Anda di halaman 1dari 7

RINGKASAN MATA KULIAH

“KONSEP LABA”
PUPUT ANISA
AKUNTANSI RESOR 2017
105731111317

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


Jl. Sultan Alauddin No.259, Gn. Sari, Kec. Rappocini, Kota Makassar,
Sulawesi Selatan 90221
KONSEP LABA DALAM PELAPORAN KEUANGAN

A. PENGERTIAN LABA

Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki berbagai
kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi
perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi, dan
pengambilan keputusan, dan unsur prediksi. Dalam SFAC no. 1 menyebutkan bahwa
informasi laba merupakan komponen laporan keuangan yang disediakan dengan tujuan
membantu menyediakan informasi untuk menilai kinerja manajemen, mengestimasi
kemampuan laba yang representative dalam jangka panjang dan menaksir resiko dalam
investasi atau kredit. Pengertian laba secara konvensional adalah nilai maksimum yang dapat
dibagi atau di konsumsi selama satu periode akuntansi dimana keadaan pada akhir periode
masih sama seperti pada awal periode.

Laba dalam teori akuntansi biasanya lebih menunjuk pada konsep yang oleh FASB disebut
dengan laba komprehensif. Laba komprehensif dimaknai sebagai kenaikan aset bersih selain
yang berasal dari transaksi dengan pemilik. Sedangkan earning adalah laba yang
diakumulasikan selama beberapa periode atau kenaikan ekuitas atau aktiva neto suatu
perusahaan yang disebabkan karena aktivitas operasi maupun aktivitas di luar usaha selama
periode tertentu. Earning merupakan konsep yang paling sempit sedang comprehensive
income merupakan konsep paling luas.

Di dalam laba akuntansi terdapat berbagai komponen yaitu kombinasi beberapa komponen
pokok seperti laba kotor , laba usaha, laba sebelum pajak dan laba sesudah pajak, sehingga
dalam menentukan besarnya laba akuntansi investor dapat melihat dari perhitungan laba
setelah pajak. SFAC No. 1 mengasumsikan bahwa laba akuntansi merupakan ukuran yang
baik dari kinerja suatu perusahaan dan bahwa laba akuntansi dapat digunakan untuk
meramalkan arus kas masa depan.

Laba akuntansi dengan berbagai interpretasinya diharapkan dapat digunakan antara lain
sebagai:

1. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang


diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi (rate of retun on inuested capital).
2. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemcn.
3. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.
4. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara.
5. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan public.
6. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.
7. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
8. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan. dan
9. Dasar pembagian dividen.
Bila dilihat secara mendalam, laba akuntansi bukanlah definisi yang sesungguhnya dari laba
melainkan hanya merupakan penjelasan mengenai cara untuk menghitung laba. Karakteristik
dari pengertian laba akuntansi semacam itu mengandung beberapa keunggulan. Beberapa
keunggulan laba akuntansi yang dikemukakan oleh Muqodim adalah:

1. Terbukti teruji sepanjang sejarah bahwa laba akuntansi bermanfaat bagi para
pemakainya dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laba akuntansi telah diukur dan dilaporkan secara obyektif dapat diuj kebenarannya
sebab didasarkan pada transaksi nyata yang didukung oleh bukti.
3. Berdasarkan prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan laba akuntansi memenuhi
dasar konservatisme.
4. Laba akuntansi bermanfaat untuk tujuan pengendalian terutama berkaitan dengan
pertanggungjawaban manajemen.

B. TUJUAN PELAPORAN LABA

Salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang dapat
menunjukan prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba (earning per share). Dengan
konsep yang selama ini digunakan diharapkan para pemakai laporan dapat mengambil
keputusan ekonomi yang tepat sesuai dengan kepentingannya. Meskipun konsep laba yang
digunakan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan para pemakai, namun adanya berbagai
konsep dan tujuan laba, mengakibatkan konsep laba tunggal tidak dapat memenuhi semua
kebutuhan pihak pemakai laporan. Atas dasar kenyataan ini ada dua alternatif yang dapat
digunakan yaitu memformulasikan konsep laba tunggal untuk memenuhi berbagai tujuan
secara umum atau menggunakan berbagai konsep laba dan menyajikan secara jelas konsep
laba tersebut secara khusus.

