1. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Umur : 50 Tahun Jenis
Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Karangduren 02 / 01
Tengaran Kab.Semarang Pekerjaan : Swasta
Masuk RS : 05 Juni 2014 , pukul 20:57 No.
CM : 059706
1. ANAMNESIS
II.6 Anamnesis sistem
RESUME ANAMNESIS
1. PEMERIKSAAN FISIK
Nervi kraniales
Kanan Kiri
Gerakan mata ke
Sdn Sdn
medial
Gerakan mata ke
Sdn Sdn
atas
Gerakan mata ke
Sdn Sdn
bawah
N.III
Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Reflek cahaya
(+) (+)
langsung
Reflek cahaya
(+) (+)
konsensuil
Gerakan mata ke
Sdn Sdn
lateral bawah
N.IV
Strabismus
(-) (-)
konvergen
Reflek kornea + +
Gerakan mata ke
N.VI Sdn sdn
lateral
Strabismus
(-) (-)
konvergen
Diplopia –
Menggembungkan
Sdn
pipi
Mendengar suara
Sdn Sdn
berbisik
Tidak Tidak
Tes Rinne
dilakukan dilakukan
N.VIII
Tes Webber Tidak dilakukan
Tidak Tidak
Tes Schwabach
dilakukan dilakukan
Menelan Sdn
Memalingkan
Dbn
kepala
Artikulasi Sdn
TR
TN
K
RP
CL –/–
RF
+ + – –
+ +
– – Reflek Patologis :
tidak ada refleks patologis
Sensibilitas : sdn
Vegetatif : BAB BAK
normal
1. PEMERIKSAAN PENUNJANG
VII.1 Laboratorium
07 Juni 2014
· Tampak lesi hiperdens dengan edema perifokal pada daerah subarachnoid dan pada ganglia basalis kiri ·
Ventricle lateralis kiri lebih sempit disbanding kanan · Sulci corticalis dan fissure sylvii tampak dalam batas
normal. · Pons dan cerebellum normal · Mastoid, nasofaring, sinus paranasal dan orbita tenang · Tak
tampak fraktur pada tulang – tulang cranium. · Kesan : Intracerebral hemorrhage pada daerah ganglia
basalis kiri, subarachnoid haemoragic. · Tak tampak tanda peninggian tekanan intracranial. · Jumlah
kisaran perdarahan : Rumus Broderick (p x l x jumlah irisan yang terkena) : 2 2 x 1 x 26 : 2 = ± 26cc
DISKUSI II
Definisi
Trauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda paksa (trauma)
yang menimpa struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan
struktural dan atau gangguan fungsional jaringan otak (Sastrodiningrat,
2009). Menurut Brain Injury Association of America, cedera kepala
adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital
ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan
fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang
mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik
(Langlois, Rutland-Brown, Thomas, 2006).
Luka pada kulit dan tulang dapat menunjukkan lokasi (area) dimana
terjadi trauma (Sastrodiningrat, 2009). Cedera yang tampak pada
kepala bagian luar terdiri dari dua, yaitu secara garis besar adalah
trauma kepala tertutup dan terbuka. Trauma kepala tertutup
merupakan fragmen-fragmen tengkorak yang masih intak atau utuh
pada kepala setelah luka. The Brain and Spinal Cord
Organization 2009, mengatakan trauma kepala tertutup adalah apabila
suatu pukulan yang kuat pada kepala secara tiba-tiba sehingga
menyebabkan jaringan otak menekan tengkorak. Trauma kepala
terbuka adalah yaitu luka tampak luka telah menembus sampai kepada
dura mater. (Anderson, Heitger, and Macleod, 2006). Kemungkinan
kecederaan atau trauma adalah seperti berikut;
1. a) Fraktur
Luka laserasi adalah luka robek tetapi disebabkan oleh benda tumpul
atau runcing. Dengan kata lain, pada luka yang disebabkan oleh benda
bermata tajam dimana lukanya akan tampak rata dan teratur. Luka
robek adalah apabila terjadi kerusakan seluruh tebal kulit dan jaringan
bawah kulit. Luka ini biasanya terjadi pada kulit yang ada tulang
dibawahnya pada proses penyembuhan dan biasanya pada
penyembuhan dapat menimbulkan jaringan parut.
1. d) Abrasi
Luka abrasi yaitu luka yang tidak begitu dalam, hanya superfisial. Luka
ini bisa mengenai sebagian atau seluruh kulit. Luka ini tidak sampai
pada jaringan subkutis tetapi akan terasa sangat nyeri karena banyak
ujung-ujung saraf yang rusak.
