Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Definisi Virus Corona (Covid-19)


Virus Corona adalah sebuah keluarga virus yang ditemukan pada manusia dan
hewan. Sebagian virusnya dapat mengingeksi manusia serta menyebabkan berbagai
penyakit, mulai dari penyakit umum seperti flu, hingga penyakit-penyakit yang lebih fatal,
seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS).
Penularan COVID-19 menyebar dengan cara mirip seperti flu, mengikuti pola
pemnyebaran droplet dan kontak. Gejala klinis pertama yang muncul, yaitu demam
(suhu lebih dari 38C), batuk dan kesulitan pernapas, selain itu dapat disertai dengan
sesak memberat, lemas, nyeri otot, diare dan gejala gangguan napas lainnya. Saat ini
masih belum ada vaksin untuk mencegah infeksi COVID-19. Cara terbaik untuk
mencegah infeksi adalah dengan menghidari terpapar virus penyebab. Lakukan
tindakan-tindakan pencegahan penularan dalam praktik kehidupan sehari-hari.
Virus ini dapat ditularkan dari manusia ke manusia dan telah menyebar secara luas
di China dan lebih dari 190 negara dan teritori lainnya.5 Pada 12 Maret 2020, WHO
mengumumkan COVID-19 sebagai pandemik.6 Hingga tanggal 29 Maret 2020, terdapat
634.835 kasus dan 33.106 jumlah kematian di seluruh dunia.5 Sementara di Indonesia
sudah ditetapkan 1.528 kasus dengan positif COVID-19 dan 136 kasus kematian.
Latar belakang virus Corona atau COVID-19, kasusnya dimulai dengan pneumonia
atau radang paru-paru. Kasus ini diduga berkaitan dengan pasar hewan Huanan di
Wuhan yang menjual berbagai jenis daging binatang, termasuk yang tidak biasa
dikonsumsi, misal ular, kelelawar, dan berbagai jenis tikus. Dengan latar belakang
tersebut, virus Corona bukan kali ini saja membuat warga dunia panik. Memiliki gejala
yang sama-sama mirip flu, virus Corona berkembang cepat hingga mengakibatkan
infeksi lebih parah.
Penyebaran penyakit menular diantara wilayah yang berbeda adalah fenomena yang
melibatkan banyak kompartemen (kelas) yang berbeda. Untuk mengontrol penyebaran
penyakit menular, kita harus memahami bagaimana pengaruh pertumbuhan dan
penyebaran penyakit menular tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi dinamika
populasi akibat penyakit menular, misalkan perpindahan populasi, gaya hidup, dan
meningkatnya perjalanan internasional. Untuk penyakit menular seperti SARS dan
MERS-CoV, faktor perpindahan populasi menjadi faktor penting yang mempengaruhi
penyebaran penyakit diantara wilayah yang berbeda (Benny, 2015).
2. Pencegahan Virus Corona
a) Sering mencuci tangan
Sering mencuci tangan di air mengalir selama 20 detik, bagi ibu nifas dan menyusui
harus mencuci tangan terlebih dahulu sebelum dan sesudah menyenuh bayi nya
b) Hindari kontak dekat
Hindari kontak secara langsung terlebih bayi dengan orang luar
c) Jaga jarak social
Satu diantar pencegahan penyebaran virus corona adalah menerapkan social
distancing dengan menerapkan social distancing ketika beraktifitas diluar ruangan
atau tempat umum sudah melakukan pencegahan penyebaran virus corona. Jika ibu
nifas ingin melakukan kunjungan nifas bisa menggunakan media online dan jika
ingin melakukan imunisasi pada bayi tetap menerapkan cara cara pencegahan virus
corona jika berpergian.
d) Gunakan masker jika sakit
Jika sakit gunakan masker untuk beraktifitas diluar atau akan mendatangi fasilitas
kesehatan
e) Hindari menyentuh hidung, mata, mulut
Tangan menyentuh banyak permukaan dan dapat mengandung banyak virus.
Setelah terkontaminasi tangan dapat memindahkan virus ke hidung, mata, mulut

3. Definisi masa Nifas


Nifas dari segi bahasa berasal dari kata “na fi sa” yang bermaksud melahirkan.
Nifas adalah darah yang keluar dari rahim yang disebabkan melahirkan atau setelah
melahirkan. Darah nifas merupakan darah yang tertahan dan tidak bisa keluar dari rahim
selama hamil. Ketika melahirkan, darah tersebut keluar sedikit demi sedikit. Darah yang
keluar sebelum melahirkan, disertai tanda-tanda kelahiran yang disebut juga sebagai
darah nifas.(DepKes, 2016)

