Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN


(Pengertian Dan Penjelasan Shalat, Puasa, Zakat Dan Haji)
Kelompok 8

Disusun Oleh :
Devi Efrita 1904026129
Fitria La Tanudin 1904026153
Nafa Widya Anggraeni 1904026182
Rizki Ayu Putri 1904026202
Wahyu Ismalasari 1904026222

Dosen Pengampu
Anang Rohwiyono, M.Ag.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam memberikan pandangan, keyakinan dan jalan hidup bagi umat
manusia agar mampu mengatasi segala masalah di dunia, dan mengantarkannya
kepada kehidupan kekal bahagia di akhirat kelak. Dalam hal ini Islam
memberikan tekanan pada keseimbangan kehidupan, yakni memandang
kehidupan individu sama pentingnya di kehidupan akhirat kelak. Selain itu Islam
juga memandang kehidupan individu sama pentingnya dengan pembangunan
kehidupan sosial, mencari nafkah untuk kehidupan dunia sama pentingnya dengan
pergi ke masjid untuk beribadah.
Rukun Islam adalah pokok-pokok utama ajaran islam. Kita semua sebagai
manusia yang beragama islam harus berpegang teguh kepada ajaran Allah yakni
ajaran islam. Dengan berpegang teguh kepada ajaran agama Allah, maka hidup
kita akan selamat di dunia maupun di akhirat.Sebagai seorang muslim (islam)
wajib melaksanakan perintahnya agar hidup di dunia maupun di akhirat mendapat
kebahagiaan dan keberuntungan. Adapun rukun islam ada 5 yaitu, Membaca dua
kalimah Syahadat, mendirikan Shalat 5 waktu, membayar zakat, menjalankan
puasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan Haji.
Shalat merupakan rukun islam yang kedua yang diperintahkan Allah swt.
Amal ibadah yang pertama dihisab adalah shalat. Salat sebagai salah satu ibadah
maghdah mempunyai kedudukan yang sangat penting. Salat merupakan tiang
(rukun) sebagai tempat tegaknya agama Islam, sarana untuk membuktikan tentang
Islam dan keimanan seseorang. Selain itu umat islam juga harus berpuasa, yang
mana puasa merupakan ibadah agung yang hanya Allah SWT saja yang
mengetahui seberapa besar pahalanya. Seorang yang berpuasa juga akan
mendapatkan dua kebahagiaan yang tidak dirasakan oleh selain mereka, yaitu
kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika mereka bertemu dengan
Rabbnya. Untuk menyempurnakan puasa, umat islam diwajibkan untuk memberi
sebagian rezkinya kepada orang yang membutuhkan. Dimana islam sendiri tidak
melarang penganutnya untuk berusaha mencari harta, hanya saja ketika seseorang
sudah berhasil mendapatkan harta, maka harus diingat bahwa dalam harta itu
terdapat hak yang harus diberikan kepada mereka yang kurang beruntung dan
terjerat dalam kemiskinan yaitu dengan zakat. Namun jika mempunyai sedikit
rezki dan bias melaksakan rukun yang kelima yaitu haji maka laksanakan. Diman
ibadah haji termasuk ibadah pokok yang menjadi salah satu rukun Islam yang
kelima, Setelah syahadat, shalat, zakat, dan puasa. Haji adalah aktifitas suci yang
pada dasarnya pelaksanaanya diwajibkan oleh Allah SWT kepada umatnya yang
telah mencapai syarat istitha’ah (mampu) secara segi finansial, fisik, maupun
secara batinnya.

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Mahasiswa diharapkan dapat memahami pengertian shalat
2. Mahasiswa diharapkan dapat memahami pengertian puasa
3. Mahasiswa diharapkan dapat memahami pengertian zakat
4. Mahasiswa diharapkan dapat memahami pengertian haji

C. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengimplementasikan shalat dalam kehidupan sehari-
harinya
2. Mahasiswa dapat mengimplementasikan puasa dalam kehidupan sehari-
harinya
3. Mahasiswa dapat mengimplementasikan zakat dalam kehidupan sehari-
harinya
4. Mahasiswa dapat mengimplementasikan haji dalam kehidupan sehari-harinya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Shalat
1. Definisi Shalat
Secara etimologi, shalat berarti doa atau rahmat. Shalat berarti doa atau
rahmat. Shalat dalam arti doa dapat ditemukan dalam Q.S At-Taubah/9:103,
sedangkan shalat dalam arti rahmat terdapat dalam Q.S Al Ahzab/33:43. Adapun
secara terminology, shalat adalah suatu ibadah yang terdiri dari beberapa ucapan
dan perbuatan, yang diawali dengan takbiratul ihram.

2. Dalil Wajibnya Shalat


Dalil yang membahass mengenai wajibnya shalat ada beberapa ayat
diantarnya ialah
Q.S Al Hajj/22:77 yang berbunyi:
۟ ُ‫ُوا َربَّ ُك ْم َوٱ ْف َعل‬
َ‫وا ْٱل َخي َْر لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬ ۟ ‫ُوا َوٱ ْعبُد‬
۟ ‫ُوا َوٱ ْس ُجد‬ ۟ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
۟ ‫وا ٱرْ َكع‬
َ
“Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah
Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapatkan kemenangan”
(Q.S Al Hajj/22:77).

Sedangkan dalil hadist, salah satunya ialah hadist mengenai rukun Islam:
، ‫ َو ْال َح ِّج‬، ‫صاَل ِة َوإِيتَا ِء ال َّز َكا ِة‬
َّ ‫ َوإِقَ ِام ال‬، ِ‫ َشهَا َد ِة أَ ْن ال إِلَهَ إِاَّل هللاُ َوأَ َّن ُم َح َّمدًا َرسُو ُل هللا‬: ‫س‬
ٍ ‫نِ َي ا ِإل ْساَل ُم َعلَى خَ ْم‬
َ‫ضان‬
َ ‫صوْ ِم َر َم‬
َ ‫َو‬
“Islam didirikan diatas 5 perkara yaitu bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
berhak disembah secara benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan
Allah, mendirikan salat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke Baitullah dan
berpuasa pada bulan ramadhan” (HR Bukhari dan Muslim).

3. Kedudukan Shalat Dalam Islam


Shalat memiliki kedudukan yang penting didalam Islam melebihi ibadah-
ibadah lainnya. Hal ini berdasarkan urgensi shalat itu sendiri yang Allah setting
pada rukun kedua setelah 2 kalimat syahadat. Seakan-akan menjadi bukti
keislaman pertama sebelum rukun yang lain. Maka shalat merupakan:
a. Tiang Agama
َّ ‫َر ْأسُ األَ ْم ِر ا ِإل ْسالَ ُم َو َع ُمو ُدهُ ال‬
‫صالَةُ َو ِذرْ َوةُ َسنَا ِم ِه ْال ِجهَا ُد‬
Artinya: “Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak
perkaranya adalah jihad fi sabilillah” (HR Ahmad dan Tirmidzi).

