3. Epidemiologi Klinik
merupakan salah satu bidang epidemiologi yang sedang dikembangkan oleh para klinisi
yang bertujuan untuk membekali para klinisi/ dokter tentang cara pendekatan masalah melalui
disiplin ilmu epidemiologi.
4. Epidemiologi Kependudukan
Merupakan cabang epidemiologi yang menggunakan system pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bidang demografi serta
factor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan demografi yang terjadi dalam
masyarakat.
5. Epidemiologi Gizi
banyak digunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat di mana masalah ini erat
hubungannya dengan berbagai faktor yang menyangkut pada hidup masyarakat. Pendekatan
masalah gizi masyarakat melalui epidemiologi gizi bertujuan untuk menganalisis berbagai
faktor yang berhubungan erat dengan timbulnya masalah gizi masyarakat baik yang bersifat
biologis dan terutama dengan kehidupan sosial masyarakat.
9. Epidemiologi Perilaku
Perilaku manusia merupakan salah satu faktor yang banyak memegang peranan dalam
menentukan derajat kesehatan suatu masyarakat. menurut Bloom, faktor perilaku memberikan
kontribusi terbesar dalam menentukan status kesehatan individu maupun masyarakat. Bahkan
perilaku sangat erat hubungannya dengan umur dan jenis kelamin, suku ras, pekerjaan, status
sosial dan ekonomi serta berbagai aspek kehidupan lainnya.
10. Apa saja kegiatan dari surveilens dan jenis- jenis dari surveilens ?
Kegiatan:
a. Pengumpulan data Pencatatan insidensi terhadap population at risk.
Pencatatan insidensi berdasarkan laporan rumah sakit, puskesmas, dan sarana
pelayanan kesehatan lain, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan masyarakat,
dan petugas kesehatan lain; Survei khusus; dan pencatatan jumlah populasi berisiko
terhadap penyakit yang sedang diamati. Tehnik pengumpulan data dapat dilakukan
dengan wawancara dan pemeriksaan. Tujuan pengumpulan data adalah menentukan
kelompok high risk; Menentukan jenis dan karakteristik (penyebabnya); Menentukan
reservoir; Transmisi; Pencatatan kejadian penyakit; dan KLB. 5
b. Pengelolaan data
Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row data) yang masih
perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis. Data yang terkumpul dapat
diolah dalam bentuk tabel, bentuk grafik maupun bentuk peta atau bentuk lainnya.
Kompilasi data tersebut harus dapat memberikan keterangan yang berarti. 5
c. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan \
Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan dilakukan
interpretasi untuk memberikan arti dan memberikan kejelasan tentang situasi yang ada
dalam masyarakat. 5
d. Penyebarluasan data dan keterangan termasuk umpan balik
Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan yang cukup jelas
dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dapat disebarluaskan
kepada semua pihak yang berkepentingan, agar informasi ini dapat dimanfaatkan
sebagai mana mestinya. 5
e. Evaluasi
Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk
perencanaan, penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya, untuk kegiatan
tindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan program
dan pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil
kegiatan.
Jenis2:
Dikenal beberapa jenis surveilans: (1) Surveilans individu; (2) Surveilans penyakit; (3)
Surveilans sindromik; (4) Surveilans Berbasis Laboratorium; (5) Surveilans terpadu; (6)
Surveilans kesehatan masyarakat global.
1) Surveilans Individu
Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individu-
individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar,
tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan
dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang
dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi
institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang yang
sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode
menular. Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa
inkubasi seandainya terjadi infeksi
2) Surveilans Penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus
terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan
sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian,
serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit,
bukan individu.
3) Surveilans Sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan
terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing
penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan
individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis.
Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola
perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari
aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit.
4) Surveilans Berbasis Laboratorium
Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor
penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan
seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi
strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera
dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-
klinik
5) Surveilans Terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua kegiatan
surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai
sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses,
dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang
diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans
terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data khusus penyakitpenyakit
tertentu.