Anda di halaman 1dari 5

Dampak Bencana Alam (Natural Disaster)

Bencana alam yang terjadi akan menimbulkan berbagai permasalahan baik permasalahan
kesehatan, lingkungan, maupun ekonomi dan sosial. Banyaknya bencana alam yang terjadi di
Indonesia memberikan dampak dan pengaruh terhadap kualitas penduduk yang dapat dirasakan
baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak Langsung yang bisa dirasakan adalah
jatuhnya korban jiwa, hilang dan luka-luka, sedangkan dampak tidak langsung terhadap
penduduk antara lain terjadinya banyak kerusakan bangunan perumahan penduduk, sarana sosial
seperti bangunan sekolah, rumah sakit, dan sarana kesehatan lainnya, perkantoran, jalan,
jembatan, jaringan listrik dan telekomunikasi (Widayatun, 2013).
Dampak kesehatan secara saat bencana alam dapat dijabarkan sebagai berikut (Pan
American Health Organization, 2006) :
1. Reaksi Sosal
Setelah suatu bencana alam yang besar, sikap penduduk jarang mencapai tingkatan panik
atau berdiam diri. Tindakan individual yang spontan tetapi sangat terkelola bermunculan
saat mereka yang selamat pulih dengan cepat daris yok dan mulai bersiap diri untuk
mencapai tujuan personal yang helas. Korban selamat gempa bumi kerap memulai upaya
pencarian dan penyelamatan segera setelah gempa berlangsung dan dalam hitungan jam
mereka mungkin telah membentuk kelompok-kelompok untuk membawa korban yang
cedera ke pos pengobatan. Perilaku antisosial yang aktif, misalnya penjarahan besar-besaran,
hanya terjadi dalam kondisi tertentu.
2. Penyakit menular
Bencana alam dapat meningkatkan potensi penularan penyakit. Dalam jangka waktu yang
singkat, peningkatan insiden penyakit yang paling sering dilihat terutama disebabkan oleh
kontaminasi feses manusia pada makanan dan minuman. Dengan demikian, penyakit
semcam itu umumnya adalah penyakit enterik (perut).
Risiko terjadinya KLB epidemik penyakit menular sebanding dengan kepadatan penduduk
dan perpindahan penduduk. Kondisi ini meningkatkan desakan terhadap suplai air dan
makanan serta risiko kontaminasi, gangguan layanan sanitasi yang ada seperti sistem suplai
air bersih dan sistem pembuangan air kotor, dan meningkatkan kegagalan dalam
pemeliharaan program kesehatan masyarakat dalam periode segera setelah bencana.
3. Perpindahan Penduduk
Jika terjadi perpindahan penduduk secara besar-besaran, suatu kebutuhan mendesak akan
pemberian bantuan kemanusiaan terbentuk. Penduduk mungkin akan pindah ke daerah kota
jika layanan umum tidak dapat menangani dan akibatnya peningkatan angka kesakitan dan
kematian. Jika banyak rumah yang hancur, perpindahan penduduk besar-besaran akan
berlangsung dalam suatu wilayah perkotaan karena mereka mencari tumpangan baik di
rumah teman maupun kerabat.
4. Pengaruh Cuaca
Bahaya kesehatan dari pajanan terhadap unsur-unsur cuaca tidak besar, bahkan setelah
terjadi bencana di daerah beriklim sedang. Asalkan populasi teteap dalam kondisi kering,
berpakaian layak pakai, dan dapat menemukan perlindungan terhadap angin, kematian
akibat pajanan cuaca tampaknya bukan risiko utama. Kebutuhan untuk mendirikan tempat
perlindungan darurat sangat beragam bergantung pada keadaan setempat.
5. Makanan dan Gizi
Kekurangan bahan pangan setelah bencana dapat terjadi dikarenakan rusakanya lahan
pertanian dan perkebunan serta jalur transportasi sehingga pemenuhan kebutuhan pangan
menjadi terhambat. Pertumbuhan penduduk terjadi secara ekspnensial dan hal ini tetap harus
dipenuhi dengan penyediaan bahan pangan yang memadai. Lahan pangan yang dapat
ditanami perlu ketersediaan air. Pada saat bencana, debit air mulai rendah dan pada akhirnya
pasokan air menjadi berkurang. Akibatnya produksi pangan mengalami kekurangan
(Widodo, 2007).
6. Persediaan Air dan Sanitasi
Sistem persediaan air minum dan pembuangan air kotor sangat rentan pada bahaya bencana
alam. Kekurangan dalam jumlah dan mutu air minumakan meningkatkan risiko penyebaran
penyakit enterik.
7. Kesehatan Jiwa
Kecemasan dan depresi dapat terjadi pada kondisi masyarakat pasca bencana, sehingga
penting untuk dilakukan upaya perlindungan bagi keluarga terdampak bencana. Trauma
pada korban bencana alam tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Agar korban bencana
dapat terus melanjutkan kehidupannya secara normal, maka diperlukan terapi trauma/
pemulihan trauma (trauma healing). Trauma healing adalah salah satu kebutuhan utama bagi
korban bencana. Dengan terapi trauma healing diharapkan korban bisa benar-benar sembuh
dari traumanya dan dapat menjalani kehidupannya sebagaimana sebelum bencana terjadi
(Ade Rahman, 2018).
8. Kerusakan Infrastruktur Kesehatan
Pemberian pelayanan kesehatan pada kondisi bencana sering menemui banyak kendala
akibat rusaknya fasilitas kesehatan, tidak memadainya jumlah dan jenis obat serta alat
kesehatan, terbatasnya tenaga kesehatan dan dana operasional. Kondisi ini tentunya dapat
menimbulkan dampak lebih buruk bila tidak segera ditangani.

