PERPAJAKAN 1
NAMA KELOMPOK:
FAKULTAS EKONOMI
PRODI AKUNTANSI
UNIVERSITAS WARMADEWA
2020
2.1 Dasar Hukum Bea Materai
2. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Materai dan
Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal Yang Dikenakan Bea Materai.
10. Surat Edaran Nomor 29/PJ.5/2000 tentang Dokumen Perbankan yang dikenakan Bea
Materai.
"Bea Materai adalah pajak tidak langsung yang dipungut secara insidentil (sekali
pungut) atas dokumen yang disebut oleh Undang-Undang Bea Materai yang digunakan
masyarakat dalam lalu lintas hukum sehingga dokumen tersebut dapat digunakan sebagai alat
bukti dimuka pengadilan."
Dengan kata lain, Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas pemanfaatan dokumen, seperti
surat perjanjian, akta notaris, kwitansi pembayaran, surat berharga, dan efek, yang memuat
jumlah uang atau nominal diatas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan dan dokumen yang
digunakan sebagai alat bukti di pengadilan.
Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang
perbuatan, keadaan atau kenyataan bagi seseorang dan/atau pihak-pihak yang berkepentingan
Benda materai adalah materai tempel dan kertas materai yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Republik Indonesia.
Pemateraian kemudian adalah suatu cara pelunasan Bea Materai yang dilakukan oleh Pejabat Pos
atas permintaan pemegang dokumen yang Bea Meterainya belum dilunasi sebagaimana
mestinya.
Pejabat Pos adalah Pejabat Perusahaan Umum Pos dan Giro yang diserahi tugas melayani
permintaan pemeteraian kemudian.
1) Surat perjanjian dan surat-surat lainnya (antara lain: surat kuasa, surat hibah, surat
pernyataan) yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai
perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata.
3) Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk rangkap-rangkapnya.
4) Surat yang memuat jumlah atau harga nominal yang dinyatakan dalam mata uang asing yaitu:
· yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening bank
· yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagian telah dilunasi atau
diperhitungkan.
7) Surat-surat biasa dan surat-surat kerumah tanggaan serta surat-surat uang semula tidak
dikenakan bea materai berdasarkan tujuannya, jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan
oleh orang lain, lain dari maksud semula, yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka
pengadilan.
· konosemen;
3) Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan dan pembayaran lainnya yang ada
kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan
pembayaran itu.
4) Tanda bukti penerimaan uang negara dari kas Negara dan kas pemerintah daerah.
5) Kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat disamakan
dengan itu ke kas negara, kas pemerintah.
7) Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan kepada penabung oleh
bank, koperasi, dan badan-badan lainnya yang bergerak di bidang tersebut.
9) Tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek, dengan nama dan bentuk apapun.
10) Apabila suatu dokumen (kecuali cek dan bilyet giro) mempunyai tidak lebih dari Rp
250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah), maka atas dokumen tersebut tidak terutang Bea
Materai.
2.4 Tarif Bea Materai
a. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan
sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata.
c. Surat berharga seperti wesel, promes, dan aksep selama nominalnya lebih dari
Rp. 1.000.000,00
Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka Pengadilan, yaitu :
- Surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Materai berdasarkan tujuannya, jika
digunakan untuk tujuan lain atau digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain
selain dari tujuan semula.
2. Untuk dokumen yang menyatakan nominal uang dengan batasan sebagai berikut :
- Nominal antara Rp. 250.000,00-Rp. 1.000.000,00 dikenakan Bea Materai Rp. 3.000,-
3. Cek dan Bilyet Giro dikenakan Bea Materai dengan tarif sebesar Rp. 3.000,- tanpa batas
pengenaan besarnya harga nominal.
4. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang mempunyai harga nominal sampai
dengan Rp. 1.000.000,00 dikenakan Bea Materai Rp. 3.000,- sedangkan yang mempunyai
nominal lebih dari Rp. 1.000.000,00 dikenakan Bea Materai Rp. 6.000,00.
