Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Keperawatan Dirgahayu

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2019 EISSN: 2685-3086

PENDIDIKAN, STATUS KERJA IBU TERHADAP FREKUENSI


MELAKUKAN PIJAT BAYI TAHUN 2018
Yovita Erin Sastrini
Program Studi Diploma III Keperawatan STIKES Dirgahayu Samarinda
Jalan Pasundan No.21 Telp (0541) 748335, Fax. (0541)748335
yovitaerin9@gmail.com

ABSTRAK
Stimulasi pijat bayi menjadi salah satu upaya pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau
untuk membantu mengurangi angka kematian bayi. Pemijatan bayi adalah salah satu tugas domestik
seorang ibu dalam rumah tangganya. Status pendidikan dan pekerjaan seorang ibu dapat menjadi faktor
yang diperhitungkan dalam melakukan tugas domestiknya. Metode analisis data menggunakan teknik
statistik deskriptif dan statistik inferensial. Uji signifikansi pengaruh tingkat pendidikan terhadap
frekuensi pijat bayi dilakukan menggunakan teknik statistik analisis varians 1-jalur dan uji signifikansi
pengaruh status kerja terhadap frekuensi pijat bayi dilakukan menggunakan teknik statistik t-student
sampel saling bebas. Hasil: analisis varians memberikan hasil bahwa rata-rata frekuensi pijat bayi antara
kelima kategori tingkat pendidikan tidak berbeda secara signifikan, sehingga disimpulkan bahwa tingkat
pendidikan ibu tidak berpengaruh terhadap frekuensi melakukan pijat bayi. Analisis assosiatif antara
variabel status kerja dengan frekuensi pijat bayi ditemukan kenyataan bahwa keterlibatan ibu sebagai
angkatan kerja berpengaruh negatif terhadap frekuensi melakukan pijat bayi. Analisis statistik t-student
sampel saling bebas untuk uji perbedaan rata-rata memberikan hasil bahwa ibu yang tidak bekerja lebih
sering melakukan pijat bayi dibandingkan ibu yang bekerja dengan perbedaan 1.15 poin. Kesimpulan: 1)
terdapat perbedaan status pekerjaan ibu terhadap frekuensi melakukan pijat bayi, 2) tidak ada perbedaan
antara pendidikan terhadap frekuensi ibu melakukan pijat bayi. Rekomendasi: Penyuluhan/pemberian
informasi dan pelatihan kepada masyarakat luas hendaknya digalakkan tanpa memandang pendidikan ibu
dengan melibatkan pihak swasta serta didukung oleh pemerintah.

Kata Kunci : Pendidikan, Status kerja, Frekuensi, pijat bayi

ABSCTRACT
Baby massage stimulation is one of the efforts of quality and affordable health services to help
reduce infant mortality. Baby massage is a mother’s domestic duties in caring for her baby. Education
level and work status’ mother could be a factor in carrying out her domestic duties. This study used
descriptive statistical techniques and inferential statistics as the data analysis method. Significance test of
the effect of education level on the frequency of baby massage was performed using a 1-path variance
statistical analysis technique. Significance test of the effect of work status on the frequency of baby
massage was carried out using a statistical t-student sample of each other independently. Results:
analysis of variance showed that the average frequency of baby massage between the five categories of
the education level was not significantly different. It was concluded that the mother's education level had
no effect on the frequency of doing baby massage. Associative analysis between work status variables and
frequency of baby massage found that maternal involvement in the labour level force negatively affected
the frequency for doing baby massage. Statistical analysis of the t-student sample is independent of each
other for the average difference test found that mothers who do not work massage babies more often than
mothers who work with 1.15 points difference. Conclusion: 1) there is a difference in the mother's work
status to the frequency of doing baby massage 2) there is no difference between the education levels of the
frequency of mother doing baby massage. Recommendations: Counseling / providing information and
training to the wider community should be encouraged regardless of maternal education by involving the
private sector and supported by the government.