b. Ibadah yang pertama diwajibkan


Artinya: "Diwajibkan kepada Nabi shallallahu'alaihi wa sallam 50 kali shalat
pada malam isra. Kemudian dikurangi hingga tinggal lima waktu, Kemudian
beliau dipanggil, 'Wahai Muhammad, sesungguhnya ketetapan-Ku tidak akan
berubah. Dari shalat lima waktu ini, engkau mendapatkan pahala 50'." (HR.
Ahmad, Nasa’i, dan Tirmidzi).
c. Ibadah yang pertama kali dihisab pada hari kiamat
Artinya: “Sesumgguhnya yang pertama kali dihisab atas seorang hamba dihari
kiamat nanti ialah shalatnya” (HR Ath-Thabrani).
d. Garis pemisah antara muslim dan kafir
Artinya:“Beda antara seorang laki-laki (Muslim) dengan kafir ialah
meninggalkan shalat” (HR Jamaah, kecuali Bukhari dan Nasa’i).
e. Syiar Islam yang utama dan tali penghubung antara hamba dengan tuhannya
‫ى‬ َّ ‫إِنَّنِ ٓى أَنَا ٱهَّلل ُ ٓاَل ِإ ٰلَهَ إِٓاَّل أَن َ۠ا فَٱ ْعبُ ْدنِى َوأَقِ ِم ٱل‬
ٓ ‫صلَ ٰوةَ لِ ِذ ْك ِر‬

Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain
Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”(Q.S
Thaha:14).

f. Kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan dalam kondisi apapun.

4. Hukum dan Ancaman Meninggalkan Shalat


Shalat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang telah baligh dan
tidak bisa ditwar-tawar lagi. Maka orang yang meninggalkan shalat dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Orang yang sengaja meninggalkan shalat dan menentang kewajiban shalat
atau tidak mengakui kewajiban shalat. Orang yang seperti ini dianggap
murtad karena telah menentang hukum Allah serta tidak mengakui kebenaran
dan keagungan Allah.
b. Orang yang sengaja meninggalkan shalat tetapi masih mengakui kewajiban
shalat tersebut. Orang seperti ini dihukumi kafir amaliy, bukan murtad.
c. Orang yang meninggalkan shalat dengan tidak sengaja. Orang seperti ini
wajib baginya menunaikan shalat yang terluput itu disat dia terbangun.

5. Syarat Wajib Shalat


a. Islam
b. Berakal
c. Baligh
d. Suci dari hadast besar dan kecil
e. Sadar

6. Syarat Sah Shalat


a. Sudah masuk waktu shalat
Perincian waktu shalat fardu ialah sebagai berikut :
1) Dzuhur. Waktunya dari tergelincirnya matahari kearah barat sampai panjang
bayangan dua kali lipat dari panjang benda aslinya.
2) Ashar. Waktunya dari panjang bayangan dua kali lipat dari panjang benda
aslinya sampai tenggelamnya matahari. 
3) Magrib. Waktunya dari tenggelamnya matahari sampai hilangnya mendung
merah dilangit.
4) Isya. Waktunya dari hilangnya mendung merah di langit sampai munculnya
fajar. 

5) Shubuh. Waktunya dari menculnya fajar shadiq sampai terbitnya matahari.

b. Suci badan, pakaian dan tempat shalat dari hadats dan najis
Najis-najis tersebut ialah ghaith atau tahi, air kencing, darah haidh dan
nifas, madzi, dan terkena jilatan anjing.

c. Menutup aurat
Aurat lelaki ialah antara pusar dengan lutut, sedangkan aurat perempuan
adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.

d. Menghadap kiblat
Kecuali orang yang tidak tau arah atau orang yang sedang berkendaraan.
7. Kaifiyah (Tata Cara) Shalat
a. Berdiri tegak menghadap kiblat
b. Takbiratul Ihram dan bersedekap
Dilakukan dengan niat ikhlas karena Allah seraya mengangkat kedua belah
tangan sejurus bahu, mensejajarkan ibu jari pada daun telinga. Lalu letakkan
tangan kanan pada punggung telapak tangan kiri di atas dada.
c. Membaca do'a iftitah :

d. Membaca surat al fatihah diawali dengan bacaan ta’awudz dan basmallah.


e. Membaca salah satu surat atau ayat al qur’an yang dianggap mudah
f. Rukuk
Ruku'lah dengan bertakbir seraya melempangkan (meratakan) punggungmu
dengan lehermu, memegang kedua lututmu dengan dua belah tanganmu
sementara itu berdo'a:

‫ك اللَّهُ َّم َربَّنَا َوبِ َح ْم ِدكَ اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ ِل‬


َ َ‫ُسب َْحان‬
g. I’tidal
Dilakukan dengan mengangkat kedua belah tanganmu seperti dalam
takbiratul ihram dan berdo'alah ُ‫ َس ِم َع اهللا لِ َم ْن َح ِم َده‬dan bila sudah lurus berdiri
berdo'alah : ‫الح ْمد‬
َ ‫ك‬ َ َ‫َربَّنَا َول‬
h. Sujud
Letakkanlah kedua lututmu dan jari kakimu di atas tanah, lalu kedua
tanganmu, kemudian dahi dan hidungmu dengan menghadapkan ujung jari
kakimu ke arah Qiblat serta merenggangkan tanganmu daripada kedua
lambungmu dengan mengangkat sikumu. Dalam bersujud itu hendaklah kamu
berdo'a:
‫ك اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ ِل‬
َ ‫ك اللَّهُ َّم َربَّنَا َوبِ َح ْم ِد‬
َ َ‫ ُس ْب َحان‬.
i. Duduk diantara 2 sujud
Adapun cara duduk adalah dengan bersimpuh pada alas dan meletakkan
kedua tangan diatas kedua paha sehingga ujung-ujung jari rata dengan ujung-
ujung kedua lutut dengan membaca:
‫اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِى َوارْ َح ْمنِى َواجْ بُرْ نِى َوا ْه ِدنِى َوارْ ُز ْقنِى‬
j. Sujud kedua seraya membaca takbir “Allahu Akbar”. Cara dan bacaannya
sama seperti sujud yang pertama.
k. Berdiri rakaa’at yang kedua diiringi bacaan takbir “Allahu Akbar”, sebelum
berdiri disunahkan duduk sebentar seperti duduk diantara 2 sujud.
l. Rakaa’at kedua.
Cara dan sikap rakaa’at kedua ini sama dengan rakaa’at pertama hanya ada
beberapa perbadaan yaitu:
a. Tidak takbiratul ihram hanya membaca takbir
b. Membaca taawudz dan basmalah, surat al fatihah dan surat pendek alquran
c. Setelah sujud kedua pada rakaat kedua duduk tahiyyat awal
m. Duduk Tahiyyat Awal
Adapun duduk dalam raka'at akhir maka caranya memajukan kaki kiri, sedang
kaki kanan bertumpu dan dudukmu bertumpukan pantatmu dan bacalah
tasyahud

