Anda di halaman 1dari 5

Nama: KESY ARIANI HALOHO

NIM: 2182111018

Kelas: REGULER D 2018

MK: SOSIOLINGUISTIK

Dwibahasa

Menurut Kridalaksana (2008:36) dalam kamus lingustik dwibahasa atau bilingual memiliki
arti mampu atau biasa memakai dua bahasa. Bersangkutan dengan atau mengandung dua
bahasa. Jadi, dwibahasa merupakan kemampuan menggunakan dua bahasa, seperti bahasa
nasional dan bahasa asing, maupun bahasa daerah dan bahasa nasional.

1. Dwibahasawan

Dwibahasawan adalah masyarakat yang menguasai dua bahasa atau lebih yang digunakan
secara bergantian, namun masing-masing bahasa mempunyai peranannya masing-masing.
Dwibahasawan merupakan orang yang dapat berbicara dalam dua bahasa, seperti bahasa
nasional dan bahasa asing, bahasa daerah dan bahasa nasional. Contohnya: masyarakat
Indonesia dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dan bahasa daerah sebagai bahasa
intrakelompok. Terdapat beberapa jenis dwibahasawan, yakni:

1. Dwibahasawan terpadu adalah seseorang yang dapat memasukan kedua sistem


bahasa yang dikuasainya. Sering terjadi dwibahasawan jenis ini menggunakan sistem B2 di
saat dia menggunakan B1.
2. Dwibahasawan koordinatif adalah seseorang yang tidak dapat memadukan kedua
sistem bahasa yang dikuasainya. Kedua bahasa yang dikuasainya itu tetap berdiri sendiri,
karena itu biasanya orang yang bersangkutan adalah penerjemah yang berkualitas tidak
bagus.
3. Dwibahasawan tambahan adalah pembicaraan yang dapat menggunakan dua bahasa
yang bergengsi dan bermanfaat. Kedua bahasa itu saling melengkapi, saling memperkaya
dan sejalan.
Kedwibahasaan

A. Pendapat Para Ahli

Berikut ini pendapat-pendapat tentang pengertian kedwibahasaan oleh para pakar ahlinya.
Menurut para pakar kedwibahasaan didefinisikan sebagai berikut (Chaer dan Agustina,
2004:165—168).

1. Robert Lado

Kedwibahasaan merupakan kemampuan berbicara dua bahasa dengan sama atau hampir sama
baiknya. Secara teknis pendapat ini mengacu pada pengetahuan dua bahasa, bagaimana
tingkatnya oleh seseorang.

2. Francis William Mackey

Kedwibahasaan adalah pemakaian yang bergantian dari dua bahasa. Merumuskan


kedwibahasaan sebagai kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih oleh seseorang (the
alternative use of two or more languages by the same individual). Perluasan pendapat ini
dikemukakan dengan adanya tingkatan kedwibahasaan dilihat dari segi penguasaan unsur
gramatikal, leksikal, semantik, dan gaya yang tercermin dalam empat keterampilan
berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

3. Hartman dan Stork

Kedwibahasaan adalah pemakain dua bahasa oleh seorang penutur atau masyarakat ujaran.

4. Leonard Bloomfield

Kedwibahasaan merupakan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa yang sama baiknya
oleh seorang penutur. Merumuskan kedwibahasaan sebagai penguasaan yang sama baiknya
atas dua bahasa atau native like control of two languages. Penguasaan dua bahasa dengan
kelancaran dan ketepatan yang sama seperti penutur asli sangatlah sulit diukur.

5. Haugen

Kedwibahasaan adalah tahu dua bahasa. Jika diuraikan secara umum maka pengertian
kedwibahasaan adalah pemakaian dua bahasa secara bergantian baik secara produktif maupun
reseptif oleh seorang individu atau masyarakat. Mengemukakan kedwibahasaan dengan tahu
dua bahasa (knowledge of two languages), cukup mengetahui dua bahasa secara pasif
atau understanding without speaking.

6. Oksaar

Berpendapat bahwa kedwibahasaan bukan hanya milik individu, namun harus diperlakukan
sebagai milik kelompok, sehingga memungkinkan adanya masyarakat dwibahasawan. Hal ini
terlihat di Belgia menetapkan bahasa Belanda dan Perancis sebagai bahasa negara, Finlandia
dengan bahasa Find dan bahasa Swedia. Di Montreal Kanada, bahasa Inggris dan Perancis
dipakai secara bergantian oleh warganya, sehingga warga Montreal dianggap sebagai
masyarakat dwibahasawan murni.

