PENDAHULUAN
Fakta yang terjadi di prodi pendidikan matematika UIN Sunan Gunung Djati
Bandung menunjukkan bahwa hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah kalkulus II
pada dua angkatan terakhir masih rendah, hal ini dapat dilihat pada prosentase
A B C
0% 9% 3%
D
16%
E
72%
A B C
5% 5% 5%
D
13%
E
72%
Jika melihat pada rendahnya prosentase kelulusan nilai mata kuliah kalkulus
II pada gambar 1.1, maka dapat diprediksi bahwa untuk mengikuti mata kuliah dasar
kejuruan yang lainnya dalam hal ini bidang matematika, mahasiswa akan mengalami
kesulitan. Hal ini bisa diamati dari banyaknya mata kuliah lain menjadikan Kalkulus
Real dan Geometri Transformasi yang tentunya membutuhkan berbagai teknik dan
Melihat kenyataan seperti itu, maka munculah suatu pertanyaan yang perlu
dicari penyebab serta alternatif solusinya. Pertanyaan dimaksud adalah mengapa hasil
belajar mahasiswa pada mata kuliah kalkulus II mayoritas mendapat nilai E?.
Hasil dari wawancara tidak terstruktur dengan mahasiswa dan pihak prodi
cukup baik. Dosen yang mengajar pada mata kuliah Kalkulus II memiliki kompetensi
(berkompeten) dalam bidang matematika dan berpengalaman dalam mengajar. Hal ini
tentunya dapat dilihat dari jenjang pendidikan yang sudah ditempuhnya dan tugasnya
sebagai dosen tetap di UPI dan dosen luar biasa di perguruan tinggi lain. Dalam
perkuliahannya selalu datang tepat waktu, evaluasi yang diberikan sesuai dengan
materi yang dibahas, dan objektif dalam memberi nilai kepada mahasiswanya.
pendidikan matematika di UIN sunan Gunung Djati Bandung diseleksi melalui dua
3
jalur yaitu melalui jalur khusus dan jalur tes. Jika mahasiswa yang lulus kedua jalur
ini ternyata mendapatkan hasil belajar yang rendah mungkin saja hal ini diakibatkan
proses seleksi terutama jalur tes yang kurang sesuai. Sebagaimana yang diungkapkan
Ehda (2006: 39) bahwa untuk ujian tulis, materi yang diujikan meliputi pengetahuan
agama, pengetahuan bahasa, dan pengetahuan umum sebanyak 300 soal. Dari jumlah
tersebut soal yang khusus untuk mata pelajaran matematika hanya 6,67% atau 20
soal. Sehingga kemampuan dasar mereka dalam bidang matematika kurang teruji
Tetapi fakta yang terjadi saat diadakan semester pendek pada tahun 2005,
banyak mahasiswa yang mampu meraih nilai A pada mata kuliah Kalkulus II. Setelah
dianalisis melalui wawancara yang tidak terstruktur terungkap pada saat semester
pendek sebagian mahasiswa mengakui bahwa mereka memiliki waktu yang cukup
dalam belajar mandiri baik secara individu atau berkelompok. Sedangkan pada saat
kuliah reguler mereka sering disibukan oleh berbagai macam tugas. Sehingga dapat
dikatakan bahwa salah satu faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan
tambahan modul ini merupakan pengembangan gaya belajar abstrak konseptual yang
dikemukakan oleh Kolb (dalam Knisley, 2003), bahwa terdapat paling sedikit empat
gaya belajar seorang siswa, sebagai kombinasi dimensi kongkrit-abstrak dan dimensi
4
mahasiswa dalam belajar mandiri sebagai salah satu konsekuensi dari pelaksanaan
(modular instructional) adalah suatu paket pengajaran yang memuat suatu unit
konsep bahan pengajaran yang dapat dipelajari sendiri (self instructional)”. Model
pembelajaran ini merupakan salah satu tipe dari pembelajaran individual yang lebih
memberikan kesempatan kepada siswa kapan dan mengenai apa ia belajar; mengatur
waktu, tempat dan materi yang akan dipelajarinya. Dalam pelaksanaannya model
Jarak Jauh (PTTJJ). Sehingga model pembelajaran tambahan dalam penelitian ini pun
menurut Hamalik (2005: 189) ditegaskan bahwa, “Pada dasarnya tutorial berdasarkan
pada hubungan antara satu orang guru dan satu orang siswa. Namun dewasa ini sudah
mulai umum dilaksanakan tutorial kelompok, dimana satu orang guru membimbing
sekelompok siswa yang terdiri dari lima atau tujuh orang siswa sekaligus pada waktu
5
yang sama.” Dari uraian yang telah dikemukakan sebelumnya maka makna dari
pembelajaran tambahan tutor kelompok adalah kegiatan belajar yang dilakukan dalam
pada penelitian ini digunakan suatu modul, sehingga kegiatan bimbingan individu-
pembelajaran kooperatif dapat dilihat dari adanya seorang tutor yang berfungsi
dapat diberikan oleh orang yang lebih tua atau yang sebaya. Hasil belajar yang
pengembangan dari tahapan keempat gaya belajar Kolb. Dari perbandingan kedua
model pembelajaran yakni menggunakan modul dan diskusi kelas dapat diketahui
model pembelajaran mana yang lebih memberikan pengaruh terhadap hasil belajar
mahasiswa.