‫ ال َّسالَ ُم َعلَ ْينَا‬.ُ‫ك اَيُّهَا النّبِ ُّى َرحْ َمةُ اهللا َوبَ َرآَاتُه‬ ُ َ‫صالَةُ َوالطَّيِّب‬
َ ‫ ال ّسالَ ُم َعلَ ْي‬.‫ات‬ ُ ‫التَّ ِحي‬
َّ ‫َّات هللاِ َوال‬
‫ اَ ْشهَ ُد اَ ْن الَ ِالَهَ اِالَّ اهللا َو اَ ْشهَ ُد اَ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُولُه‬. َ‫َو َعلَى َعبَا ِد اهللا الصالِ ِحين‬
n. Lalu bacalah shalawat pada Nabi saw.:
ِ ‫صلَّيْتَ َعلَى اِ ْب َرا ِهي َم َو َعلَى‬
.‫آل اِ ْب َرا ِهي َم‬ َ ‫ آَ َما‬,‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫اللَّهُ َّم‬
‫ اِنَّكَ َح ِمي ٌد َم ِجيد‬.‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو آ ِل ُم َح َّم ٍد آَ َما بَا َر ْآتَ َعلَى اِ ْب َرا ِهي َم َو آ ِل اِ ْب َرا ِهي َم‬
ِ َ‫َوب‬
o. Pada tasyahud awal boleh disertai dengan doa yang singkat sebagai berikut:
َ ‫اللَّهُ َّم أَ ِعنِّى َعلَى ِذ ْك ِر‬
َ‫ك َو ُش ْك ِركَ َو ُح ْس ِن ِعبَا َدتِك‬
p. Tasyahud Akhir
Dilakukan dengan duduk tawwaru’ yaitu dengan memajukan ujung jari-jari
kaki dimasukkan kebawah lengkung kaki kanan, sedangkan telapak kaki
kanan ditegakkan dan duduk bertumpuan pantat diatas lantai, ujung jari-jari
kanan menghadap kiblat, kemudian mengacungkan jari telunjuk kanan sambal
membaca sholawat:
ِ ‫ب القَب ِْر َو ِم ْن فِ ْتنَ ِة ال َمحْ يَا َوال َم َما‬
‫ت‬ ِ ‫ب َجهَنَّ َم َو ِم ْن َع َذا‬ َ ِ‫للَهُ َّم اِنِّى اَعُو ُذب‬
ِ ‫ك ِم ْن َع َذا‬
ِ ‫َو ِم ْن َش ِّر فِ ْتنَ ِة ال َم ِس‬
‫يح ال َّدجَّال‬
q. Memberi Salam
Memberi salam dengan berpaling ke kanan dan ke kiri, yang pertama sampai
terlihat pipi kananmu dan yang kedua sampai terlihat pipi kirimu oleh orang
yang dibelakangmu sambil membaca:

‫ال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ اهللا َوبَ َرآَاتُه‬

8. Jenis-Jenis Sholat
a. Shalat Jamaah
1) Tata Cara Solat Berjamaah dan merapatkan Shaf
2) Shalat fardhu berjamaah sebaiknya dilaksanakan di masjid
3) Sebelum takbir, imam mengatur shaf ma’mum terlebih dahulu dengan cara:
a) Imam menganjurkan supaya meluruskan dan merapatkan shaf jamaah yang
bertujuan supaya setan tidak msuk menganggu di sela-sela shaf ada
sentuhan fisik diantara jamaah saat menghadap Allah sehingga diharapkan
Allah pun akan menyatukan hati para jamaah.
b) Imam juga dituntun untuk menganjurkan pada jamaah laki-laki akan shaf
depan dipenuhi terlebih dahulu kemudia shaf berikutnya (HR. Abu Daud).
c) Jika ma’mum hanya seorang maka posisi shafnya berada disebelah kanan
imam. Jika datang menyusul ma’mum yang lain maka hendaklah berdiri
dibelakang imam kemudian ma’mum yang sendirian tadi mundur ke
belakang untuk menyamakan shaf dengan ma’mum yang lain.
d) Dalam shalat wajib 4 rakaat, bila ada orang muqim yang ikut berjama’ah
dengan kelompok musafir dan berma’mum kepada imam musafir, maka
setelah imam salam ma’mum muqim tersebut tinggal menyempurnakan
jumlah rakaat yang belum dikerjakannya.
e) Apabila imam sudah bertakbir maka ma’mum segera bertakbir dan jangan
sekali-kali mendahului dan menyelisihi gerak imam.
f) Hendaklah ma’mum memperhatikan dengan tenang bacaan imam dan
tidak membaca apapun kecuali al fatihah dalam hati mengikuti bacaan
imam.
g) Bila keadaan ma’mum heterogen, imam hendaknya memilih bacaan surat
yang sedang dan disesuaikan dengan kondisi jamaah (HR Ahmad dari
Anas).
h) Jika ma’mum yang masbuq maka ia harus bertakbir lalu mengikuti
Gerakan imam yang terakhir dalam posisi apapun.
i) Jika imam lupa dalam Gerakan shalat maka ma’mum laki-laki
mengingatkan dengan ucapan sbhanallah, sedangkan ma’mum perempuan
dengan menepuk tangan di tempat terdekat.
j) Siapapun dilarang lewat di depan orang yang sedang shalat dengan batas 3
hasta (HR. Al.Bukhari dan Ahmad) atau sebatas tempat sujud.
k) Selesai shalat imam hendaknya menghadap kearah ma’mum atau kearah
kanan imam (HR. Muslim & Abu Daud dari Al-Barra).
b. Shalat Jumat
Perintah shalat jumat terdapat dalam Q.S Al-jumuah/62:9 dan HR. Abud
Daud dari Thariq bin Syihab ra. Dengan demikian hukumnya wajib. Bagi orang
yang menyepelekan shalat jumat sehingga meninggalkannya sampai 3x maka
dicap sebagai orang munafiq (HR. Ahmad).
Shalat ini terdiri atas 2 rakaat dan dilaksanakan secara berjamaah pada
waktu masuk zuhur dimana sebelumnya dimulai dengan 2 khutbah. Khutbah
pertama diisi wasiat taqwa yang disampaikan secara singkat namun padat (HR.
Muslim dari Ammar bin Yasir) dan disunahkan mengakhiri khutbahnya dengan
doa. Ketika khutbah sedang berlangsung jamaah dituntun untuk mendegarkan
khutbah dengan tenang dan dilarang berbuat hal-hal yang sia-sia seperti bergerak-
gerak dan berbicara bahkan jamaah dilarang menegur teman dengan kata diamlah
(HR. Abud Daud).

c. Shalat Jama’ Dan Ketentuannya


Shalat jama’ ialah mengimpun 2 shalat dalam 1 waktu shalat. Cara
menjama’ shalat ialah shalat zuhur ditunaikan pada ashar lalu menunaikan shalat
ashar disebut shalat jama’ taqhir. Atau sebaliknya shalat ashar ditunaikan pada
waktu zuhur setelah melaksanakan shalat zuhur ini disebut shalat jama’ takdim.
Orang-orang yang dibolehkan menjama’ shalat terdiri atas:
1) Orang yang sedang safar.
2) Orang yang sedang dalam rintangan hujan lebat.
3) Orang yang menetap dalam kampung dengan tidak berudzur pun dibolehkan
4) Orang sakit yang dioperasi.

d. Shalat Qashar Dan Ketentuannya


Menurut bahasa qashar adalah ringkas, singkat atau pendek. Maksdunya
ialah meringkas bilangan rakaat atau pelaksanaan shalat fardu karena sesuatu
sebab yang dibenarkan oleh syari’at. Orang-orang yang dibolehkan mengqashar
shalat terdiri atas:
1) Orang yang sedang dalam ketakutan
2) Orang yang sedang shafar

e. Shalat Bagi Orang Sakit


Allah memberikan keringanan bagi orang sakit yang tidak mampu shalat
dengan berdiri untuk melaksanakan shalat dengan duduk atau berbaring yaitu:
1) Shalat dengan duduk
Tata cara sholat duduk adalah:
a) Duduk iftirasy menghadap kiblat.
b) Kedua tangan bersedekap diatas dada lalu membaca doa iftitah, alfatihah dan
surat pendek alquran
c) Rukuk, dengan sedikit membungkukkan badan sambal membaca doa rukuk
d) I’tidal, dengan duduk Kembali seperti semula dan melepaskan kedua tangan
seraya membaca doa I’tidal
e) Sesudah itu sujud seperti biasa dan membaca doa sujud. Bila tidak mampu,
bersujudlah dengan lebih sedikit merendahkan badan dari sikap rukuk.