5. Sekumpulan Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang tercantum dalam surat
kolektif yang mempunyai jumlah harga nominal sampai dengan Rp. 1.000.000,00 dikenakan Bea
Materai Rp. 3.000,- sedangkan yang mempunyai nominal lebih dari Rp. 1.000.000,00 dikenakan
Bea Materai Rp. 6.000,00.
1. Saat terutang bea materai adalah saat sebelum dokumen yang terutang bea materai tersebut
digunakan. Dalam Pasal 5 UU No. 13 Tahun 1985 disebutkan saat terutangnya bea materai
sebagai berikut :
Saat terutangnya bea materai atas dokumen yang dibuat oleh satu pihak adalah pada saat
dokumen diserahkan kepada pihak untuk siapa dokumen itu dibuat, misalnya cek.
Saat terutangnya bea materai adalah pada saat dokumen tersebut telah selesai dibuat, yang
ditutup dengan tanda tangan dari pihak-pihak yang bersangkutan.
Saat terutangnya bea materai adalah pada saat dokumen tersebut digunakan di Indonesia.
Bea materai terutang oleh pihak yang menerima atau pihak yang mendapat manfaat dari
dokumen, kecuali pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain.
A. Cara Pelunasan
v Dalam menempelkan materai tempel dan menggunakan kertas materai harus diperhatikan hal-
hal sebagai berikut (pasal 7 ayat (3), (4), (5) dan (6) UU No. 13 Tahun 1985) :
a. Materai tempel harus direkatkan seluruhnya dengan utuh dan tidak rusak di atas dokumen
yang dikenakan bea materai.
c. Pembubuhan tanda tangan disertai dengan pencantuman tanggal, bulan dan tahun dilakukan
dengan tinta atau yang sejenis dengan itu, sehingga sebagian tanda tangan ada di kertas dan
sebagian lagi di atas materai tempel.
d. Jika digunakan lebih dari satu materai tempel, tanda tangan harus dibubuhkan sebagian di
atas semua materai tempel dan sebagian di atas kertas.
v Bila pelunasan bea materai dilakukan dengan menggunakan kertas materai maka harus
memperhatikan hal-hal sebagaimana yang tercantum dalam pasal 7 UU No. 13 Tahun 1985
sebagai berikut :
a. Kertas materai yang sudah digunakan tidak boleh digunakan lagi (ayat (7))
b. Jika isi dokumen yang dikenakan bea materai terlalu panjang untuk dimuat seluruhnya di atas
kertas bea materai yang digunakan, maka untuk bagian isi yang masih tertinggal dapat digunakan
kertas tidak bermaterai (ayat (8))
c. Bila ketentuan penggunaan dan cara pelunasan bea materai tidak dipenuhi, dokumen yang
bersangkutan dianggap tidak bermaterai (ayat (9))
Dengan pencetakan kata “LUNAS BEA MATERAI“ di atas dokumen tersebut yang dicetak
dengan menggunakan:
Mesin Teraan Materai;
Teknologi Percetakan;
Sistem Komputerisasi;
Pelunasan Bea Meterai dengan cara lain harus mendapat izin tertulis dari DirJen Pajak, dan hasil
pencetakannya harus dilaporkan juga ke DirJen Pajak (Pasal 2 Kep.No.133b/2000).
Dokumen yang dibuat di Luar Negeri pada saat akan digunakan di Indonesia harus telah dilunasi
dengan cara pemateraian kemudian. Selain itu, sesuai dengan bunyi pasal 10 UU No. 13 Tahun
1985, pemateraian kemudian dilakukan pula terhadap :
b. Dokumen yang bea materainya tidak atau kurang dilunasi ditambah denda.
B. Ketentuan Khusus
Pejabat pemerintah, hakim, panitera, juru sita, notaris dan pejabat umum lainnya yang masing-
masing tengah berada dalam tugas dan jabatannya tidak dibenarkan :
1. Menerima, mempertimbangkan atau menyimpan dokumen yang bea materainya tidak atau
kurang bayar
2. Melekatkan dokumen yang bea materainya tidak atau kurang dibayar sesuai dengan tarifnya
pada dokumen lain yang berkaitan
3. Membuat salinan, tembusan, rangkapan atau petikan dari dokumen yang bea materainya
tidak atau kurang dibayar
4. Memberikan keterangan atau catatan pada dokumen yang tidak atau kurang dibayar sesuai
dengan tarif bea materainya
5. Setiap pelanggaran terhadap ketentuan ini, dikenakan sanksi administratif sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
SANKSI ADMINISTRATIF
- Dokumen sebagaimana yang dimaksud dalam objek Bea Materai tidak atau kurang
dilunasi sebagaimana mestinya dikenakan denda administratif 200 % dari Bea Materai yang
tidak atau kurang dibayar.
