaro, L. Santarpia, and F. Trimarchi, “Homologies


between proteins of Borrelia burgdorferi and thyroid autoantigens,” Thyroid,
vol. 14, no. 11, pp. 964–966, 2004.

Anda mungkin juga menyukai