Keyword: Education level, work status, frequency, baby massage

36
Jurnal Keperawatan Dirgahayu
Volume 1, Nomor 2, Oktober 2019 EISSN: 2685-3086

PENDAHULUAN
Salah satu indikator derajat akan diamati oleh peneliti mulai dari
kesehatan dan kemajuan suatu bangsa tahap persiapan sampai terminasi
dan negara adalah Angka Kematian Bayi kegiatan, kemudian dilakukan follow up
(AKB). Data Biro Pusat Statistik 2016 setelah 4 minggu.
mencatat bahwa Angka kematian bayi Penelitian ini menggunakan
(AKB) mencapai 25,5 kematian setiap penelitian Quasy Experimental dengan
1.000 bayi yang lahir. Di kota Samarinda rancangan penelitian one group pre test dan
Provinsi Kalimantan Timur, jumlah post test, dengan pendekatan crossectional
kematian bayi sebanyak 33 dari 17.416 (Arikunto, 2013). Analisis data dilakukan
kelahiran hidup, sehingga didapatkan dengan menggunakan teknik statistik
Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 2 deskriptif dan statistik inferensial.
per 1000 kelahiran hidup. Angka Statistik deskriptif untuk
kematian dan kesakitan bayi masih mendeskripsikan data penelitian yaitu
tergolong tinggi. Salah satu upaya statistik rata-rata, tabel distribusi
pelayanan kesehatan yang berkualitas persentase, tabel rata-rata cell, dan tabel
dan terjangkau untuk membantu silang. Statistik inferensial digunakan
mengurangi angka kematian bayi adalah untuk menguji hipotesis. Uji signifikansi
melalui stimulasi pijat bayi. Stimulasi ini pengaruh tingkat pendidikan dan status
diketahui cukup efektif, ekonomis dan kerja terhadap frekuensi pijat bayi secara
aman untuk dilakukan oleh orang tua simultan direncanakan menggunakan
dalam memelihara kesehatan bayinya. teknik statistik analisis varians 2-jalur
Pijat bayi sangat dianjurkan untuk namun distribusi data tidak
dilakukan oleh orang tua khususnya ibu, memungkinkan sehingga analisis
karena efek dari stimulasi ini adalah dilakukan secara parsial. Uji signifikansi
memberikan efek yang luar biasa pada pengaruh tingkat pendidikan terhadap
perkembangan fisik, emosi, dan tumbuh frekuensi pijat bayi dilakukan
kembang bayi Namun pada realitanya, menggunakan teknik statistik analisis
tidak semua orang tua dapat melakukan varians 1-jalur dan uji signifikansi
pijat bayi kepada buah hatinya dan pengaruh status kerja terhadap frekuensi
cenderung untuk membawa bayinya ke pijat bayi dilakukan menggunakan
dukun pijat atau terapi pijat karena takut teknik statistik t-student sampel saling
dan belum memiliki pengetahuan dan bebas.
pengalaman dalam melakukan pijat bayi. Pengambilan sampel
Pendidikan Kesehatan merupakan salah menggunakan tehnik purposive sampling
satu upaya kegiatan yang dapat yang memenuhi kriteria inklusi dan
meningkatkan pengetahuan dan eksklusi, dengan cara accidental
keterampilan dalam membantu ibu sampling yaitu pengambilan sampel
melakukan pijat bayi kepada ibu. dengan mengambil kasus atau responden
yang kebetulan ada tersedia di suatu
METODE tempat sesuai dengan konteks penelitian.
Variabel dalam penelitian ini (Arikunto, 2013). Lokasi penelitian di
adalah variabel independen yaitu lingkungan Rumah Sakit D kota
Pendidikan Kesehatan tentang Pijat Bayi Samarinda.
dan variable dependen yaitu Frekuensi
ibu melakukan Pijat Bayi. Instrumen
yang digunakan adalah checklist
observasi dan penilaian observasi
melakukan pijat bayi sesuai standar
operasional prosedur (SOP). Responden