4. Tujuan Asuhan Masa nifas


Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis
baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Masa
neonatus merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi, 2/3 kematian bayi terjadi dalam 4
minggu setelah persalinan dan 60% kematian BBL terjadi dalam waktu 7 hari setelah
lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi pada
masa nifas dapat mencegah beberapa kematian ini.
5. Perubahan Fisiologi Masa Nifas
1) Sistem Reproduksi
a. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
1) Bayi lahir fundus setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr
2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat
dengan berat uterus 750 gr
3) Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat
simpisis dengan berat uterus 500 gr
4) Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba di atas simpisis
dengan berat uterus 350 gr
5) Enam minggu post partum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus
50 gr
b. Lochea
Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa
nifas. Macam-macam lochia:
1) Lochia Rubra (Cruenta : Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-
sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari post
partum
2) Lochia Sanguinolenta: Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3-
7 post partum
3) Lochia Serosa: Berwarna kuning, cairan tidak darah lagi, pada hari ke 7-14
post partum
4) Lochia Alba: Cairan putih, setelah 2 minggu
5) Lochia Purulenta: Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
6) Lochiastasis: Lochia tidak lancar keluarnya

c. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium
eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan
serviks menutup.
d. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu
vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina
secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih
menonjol.

e. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang
oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, Perineum
sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap kendur dari
pada keadaan sebelum melahirkan.
f. Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi :
1) Penurunan kadar progesterone secara tepat dengan peningkatan hormone
prolaktin setelah persalinan
2) Kolostrum sudah ada saat persalinan. Produksi ASI terjadi pada hari ke-2 atau
hari ke-3 setelah persalinan
3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi

2) System Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Urin dalam jumlah yang
besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta
dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami
penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang
berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.(Wulan, 2011)

3) Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume
darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan
hemoglobin kembali normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami
penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap
lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan
dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah
dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.(Wulan, 2011)

4) System Gastrointestinal/ Pencernaan


Beberapa wanita mengalami konstipasi pada masa nifas, dikarenakan kurangnya
makanan berserat selama proses persalinan dan adanya rasa takut dari ibu karena
perineum sakit, terutama jika terdapat luka perineum. Namun kebanyakan kasus
sembuh secara spontan, dengan adanya ambulasi dini dan dengan mengonsumsi
makanan yang berserat. Jika tidak, dapat diberikan supositoria biskodil per rektal
untuk melunakan tinja. Defakasi harus terjadi dalam 3 hari post partum. (Wulan,
2011)

5) Tanda Bahaya Masa Nifas


Adalah suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya bahaya/
komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak
terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Pusdiknakes, 2013).
Tanda-tanda bahaya masa nifas, sebagai berikut :
1) Perdarahan Post Partum
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa
24 jam setelah anak lahir menurut waktu terjadinya di bagi atas 2 bagian :
a) Perdarahan Post Partum Primer (Early Post Partum Hemorrhage) yang
terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama adalah atonia
uteri, retensio placenta, sisa placenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak
dalam 2 jam pertama.

b) Perdarahan post partum sekunder (Late Post Partum Hemorrhage) yang


terjadi setelah 24 jam, biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai 15 post
partum. Penyebab utama adalah robekan jalan lahir dan sisa placenta.

2) Infeksi Post Partum


Dengan tanda dan gejala secara umum sebagai berikut:
a) Setelah 24 jam pertama, suhu di atas 37 0C lebih dari 1 hari. Tetapi kenaikan
suhu tubuh temporal hingga 410C tepat seusai melahirkan (karena dehidrasi)
atau demam ringan tidak lebih dari 380C pada waktu air susu mulai keluar
tidak perlu dikhawatirkan.

b) Rasa sakit atau tidak nyaman, dengan atau tanpa pembengkakan, di area
abdominal bawah usai beberapa hari melahirkan.
c) Rasa sakit yang tak kunjung reda di daerah perineal, setelah beberapa hari
pertama.

d) Bengkak di tempat tertentu dan/atau kemerahan, panas, dan keluar darah di


tempat insisi Caesar.

e) Rasa sakit di tempat tertentu, bengkak, kemerahan, panas, dan rasa lembek
pada payudara begitu produksi penuh air susu mulai berkurang yang bisa
berarti tanda-tanda mastitis.