2) Shalat dengan berbaring


a) Hendaklah berbaring diatas rusuk yang sebelah kanan dengan membujur
kearah utara dan selatan. Telinga ditindih oleh kepala sambal menghadapkan
muka,dada, perut dan kaki kea rah kiblat, lalu niat dan bertakbir
b) Rukuk dan sujud cukup dengan menggunakan isyarat kepala atau dengan
pelupuk mata. Bila tidak mampu rukuk dan sujud dikerjakan dengan hati,
selama akal kita masih sehat.

3) Shalat dengan telentang


Kedua kaki diluruskan kea rah kiblat, kepala diganjal dengan bantal agar
muka dapat menghadap kiblat. Rukuk, I’tidal, sujud dan seterusnya dapat
dilakukan dengan isyarat kepala dan kelopak mata.

4) Shalat Dalam Kendaraan Yang Sedang Berjalan


Cara yang baik ialah sebagai berikut :
a) Bertayamumlah dengan debu yang suci, yang melekat pada kendaraan itu,
jika tidak atau sulit untuk berwudhu dengan air.
b) Azan dan iqamah tetap disyaratkan.
c) Kalau dapat, hendaklah shalat berjamaah.
d) Bila sanggup berdiri, hendaklah berdiri, tetapi jika tidak hendaklah
menunaikannya dengan duduk.
e) Menghadap kearah kendaraan berjalan, kea rah tempat duduk dan kalua dapat
ke arah kiblat.
f) Kemudian bertakbir dan shalat sebagaimana mestinya.
g) Bila shalat itu dilakukan dengan duduk di atas kursi kenadaraan, maka
hendakah rukuk dengan menundukkan badan sekedarnya dan bersujud
dengan membungkukkan badan lebih rendah dari waktu rukuk tadi.
h) Cara duduk iftirasy dan duduk tawarru’ tidak dibedakan kalua shalat sambal
duduk di bangku kendaraan.
i) Cara tahiyyat sama dengan shalat di waktu muqim.
j) Shalat hendaklah ditunaikan dengan jama’ dan qashar dalam perjalanan jauh.
k) Setelah sempurna bilangan rakaat salat bersalam seperti dalam shalat biasa.
l) Berdizikir dan berdoalah sebagaimana yang disyariatkan.

9. Hukum Qadha Dan Fidyah Shalat


Ada beberapa kebiasaan buruk yang dilakukan oleh mayoritas muslimin
yang tidak sesaui dengan petunjuk Rasullah SAW diantaranya ialah:
a. Sengaja meninggalkan shalat, untuk ditunaikan pada waktu lain.
b. Membayar fidyah shalat yang ditinggalkan oleh si mayat pada masa hidupnya
dengan uang, beras atau barang berharga lainnya kepada guru beserta
rombongannya yang sudah terbiasa dengan perbuatan itu.
Qadha shalat tidak ada dasar yang kuat. Jika seseorang tidak dapat
melakukan shalat pada waktunya karena halangan syar’I, tertidur atau lupa, maka
tuntunannya ialah mengerjakan shalat itu pada waktu ia telah bangun dari tidur
atau telah ingat. Larangan qadha berdasarkan hadist al-Jamaah : “Apa sebabnya
wanita yang hadith itu mengqadha puasanya, tetapi tidak mengqadha shalatnya.
Aisyah menjawab : “ Pada masa Rasulullah SAW kami haidh, maka kami hanya
diperintahkan mengqadha puasa, tidak diperintahkan untuk mengqadha shalat.”

10. Efek Medis Shalat


a. Takbiratul ihram
Manfaat takbiratul ihram: Gerakan ini dapat melancarkan aliran darah,
getah bening dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung dibawah otak
memungkinkan darah mengalir lancar keseluruh tubuh. Saat mengangkat kedua
tangan, otot bahu merenggang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar.
b. Rukuk
Manfaat rukuk untuk menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang
belakang sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf. Posisi jantung sejajar dengan
otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah.
c. I’tidal
Manfaat I’tidal adalah variasi postur setelah rukuk dan sebelum sujud.
Gerak berdiri, bungkuk, dan berdiri sujud merupakan Latihan pencernaan yang
baik. Organ-organ dalam pencernaan dalam perut mengalami pemijatan dan
pelonggaran secara bergantian sehingga pencernaan menjadi lancer.
d. Sujud
Sujud bermanfaat pada aliran getah bening dipompa ke bagian leher dan
ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen mengalir
maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir. Postur ini juga
menghindarkan gangguan wasir.
e. Duduk Antara 2 Sujud
Pada saat duduk iftirasy menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang
sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawarru sangat
baik bagi pria yang jika dilakukan dengan benar akan mencegah impotensi.
f. Salam
Gerakan salam bermanfaat untuk merelaksasikan otot sekitar leher dan
kepala meyempurnakan aliran darah di kepala. Gerakan ini mencegah sakit kepala
dan menjaga kekencangan kulit wajah.

B. Puasa
1. Definisi Puasa
Puasa (shaum) adalah kata yang berasal dari bahas arab al-shaum, yang
memiliki arti menahan diri, sedangkan secara istilah memiliki arti yaitu adalah
menahan diri dari segala perbuatan yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar
hingga terbenam matahari. Puasa merupakan ibadah yang harus dilakukan oleh
setiap muslim dan muslimmah yang sudah baligh, karena ibadah puasa adalah
salah satu diantara rukun islam yang lima. Tujuan ibadah yang paling utama
adalah untuk mencapai ketaqwaan kepada Allah SWT. Puasa berdasarkan
hukumnya dibagi atas puasa wajib dan sunnah. Puasa wajib yaitu adalah puasa
yang wajib dikerjakan dan jika ditinggalkan maka harus diganti dengan puasa
dihari lain atau dengan membayar fidyah, contoh puasa wajib adalah puasa
Ramadhan. Sedangkan puasa sunnah adalah puasa yang apabila dikerjakan
mendapatkan pahal dan jika tidak dikerjakan tidak mendapatkan dosa, contoh
puasa sunnah adalah puasa senin kamis, puasa daud dll.