7. Henry Guntur Tarigan

Pengertian kedwibahasaan bukanlah sesuatu yang bersifat mutlak, hitam atau putih, tetapi
bersifat “kira-kira” atau “kurang lebih”. Pengertian kedwibahasaan merentang dari ujung
yang paling sempurna atau ideal, turun secara berjenjang sampai ke ujung yang paling rendah
atau minimal. Pendek kata, pengertian kedwibahasaan berkembang dan berubah mengikuti
tuntutan situasi dan kondisi (Tarigan, 1990:7).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kedwibahasaan


berhubungan erat dengan pemakaian dua bahasa atau lebih oleh seorang dwibahasawan atau
masyarakat dwibahasawan secara bergantian. Pengertian kedwibahasaan adalah pemakaian
dua bahasa secara bergantian baik secara produktif maupun reseptif oleh seorang individu
atau oleh masyarakat.

Perbedaan pengertian mengenai kedwibahasaan disebabkan oleh susahnya menentukan


batasan seseorang menjadi dwibahasawan. Dewasa ini kedwibahasaan mencakup pengertian
yang luas: dari penguasaan sepenuhnya atas dua bahasa, hingga pengetahuan minimal akan
bahasa kedua. Berapa jauh penguasaan seseorang atas bahasa kedua bergantung pada sering
tidaknya dia menggunakan bahasa kedua itu (Alwasilah, 1993:73).

B. Pembagian Kedwibahasaan

Menurut Chaer dan Agustina (2004:170) ada beberapa jenis pembagian kedwibahasaan
berdasarkan tipologi kedwibahasaan, yaitu sebagai berikut.
1. Kedwibahasaan Majemuk (Compound Bilingualism)

Kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa salah satu bahasa lebih
baik dari pada kemampuan berbahasa bahasa yang lain. Kedwibahasaan ini didasarkan pada
kaitan antara B1 dengan B2 yang dikuasai oleh dwibahasawan. Kedua bahasa dikuasai oleh
dwibahasawan tetapi berdiri sendiri-sendiri.

2. Kedwibahasaan Koordinatif/Sejajar

Kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa pemakaian dua bahasa sama-sama baik oleh
seorang individu. Kedwibahasaan seimbang dikaitkan dengan taraf penguasaan B1 dan B2.
Orang yang sama mahirnya dalam dua bahasa.

3. Kedwibahasaan Subordinatif (Kompleks)

Kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa seorang individu pada saat memakai B1 sering
memasukkan B2 atau sebaliknya. Kedwibahasaan ini dihubungkan dengan situasi yang
dihadapi B1, adalah sekelompok kecil yang dikelilingi dan didominasi oleh masyarakat suatu
bahasa yang besar sehinga masyarakat kecil ini dimungkinkan dapat kehilangan B1-nya.

Ada beberapa pendapat lain oleh pakar kedwibahasaan dalam tipologi kedwibahasaan di
antaranya adalah (Paul, 2004:235).

4. Baeten Beardsmore

Menambahkankan satu derajat lagi yaitu kedwibahasaan awal (inception bilingualism) yaitu
kedwibahasan yang dimemiliki oleh seorang individu yang sedang dalam proses menguasai
B2.

5. Pohl

Tipologi bahasa lebih didasarkan pada status bahasa yang ada didalam masyarakat, maka
Pohl membagi kedwibahasaan menjadi tiga tipe yaitu sebagai berikut.

a.  Kedwibahasaan Horizontal (Horizontal Bilingualism)

Merupakan situasi pemakaian dua bahasa yang berbeda tetapi masing-masing bahasa
memiliki status yang sejajar baik dalam situasi resmi, kebudayaan maupun dalam kehidupan
keluarga dari kelompok pemakainya.
b. Kedwibahasaan Vertikal (Vertical Bilinguism)

Merupakan pemakaian dua bahasa apabila bahasa baku dan dialek, baik yang berhubungan
ataupun terpisah, dimiliki oleh seorang penutur.

c. Kedwibahasaan Diagonal (Diagonal Bilingualism)

Merupakan pemakaian dua bahasa dialek atau tidak baku secara bersama-sama tetapi
keduanya tidak memiliki hubungan secara genetik dengan bahasa baku yang dipakai oleh
masyarakat itu.

Menurut Arsenan tipe kedwibahasaan pada kemampuan berbahasa, maka ia


mengklasifikasikan kedwibahasaan menjadi dua yaitu:

1)        Kedwibahasaan produktif (produktif bilingualisme) atau kedwibahasaan aktif atau


kedwibahasaan simetrik (symmetrical bilingualisme) yaitu pemakaian dua bahasa oleh
seorang individu terhadap seluruh aspek keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis).

2)  Kedwibahasaan reseptif (reseptive bilingualisme) atau kedwibahasaan pasif atau


kedwibahasaan asimetrik (asymetrical bilingualism).

Anda mungkin juga menyukai