3) Subinvolusi uterus
adalah proses involusi rahim (pengecilan rahim) tidak berjalan sesuai
Subinvolusi Uterus Gumpalan darah sebagaimana mestinya, sehingga proses
pengecilan terlambat. Tanda dan gejala terjadinya subinvolusi uterus sebagai
berikut:
a) Uterus lunak dengan perlambatan atau tidak adanya penurunan tinggi
fundus uteri
b) Warna lokhia merah kecoklatan persisten atau berkembang lambat selama
tahap-tahap rabas lokhia diikuti perdarahan intermiten. Subinvolusi diterapi
dengan ergonovin (Ergotrate) atau metilergonovin (methergine), 0,2 mg per
oral setiap 4 jam selama 3 hari, ibu dievaluasi kembali dalam 2 minggu. Jika
ibu juga mengalami endometritis, tambahkan antibiotik spektrum lua

4) Tromboflebitis dan emboli paru

Dengan tanda dan gejala secara umum sebagai berikut:

a) Rasa sakit hingga ke dada, yang bisa merupakan indikasi gumpalan darah
pada paru-paru (jangan dikacaukan dengan rasa nyeri dada yang biasanya
akibat mengejan terlalu kuat).

b) Rasa sakit di tempat tertentu, lemah dan hangat di betis atau paha dengan
atau tanpa adanya tanda merah, bengkak dan nyeri ketika menggerakkan
kaki, yang bisa merupakan tanda gumpalan darah pada saluran darah di
kaki.

Tromboflebitis pascapartum lebih umum terjadi pada wanita penderita


varikositis atau yang mungkin secara genetik rentan terhadap relaksasi
dinding vena dan stasis vena. Tromboflebitis vena profunda ditandai dengan
tanda dan gejala sebagai berikut: kemungkinan peningkatan suhu ringan,
takikardia ringan, awitan tiba-tiba nyeri sangat berat pada tungkai diperburuk
dengan pergerakan atau saat berdiri, edema pergelangan kaki, tungkai dan
paha, tanda homan positif, nyeri saat penekanan betis, nyeri tekan sepanjang
aliran pembuluh darah yang terkena dengan pembuluh darah dapat teraba.

5) Depresi postpartum
Dengan tanda dan gejala secara umum sebagai berikut:
Depresi yang mempengaruhi kemampuan untuk mengatasi, atau yang tidak
mereda setelah beberapa hari, perasaan marah pada bayi terutama jika
perasaan itu dibarengi dengan keinginan buruk.

6) Perawatan Masa Nifas


Perawatan masa Nifas selama Covid-19
Kunjungan nifas (KF) dilakukan sesuai jadwal kunjungan nifas yaitu :
a) KF 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2 (dua) hari pasca persalinan
b) KF 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari pasca persalinan
c) KF 3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh delapan) hari
pasca persalinan
d) KF 4 : pada periode 29 (dua puluh sembilan) sampai dengan 42 (empat puluh
dua) hari pasca persalinan.

Pelaksanaan kunjungan nifas dapat dilakukan dengan metode kunjungan rumah


oleh tenaga kesehatan atau pemantauan menggunakan media online (disesuaikan
dengan kondisi daerah terdampak COVID-19), dengan melakukan upaya-upaya
pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas, ibu dan keluarga. Karena
informasi mengenai virus baru ini terbatas dan tidak ada profilaksis atau pengobatan
yang tersedia, pilihan untuk perawatan bayi harus didiskusikan dengan keluarga
pasien dan tim kesehatan yang terkait. untuk ibu nifas, selalu cuci tangan setiap kali
sebelum dan sesudah memegang bayi dan sebelum menyusui. Ibu diberikan KIE
terhadap perawatan bayi baru lahir termasuk ASI ekslusif dan tanda – tanda bahaya
pada bayi baru lahir . Apabila ditemukan tanda bahaya pada bayi baru lahir, segera
bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan. Khusus untuk bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR), apabila ditemukan tanda bahaya atau permasalahan segera dibawa
ke Rumah Sakit.(Kemenkes, 2020)

Ibu dikonseling tentang adanya referensi dari Cina yang menyarankan isolasi
terpisah dari ibu yang terinfeksi dan bayinya selama 14 hari. Pemisahan sementara
bertujuan untuk mengurangi kontak antara ibu dan bayi Bila seorang ibu
menunjukkan bahwa ia ingin merawat bayi sendiri, maka segala upaya harus
dilakukan untuk memastikan bahwa ia telah menerima informasi lengkap dan
memahami potensi risiko terhadap bayi. Pemulangan untuk ibu postpartum harus
mengikuti rekomendasi pemulangan pasien COVID-19. (WHO, 2020).

Anda mungkin juga menyukai