1. e) Avulsi
Skala koma Glasgow adalah nilai (skor) yang diberikan pada pasien
trauma kapitis, gangguan kesadaran dinilai secara kwantitatif pada
setiap tingkat kesadaran. Bagian-bagian yang dinilai adalah;
Dengan Skala Koma Glasgow < 9 dalam 48 jam rawat inap di Rumah
Sakit (Torner C, Choi S, Barnes Y, 1999). Hampir 100% cedera kepala
berat dan 66% cedera kepala sedang menyebabkan cacat yang
permanen. Pada cedera kepala berat terjadinya cedera otak primer
seringkali disertai cedera otak sekunder apabila proses patofisiologi
sekunder yang menyertai tidak segera dicegah dan dihentikan
(Parenrengi, 2004). Penelitian pada penderita cedera kepala secara
klinis dan eksperimental menunjukkan bahwa pada cedera kepala
berat dapat disertai dengan peningkatan titer asam laktat dalam
jaringan otak dan cairan serebrospinalis (CSS) ini mencerminkan
kondisi asidosis otak (DeSalles et al., 1986).
1. Fraktur kranium
Fraktur kranium dapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak, dan
dapat terbentuk garis atau bintang dan dapat pula terbuka atau
tertutup. Fraktur dasar tengkorak biasanya merupakan pemeriksaan
CT Scan untuk memperjelas garis frakturnya. Adanya tanda-tanda
klinis fraktur dasar tengkorak menjadikan petunjuk kecurigaan untuk
melakukan pemeriksaan lebih rinci. Tanda-tanda tersebut antara lain :
1. Lesi Intrakranial
Lesi ini diklasifikasikan dalam lesi local dan lesi difus, walaupun kedua
jenis lesi sering terjadi bersamaan. Termasuk lesi lesi local ;
Perdarahan Epidural
Perdarahan Subdural
Perdarahan Intraserebral
Perdarahan Epidural
Perdarahan Subdural
Perdarahan Subaraknoid
Perdarahan Intraventrikular
Perdarahan Intraserebral
Patofisiologi
Pada kepala yang tergencet pada awalnya dapat terjadi retak atau
hancurnya tulang tengkorak. Bila gencetannya bebat tentu saja dapat
mengakibatkan hancurnya otak. Mekanisme timbulnya lesi pada
cedera kepala :
1. Getaran Otak
2. Deformitas tengkorak
3. Pergeseran otak
4. Rotasi Otak
Hipermetabolisme
Hiperglikemi
Pusat sistem simpatis terletak dibatang otak. Aktivasi sistem ini akan
menyebabkan terjadinya pelepasan terjadinya pelepasan katekolamin
(epinefrin) yang mempunyai efek sangat kuat terhdapa reaksi
glikogenolisis dan glukoneogenesis dalam hati, sehingga akan
meningkatkan pelepasan glukosa oleh hati masuk kedalam sirkulasi,
selain itu juga menghambat pemakaian glukosa di jaringan perifer.
Juga akan menghambat sekresi insulin oleh sel beta pankreas.
Noreepinefrin, mempunyai efek lemah terhadap glikogenolisis dalam
hati, tetapi dapat merangsang glikoneogenesis karena mempunyai efek
lipolisis yang kemudian memberi asupan gliserol bagi hati. Laktat juga
mrupakan prekursos yang penting bagi glukosa dalam hati dan
merupakan refleksi peningkatan glikogenolisis di jaringan perifer dan
kemungkinan down regulation dari piruvat dehidroginase. Laktat akan
berfungsi sebagai substrat alternatif bagi proses glukoneogenesis
dalam keadaan stress katabolik. Gliserol akan masuk ke dalam hati
untuk berpartisipasi dalam proses glukoneogeneis, setelah dilepas dari
jaringan adiposa, karena kecepatan lipolisis akan meningkat sebagai
akibat sekresi hormon counterregulatory. Sistem CRH tersebar
diseluruh bagian otak tetapi paling banyak terdapat di nukleus
paraventrikuler hipotalamus. Perangsang sistem CRH akan
mengaktivasi aksis hipofisis-adrenal. Hipofisis akan menghasilkan
adrenocorticotropin hormone (ACTH), yang akan merangsang korteks
adrenal untuk melepas kotrisol. Efek kortisol terhadap metabolisme
karbohidrat adalah perangsangan proses glukoneogenesis dan
selanjutnya akan meningkatkan kadar glukosa dalam darah. Selain itu,
stres dan kerusakan jaringan juga akan merangsang sekresi hormon
pertumbuhan yang juga mempunyai efek diabetogenik, mengurangi
pemakaian glukosa. Sitokin seperti tumor necrosis factor (TNF)
mengubah metabolisme glukosa dengan mempengaruhi fungsi sel-sel
pankreas sehingga mengakibatkan terjadinya intoleransi glukosa. Pada
cedera otak metabolisme basal dapat meningkat hingga 30%.