37
Jurnal Keperawatan Dirgahayu
Volume 1, Nomor 2, Oktober 2019 EISSN: 2685-3086

HASIL 2) Jumlah Anak


1.Deskripsi Data Data jumlah anak para responden
a. Latar Belakang Responden memiliki rata-rata 1,86 yang bervariasi
1) Umur Ibu dan Bayi mulai 1 orang sampai dengan 4 orang.
Responden yang menjadi
penelitian ini sebanyak 30 orang yakni Tabel 1.3. Distribusi Responden
ibu-ibu yang memiliki bayi. Rata-rata Menurut Jumlah Anak
umur mereka yaitu 29,56 tahun yang Jumlah
Jumlah % % Kumulatif
bervariasi mulai dari 23 tahun sampai Anak
1 11 36,7 36,7
dengan 39 tahun. Distribusi responden
2 13 43,3 80,0
menurut pengelompokan umur 3 5 16,7 96,7
memberikan petunjuk bahwa sebagian 4 1 3,3 100,0
besar responden masih berpotensi untuk Jumlah 30 100,0
melahirkan atau menambah jumlah anak
di masa yang akan datang, hal itu Terlihat bahwa responden yang baru
berdasarkan jumlah responden yang memiliki anak 1 orang jumlahnya tidak
berumur 30 tahun ke bawah yaitu 66,7 kurang dari 35 persen dan yang memiliki
persen sebagaimana disajikan dalam anak 2 orang lebih dari 40 persen.
tabel 1.1. Persentase tersebut dan besaran rata-rata
jumlah anak 1,86 menguatkan asumsi
Tabel 1.1. Distribusi Responden sebelumnya bahwa sebagian besar
Menurut Umur responden masih berpotensi untuk
melahirkan atau menambah jumlah anak
Gol. %
Umur
Jumlah %
Kumulatif di masa yang akan datang.
23 – 25 3 10,0 10,0
26 – 30 17 56,7 66,7 b. Variabel Penelitian
31 – 35 5 16,7 83,3 1) Tingkat Pendidikan
36 – 39 5 16,7 100,0 Tingkat pendidikan responden
Jumlah 30 100
penelitian ini terbilang tinggi. Data
penelitian menunjukkan bahwa tidak
Tabel 1.2. Distribusi Responden Menurut
kurang dari 63 persen responden
Umur Bayinya
menyelesaikan pendidikan pada jenjang
Umur
Jumlah % % Kumulatif perguruan tinggi, bahkan 10 persen
Bayi
3–6 21 70 70 diantaranya bergelar magister, dan yang
7 – 12 9 30 100 paling banyak adalah alumni Diploma-
Jumlah 30 100 III. Distribusi responden menurut tingkat
pendidikan selengkapnya disajikan
Rata-rata umur bayi para dengan tabel berikut.
responden yaitu 5,7 bulan dan bervariasi
mulai umur 3 bulan sampai dengan 12 Tabel 1.4. Distribusi Responden
bulan. Sebagian besar yakni 70,0 persen Menurut Tingkat Pendidikan
responden memiliki bayi yang berumur 6 Tingkat Persentase
Jumlah %
bulan ke bawah sebagaimana disajikan Pendidikan Kumulatif
dalam tabel 1.2. Distribusi persentase S2 3 10,0 10,0
S1 6 20,0 30,0
tersebut dan rata-rata umur bayi kurang D3 10 33,3 63,3
dari 6 bulan, menunjukkan bahwa SMA 6 20,0 83,3
responden memiliki waktu merawat bayi SMP 5 16,7 100,0
relatif masih terbilang lama. Jumlah 30 100