- Pemegang dokumen atas dokumen sebagaimana dimaksud dalam huruf (a) harus
melunasi Bea Materai terutang berikut dendanya dengan cara pemateraian kemudian.
C. Daluwarsa
Kewajiban pemenuhan bea materai dan denda administrasi yang terutang menurut UU Bea
Materai menjadi daluwarsa setelah lampau waktu 5 tahun tanggal dokumen dibuat. Sesuai
dengan ketentuan dalam KUHP, maka barang siapa :
1. Meniru atau memalsukan materai tempel, kertas materai atau meniru dan memalsukan tanda
tangan yang perlu untuk mensahkan materai.
2. Dengan sengaja menyimpan dengan maksud untuk diedarkan atau memasukkan ke negara
Indonesia materai palsu, yang dipalsukan atau yag dibuat dengan melawan hak.
1. Dasar Hukum :
a. Atas dokumen yang semula tidak terutang Bea Materai namun akan digunakan sebagai alat
bukti di Pengadilan adalah sebesar Bea Materai yang terutang sesuai denggan peraturan yang
berlaku pada saat pemateraian kemudian.
b. Atas dokumen yang tidak atau kurang dilunasi adalah sebesar Bea Materai yang terutang.
c. Atas dokumen yang dibuat di luar negeri yang akan digunakan di Indonesia adalah sebesar
Bea Materai yang terutang sesuai dengan peraturan yang berlaku pada saat pemateraian
kemudian
Ø Denda sebesar 200 % dari Bea Materai yang tidak atau kurang dilunasi untuk point 1d.
Ø Denda sebesar 200% dari Bea Materai terutama untuk point 1c apabila pemateraian kemudian
dilakukan setelah dokumen digunakan.
4. Objek Pemateraian Kemudian
a. Dokumen yang semula tidak terutang Bea Materai namun akan digunakan sebagai alat
pembuktian di muka pengadilan
b. Dokumen yang Bea Materainya tidak atau kurang dilunasi sebagaimana mestinya
b. Pemegang dokumen melunasi Bea Materai yang terutang atas dokumen yang dimateraikan
kemudian sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 476/KMK.03/2002.
c. Pemegang dokumen yang Bea Materainya tidak atau kurang dilunasi dikenakan denda
administrasi sebesar 200% dari Bea Materai yang tidak atau kurang dilunasi dengan menggunaan
SSP kode MAP 0174.
d. Dokumen yang telah dimateraikan kemudian dan SSP dicap TELAH DIMATERAIKAN
KEMUDIAN SESUAI UU NO. 13 Tahun 1985 Jo 476/KMK.03/2002 oleh Pejabat Pos disertai
dengan tanda tangan, nama dan nomor pegawai Pejabat Pos bersangkutan.
c. Pemegang dokumen yang bea materainya tidak atau kurang dilunasi dikenakan denda
administrasi sebesar 200% dari Bea Materai yang tidak atau kurang dilunasi dengan
menggunakan SSP terpisah dengan SSP yan digunakan untuk memateraikan kemudian.
b. SSP yang digunakan untuk membayar denda administrasi diisi dengan Kode Jenis Pajak
(MAP) 0174
e. Daftar Dokumen yang telah dimateraikan kemudian dan SSP yang digunakan untuk
membayar pemateraian kemudian dicap TELAH DIMATERAIKAN KEMUDIAN SESUAI UU
NO. 13 Tahun 1985 Jo 476/KMK.03/2002 oleh Pejabat Pos disertai dengan tanda tangan, nama
dan nomor pegawai Pejabat Pos bersangkutan.