2. Syarat dan Rukun Puasa


Syarat adalah sesuatu yang harus terpenuhi sebelum melakukan suatu
perbuatan. Jadi, syarat puasa adalah apa-apa yang harus dilakukan sebelum
melakukan puasa. Syarat wajib puasa terdiri atas :
a. Berakal
Berakal (sehat akal fikirannya), bagi orang gila tidak terkena kewajiban
melaksanakan ibadah puasa.
b. Dewasa
Dewasa (baligh), bagi anak-anak (anak kecil) belum memiliki kewajiban
untuk mengamalkan ibadah puasa. Namun bagi mereka yang kuat (tidak
karena dipaksa, tetapi berdasarkan kemauannya sendiri), maka puasa mereka
sah
c. Kuat atau Sehat
Bagi orang yang sakit atau dalam perjalanan dan tidak kuat karena udzur atau
halangan seperti sudah tua, ibu hamil, dan menyusui. Bagi mereka yang
sakit, setelah kembali sehat mereka harus berpuasa pada hari lain di luar bulan
Ramadhan dalam rangka membayarnya dengan berpuasa sesuai deng hari
yang ditinggalkan. Demikian halnya bagi musafir atau orang yang berpergian
jauh, setelah mereka menjadi muqimin (orang yang menetap di suatu tempat),
maka ia harus mengganti puasanya sebanyak hari yang ia tinggalkan.
Sedangkan bagi yang dalam keadaan tidak kuat karena umur yang sudah
menuaatau dalam keadaan hamil atau menyusui dapat digatikan dengan
membayar fidyah.

Syarat sah puasa terdiri atas:


1) Islam
Yakni orang-orang yang telah menyatakan diri dengan penuh kesadaran untuk
mengakui Islam sebagai agamanya. Orang kafir tidak terkena kewajiban
berpuasa. Seandainya mereka berpuasa, maka puasanya tidak sah, dan tidak
memiliki pengaruh secara hokum.
2) Mumayyiz
Mumayyiz artinya dapat membedakan yang baik dengan yang buruk.

3) Suci
Suci adalah keadaan yag bersih baik dari haidh (menstruasi) dan nifas (setelah
melahirkan). Haidh adalah darah kotor yang keluar dari Rahim melalui
kemaluan, suatu kondiri yang menimpa kaum hawa tiap bulannya. Sedangkan
nifas adalah darah yang keluar pada dan setealh melahirkan. Bagi mereka
diharamkan berpuasa dan wajib menggantinya sebanyak hari yang
ditinggalkan pada bulan lain.
4) Pada waktu yang tidak diharamkan
Waktu yang tidak diharamkan yakni kelain kedua hari raya yaitu pada hari
raya idul fitri dan idul adha, dan hari-hari tasyriq. Berpuasa hukumnya haram
jika dilakukan pada hari raya dan hari tasyriq setiap tanggal 11-13 Dzulhijjah.

3. Hal-Hal yang Membatalkan Puasa


Hal-hal yang membatalkan puasa antara lain adalah :
a. Makan dan minum dengan sengaja
b. Bersetubuh di siang hari
c. Mengeluarkan sperma (air mani) bagi laki-laki
d. Haidh dan nifas bagi wanita
e. Muntah dengan sengaja
f. Hilang akal atau gila
g. Murtad atau keluar dari agama Islam

4. Amalan Sunnah dalam Puasa


Amalan atau perbuatan yang dianjurkan dilakukan di bulan Ramadhan
adalah :
a. Menyegerakan berbuka
b. Berbuka dengan kurma atau yang manis-manis. Jika tidak ada maka dengan
air saja.
c. Berdoa sewktu berbuka
d. Mengakhirkan sahur
e. Memberi makan orang lain untuk berbuka
f. Memperbanyak sedekah
g. Tadarus Al-Qur’an
h. Qiyamul lail dan Sholat tarawih

5. Cara Penetapan Awal Ramadhan dan Awal Syawal


Untuk menetapkan awal bulan dalam kalender Hijriah, termasuk di
dalamya awal Ramadhan secara tradisional yang digunakan Rasulullah SAW
adalah dengan Ru’yat yaitu melihat hilal dengan mata telanjang. Pada masa
modern ini, mereka yang masih berpegang pada ru’yat masih menggunakannya
sebagai penentu awal bulan qomariyah. Selain dengan menggunakan mata
telanjang dapat pula menggunakan teropong.
Penetapan awal bulan dengan cara ru’yat tersebut dilakukan pada waktu
akhirnbulan (tanggal 29), di saat matahari terbenam. Bila hillal terlihat, maka
malam itu dan esok harinya adalah telah menjadi bulan baru. Bulan lama usianya
hanya 29 hari. Namun jika hilal belum terlihat, maka bulan lama digenapkan
menjadi 30 hari. Bulan baru adalah esok malam dan esok lusa harinya.
Cara berikutnya adalah metode hisab (perhitungan) yang dilandasi oleh
syariat dan diperkuat dengan perkembangan ilmu pengetahuan yaitu ilmu falak
atau ilmu astronomi. Penentuan awal bulan dengan metode hisab yang popular
digunakan oleh masyarakat Islam Indonesia ada 2 macam yaitu hisab wujud al-
hilal dan hisab imkan al-rukyat. Cara penetapan awal bulan dengan Hisab wujud
al-hilal yaitu ada 2 tahapan :
a. Pada tanggal 29 menjelang akhir bulan telah terjadi ijtima’ sesbelum matahari
terbenam
b. Bulan tenggelam setelah matahari tenggelam yang berarti posisi hilal berada
diatas ufuq. Dalam menentukan posisi hilal di atas ufuq ialah diatas 0O
sebagai garis batas ufuq/ horizon, karenanya posisi hilang tersebut tidak harus
dapat dilihat.

Berdasarkan konsep tersebut, jika telah terpenuhi dua kriteria diatas, maka
malam itu dan keesokan harinya telah menjadi bulan baru. Namun, jika salah satu
atau kedua-duanya belum terpenuhi, maka bulan baru adalah keesokan malam dan
lusa harinya.
Cara penetapan awal bulan dengan metode hisab imkan al-rukyat
menggunakan 2 kriteria :
1) Telah terjadi ijtima’ sebelum terbenamnya matahari
2) Pada saat terbenam matahari posisi hilal berada pada rata-rata di ketinggian
20 di atas ufuq, yang dapat dimungkinkan untuk dilihat.

Bila terpenuhi kedua kriteria tersebut, maka malam itu dan keesokan
harinya telah menjadi bulan baru. Namun jika belum terpenuhi salah satu atau
kedua-duanya, maka bulb baru terjadi pada keesokan malam atau lusa harinya.
Letak perbedaan antara keduanya adalah posisi ketinggian hilal di atas ufuq. Bagi
hisab wujud al-hilal di atas 0o sedangkan bagi hisab imkan al-rukyat di
ketinggian rata-rata 20 di atas ufuq.
6. Puasa yang Disunnahkan dan Diharamkan
Puasa yang hukumnya wajib selain puasa Ramadhan adalah puasa Qadha
(ganti) yakni membayar puasa ketika ia batal atau tidak mengerjakan puasa di
bulan Ramadhan. Lalu puasa nadzar yaitu berjanji untuk berpuasa jika ia sukses
dalam suatu hal. Selain itu adapula puasa yang hukumnya sunnah seperti puasa
senin kamis, puasa daud, puasa arafah dll. Sedangkan puasa yang diharamkan
adalah puasa pada hari raya idul adha dan hari raya idul fitri, puasa sepanjang
tahun, dan puasa di hari tasyrik.