37
Jurnal Keperawatan Dirgahayu
Volume 1, Nomor 2, Oktober 2019 EISSN: 2685-3086

1) Status Kerja responden melakukan pijat bayi tidak


Responden yang tidak terjun sebagai lebih dari 2 kali seminggu.
angkatan kerja atau status IRT
sebanyak 53,3 persen dan sebanyak
46,7 persen memiliki status bekerja.
Responden yang bekerja tersebut Tabel 1.7. Distribusi Responden
semuanya bekerja pada sektor formal. Menurut Frekuensi Pijat Bayi
Frekuensi %
Jumlah %
Tabel 1.5. Distribusi Responden Pijat Bayi Kumulatif
1 1 3,3 3,3
Menurut Status Kerja
2 14 46,7 50,0
Status % 3 10 33,3 83,3
Jumlah %
Kerja Kumulatif
5 2 6,7 90,0
Tidak 16 53,3 53,3 6 3 10,0 100,0
Kerja 14 46,7 100,0
Jumlah 30 100,0
Kerja
Jumlah 30 100,0
Kemungkinan adanya hubungan
Tentang keterkaitan status kerja frekuensi melakukan pijat bayi dalam
dengan tingkat pendidikan, dapat seminggu dengan tingkat pendidikan
dijelaskan berdasarkan tabel berikut. responden, dapat dijelaskan berdasarkan
tabel 1.8. Terlihat bahwa tidak terjadi
Tabel 1.6 Distribusi Responden Menurut pola linier perubahan besaran rata-rata
Status Kerja Berdasarkan Tingkat frekuensi pijat bayi dengan semakin
Pendidikan tingginya tingkat pendidikan responden.
Status Kerja Hal tersebut mengindikasikan bahwa
Tingkat antara tingkat pendidikan dengan
Tdk Total
Pendidikan Kerja
Kerja frekuensi melakukan pijat bayi
S2 0 (0,0) 3 (21,4) 3 (10,0) cenderung tidak ada hubungan.
S1 0 (0,0) 6 (42,9) 6 (20,0)
D3 6 (37,5) 4 (28,6) 10 (33,3)
SMA 6 (37,5) 0 (0,0) 6 (20,0) Tabel 1.8. Rata-Rata Responden
SMP 4 (25,0) 1(7,1) 5 (16,7) Melakukan Pijat Bayi Menurut Tingkat
Jumlah 16 14 30 Pendidikan
(100,0) (100,0) (100,0) Tingkat Rata-Rata Melakukan
Pendidikan Pijat Bayi
Terlihat bahwa responden yang S2 2,33
bekerja sebagian besar yaitu 92,9 persen S1 2,16
alumni perguruan tinggi dan hanya 7,1 D3 3,40
SMA 3,50
persen berpendidikan sekolah menengah.
SMP 2,40
Sebaliknya pada kelompok responden Total 2,90
yang tidak bekerja, sebagian besar yaitu
62,5 persen berpendidikan sekolah Untuk variabel status kerja, tabel
menengah dan hanya 37,5 persen alumni 1.9 memperlihatkan bahwa rata-rata
perguruan tinggi yaitu alumni Diploma- frekuensi melakukan pijat bayi oleh
III. responden yang tidak bekerja lebih
tinggi 1,15 poin dibandingkan responden
2) Frekuensi Pijat Bayi yang bekerja. Hal itu menunjukkan
Frekuensi responden melakukan pijat kecenderungan hubungan negatif antara
bayi dalam seminggu memiliki rata-rata keikutsertaan responden sebagai
2,9 (hampir 3 kali) dengan variasi paling angkatan kerja dengan frekuensi
sedikit 1 kali dan paling banyak 6 kali. melakukan pijat bayi.
Pada tabel 1.7 terlihat bahwa 50 persen

38
Jurnal Keperawatan Dirgahayu
Volume 1, Nomor 2, Oktober 2019 EISSN: 2685-3086

Tabel 1.9. Rata-Rata Responden Hipotesis statistik yang diajukan


Melakukan Pijat Bayi Menurut Status adalah :
Kerja
Rata-Rata Melakukan (status kerja tidak berpengaruh terhadap
Status Kerja
Pijat Bayi frekuensi pijat bayi)
Tidak Kerja 3,43 Bukan
Kerja (status kerja berpengaruh terhadap
2,28
frekuensi pijat bayi)
Total 2,90

Hasil perhitungan diperoleh nilai


2. Analisis Inferensial
t = 2,680 dengan probabilitas sebesar
a. Pengaruh Pendidikan Ibu
0,14. Karena nilai probabilitas kurang
Terhadap Frekuensi Pijat Bayi
dari 5 persen maka ditolak yang
Variabel tingkat pendidikan ibu
berarti bahwa ada perbedaan rata-rata
terdiri 5 kategori yaitu SMP, SMA, D-
frekuensi pijat bayi menurut status
III, S-1, dan S-2, maka penyelidikan
kerja, dan disimpulkan bahwa status
pengaruhnya terhadap frekuensi
kerja berpengaruh terhadap frekuensi
melakukan pijat bayi dilakukan dengan
melakukan pijat bayi; bahwa ibu yang
menggunakan teknik statistik Analisis.
tidak bekerja lebih sering melakukan
Varians Satu Jalur. Hipotesis statistik
pijat bayi dibandingkan ibu yang
yang diajukan adalah :
bekerja.
(pendidikan tidak berpengaruh
PEMBAHASAN
terhadap frekuensi pijat bayi)
Upaya menurunkan angka
Bukan
kesakitan dan kematian bayi bukan
(pendidikan tidak berpengaruh
hanya tanggung jawab pemerintah,
terhadap frekuensi pijat bayi)
tetapi juga menuntut keterlibatan
masyarakat khususnya keluarga. Salah
Hasil perhitungan diperoleh nilai
satu perhatian terhadap kesehatan bayi
F = 1,482 dengan probabilitas sebesar
adalah melakukan pemijatan pada bayi,
0,238. Karena nilai probabilitas lebih
yang tidak hanya berdampak positif
dari 5 persen maka diterima yang
terhadap kesehatan bayi tetapi juga
berarti bahwa tidak ada perbedaan rata-
semakin mempererat hubungan bathin
rata frekuensi pijat bayi menurut tingkat
antara ibu dan bayi. Sayangnya tidak
pendidikan, dan disimpulkan bahwa
semua ibu dapat melakukan pemijatan
pendidikan ibu tidak berpengaruh
kepada buah hatinya, bahkan banyak
terhadap frekuensi melakukan pijat
diantaranya yang cenderung
bayi.
mempercayakan pemijatan bayi kepada
b. Pengaruh Status Kerja Ibu
dukun pijat atau terapi pijat. Hal
Terhadap Frekuensi Pijat Bayi
tersebut menjadi alasan untuk
melakukan suatu penelitian tentang
Variabel Status Kerja Ibu terdiri
frekuensi ibu melakukan pijat bayi yang
2 kategori yaitu Bekerja dan Tidak
diassosiasikan dengan variabel tingkat
Bekerja, maka penyelidikan
pendidikan ibu dan dengan
pengaruhnya terhadap frekuensi pijat
memperhatikan keterlibatan ibu sebagai
bayi dilakukan dengan menggunakan
angkatan kerja (variabel status kerja
teknik statistik t-student sampel saling
ibu).
bebas.
Tingkat pendidikan seorang ibu
diasumsikan berkorelasi positif dengan
kesadaran akan pentingnya