Bandung).
6
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hasil belajar mata kuliah kalkulus II materi fungsi transenden pada
modul?
2. Bagaimana hasil belajar mata kuliah kalkulus II materi fungsi transenden pada
diskusi kelas?
3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar mata kuliah kalkulus II materi fungsi
belajar Kolb?
4. Faktor apa yang menyebabkan kesulitan belajar mahasiswa pada mata kuliah
C. Tujuan Penelitian
D. Batasan Masalah
2. Materi yang akan dibahas adalah Bab VII mengenai Fungsi Transenden.
2006/2007.
E. Manfaat Penelitian
4. Membentuk pola pikir mahasiswa untuk berpikir kritis, logis dan kreatif
F. Kerangka Pemikiran
Hasil dari belajar berpikir ini diharapkan adanya perubahan dan kemampuan
untuk berubah dalam diri seseorang. Banyak sekali (kalau bukan seluruhnya) bentuk-
bentuk perubahan yang terdapat dalam diri manusia yang bergantung pada belajar,
sehingga kualitas peradaban manusia juga terpulang pada apa dan bagaimana ia
belajar. Selain itu, hal lain yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan
menjadi beberapa macam. Dalam hal ini, sesuai dengan yang diungkapkan Syah
(2003: 132) bahwa secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
belajar tertentu memberikan hasil belajar yang tinggi. Menurut Sopianti (2004: 15),
”Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki individu setelah ia menerima seluruh
yang dicapai setelah ia belajar matematika yang tentunya tanpa menafikan faktor-
Hasil belajar matematika yang demikian pun tidak hanya difokuskan pada
perkembangan hasil belajar matematika siswa, akan tetapi hasil belajar dengan
akan dilakukan, hasil belajar matematika ini lebih diarahkan kepada hasil belajar
Hasil belajar matematika merupakan hasil interaksi dari beberapa faktor, hal
ini sesuai dengan yang dikemukakan Sopianti (2004: 15) bahwa hasil belajar pada
umumnya merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang turut mempengaruhi dalam
tinggi meliputi beberapa faktor, yaitu nilai hasil ujian akhir semester, kehadiran, nilai
ujian tengah semester, nilai tugas mandiri, dan nilai tugas kelompok.
Jika merujuk kepada proses penilaian mata kuliah kalkulus II pokok bahasan
fungsi transenden sebagai mata kuliah yang dijadikan permasalahan dalam penelitian
ini, maka penilaian sepenuhnya dilakukan dengan proses penilaian hasil ujian per
bab. Namun sebagai suatu pertimbangan yang lebih terperinci, maka indikator yang
dibuat pada penelitian ini merujuk pada indikator kalkulus II pokok bahasan fungsi
pokok bahasan fungsi transenden yang dijadikan bahan ajar. Sebagai suatu
pertimbangan dalam penelitian yang akan dilakukan, berikut materi yang dijadikan
bahan ajar pada mata kuliah kalkulus II yang terdiri atas 3 bab yaitu:
1. Integral
2. Fungsi Transenden
3. Teknik Integrasi
2005/2006 mengalami kesulitan dalam memahami pokok bahasan tersebut dari ketiga
pokok bahasan yang ada. Sebagai bukti empiris prosentase dapat dilakukan pada nilai
2005/2006 tiap pokok bahasan yang dijadikan bahan ajar pada kalkulus II.
