Translate
Translate
Abstrak
Skizofrenia dapat dikatakan sebagai gangguan jiwa yang paling berat.
Skizofrenia termasuk gangguan medis yang menyebabkan kecacatan dan
masalah ekonomi yang besar, dan World Health Organization
mengkategorikannya sebagai satu dari sepuluh masalah yang berkontribusi
terhadap beban kesehatan global.
Prevalensi penderita skizofrenia seumur hidup diperkirakan sekitar 1% di
seluruh dunia. Prevalensi skizofrenia hampir sama pada pria dan wanita.
Onset skizofrenia biasanya terjadi antara remaja akhir dan pertengahan usia
30an [3]. Untuk pria, usia puncak onset untuk episode psikotik pertama adalah
awal hingga pertengahan usia 20an; sedangkan untuk wanita, onsetnya pada
akhir usia 20an. Ini mungkin karena pengaruh estrogen sebagai
antidopaminergik.
Skizofrenia adalah gangguan yang disebabkan oleh pengaruh biopsikososial
termasuk genetik, perinatal, neuroanatomi, neurokimia, dan abnormalitas
biologik lainnya. Sebagai tambahan, faktor psikologis dan sosial-lingkungan
dapat meningkatkan risiko skizofrenia pada imigran internasional atau populasi
kota dengan etnik minoritas. Meningkatkan usia paternal berkaitan dengan
semakin besarnya risiko skizofrenia.
Diagnosis skizofrenia harus ditegakkan setelah menyingkirkan gangguan
jiwa dan medis lainnya, seperti gangguan yang disebabkan oleh keracunan logam
berat, efek samping dari obat-obatan, dan defisiensi vitamin yang mungkin
bermanifestasi sebagai psikosis.
Pengobatan skizofrenia membutuhkan keterlibatan integrasi medis,
psikologis dan psikososial. Sebagian pengobatan berlangsung dirawat jalan dan
paling baik dilakukan dengan tim multidisiplin. Rehabilitasi psikososial
merupakan bagian penting dari pengobatan ini. Rehabilitasi psikososial
merupakan bagian penting dari pengobatan.
Kata kunci: Skizofrenia; Antipsikotik; Psikoterapi; Neurotransmiter;
Epidemiologi