39
Jurnal Keperawatan Dirgahayu
Volume 1, Nomor 2, Oktober 2019 EISSN: 2685-3086

menjaga/memperhatikan masalah adalah alumni perguruan tinggi dan


kesehatan khususnya kesehatan bayi hanya 7,1 persen berpendidikan sekolah
dan karena itu diduga bahwa semakin menengah. Jadi, pengaruh pendidikan
tinggi tingkat pendidikan ibu maka terhadap frekuensi pijat bayi yang tidak
semakin sering pula melakukan signifikan oleh karena ibu-ibu yang
pemijatan kepada bayinya. Namun berpendidikan tinggi sebagian besar
analisis data penelitian ini tidak terjun sebagai angkatan kerja.
mendukung asumsi teoritis tersebut. Melakukan pemijatan kepada
Analisis varians memberikan hasil bayi, selain membangun ikatan bathin
bahwa rata-rata frekuensi pijat bayi antara ibu dan bayi, juga sangat
antara kelima kategori tingkat bermanfaat bagi kesehatan bayi.
pendidikan tidak berbeda secara Pemijatan bayi akan melancarkan
signifikan, sehingga disimpulkan bahwa peredaran darah dan meningkatkan
tingkat pendidikan ibu tidak kadar hormon oksitosin, yang membuat
berpengaruh terhadap frekuensi bayi lebih rileks, senang, tidak rewel,
melakukan pijat bayi. Pada bagian dan tidak mudah gelisah yang mana
deskripsi data, disajikan bahwa tidak kondisi tersebut akan membuat bayi
terjadi pola linier perubahan besaran lebih mudah tidur lelap/pulas sehingga
rata-rata frekuensi pijat bayi dengan dapat terhindar dari bangun/menangis
semakin tingginya tingkat pendidikan tengah malam. Stimulan berupa
responden. Bahkan nyaris berkorelasi sentuhan ibu yang lembut dan berirama
negatif, bahwa rata-rata frekuensi pijat ketika melakukan pijat bayi, akan
bayi pada kelompok responden merangsang aktivitas saraf-saraf bayi
berpendidikan sarjana dan magister sehingga berbagai saraf tersebut akan
malah justru lebih rendah dibandingkan lebih cepat berkembang. Stimulan
kelompok tingkat pendidikan lainnya. tersebut juga akan menghasilkan mielin,
Analisis assosiatif antara yaitu zat pada otak yang bertanggung
variabel status kerja dengan frekuensi jawab untuk mengatur impuls saraf
pijat bayi ditemukan kenyataan bahwa yang berkaitan dengan kemampuan
keterlibatan ibu sebagai angkatan kerja motorik dan sensoris. Selain itu, otot-
berpengaruh negatif terhadap frekuensi otot bayi juga akan jadi lebih fleksibel
melakukan pijat bayi. Analisis statistik dan kuat. Penjelasan tersebut
t-student sampel saling bebas untuk uji memberikan konklusi bahwa pijat bayi
perbedaan rata-rata memberikan tidak hanya bermanfaat terhadap
kesimpulan bahwa ibu yang tidak kondisi fisik bayi tetapi juga terhadap
bekerja lebih sering melakukan pijat perkembangan mental dalam jangka
bayi dibandingkan ibu yang bekerja panjang.
dengan perbedaan 1,15 poin. Oleh karena pemijatan bayi
Adanya pengaruh negatif sangat bermanfaat, maka kepada para
variabel status kerja terhadap pijat bayi, ibu khususnya yang menjadi responden
bahwa ibu yang tidak bekerja lebih penelitian ini agar melakukannya secara
sering melakukan pijat bayi intensif, yang mana idealnya dilakukan
dibandingkan ibu yang bekerja, setiap hari. Deskripsi data hasil
merupakan dasar untuk menjelaskan penelitian ini mengindikasikan bahwa
perihal tingkat pendidikan ibu tidak responden penelitian ini belum intensif
berpengaruh terhadap frekuensi melakukan pemijatan bayi; 50 persen
melakukan pijat bayi. Pada bagian melakukannya tidak lebih dari 2 kali
deskripsi data disajikan bahwa dalam seminggu, dan hanya 10 persen
responden yang terjun sebagai angkatan yang melakukannya hampir setiap hari.
kerja sebagian besar yaitu 92,9 persen Tentu saja hal tersebut menuntut