C. Zakat
1. Definisi Zakat
Secara etimologis, zakat berasal dari kata “zaka” yang berarti berkah,
tumbuh, bersih dan baik. Secara terminologis, menurut Imam Nawawi zakat
merupakan jumlah yang dikeluarkan dari jumlah kekayaan karena yang
dikeluarkan itu bertambah banyak, membuat lebih berarti dan melindungi
kekayaan dari kebinasaan.

2. Tujuan Zakat
a. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan
hidup.
b. Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para penerima zakat.
c. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesame umat islam
d. Menghilangkan sifat kikir dan loba pemilik harta
e. Membersihkan diri dari sifat dengki dan iri dalam hati orang miskin
f. Menjembatani jurang pemisah antara orang kaya dan miskin dalam
masyarakat
g. Mengembangkan rasa tanggung jawab social pada diri seseorang
h. Mendidik manusia untuk berdispilin menunaikan kewajiban dan menyerahkan
hak orang lain yang ada padanya
i. Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadaan social
3. Syarat-Syarat Harta Yang Wajin Dizakati
a. Milik Penuh
Miliki penuh ialah kekayaan itu harus berada dibawah control kekuasaan
pemilik dan menurut ahli fiqih bahwa kekayaan itu harus berada ditangannya,
tidak tersangkut didalamnya hak orang lain.
b. Berkembang
Menurut ahli fiqih berkembang secara harfiah berarti bertambah ,
sedangkan menurut istilah pengertiannya terbagi 2. Yang pertama bertambah
konkret, yaitu bertambah akibat pembiakan dan perdagangan/sejenisnya. Yang
kedua bertambah tidak secara konkret yang merupakan kekayaan itu berpotensi
berkembang baik berada ditangannya maupun ditangan orang lain atas namanya.
c. Cukup Senisab
Islam mewajibkan zakat pada kekayaan yang berkembang dengan
memberi ketentuan sendiri yaitu sejumlah tertentu yang disebut nishab. Nishab
adalah jumlah minimal harta kekayaan yang harus dikeluarkan zakatnya.
d. Lebih Dari Kebutuhan Biasa
Yang dimaksud dengan lebih dari kebutuhan biasa adalah lebih dari
kebutuhan rutin yaitu sesuatu yang tidak dapat tidak mesti ada untuk ketahanan
hidup seperti makanan, minuman, pakaian dan alat-alat yang diperlukan.
e. Bebas Dari Hutang
Bila pemilik mempunyai hutang yang menghabiskan atau mengurangi
jumlah senishab itu, zakat tidaklah wajib, kecuali bagi Sebagian ulama fiqih
terutama yang berkenaan dengan kekayaan tunai.
f. Berlaku Setahun Atau Telah Sampai Haulnya
Maksudnya adalah bahwa pemilikan harta di tangan pemilik telah berlalu
masanya 12 bulan qomariyah. Persyaratan 1 tahun ini hanya untuk ternak, uang
dan harta perdagangan, sedangkan hasil pertanian seperti buah-buahan, madu dan
logam mulia tidaklah dipersyaratan 1 tahun dan dimasukkan dalam zakat
pendapatan
4. Sumber Zakat
a. Emas dan Perak
Adapun nishab emas dan perak semua ulama sependapat yaitu 20 dinar
untuk nishab emas dan 200 dirham untuk perak. Sedangkan haulnya masing-
masing 1 tahun. Kadar zakatnya baik emas maupun perak maing-masing 2,5%.
b. Binatang Ternak
Tabel 1. Nishab dan Kadar Zakat Unta
Nishab Kadar Zakatnya
5-9 ekor 1 ekor kambing betina, umur 1 tahun lebih
10-14 ekor 2 ekor kambing betina, umur 1 tahun lebih
14-19 ekor 3 ekor kambing betina, umur 1 tahun lebih
20-24 ekor 4 ekor kambing betina, umur 1 tahun lebih
25-35 ekor 1 ekor unta betina, umur 1 tahun lebih
36-45 ekor 1 ekor unta betina, umur 3 tahun lebih
46-60 ekor 1 ekor unta betina, umur 3 tahun lebih
61-75 ekor 1 ekor unta betina, umur 4 tahun lebih
76-90 ekor 2 ekor unta betina, umur 2 tahun lebih
91-120 ekor 2 ekor unta betina, umur 3 tahun lebih

Tabel 2. Nishab dan Kadar Zakat Sapi


Nishab Kadar Zakatnya
30-39 ekor 1 ekor anak sapi betina/jantan, umur 1 tahun lebih
40-59 ekor 1 ekor anak sapi betina/jantan, umur 2 tahun lebih
60-69 ekor 2 ekor anak sapi betina/jantan, umur 1 tahun lebih
70-79 ekor 1 ekor anak sapi betina/jantan, umur 2 tahun lebih
80-89 ekor 2 ekor sapi betina, umur 2 tahun lebih
90-99 ekor 3 ekor sapi, umur 1 tahun lebih
100-109 ekor 1 ekor sapi betina umur 2 tahun lebih dan 2 ekor sapi umur 1
tahun
110-119 ekor 2 ekor sapi betina, umur 2 tahun dan 1 ekor sapi umur 1 tahun
120 ekor 3 ekor sapi betina, umur 2 tahun atau 4 ekor sapi umur 1 tahun

Tabel 3. Nishab dan Kadar Zakat Kambing


Nishab Kadar Zakatnya
40-120 ekor 1 ekor kambing betina
121-200 ekor 2 ekor kambing betina
201-300 ekor 3 ekor kambing betina
c. Harta Perdagangan
Nishab harta perdagangan adalah semua dengan nishab emas dan perak.
Hasilnya 1 tahun. Kadar zakatnya 2,5% atau 1/40 dari harga barang dagangannya.
d. Hasil Tanaman dan Buah-Buahan
Adapun nishabnya adalah semua ulama sepakat yaitu 5 wasaq gandum.
Kadar pungutan zakatnya adalah 10% apabila tanaman disiram air hujan, dan 5%
bagi tanaman yang disiram dengan mempergunakan alat sedangkan tanaman yang
kadang-kadang disiram dengan air hujan dengan perbandingan yang sama maka
zakatnya 7,5%.
e. Harta Rikaz dan Ma’din
Zakat rikaz itu wajib, baik sedikit maupun banyak tanpa syarat nishab dan
mengenai haulnya bahwa dalam rikaz haul tidak disyaratkan.
f. Hasil Laut
Harta yang diperdagangkan itu nishabnya sama nilainya dengan nishab
emas dan perak serta kadar zakatnya juga 2,5%. Adapun waktu mengeluarkan
zakatnya seperti tanaman yaitu saat hasil diperoleh.
g. Harta Profesi
Adapun nishabnya adalah sama dengan nishab uang dengan kadar zakat
2,5%. Menurut Abu Hanifah harta pendapatan dikeluarkan zakatnya bila mencapai
masa 1 tahun penuh pada pemilikinya.