yang terjadi pada mahasiswa prodi matematika angkatan 2004/2005 dan angkatan
2005/2006 dibutuhkan perhatian yang lebih untuk menemukan solusinya, hal ini
layak diutamakan karena memang mata kuliah kalkulus II memiliki peran yang
penting dalam memahami mata kuliah lainnya seperti yang telah disinggung dalam
latar belakang penelitian ini. Sebagai bukti kongkrit untuk mendapatkan hal yang
empiris maka dalam penelitian ini digunakan suatu model pembelajaran tambahan
yang mungkin tepat dijadikan solusi dalam mengatasi permasalahan yang ada. Model
11
pembelajaran yang akan digunakan ialah model pembelajaran tambahan berupa tutor
bahwa terdapat paling sedikit empat gaya belajar seorang siswa, sebagai kombinasi
merupakan pengembangan pada tahap keempat, dimana pada tahap ini siswa lebih
aktif dan guru berperan sebagai pelatih (coach). Dengan mengambil asumsi bahwa
tahap pertama sampai ketiga sudah dilaksanakan oleh guru/dosen, maka penelitian ini
ditransfer begitu saja dari seseorang kepada yang lain, tetapi harus diinterpretasikan
49) adalah: (a) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara personal atau
sosial, (b) pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid kecuali hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar, (c) murid aktif mengkonstruksi terus-
menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep yang lebih rinci, lengkap serta
sesuai dengan konsep ilmiah, dan (d) guru sekedar membantu menyediakan sarana
Dari prinsip konstruktivisme tersebut, terlihat bahwa ide pokok dari teori ini
hanyalah berfungsi sebagai fasilitator. Hal ini sesuai dengan tahap keempat dari
tahapan pembelajaran yang dikemukakan Kolb, dimana pada tahap ini siswa lebih
aktif dan guru berperan sebagai pelatih (coach). Pada tahap keempat inilah
(mahasiswa) yang terdiri dari lima atau tujuh orang siswa sekaligus pada waktu yang
sama dengan menggunakan bantuan modul, dalam hal ini sekelompok siswa dapat di
maknai lebih luas menjadi sekelompok siswa dalam satu kelas jadi tidak hanya
dibatasi oleh lima atau tujuh orang siswa. Adapun perbedaannya dengan
13
pembelajaran kooperatif dapat dilihat dari adanya seorang tutor yang berfungsi
dapat diberikan oleh orang yang lebih tua atau yang sebaya.
mahasiswa agar dapat belajar mandiri. Hal ini suatu konsekuensi dari sistem
dimana untuk setiap satu SKS setara dengan 1 jam pelajaran (50 menit), mahasiswa
tugas-tugas yang diberikan dosen selama 50 menit, dan melaksanakan belajar mandiri
50 menit, maka fungsi dari pembelajaran tambahan ini adalah memenuhi tugas
mahasiswa untuk belajar mandiri. Sedangkan sebagai salah satu alasan digunakannya
dirancang agar belajar mahasiswa tidak terfokus hanya mempelajari satu sumber saja,
belajar lain yang relevan. Melalui pendekatan ini, diharapkan kompetensi dasar
informasi, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dapat terbentuk pada diri
Transenden, yang terdiri atas 5 bagian proses pembelajaran dan meliputi 5 sub
fungsi-fungsi eksponen asli; fungsi eksponen dan logaritma umum; dan fungsi-fungsi
dilaksanakan.
2. Tahap kedua modul dibagikan kepada setiap mahasiswa untuk dipelajari baik
3. Tahap ketiga untuk setiap kegiatan belajar diadakan tatap muka dengan tutor,
mahasiswa minimal satu kali untuk setiap kegiatan belajar. Pada tahap ini
sebagai pembanding dalam penelitian ini, Killen (dalam Sanjaya, 2006: 152)
siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan
siswa, serta membuat keputusan”. Pembelajaran ini juga merupakan tahap keempat
dari tahapan Kolb dengan asumsi ketiga tahapan awal sudah dilaksanakan oleh
dengan responsi, karena pada pelaksanaannya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk
bahwa ada beberapa kelebihan metode diskusi, manakala diterapkan dalam kegiatan
akan dibandingkan berdasarkan pada hasil belajar yang diperoleh mahasiswa, yang
dimaksud hasil belajar mahasiswa ini adalah hasil ujian kalkulus II pada pokok
model pembelajaran tambahan menggunakan modul dan diskusi kelas diuraikan pada
gambar 1.3.
17
Dibandingkan
(X1 ≠ X2)
Gambar 1.3: Kerangka Pemikiran
Selanjutnya agar lebih jelas mengenai perbedaan hasil belajar mata kuliah
Kesimpulan
G. Hipotesis
Dalam hal ini dipilih Ha sebagai hipotesis yang diajukan yaitu ada perbedaan
pembelajaran tambahan diskusi kelas, dan adapun H0 yaitu tidak ada perbedaan yang
diskusi kelas.