40
Jurnal Keperawatan Dirgahayu
Volume 1, Nomor 2, Oktober 2019 EISSN: 2685-3086

perhatian berupa pemberian 66,7 persen. Sehingga, upaya


informasi/penyuluhan yang tepat meningkatkan kesadaran tentang
sasaran. manfaat dan pentingnya pijat bayi, tidak
Sebagai implikasi dari temuan hanya berdampak positif terhadap
penelitian ini, penyuluhan tentang kesehatan bayinya sekarang tetapi juga
pentingnya melakukan pijat bayi terhadap anak berikutnya. Dan, pada
hendaknya dilakukan tanpa memandang gilirannya upaya tersebut diharapkan
pendidikan ibu, tetapi lebih dapat mengurangi angka kesakitan dan
diprioritaskan kepada ibu-ibu yang kematian bayi baik pada skala regional
terjun sebagai angkatan kerja. Kepada maupun skala nasional.
ibu-ibu yang bekerja perlu diberi
kesadaran tentang manfaat pijat bayi KESIMPULAN DAN SARAN
terhadap kesehatan bayi terutama
kondisi fisik dan mental anaknya di Kesimpulan
masa depan. Kalau selama ini mereka Berdasarkan hasil analisis data,
melakukan pijat bayi hanya pada hari kesimpulan penelitian ini adalah :
libur yaitu sabtu dan minggu, Tidak ada perbedaan rata-rata frekuensi
hendaknya mereka melakukannya juga melakukan pijat bayi menurut tingkat
di hari lain sepulang dari bekerja, pendidikan ibu, dengan kata lain bahwa
kalaupun terpaksa setidak-tidaknya tingkat pendidikan tidak berpengaruh
menyerahkan kepada anggota keluarga terhadap frekuensi ibu melakukan pijat
lain seperti ayah/suami atau neneknya bayi. Hal tersebut karena ibu-ibu yang
yang sudah terlatih melakukan pijat tidak bekerja memiliki rata-rata
bayi. frekuensi melakukan pijat bayi yang
Pemberian informasi tentang lebih tinggi dibandingkan ibu-ibu yang
manfaat pijat bayi hendaknya dibarengi bekerja, sementara ibu-ibu yang terjun
dengan pelatihan agar para ibu dapat sebagai angkatan kerja tersebut sebagian
melakukan pijat bayi dengan teknik besar adalah ibu-ibu berpendidikan
yang benar. Menyelenggarakan tinggi.
pelatihan atau pendidikan kesehatan
tentu saja butuh waktu dan tenaga serta Saran
anggaran, sehingga diperlukan Sebagai implikasi dari hasil
keterlibatan berbagai pihak dalam penelitian ini, maka dikemukakan saran
rangka memasyarakatkan pijat bayi, sebagai berikut :
baik pemerintah maupun pihak swasta 1. Pemijatan bayi sangat bermanfaat
dan terutama dukungan keluarga. bagi kesehatan bayi guna menekan
Ibu-ibu yang menjadi responden angka kesakitan dan kematian bayi,
penelitian sebagian besar yaitu 70 oleh karena itu agar
persen memiliki bayi berumur tidak penyuluhan/pemberian informasi dan
lebih 6 bulan yang berarti masih cukup pelatihan kepada masyarakat luas
lama merawat bayinya. Sebagian besar hendaknya digalakkan. Upaya
juga masih berpotensi melahirkan atau sosialisasi tersebut agar didukung
menambah jumlah anak, hal ini oleh pemerintah, pihak swasta, dan
berdasarkan deskripsi data bahwa pihak keluarga.
responden yang baru memiliki anak 1 2. Penyuluhan/pemberian informasi dan
orang jumlahnya tidak kurang dari 35 pelatihan pijat bayi agar dilakukan
persen dan yang memiliki anak 2 orang tanpa memandang pendidikan ibu,
lebih dari 40 persen. Selain itu, tetapi diprioritaskan kepada ibu-ibu
responden yang berumur 30 tahun ke yang terjun sebagai angkatan kerja.
bawah jumlahnya cukup banyak yakni