Mekanisme mungkin bersifat neural, kimiawi atau hormonal.
Katabolisme meningkat dengan kehilangan nitrogen mencapai
100mg/kgbb/24jam. Pada keadaan ini protein lebih banyak diurai. Asam
amino yang terurai dari proteolisis diantaranya digunakan untuk
pembentukan glukosa. Alanin, setelah keluar dari otot di dalam hepar
diubah menjadi glukosa dan dalam proses ini terbentuk ureum. Didalam
otot glukosa diubah menjadi asam piruvat yang kemudian diubah
kembali menjadi alanin dengan proses transaminase dari valin, leusin
dan isoleusin. Siklus alanin ini berperan memberikan glukosa.
Pembentukan glukosa yang berlebihan oleh hepar dengan menggunaka
alanin yang berasal dari penguraian protein otot akan menyebabkan
semakin tingginya kadar glukosa dalam darah.
Indikasi CT Scan
CT-Scan adalah suatu alat foto yang membuat foto suatu objek dalam
sudut 360 derajat melalui bidang datar dalam jumlah yang tidak
terbatas. Bayangan foto akan direkonstruksi oleh komputer sehingga
objek foto akan tampak secara menyeluruh (luar dan dalam). Foto CT-
Scan akan tampak sebagai penampang-penampang melintang dari
objeknya. Dengan CT-Scan isi kepala secara anatomis akan tampak
dengan jelas. Pada trauma kapitis, fraktur, perdarahan dan edema akan
tampak dengan jelas baik bentuk maupun ukurannya (Sastrodiningrat,
2009). Indikasi pemeriksaan CT-scan pada kasus trauma kepala
adalah seperti berikut:
1. DIAGNOSA AKHIR
Diagnosis
: Penurunan kesadaran
Klinik
Diagnosis
: Lobus frontalis
topik
1. PLANNING
Perawatan intensif
Konsultasi Rehab Medik (Fisioterapi) : positioning, alih baring,
terapi gerak aktif dan pasif, bed rest.
Urin Cateter
Terapi pembedahan
Indikasi bedah :
1. PENATALAKSANAAN
1. Infus RL 20 tpm
2. Kanul Oksigen 3lpm
3. Urin Cateter
4. Citicolin 2 x 500 mg
5. Piracetam 3 gr/ 6jam
6. Ranitidin 2x50mg
7. Deksamethason 2mg/ 8jam
8. Manitol 4|3|2|2|1 x 125 mg
9. Ceftriakson 1 gr/12jam
10. Furosemid 1×1
11. Ketorolac 2 x 50mg
12. PO : Haloperidol 3 x 1tab
DISKUSI III
Piracetam berperan meningkatkan energi (ATP) otak, meningkatkan aktifitas adenylat kinase
(AK) yang merupakan kunci metabolisme energi dimana mengubah ADP menjadi ATP dan
AMP, meningkatkan sintesis dan pertukaran cytochrome b5 yang merupakan komponen
kunci dalam rantai transport elektron dimana energi ATP diproduksi di mitokondria (James,
2004). Piracetam juga digunakan untuk perbaikan defisit neurologi khususnya kelemahan
motorik dan kemampuan bicara pada kasus-kasus cerebral iskemia, dan juga dapat
mengurangi severitas atau kemunculan post traumatik / concussion sindrom. Citicolin
berperan untuk perbaikan membran sel saraf melalui peningkatan
sintesis phosphatidylcholine dan perbaikan neuron kolinergik yang rusak melalui potensiasi
dari produksi asetilkolin. Citicoline juga menunjukkan kemampuan untuk meningkatkan
kemampuan kognitif, Citicoline diharapkan mampu membantu rehabilitasi memori pada
pasien dengan luka pada kepala dengan cara membantu dalam pemulihan darah ke otak. Studi
klinis menunjukkan peningkatan kemampuan kognitif dan motorik yang lebih baik pada
pasien yang terluka di kepala dan mendapatkan citicoline. Citicoline juga meningkatkan
pemulihan ingatan pada pasien yang mengalami gegar otak. Pada gangguan Neurologis,
Diuretic Osmotik (Manitol) merupakan jenis Diuretik yang paling banyak
digunakan. Manitol adalah suatu hiperosmotik agent yang digunakan
dengan segera meningkatkan volume plasma untuk meningkatkan
aliran darah otak dan menghantarkan oksigen. Ini merupakan salah
satu alasan Manitol sampai saat ini masih digunakan mengobati pasien
untuk menurunkan peningkatan tenanan intra cranial. Manitol selalu
