Siti Anisah Shofwani, “Keefektifan Pembelajaran Matematika Berbasis
Masalah dengan Penggunaan Media (kartu masalah) Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Cerita Pokok Bahasan Perbandingan Kelas II Semester I MTs Al Asror Semarang Tahun Ajaran 2004/2005”. Ada banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya mutu pendidikan matematika, salah satunya adalah ketidaktepatan penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran matematika dengan metode ekspositori yang banyak didominasi guru. Sehingga diperlukan sebuah pembelajaran yang bermakna dan juga mengikutsertakan siswa. Salah satunya adalah penerapan pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan media (kartu masalah). Permasalahannya adalah lebih efektif manakah pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan media (kartu masalah) dengan pembelajaran yang biasa dilaksanakan oleh guru dengan metode ekspositori?. Dan apakah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan bekerja sama dapat ditumbuhkembangkan pada pokok bahasan perbandingan semester I kelas II MTs. Al Asror Semarang tahun ajaran 2004/2005?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan media (kartu masalah) lebih efektif daripada pembelajaran yang biasa dilaksanakan oleh guru dengan metode ekspositori. Dan apakah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan bekerja sama dapat ditumbuhkembangkan pada pokok bahasan perbandingan semester I kelas II MTs. Al Asror Semarang tahun ajaran 2004/2005. Sintaks (alur proses) pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 5 tahap. Tahap-1, orientasi siswa kepada masalah, tahap-2, mengorganisasi siswa untuk belajar, tahap-3, membimbing penyelidikan individual atau kelompok, tahap-4, mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan tahap-5, adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas II MTs Al Asror Semarang. Pengambilan sampel dengan teknik random sampling dengan kelas eksperimen adalah kelas 2 C, dan kelas kontrolnya adalah kelas 2 E. Metode pengumpulan data ialah dengan metode dokumenter, tes, angket dan lembar observasi (pengamatan). Berdasarkan hasil dari uji normalitas dan homogenitas dari kedua kelompok diperoleh bahwa kedua kelompok tersebut normal dan homogen sehingga untuk pengujian hipotesis dapat digunakan uji t. Dari hasil perhitungan pada lampiran 74, diperoleh thitung = 7,053, sedangkan nilai ttabel = 1,66, oleh karena thitung > ttabel, jadi Ho ditolak. Sehingga rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen lebih baik daripada rata-rata hasil belajar kelompok kontrol. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 8,36 sedangkan untuk kelas kontrol nilai rata-ratanya hanya 7,17, aktivitas kemampuan memecahkan masalah dan bekerja sama pada siswa dapat ditumbuhkembangkan, serta meningkatnya kemampuan guru dalam setiap pertemuan. Dengan pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan media (kartu masalah), siswa merasakan pembelajaran yang menyenangkan dan memberi motivasi agar mereka terus belajar matematika. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan media (kartu masalah) lebih efektif daripada pembelajaran yang biasa dilaksanakan oleh guru dengan metode ekspositori. Disarankan guru dapat mencobakan pembelajaran berbasis masalah dengan pengunaan media (kartu masalah) untuk diterapkan pada pokok bahasan yang lain.