41
Jurnal Keperawatan Dirgahayu
Volume 1, Nomor 2, Oktober 2019 EISSN: 2685-3086

3. Ibu-ibu yang terjun sebagai angkatan


kerja dan tidak punya waktu untuk Prasetyono, D. S. (2013). Buku Pintar
melakukan pijat bayi setiap hari, agar Pijat Bayi. Jogjakarta: Buku Biru.
mempercayakan pemijatan bayinya
kepada anggota keluarga lain atau Rizki, L. K. (2017). Efektivitas pijat bayi
pengasuh bayi yang terlatih terhadap perkembangan motorik
melakukan pijat bayi. pada bayi usia 8-28 hari. Maternal
4. Dalam rangka menekan angka and Neonatal Health Journal vol. 1,
kesakitan dan kematian bayi, kepada No. 2. 76-80.
peneliti lain agar melakukan
penelitian sejenis untuk Roesli, U. (2013). Pedoman pijat bayi
menyempurnakan hasil penelitian ini. (bayi usia 3 bulan ke atas). Jakarta:
Trubus Agriwidya.
DAFTAR PUSTAKA
Seidel, R. J., Perencevich, K. C & Kett,
Arikunto, S. (2013). Prosedur A. L. (2005). From principles of
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. learning to strategies for
Jakarta: Rineka Cipta. instruction: Empirically based
ingredients to guide instructional
Databoks. (2016). Meski menurun, development. USA: Springer
angka kematian bayi di Indonesia
masih tinggi. Diakses dari: Thomas, T. (2017). Teaching is an art.
https://databoks.katadata.co.id/datapu Yogyakarta: CV Budi Wijaya.
blish/2016/11/25/meski-menurun-
angka-kematian-bayi-di-indonesia- Tjaja, Ratna P. (2000). Wanita Bekerja
masih-tinggi#.Tanggal 25 september dan Implikasi Sosial. diakses
2018. Jam 17.00 WITA. tanggal 10 juli 2019 dari Jurnal
Iryanti, Rahma. (2015). Tingkat Bappenas :
Partisipasi Angkatan Kerja https://www.bappenas.go.id/files/65
Perempuan Harus Ditingkatkan. 13/5228/3053/ratna
Diakses 10 juli 2019 dari Jurnal
Perempuan Edisi Juli 2015: Tomei, L. A (2005). Taxonomy for the
https://www.jurnalperempuan.org/war Technology Domain. USA:
ta-feminis/rahma-iryanti-tingkat- Information Science Publishing
partisipasi-angkatan-kerja-
perempuan-harus-ditingkatkan Walker, Peter. (2011). Panduan Lengkap
Pijat Bayi. Jakarta: Puspa Swara.
Mother & Baby. (2014). Bayi Butuh
Pijatan Ibu. Diambil dari: Wong, Donna L, (2003). Pedoman
https://www.motherandbaby.co.id/arti Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi
cle/2014/1/8/1478/Bayi-Butuh- 4. Jakarta: EGC.
Pijatan-Ibu. Tanggal 25 september,
2018. Jam 18.00

Dinas Kesehatan Kota Samarinda.


(2016). Profil Kesehatan Kota
Samarinda. Bakti Husada: Samarinda

Maulana, H. (2009). Promosi Kesehatan.


Jakarta: EGC

42

Anda mungkin juga menyukai