Tanpa memperhatikan masalah yang muncul, informasi laba sebenarnya dapat digunakan
untuk memnuhi berbagai tujuan. Tujuan pelaporan laba adalah untuk meyajikan informasi
yang bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan. Informasi tentang laba perusahaan dapat
digunakan :

1. Sebagai indicator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang
diwujudkan dalam tingkat kembalian (rate of return on invested capital)
2. Sebagai pengukur prestasi manajemen
3. Sebagai dasar penentuan besarnya pengenaan pajak
4. Sebagai alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu Negara
5. Sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus
6. Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan
7. Sebagai dasar untuk kenaikan kemakmuran
8. Sebagai dasar pembagian deviden
C. KUALITAS INFORMASI LABA

M. Yusuf, dkk (2002) menyebutkan bahwa informasi laba harus dilihat dalam kaitannya
dengan persepsi pengambilan keputusan. Karena kualitas informasi laba ditentukan oleh
kemampuannya memotivasi tindakan individu dan membantu pengambilan keputusan yang
efektif. Hal ini didukung oleh FASB yang menerbitkan SFAC No. 1 yang menganggap
bahwa laba akuntansi merupakan pengukuran yang baik atas prestasi perusahaan dan oleh
karena itu laba akuntansi hendaknya dapat digunakan dalam prediksi arus kas dan laba di
masa yang akan datang.

Berdasarkan latar belakang tersebut, Hendriksen dalam bukunya Accounting Theory edisi
kelima (1992:338) menetapkan tiga konsep dalam usaha mendefinisikan dan mengukur laba
menuju tingkatan bahasa. Adapun konsep-konsep tersebut meliputi:

1. Konsep Laba pada Tingkat Sintaksis (Struktural)

Pada tingkat sintaksis konsep income dihubungkan dengan konvensi (kebiasaan) dan aturan
logis serta konsisten dengan mendasarkan pada premis dan konsep yang telah berkembang
dari praktik akuntansi yang ada. Terdapat dua pendekatan pengukuran laba (income
measurement) pada tingkat sintaksis, yaitu: Pendekatan Transaksi dan Pendekatan Aktiva.

2. Konsep Laba pada Tingkat Sematik (Interpretatif)

Pada konsep ini income ditelaah hubungannya dengan realita ekonomi. Dalam usahanya
memberikan makna interpretatif dari konsep laba akuntansi (accounting income), para
akuntan seringkali merujuk pada dua konsep ekonomi. Kedua konsep ekonomi tersebut
adalah Konsep Pemeliharaan Modal dan Laba sebagai Alat Ukur Efisiensi.

3. Konsep Laba pada Tingkat Pragmatis (Perilaku)

Pada tingkat pragmatis (perilaku) konsep income dikaitkan dengan pengguna laporan
keuangan terhadap informasi yang tersirat dari laba perusahaan. Beberapa reaksi usaha users
dapat ditunjukkan dengan proses pengambilan keputusan dari investor dan kreditor, reaksi
harga surat terhadap pelaporan income atau reaksi umpan balik (feedback) dari manajemen
dan akuntan terhadap income yang dilaporkan.

D. PENGUKURAN & PENGAKUAN LABA

Pengukuran terhadap laba merupakan penentuan jumlah rupiah laba yang dicatat dan
disajikan dalam laporan keuangan. Pengukuran besarnya laba sangat tergantung pada
besarnya pendapatan dan biaya. Karena laba adalah bagian dari pendapatan, maka konsep
penghimpunan an realisasi pendapatan juga berlaku untuk laba. Dengan demikian perlakuan
akuntansi terhadap laba tidak akan menyimpang dari perlakuan akuntansi terhadap
pendapatan.
Oleh karena laba merupakan selisih antara pendapatan dan biaya, secara umum laba diakui
sejalan dengan pengakuan pendapatan dan biaya. Dalam Konsep Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan, IAI (1994) menyebutkan bahwa:

penghasilan (income) akan diakui apabila kenaikan manfaat ekonomi di masa mendatang
yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan
jumlahnya dapat diukur dengan andal. (paragrap 92)

Secara konseptual ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur laba.
Pendekatan tersebut adalah pendekatan transaksi, pendekatan kegiatan dan pendekatan
mempertahankan capital/ kemakmuran (capital maintenence)

1. Pendekatan Transaksi

Pendekatan transaksi menganggap bahwa perubahan aktiva / hutang (laba) terjadi hanya
karena transaksi, baik internal maupun eksternal. Transaksi eksternal timbul karena adanya
transaksi yang melibatkan perubahan aktiva /hutang dengan pihak luar perusahaan. Transaksi
internal timbul dari pemakaian atau konversi aktiva dalam perusahaan.

Pada saat transaksi eksternal terjadi, nilai pasar dapat dijadikan dasar untuk mengakui
pendapatan. Transaksi internal berasal dari perubahan nilai, yaitu perubahan nilai dari
pemakaian atau konversi aktiva. Apabila konversi telah terjadi, maka nilai aktiva lama akan
diubah menjadi aktiva baru.konsep atau pendekatan ini sama dengan konsep realisasi
pendapatan.