H. Langkah-Langkah Penelitian
Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung Fakultas tarbiyah dan Keguruan
bawah standar.
19
dalam bentuk responsi baik dengan dosen maupun dengan kakak tingkat.
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data
dengan angka-angka, baik yang diperoleh dari hasil pengukuran, maupun dari
nilai suatu data yang diperoleh dengan jalan mengubah data kualitatif ke
dalam kuantitatif.
A X O1
A O2
Keterangan:
A = Kelompok yang dipilih secara acak
X = Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen
O = Postest
a. Tes
kedua digunakan bentuk tes tertulis dengan soal uraian sebanyak 5 butir
soal. Dalam penelitian ini, hasil belajar kalkulus II diambil dari nilai ujian
6. Analisis Data
a. Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama yaitu hasil belajar mata
X
fi X i
fi
(Sugiyono, 2005: 47)
Keterangan:
X = nilai rata-rata hasil belajar Kalkulus II materi fungsi transenden
f i X i = jumlah hasil kali banyaknya frekuensi dengan nilai data ke-i
fi = jumlah data/sampel
b. Untuk menjawab rumusan masalah kedua yaitu hasil belajar mata kuliah
hasil belajar mata kuliah kalkulus II pokok bahasan fungsi transenden dari
1) Uji Normalitas
k
(Oi Ei ) 2
2
i 1 Ei
(Nurgana, 1985: 9)
Keterangan:
χ2 = Chi Kuadrat
Oi = frekuensi/jumlah data hasil belajar kalkulus II materi fungsi
transenden dari mahasiswa
Ei = frekuensi/jumlah yang diharapkan (prosentase luas tiap bidang
dikalikan dengan n)
2) Uji Homogenitas
Vb
F
Vk
(Nurgana, 1985: 23)
Keterangan:
F = Homogenitas variansi (s2)
Vb = Variansi besar
Vk = Variansi kecil
3) Uji Hipotesis
antara lain:
X1 X 2
t
1 1
dsg
n1 n2
(Nurgana, 1985: 25)
24
Keterangan:
X 1 = Nilai rata-rata terbesar
X 2 = Nilai rata-rata terkecil
dsg = Deviasi standar gabungan
n1 = Ukuran sampel yang variansinya besar
n2 = Ukuran sampel yang variansinya kecil
b) Jika data normal tetapi tidak homogen, maka digunakan uji t yang
sebagai berikut:
X1 X 2
t
s12 s 22
n1 n2
(Nurgana, 1985: 30)
Keterangan:
X1 = Nilai rata-rata terbesar
X2 = Nilai rata-rata terkecil
2
s1 = Varians terbesar
2
s2 = Varians terkecil
n1 = Ukuran sampel yang variansinya besar
n2 = Ukuran sampel yang variansinya kecil
rumus:
25
W1t1 W2 t 2
nK t
W1t 2
s12 s 22
W1 ; W2
n1 n2
Keterangan:
nK t = Nilai kritis t'
1
t1 = t 1 n1 1
2
1
t1 = t 1 n2 1
2
s12 = Varians terbesar
s 22 = Varians terkecil
n1 = Ukuran sampel yang variansinya besar
n2 = Ukuran sampel yang variansinya kecil
interval nilai kritis t' atau sama dengan nilai kritis t', maka H0
c) Jika salah satu atau dua distribusi tidak normal maka digunakan
n (n 1) n (n 1) (2n 1)
W
4 24
(Nurgana, 1985: 29)
Keterangan:
W = Nilai Wilcoxon
n = banyaknya data (yang berpasangan)
α = 1,96 untuk taraf signifikansi 5%
Dengan ketentuan:
Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju). Data yang diperoleh akan
item yang setiap item positif diberi skor 1 untuk jawaban STS, skor 2
Sedangkan untuk item negatif diberi skor 1 untuk jawaban SS, skor 2
28
demikian setiap satuan deviasi standarnya bernilai 4
6
2) Skala sikap yang digunakan pada aspek pengajar (peneliti) terdiri atas
8 item yang setiap item positif diberi skor 1 untuk jawaban STS, skor
Sedangkan untuk item negatif diberi skor 1 untuk jawaban SS, skor 2
32
demikian setiap satuan deviasi standarnya bernilai 5
6
(dibulatkan) dan mean teoritisnya 8 3 24 , sehingga
Apabila dengan angket skala sikap tidak diketemukan maka hasil belajar
fungsi dan limit fungsi sebagai materi prasyaratnya, melalui Uji korelasi