dipakai untuk terapi edema otak, khususnya pada kasus dengan
Hernisiasi. Manitol adalah larutan Hiperosmolar yang digunakan untuk
terapi meningkatkan osmolalitas serum .(Ellen Barker. 2002). Dengan
alasan fisiologis ini, cara kerja Diuretic Osmotik (Manitol) ialah
meningkatkan osmolalitas plasma dan menarik cairan normal dari
dalam sel otak yang osmolarnya rendah ke intravaskuler yang olmolar
tinggi, untuk menurunkan edema otak. Furosemid adalah suatu derivat
asam antranilat yang efektif sebagai diuretik. Diuretik kuat ini bekerja
pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal
dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan
klorida. Mekanisme kerja furosemida adalah menghambat penyerapan
kembali natrium oleh sel tubuli ginjal. Fungsi utama diuretik adalah
untuk memobilisasi cairan edema, yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan
ekstrasel kembali menjadi normal. Ceftriakson adalah derivat thiazolyl
ditemukan pada tahun 1983 dari generasi ketiga sepalosporin dengan
sifat anti-laktamase dan anti kuman gram negatif kuat. Mekanisme
kerja à Dinding sel bakteri merupakan lapisan luar yang kaku, yang
menutupi keseluruhan membran sitoplasma. Dinding sel terdiri dari
peptidoglycan. Seftriakson menghambat sintesis peptidoglycan yang
diperlukan kuman sehingga sel mengalami lisis dan sel bakteri akan
mati. Ranitidin diberikan untuk mencegah efek samping dan interaksi
dari obat lain. Ranitidin bekerja menghambat reseptor H₂ secara
selektif dan menghambat sekresi asam lambung akibat perangsangan
obat muskarinik, stimulasi atau gastrin. Ketorolac merupakan
analgesik poten dengan anti-inflamasi sedang. Ketorolac
memperlihatkan efektivitas sebanding morfin, masa kerjanya lebih
panjang dan efek sampingnya lebih ringan. Karena ketorolac sangat
selektif menghambat COX-1, maka obat ini hanya dianjurkan sipakai
tidak lebih dari 5 hari karena kemungkinan tukak lambung dan iritasi
lambung besar sekali. Deksametason merupakan salah satu golongan
kortikosteroid. Kortikosteroid dapat mempengaruhi susunan saraf
pusat secara tidak langsung melalui metabolisme karbohidrat, sistem
sirkulasi dan keseimbangan elektrolit. Secara mikroskopik, obat ini
menghambat fenomena inflamasi dini yaitu edema, deposit fibrin,
dilatasi kapiler , migrasi leukosit dan aktivitas fagositosis.
Kortikosteroid juga efektif untuk mencegah atau mengobati edema
serebral. Haloperidol merupakan obat golongan antipsikosis tipikal.
Haloperidol mempunyai efek sedatif dan menurunkan ambang rangsang
konvulsi. Haloperidol juga dapat memberikan efek menenangkan
keadaan mania pada pasien pikosis. Efek lainnya yaitu sebagai
antiemetik.
PROGNOSIS
Death : dubia ad malam
Disease : dubia ad malam
Disability : dubia ad malam
Discomfort : dubia ad malam
Dissatisfaction : dubia ad malam
Distitution : dubia ad malam
Subjective
0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1
SOAP 18
6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7
Pusing – – – – + + + + + + + + +
Munta
+ – – – – – – – – – – – –
h
Gelisah + + + + + + + + + + + + +
Objective
SOAP 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18
TTV
140 / 180/ 170/ 130/ 150/ 140/ 140 120/ 120/ 110/
TD 140/90 140/90 130/80
80 100 110 100 100 100 / 90 80 80 70
80 84 80 80 100 96 84 80 80
N 88 x/m 84 x/m 84 x/m 76x/m
x/m x/m x/m x/m x/m x/m x/m x/m x/m
18 20 21 24 20 22 20 20 20 24
RR 24 x/m 20 x/m 20x/m
x/m x/m x/m x/m x/m x/m x/m x/m x/m x/m
SOAP 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18
PLANNING
Infus RL 20 tpm
Inj. Piracetam 3x 3 gr
Inj. Citicolin 2 x 500 mg
Inj. Ceftriakson 2 x 1 gr –
Diltiazem 2 x 30mg
Clobazam 2 x 5mg
DAFTAR PUSTAKA