Pendekatan ini memiliki beberapa kebaikan yaitu :

1. Komponen laba dapat dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara. Misalnya : atas
dasar, produk /konsumen.
2. Laba operasi dapat dipisahkan dari laba non operasi.
3. Dapat dijadikan dasar dalam penentuan tipe dan kuantitas aktiva dan hutang yang ada
pada akhir periode.
4. Efisiensi usaha memerlukan pencatatan transaksi external untuk berbagai tujuan.
5. Berbagai laporan dapat dibuat dan dikaitkan antara laporan yang satu dengan yang
lainnya.

2. Pendekatan Kegiatan

Laba dianggap timbul bila kegiatan tertentu telah dilaksanakan. Jadi laba bisa timbul pada
tahap perencanaan, pembelian, produksi, penjualan dan pengumpulan kas. Dalam
penerapannya, pendekatan ini merupakan perluasan dari pendekatan transaksi. Hal ini
disebabkan pendekatan kegiatan dimulai dengan transaksi sebagai dasar pengukuran.
Perbedaannya adalah bahwa pendekatan transaksi didasarkan pada proses pelaporan yang
mengukur transaksi dengan pihak luar.
Kebaikan pendekatan kegiatan adalah :

1. Laba yang berasal dari produksi dan penjualan barang memerlukan jenios evaluasi
dan prediksi yang berbeda dibandingkan laba yang berasal dari pembelian dan
penjualan surat berharga yang ditukar pada usaha memperoleh capital gain.
2. Effisiensi manajemen dapat diukur dengan lebih baik bila laba diklasifikasikan
menurut jenis kegiatan yang menjadi tanggung jawab manajemen.
3. Memungkinkan prediksi yang lebih baik karena adanya perbedaan pola perilaku dari
jenis kegiatan yang berbeda.

3. Pendekatan Mempertahankan Kemakmuran (Capital Maintenance Concept)

Atas dasar pendekatan ini, laba diukur dan diakui setelah kapital awal dapat dipertahankan.
Sebelum membahas pengukuran laba atas dasar konsep mempertahankan
kemakmuran/kapital, akan dibicarakan lebih dahulu mengenai konsep laba dan kapital.

Dalam konsep mempertahankan kemakmuran, kapital (capital) artian luas dan dalam
berbagai bentuknya. Jadi kapital diartikan sebagai sekelompok kekayaan tanpa
memperhatikan siapa yang memiliki kekayaan tersebut. Kam (1990) mendefinisikan laba
sebagai berikut :

Laba (income) adalah perubahan dalam kapital perusahaan diantara dua titik waktu yang
berbeda (awal dan akhir), diluar perubahan karena investasi oleh pemilik dan distribusi
kepada pemilik, dimana kapital dinyatakan dalam bentuk nilai (value) dan didasarkan pada
skala pengukuran tertentu (p. 194)

Sementara Hendrikson (1989) mengartikan kapital laba sebagai berikut : Laba adalah aliran
jasa sepanjangperiode waktu. Kapital adalah persediaan kemakmuran (the embodiment of
future services), dan laba merupakan aliran kemakmuran yang dapat dinikmati selama satu
periode tertentu (p. 142)

Dari pengertian di atas, dapat dirumuskan bahwa atas dasar konsep kapital sebagai tingkat
kemakmuran, maka laba merupakan aliran kemakmuran yang dapat di konsumsikan
(dinikmati) selama satu periode, tanpa mengurangi tingkat kemakmuran sebelumnya. Dengan
demikian laba dapat diukur dari selisih antara tingkat kemakmuran pada akhir periode dengan
tingkat kemakmuran pada awal periode [ Laba = total aktiva neto (akhir periode)- kapital
yang diinvestasikan (awal periode)]. Konsep pengukuran laba ini disebut dengan konsep
mempertahankan kapital/kemakmuran (wealth or capital maintenance concept).

Kapital yang digunakan dalam konsep ini adalah kapital neto (net-worth) atau aktiva neto.
Kapital dinyatakan dalam bentuk nilai ekonomi pada skala pengukuran tertentu. pengukuran
terhadap sangat dipengaruhi oleh nilai (unit pengukur), jenis kapital, dan skala pengukuran.
Perbedaan terhadap ketiga faktor tersebut akan mengakibatkan perbedaan besarnya laba yang
diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA

https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/01/11/konsep-laba-dalam-pelaporan-keuangan/

http://anggunteroiakuntasi.blogspot.com/2016/12/konsep-laba-dan-pengukurannya-di.html

Anda mungkin juga menyukai