5. Sasaran Zakat
a. Fakir dan Miskin
Fakir adalah orang yang tidak memiliki harta dibawah nilai nishab
menurut hukum zakat yang sah atau nilai sesuatu yang dimiliki mencapai 1 nishab
atau lebih. Sedangkan miskin adalah mereka yang tidak meiliki apa-apa.

b. Amil Zakat
Amil zakat adalah mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan
zakat seperti pengumpul, bendahara, penjaga dan pembagian harta zakat. Syarat-
syarat amil zakat itu antara lain :
1) Seorang muslim karena zakat itu urusan kaum muslimin
2) Seorang mukallaf, yaitu orang dewasa yang sehat akal dan pikirannya
3) Orang yang jujur, dapat dipercaya untuk memegang harta kaum muslimin
4) Seseorang yang memahami hukum-hukum zakat
5) Dapat dan sanggup dalam melaksanakan tugasnya
c. Muallaf
Golongan muallaf ialah mereka yang diharapkan kecenderungan hatinya atau
keyakinannya dapat bertambah terhadap islam atau terhalangnya niat jahat
mereka atas kaum muslimin. Menurut para fuqaha, kaum muslimin yang
termasuk muallaf yaitu :
a) Golongan yang terdiri dari pemuka dan pemimpin muslimin dan ada
tandinyannya dari orang-orang kafir.
b) Para pemuka muslimin yang lemah tapi ditaati oleh anak buahnya
c) Kelompok muslimin yang berada di benteng dan berbatasan dengan musuh
d) Kaum muslimin yang diperlukan untuk memungut pajak dan dan zakat
serta menariknya dari orang-orang yang tidak mau menyerahkan zakatnya
d. Memerdekakan Budak
a) Budak mukattab, yaitu yang telah dijanjikan oleh tuannya akan merdeka
bila telah melunasi harga dirinya yang telah ditetapkan
b) Budak-budak biasa, yakni budak mkattab yang dibantu dengan harta zakat
untuk membebaskan mereka dari belenggu perbudakan, sedang budak
biasa dibeli dengan hart aitu lalu dibebaskan
e. Al-Gharim
Menurut Syafii, gharim dibagi 3 yaitu (a) orang yang berhutang untuk tujuan
baik walaupun dia kaya (b) orang yang berhutang untuk tujuan mubah (c)
orang yang berhutang untuk menganggu orang lain

f. Fi sabilillah
Sabilillah ialah berperang, dan yang memperoleh bagian sabilillah ini adalah
tantara sukarelawan yang tidak mendapat gaji dari pemerintah meskipun
mereka termasuk orang kaya
g. Ibnu sabil
Ibnu sabil ada 2 macam , yaitu orang yang mengadakan perjalanan di tanah
airnya sendiri dan orang yang mengadakan perjalanan di negeri orang.

6. Jenis Zakat
Zakat terdiri atas zakat mal dan zakat fitrah. Zakat mal adalah bagian dari
harta kekayaan sesorang atau badab hukum yang wajib diberikan kepada orang-
orang tertentu setelah mencapai jumlah minimal tertentu dan setelah dimiliki
selama jangka waktu tertentu pula. Sedangkan zakat fitrah ialah zakat yang
diwajibkan pada akhir puasa Ramadhan. Hukumnya wajib atas setiap orang
muslim, kecil atau dewasa, laki-laki atau perempuan, merdeka atau budak.

D. Haji
1. Definisi dan Hukum Haji
Haji secara etimologis berasal dari kata al-hajj yang memiliki arti sengaja
atau menuju sesuatu yaitu menuju rumah Allah. Sedangkan secara terminologis
haji bermaksud dengan sengaja mengunjungi baitullah (Ka’bah) meurut syarat-
syarat dan rukun-rukun yang tertentu, karena memenuhi panggilan Allah semata.
Hukum ibadah hajji adalah wajib jika mampu.

2. Rukun dan Wajib Haji


Rukun haji adalah suatu perbuatan yang harus dikerjakan yang tidak boleh
digantikan dengan sesuatupun. Sehingga jika tertinggal salah satunya
mengakibatkan tidak sah hajinya. Sedangkan wajib haji adalah sesuatu yang harus
dikerjakan namun bial tertinggal salah satunya karena suatu hal, boleh diganti
dengan membayar dam (denda yang harus dibayarkan/ ditunaikan sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan). Rukun haji ada 6 yaitu :

a. Ihram
Ihram ialah berniat mulai mengerjakan haji atau umrah. Dengan
menggunakan pakaian ihram (warna putih). Pakaian ihram laki-laki tidak berjahit,
namun bagi wanita boleh berjahit.
b. Wuquf di Arafah
Wuquf ialah berhentu di padang Arafah pada waktu yang ditentukan ,
yaitu mulai tergelincir matahari (waktu dzuhur) tanggal 9 Dzulhijjah sampai terbit
fajar tanggal 10 Dzulhijjah. Artinya orang yang sedang menggerjakan haji itu
wajib berada di padang Arafah pada waktu tersebut. Wukuf adalah pembeda
antara haji dengan umrah .
c. Thawaf
Thawaf adalah mengelilingi ka’bah sebanyak 7 kali. Cara thawaf ialah suci
dari hadast dan najis, menutup aurat, ka’bah berada disebelah kiri orang yang
thawaf, memulai dari hajar aswad yang berada pada sudut ka’bah (rukun yamani)
dengan mencium atau melambaikan tangan pada hajar aswad, dilakukan 7 kali
(dari hajar aswad ke hajar aswad dihitung 1x), sewaktu thawaf membaca
“mahasuci Allah, segala puji bagi Nya, tiada Tuhan selain Allah, Allah maha
Besar, Tiada daya dan kekuatan kecuari dari Allah”.
d. Sa’i
Sa’I ialah berlari-lari kecil diantara bukin Shafa dan Marwah sebanyak 7x,
dimulai dari Shafa dan di akhiri di Marwah.
e. Tahalul
Tahalul ialah penghalalan atas beberapa larangan dalam ibadah haji
dengan cara menggunting rambut minimal 3 helai. Tahalul ada 2 macam: tahalul
pertama adalah penghalalalan atas beberapa larangan haji seperti dibolehkannya
melepas pakaian ihram, menggunting kuku, memakai wangi-wangian, dan
menutup kepala. Setelah tahalul pertama maka pelaksanaan rukun haji telah
selesai namun wajib hajinya belum selesai. Tahalul kedua adalah penghalalan atas
keseluruhan larangan dalam ibadah haji. Seperti melakukan akad nikah.
f. Tertib
Melakukan seluruh rukun haji sesuai dengan urutan yang telah ditetapkan
Adapun wajib haji ada tujuh yakni:
1) Ihram dari miqat
Miqat ada 2 macam, yaitu miqat zamani dan miqat makani. Miqat zamani
ialah waktu berniat haji yakni sejak awal bulan Syawwal sampai terbit fajar
tanggal 10 Dzulhijjah. Miqat makani ialah tempat-tempat yang telah ditentukan
untuk melakukan ihram, seperti Yalamlam, Dzulhulaifah, Juhfah, Qarn al-
Manazil, Dzatu ‘irqin, Birr ’Ali, Jeddah, dll.
2) Bermalam di Muzdalifah
Melakukan wukuf di Arafah para jamaah melakukan perjalanan menuju
Mudzalifah, dan malam itu (malam 10 Dzulhijjah) hendaknya bermalam di
Mudzalifah , jangan melanjutkan perjalanan (karena yang melanjutkan perjalanan
dikenakan dam/denda). Yang dilakukan di malam itu adalah mencari/ mengambil
batu-batu kerikil dengan menggunakan lentera atau lampu senter untuk melontar
jumrah di Mina keesokan harinya.
3) Melontar Jumrah al-‘aqobah
Jumrah ada 3 , berbentuk 3 buah tugu sebagai perlambangan syaitan (yang
dulu menggoda Nabi Ibrahim, Ismail dan Siti Hajar). Pelontaran terhadap jumrah
Al-Aqabah ini dilakukan pada tanggal 10 Dzulhijjah yakni di Hari Raya Haji
(Hari Raya Idul Adha).
4) Melontar tiga jumrah
Ketiga jumrah dilontarkan masing-masing dengan tujuh buah batu kerikil,
yang dilakukan pada hari Tasyriq yakni tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.
Pelontaran terhadap ketiga jumrah itu hendaknya berurutan, mulai Jumrah al-Ula,
kemudian Jumrah al-Wushtha, dan Jumrah al-‘Aqabah.
5) Bermalam di Mina
Menginap di Mina selama 3 hari, yaitu di hari-hari tasyriq tempat di mana
terletak ketiga jumrah. Jarak Mina dengan Mekkah sekitar 5 km.
6) Thawaf Wada’
Mengelilingi Ka’bah sebanyak 7x, sebagaimana cara melakukan Tawaf
Ifadhah. Thawaf Wada’ adalah thawaf perpisahan sebagai simbol perpisahan
melakukan ibadah haji. Setelah para jamaah haji melakukan tahalul kedua, yang
merupakan pembebasan atas seluruh larangan haji.

