TINJAUAN TEORI
c. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium
eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan
serviks menutup.
d. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu
vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina
secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih
menonjol.
e. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang
oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, Perineum
sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap kendur dari
pada keadaan sebelum melahirkan.
f. Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi :
1) Penurunan kadar progesterone secara tepat dengan peningkatan hormone
prolaktin setelah persalinan
2) Kolostrum sudah ada saat persalinan. Produksi ASI terjadi pada hari ke-2 atau
hari ke-3 setelah persalinan
3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi
2) System Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Urin dalam jumlah yang
besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta
dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami
penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang
berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.(Wulan, 2011)
3) Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume
darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan
hemoglobin kembali normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami
penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap
lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan
dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah
dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.(Wulan, 2011)
b) Rasa sakit atau tidak nyaman, dengan atau tanpa pembengkakan, di area
abdominal bawah usai beberapa hari melahirkan.
c) Rasa sakit yang tak kunjung reda di daerah perineal, setelah beberapa hari
pertama.
e) Rasa sakit di tempat tertentu, bengkak, kemerahan, panas, dan rasa lembek
pada payudara begitu produksi penuh air susu mulai berkurang yang bisa
berarti tanda-tanda mastitis.
3) Subinvolusi uterus
adalah proses involusi rahim (pengecilan rahim) tidak berjalan sesuai
Subinvolusi Uterus Gumpalan darah sebagaimana mestinya, sehingga proses
pengecilan terlambat. Tanda dan gejala terjadinya subinvolusi uterus sebagai
berikut:
a) Uterus lunak dengan perlambatan atau tidak adanya penurunan tinggi
fundus uteri
b) Warna lokhia merah kecoklatan persisten atau berkembang lambat selama
tahap-tahap rabas lokhia diikuti perdarahan intermiten. Subinvolusi diterapi
dengan ergonovin (Ergotrate) atau metilergonovin (methergine), 0,2 mg per
oral setiap 4 jam selama 3 hari, ibu dievaluasi kembali dalam 2 minggu. Jika
ibu juga mengalami endometritis, tambahkan antibiotik spektrum lua
a) Rasa sakit hingga ke dada, yang bisa merupakan indikasi gumpalan darah
pada paru-paru (jangan dikacaukan dengan rasa nyeri dada yang biasanya
akibat mengejan terlalu kuat).
b) Rasa sakit di tempat tertentu, lemah dan hangat di betis atau paha dengan
atau tanpa adanya tanda merah, bengkak dan nyeri ketika menggerakkan
kaki, yang bisa merupakan tanda gumpalan darah pada saluran darah di
kaki.
5) Depresi postpartum
Dengan tanda dan gejala secara umum sebagai berikut:
Depresi yang mempengaruhi kemampuan untuk mengatasi, atau yang tidak
mereda setelah beberapa hari, perasaan marah pada bayi terutama jika
perasaan itu dibarengi dengan keinginan buruk.
Ibu dikonseling tentang adanya referensi dari Cina yang menyarankan isolasi
terpisah dari ibu yang terinfeksi dan bayinya selama 14 hari. Pemisahan sementara
bertujuan untuk mengurangi kontak antara ibu dan bayi Bila seorang ibu
menunjukkan bahwa ia ingin merawat bayi sendiri, maka segala upaya harus
dilakukan untuk memastikan bahwa ia telah menerima informasi lengkap dan
memahami potensi risiko terhadap bayi. Pemulangan untuk ibu postpartum harus
mengikuti rekomendasi pemulangan pasien COVID-19. (WHO, 2020).