Dampak bencana dalam tataran sistem sosial-ekonomi yang beragam diakibatkan dari
kelangkaan informasi dan metodologi yang belum bisa bersifat universal dalam mengukur
dampak bencana. European Commission for Latin America and Caribbean (ECLAC)
mengusulkan sebuah metodologi yang dirancang untuk melakukan penilaian dampak bencana
bagi ekonomi, yang dibedakan dalam tiga kelompok (Listya Endang, 2011):
1. Direct damages (kerusakan langsung), meliputi semua kerusakan pada aset tetap, modal dan
persediaan barang jadi dan setengah jadi, bahan baku dan suku cadang yang terjadi secara
bersamaan sebagai konsekuensi langsung. Pada tahap ini akan menyangkut pengeluaran
untuk bantuan darurat.
2. Indirect damages (kerusakan tidak langsung), dampaknya lebih pada arus barang yang tidak
akan diproduksi dan jasa yang tidak akan diberikan setelah bencana. Kerusakan tidak
langsung ini dapat meningkatkan pengeluaran operasional karena rusaknya infrastruktur.
Biaya yang bertambah terletak pada penyediaan layanan alternatif (alternatif cara produksi,
distribusi dan penyediaan barang dan jasa).
3. Secondary effect (dampak sekunder), meliputi dampak pada kinerja ekonomi secara
keseluruhan yang diukur melalui variabel ekonomi makro yang paling signifikan. Variabel
yang relevan dapat Produk Domestik Bruto (PDB) yang mencakup keseluruhan dan sektoral,
neraca perdagangan dan neraca pembayaran, tingkat utang dan cadangan moneter, keadaan
keuangan publik dan investasi modal bruto. Pada sisi keuangan publik seperti penurunan
pendapatan pajak atau peningkatan pengeluaran dapat menjadi sangat penting. Dampak
sekunder ini akan sangat dirasakan pada tahun fiskal dimana bencana terjadi, namun
memungkinkan juga berdampak pada tahun fiskal selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Pan American Health Organization. 2000. Bencana Alam: Perlindungan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Widayatun. 2013. Permasalahan Kesehatan dalam Kondisi Bencana: Peran Petugas Kesehatan
dan Partisipasi Masyarakat. Jurnal Kependudukan Indonesia, Vol. 8(1):hal. 37-53.

Widodo. 2007. Dampak Bencana Kekeringan terhadap Peluang Kesejahteraan Penduduk.


Populasi, Vol. 18(1).

Endang, Listya. 2011. Dampak Ekonomi Makro Bencana: Interaksi Bencana dan Pembangunan
Ekonomi Nasional. Seminr Nasional Informatika 2011.

Rahman, Ade. 2018. Analisa Kebutuhan Program Trauma Healing untuk Anak-Anak Pasca
Bencana Banjir di Kecamatan Sungai Pua Tahun 2018: Implementasi Manajemen
Bencana. Menara Ilmu, Vol. 12(7):hal. 1-6.
SOAL:
1. JELASKAN DAMPAK NATURAL DISASTER TERHADAP PERKEMBANGAN
PENYAKIT MENULAR!
2. SEBUTKAN DAMPAK-DAMPAK KESEHATAN DARI NATURAL DISASTER!

Anda mungkin juga menyukai