7) Meninggalkan larangan haji


Menjauhi diri dari segala larangan dalam pelaksanaan ibadah haji.

3. Larangan dan Sunnah Haji


Larangan dan konsekuensi denda karena melanggar larangan yaitu :
a. Memakai pakaian yang berjahit (bagi pria)
b. Menutup kepala (bagi pria)
c. Menutup muka dan telapak tangan (bagi wanita)
d. Memakai wangi-wangian setelah ihram ((bagi pria dan wanita)
e. Menghilangkan rambut atau bulu badan lainnya
f. Memotong kuku
Terhadap pelanggaran atas larangan di atas dikenakan denda masing-masing
alternative diantara 3 hal yaitu, menyembelih seekor kambing yang sah untuk
qurban, atau puasa 3 hari, atau bersedekah 3 gantang (9,3 L) makanan kepada
6 orang miskin.
g. Mengadakan akad nikah
Bagi yang (nikah, menikahkan, atau menjadi wali perhikahan) maka hajinya
tidak sah dan harus mengulang tahun depan.
h. Bersetubuh
Orang yang bertubuh dengan istrinya berarti melanggar larangan haji. Maka
tidak sah hajinya dan harus menyembelih seekor kambing.
i. Berburu atau membunuh binatang darat yang liar dan halal dimakan.
Bagi yang melanggar larangan ini wajib menggantikan hewan yang senilai
dengan binatang yang diburu/ dibunuhnya, atau membayar dengan harga yang
senilai dengan binatang yang diburu/dibunuhnya kemudian dibelikannya
makanan untuk orang-orang miskin, atau berpuasa sebanyak harga binatang
tadi, taip-tiap seperempat gantang makanan berpuasa satu hari.

Adapun beberapa sunah dalam haji adalah :


1) Melakukan haji ifrad yang melakukan haji saja tanpa disertai/dibarengi
dengan umrah
2) Membaca doa talbiyah (bagi laki-laki dengan suara yang keras, bagi wanita
sekedar didengar oleh dirinya sendiri) selama dalam ihram sampai melempar
jumrah al-aqobah pada hari raya haji. Berikut bacaannya “Ya Allah, aku
memenuhi panggilan Mu. Tiada sekutu bagi Mu, ya Allah aku memenuhi
panggilan Mu. Sesungguhnya segala puji bagi Mu dan nikmat adalah dari Mu.
Engkaulah yang menguasai segala sesuatu, tiada sekutu bagi Mu”.
3) Berdoa setelah membaca talbiyah, yakni dengan meminta keridhaan Allah,
supaya diberi surfga dan meminta perlindungan kepadanya dari siksa api
neraka.
4) Membaca dzikir sewaktu thawaf (sewaktu di antara rukun Yamani dan Hajar
Aswad)
5) Shalat 2 rakaat sesudah thawaf
6) Memasuki Ka’bah

4. Cara Pelaksanaan Haji


Ada tiga macam cara melaksanakan haji yaitu :
a. Haji Ifrad
Mendahulukan haji kemudian umrah. Cara pelaksanaan ibadah haji ini
lebih baik daripada cara ibadah haji lainnya. Hokum haji ifrad adalah sunnah dan
tidak terkena dam/denda. Hanya melaksanakannya butuh tenaga ekstra, karena
harus menyelesaikan ibadah haji terlebih dahulu, baru kemudian melakukan
ibadah umrah.
b. Haji Qiran
Melaksanakan ibadah haji dan umrah secara berbarengan (serentak). Cara
ini dikenakan dam/denda dengan menyembelih seekor kambing yang sah untuk
qurban, atau berpuasa sepuluh hari (3 hari waktu masih ihram samapi hari raya
haji, 7 hari dilakukan bila telah sampai di negeri masing-masing.)
c. Haji Tamattu’
Mendahulukan ibadah umrah daripada haji (di musim haji). Cara
pelaksanaan ibadah haji inipun dikenakan denda.

BAB III
KESIMPULAN
1. Secara etimologi, shalat berarti doa atau rahmat. Shalat berarti doa atau
rahmat. Shalat dalam arti doa dapat ditemukan dalam Q.S At-Taubah/9:103,
sedangkan shalat dalam arti rahmat terdapat dalam Q.S Al Ahzab/33:43.
2. Secara etimologis, zakat berasal dari kata “zaka” yang berarti berkah, tumbuh,
bersih dan baik. Secara terminologis, menurut Imam Nawawi zakat
merupakan jumlah yang dikeluarkan dari jumlah kekayaan karena yang
dikeluarkan itu bertambah banyak, membuat lebih berarti dan melindungi
kekayaan dari kebinasaan.
3. Puasa (shaum) adalah kata yang berasal dari bahas arab al-shaum, yang
memiliki arti menahan diri, sedangkan secara istilah memiliki arti yaitu
adalah menahan diri dari segala perbuatan yang membatalkan puasa mulai
dari terbit fajar hingga terbenam matahari,
4. Haji secara etimologis berasal dari kata al-hajj yang memiliki arti sengaja
atau menuju sesuatu yaitu menuju rumah Allah. Sedangkan secara
terminologis haji bermaksud dengan sengaja mengunjungi baitullah (Ka’bah)
meurut syarat-syarat dan rukun-rukun yang tertentu, karena memenuhi
panggilan Allah semata.

DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Qoyyim al-Jauziyah. 2006. Tuntunan Shalat Rasullah. Akbar Pesta. Jakarta
Iman Ma’rifat KH, Rahman N, Hamazah A, Rohwiyono A, Dahlan R, Wahid A.
2015. Ibadah Akhlak Untuk Perguruan Tinggi Negri. UHAMKA Press.
Jakarta

Smith, Huston. 2001. Agama-Agama Manusia. OBOR. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai