PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
DHF (Dengue Haemoragic Fever) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dan ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti betina. Penyakit ini biasa disebut
Demam Berdarah Dengue. Terdapat tiga fase dalam perjalanan penyakit ini, yaitu fase
demam, fase kritis, dan fase penyembuhan. Sampai saat ini belum ditemukan obat yang
dapat membunuh virus demam berdarah, tetapi penyakit ini dapat dicegah dengan
memutuskan mata rantainya. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan cara kimia,
seperti pengasapan/fogging, secara biologi yaitu dengan memelihara ikan pemakan jentik
nyamuk, dan secara fisik yaitu dengan kegiatan 3M (menguras, menutup, dan mengubur)
terhadap penyakit DBD mencapai 2,5-3 miliar terutama yang tinggal di daerah perkotaan di
negara tropis dan subtropis. Saat ini juga diperkirakan ada 50 juta infeksi dengue yang
terjadi diseluruh dunia setiap tahun. Diperkirakan untuk Asia Tenggara terdapat 100 juta
kasus demam dengue (DBD) dan 500.000 kasus DHF yang memerlukan perawatan di rumah
sakit, dan 90% penderitanya adalah anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun dan jumlah
kematian oleh penyakit DHF mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian setiap
Di Indonesia Demam Berdarah pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun
1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia
1
(Angka Kematian (AK) : 41,3 %). Dan sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh
Sebagian pasien DHF yang tidak tertangani dapat mengalami Dengue Syok Syndrome
(DSS) yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan pasien mengalami devisit
volume cairan akibat meningkatnya permeabilitas kapiler pembuluh darah sehingga darah
menuju luar pembuluh. Sebagai akibatnya hampir 35 % pasien DHF yang terlambat
ditangani di rumah sakit mengalami syok hipovolemik hingga meninggal. Saat ini angka
kejadian DHF di rumah sakit semakin meningkat, tidak hanya pada kasus anak, tetapi pada
remaja dan juga dewasa. Oleh karena itu, diharapkan perawat memiliki keterampilan dan
pengetahuan yang cukup dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan DHF di
rumah sakit.
B. Rumusan Masalah
2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada pasien yang
mengalami penyakit DHF.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DHF (Dengue Haemoragic Fever) atau di kenal sebagai Demam Berdarah diduga
diambil namanya dari gejala penyakitnya yaitu adanya demam/panas dan adanya
Penyakit Demam Berdarah (DBD) atau Dengue Haemoragic Fever (DHF) ialah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
DHF adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotype virus
dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi,
timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma
Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah penyakit
fibris virus akut yang terdapat pada anak dan dewasa yang disebabkan oleh virus
dengue melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty yang ditemukan diseluruh belahan
dunia terutama di negara-negara tropik dan subtropik dengan gejala utama demam,
nyeri otot dan sendi, sakit kepala, nyeri tulang, ruam, leukopenia yang biasanya
4
2. Epidemologi
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dan mengakibatkan spektrum manifestasi klinis yang bervariasi antara
yang paling ringan, demam dengue, DBD dan demam dengue yang disertai renjatan
atau dengue shock syndrome (DSS) ditularkan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi.
Dalam 50 tahun terakhir, kasus DBD meningkat 30 kali lipat dengan peningkatan
ekspansi geografis ke negara-negara baru dan, dalam dekade ini, dari kota ke lokasi
Wabah demam dengue di Eropa meletus pertama kali pada tahun 1784, sedangkan
di Amerika Selatan wabah itu muncul diantara tahun 1830 – 1870. Di Afrika wabah
demam dengue hebat terjadi pada tahun 1871 – 1873 dan di Amerika Serikat pada
terbesar terjadi tahun 1998 dan 2004 dengan jumlah penderita 79.480 orang dengan
kematian sebanyak 800 orang lebih(Kusriastuti R. Depkes RI. 2005). Pada tahun-tahun
berikutnya jumlah kasus terus naik tapi jumlah kematian turun secara bermakna
dibandingkan tahun 2004. Misalnya jumlah kasus tahun 2008 sebanyak 137.469 orang
dengan kematian 1.187 orang atau case fatality rate (CFR) 0,86% serta kasus tahun
2009 sebanyak 154.855 orang dengan kematian 1.384 orang atau CFR 0,89%
Indonesia pengaruh musim terhadap DBD tidak begitu jelas, akan tetapi secara garis
5
besar dapat dikemukakan bahwa jumlah penderita meningkat antara bulan September
sampai Februari dan mencapai puncaknya pada bulan Januari. Di daerah urban yang
berpenduduk padat puncak penderita adalah bulan Juni-Juli hal ini bertepatan dengan
Penderita DBD yang tercatat selama ini, tertinggi adalah pada kelompok umur
<15 tahun 95% dan mengalami pergeseran dengan adanya peningkatan proporsi
penderita pada kelompok umur 15-44 tahun, sedangkan proporsi penserita pada
3. Etiologi
1. Virus dengue
berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia, maupun
sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36).
Diketahui ada empat jenis virus yang mengakibatkan demam berdarah yaitu DEN-
Yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polyne siensis,
infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup
6
3. Host (pembawa)
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue
tipe lainnya.
4. Patofisiologi
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah
viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot,, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie),
hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar
renjatan (syok).
nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pembesaran cairan intravena. Oleh
karena itu pada penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantau hematokrit darah
7
A−B
x 100 %=C
B
Keterangan:
B = Ht saat pulang
C = prosentase hematokrit
kebocoran plasma terah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung.
Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa
mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul
anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan
baik.
seluruh alat tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal. Hati
umumnya membesar dengan perlemakan dan koagulasi nekrosis pada daerah sentral
8
Kompleks
Infeksi Dengue
antigen antibodi
+ komplemen
Hemokonsentrasi
Kebocoran Hipoproteinemia
Plasma
Efusi Serosa
Hiponatremia Derajat II
Hipovolemia Peningk Penurunan
atan ekskresi
reabsorb Na+ urine &
si air dan peningkata
Hipotens Na+ oleh n
a ginjal osmolalitas
Syok
Derajat III
Hipoksiaj Derajat IV
aringan
DIC Asidosis
metabolik
Perdarahan Masif
Kematian
9
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada DHF yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF
dengan masa inkubasi antara 13-15 hari. Penderita biasanya mengalami demam akut
(suhu meningkat tiba-tiba), sering disertai menggigil, saat demam pasien kompos
mentis.
Fase pertama yang relatif ringan dengan demam mulai mendadak, malaise
muntah, nyeri kepala, anoreksia, dan batuk. Pada fase kedua penderita biasanya
menderita ekstremitas dingin, lembab, badan panas, maka merah, keringat banyak,
gelisah, iritabel, dan nyeri mid-epigastrik. Seringkali ada petekie tersebar pada dahi
dan tungkai, ekimosis spontan mungkin tampak, dan mudah memar serta berdarah
pada tempat fungsi vena adalah lazim. Ruam makular atau makulopopular mungkin
muncul dan mungkin ada sianosis sekeliling mulut dan perifer. Nadi lemah cepat dan
kecil dan suara jantung halus. Hati mungkin membesar sampai 4-6 cm dibawah tepi
costa dan biasanya keras agak nyeri. Kurang dari 10% penderita ekimosis atau
perdarahan saluran cerna yang nyata, biasanya pasca masa syok yang tidak terkoreksi.
Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DHF, gambaran klinis
lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah:
1. Keluhan pada saluran pernapasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan
2. Keluhan pada saluran pencernaan seperti mual, muntah, tidak nafsu makan
3. Keluhan sistem tubuh yang lain seperti nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot,
tulang dan sendi (break bone fever), nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-
10
pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit, kemerahan (fushing) pada muka,
pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan fotofobia, otot-otot sekitar mata sakit
Patokan WHO (1975) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut:
3. Perbesaran hati
4. Renjatan yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah
mmHg atau kurang), disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama
pada ujung hidung, jari, dan kaki, penderita gelisah, timbul sianosis disekitar
mulut.
Gambaran klinis kemungkinan terjadinya renjatan hari ke-3 sampai hari ke-7:
11
6. Hiponatremia dengan Na urine <10 mmol/L
7. EKG abnormal
8. Hipotensi
6. Klasifikasi
1. Derajat I
menifestasi perdarahan adalah tes torniket positif dan atau mudah memar.
2. Derajat II
Perdarahan spontan selain manifestasi pasien pada derajat I, biasanya pada bentuk
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah
(hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung, dan ujung jari (tanda-tanda
dini renjatan).
4. Derajat IV
Syok hebat dengan dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi.
12
7. Komplikasi
a. Perdarahan luas.
terlihat pada uji tourniquet positif, petechi, purpura, ekimosis, dan perdarahan
b. Kegagalan sirkulasi
vena (venous return), prelod, miokardium volume sekuncup dan curah jantung,
jaringan.
sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemia jaringan dan kerusakan fungsi sel
secara progresif dan irreversibel, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien
13
c. Hepatomegali
nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel sel kapiler.
Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besar dan lebih banyak
d. Efusi pleura
ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya
cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea, sesak
napas.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
1) Trombosit menurun.
2) HB meningkat lebih 20 %.
3) HT meningkat lebih 20 %.
7) NA dan CL rendah
14
b. Serologi :
1) Uji serologi memakai serum ganda, yaitu serum yang diambil pada masa akut
dan konvalesen.
2) Uji serologi memakai serum tunggal, yaitu uji dengue blood yang mengukur
antibodi.
lengan atas sampai titik tengah antara tekanan sistolik dan diasolik selama 5
menit. Tes dianggap positif bila ada petekie 20 atau lebih per 2,5 cm (1 inchi). Tes
mungkin negatif atau positif ringan selama fase syok berat. Ini biasanya menjadi
9. Penatalaksanaan
c) Minum banyak 50 ml/Kg BB dalam 4-6 jam pertama dapat berupa : susu, teh
manis, sirup, jus buah, dan oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling
penting bagi penderita DHF. Setelah keadaan dehidrasi dapat diatasi, memberikan
15
d) Pemberian cairan intravena pada pasien DBD tanpa renjatan dilakukan bila pasien
terus menerus muntah sehingga tidak mungkin diberikan makanan per oral atau
didapatkan nilai hematokrit yang bertendensi terus meningkat (>40 vol %).
Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan
1) Kristaloid
larutan ringer asetat (RA) atau dektrose 5% dalam larutan asetat (D5/RA),
2) Koloid
f) Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernapasan) jika kondisi
dengan dokter)
16
k) Monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas / istirahat
2) Sirkulasi
3) Makanan / cairan
4) Neurosensori
5) Nyeri / kenyamanan
17
6) Pernafasan
2. Diagnosa keperawatan
kapiler.
pembekuan darah.
hospitalisasi.
18
3. Perencanaan Keperawatan
permeabilitaas kapiler.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
pengganti.
dialami pasien.
19
b. Diagnosa 2 : Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan
Kriteria Hasil :
Intervensi :
1) Mengobservasi TTV
Kriteria Hasil :
20
2) Peningkatan perilaku atau tindakan yang meningkatkan perfusi jaringan.
Intervensi :
1) Observasi TTV
perubahan kulit.
Kriteria Hasil :
21
Intervensi :
2) Beri edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
meningkat.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
1) Observasi TTV
22
2) Observasi skala nyeri dan karakteristiknya.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
kebutuhannya.
2) Observasi TTV
23
3) Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
sekunder / hospitalisasi.
Kriteria Hasil :
2) Tidak mengantuk
4) Tidak sayu
5) Nyeri hilang
Intervensi :
pasien
24
3) Anjurkan pasien untuk minum susu
untuk tidur
pasien
penanggulangan penyakitnya.
Intervensi :
penyakit.
pencegahan.
25
3) Beri kesempatan keluarga dan pasien untuk menanyakan hal-hal yang tidak
diketahui
4. Pelaksanaan Keperawatan
5. Evaluasi
h. Pengetahuan bertambah.
26
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Gambaran Klinis
An. N berusia 9 tahun masuk ke ruang LILI RSUD Arifin Achmad pada tanggal 19
FEBRUARI 2020 dengan kondisi mengalami badan lemah, demam naik turun, pusing, dan
mual. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 19 FEBRUARI 2020 di ruang LILI. di
diagnosis oleh dokter dengan DHF (Dengue Haemoragic Fever) grade I, pasien terpasang
infus RL 0,9 % ditangan kanan, hasil nilai GCS 15, E4V5M6, tingkat kesadaran CM (Compos
Mentis), konjungtiva anemia, CRT <2 detik, akral dingin, turgor kulit elastis.
35,6 C, BB 23 Kg, TB 134 cm, dan dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 12,9
g/dl, Leukosit 3,96 10^3/ul, Trombosit 4,98 10^3/ul, Eritrosit 38,9 10^6/ul, MCH 25,2 pg,
RDW-CV 13,9, Ureum 45,0 mg/dl, Kreatinin 1,60 mg/dl, dan hasil pemeriksaan dapat
B. Asuhan Keperawatan
3. Ruangan : LILI
4. Identitas :
c. Umur : 9 tahun
27
e. Alamat : Jl. Proyek baru/senapelan
f. No.RM : 00.96.86.77
C. Riwayat Kesehatan
1. Alasan Masuk
An. N usia 9 tahun masuk melalui IGD RSUD Arifin Achmad Pekanbaru jam 13.00
Wib dengan keluhan badan lemah, demam naik turun, pusing, dan mual.
Saat dilakukan pengkajian , badan memerah, pasien terlihat lemah, perut kembung, dan
nyeri tekan pada perut. An. N berusia 9 tahun masuk ke ruang LILI RSUD Arifin Achmad
pada tanggal 19 FEBRUARI 2020 dengan kondisi mengalami badan lemah, demam naik
turun, pusing, dan mual. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 19 FEBRUARI 2020 di
ruang LILI An. N di diagnosis oleh dokter dengan DHF (Dengue Haemoragic Fever) grade
I, pasien terpasang infus RL 0,9 % ditangan kanan, hasil nilai GCS 15, E4V5M6, tingkat
kesadaran CM (Compos Mentis), konjungtiva anemia, CRT <2 detik, akral dingin, turgor
kulit elastis.
35,6 C, BB 23 Kg, TB 134 cm, dan dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 12,9
g/dl, Leukosit 3,96 10^3/ul, Trombosit 4,98 10^3/ul, Eritrosit 38,9 10^6/ul, MCH 25,2 pg,
RDW-CV 13,9, Ureum 45,0 mg/dl, Kreatinin 1,60 mg/dl, dan hasil pemeriksaan dapat
28
3. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
D. Pengkajian Primer
1. Airway
2. Breathing
Pernapasan spontan, tidak terpasang O2, frekuensi nafas 22 x/menit, suara nafas
vesikuler.
3. Circulation
Akral dingin, CRT <2 detik, pasien tampak lemah dan pucat, konjungtiva anemis, tidak
4. Disability
5. Eksposure
6. Folley Catheter
7. Gastric Tube
8. Heart Monitoring
Sinus rythm.
29
E. Pemeriksaan Sekunder
1. Rambut
2. Mata
3. Hidung
4. Bibir
5. Gigi
6. Telinga
7. Leher
8. Tangan
9. Abdomen
10. Kaki
11. Thorak
Jantung
30
Inspeksi : Bentuk dada simetris, iktus kordis pada ICS 5 kiri mid klavikula sinitra.
Palpasi : Lokasi point of maksimal impulse terletak pada ruang sela iga V kira-
kira 1 jari medial dari garis midklavikular (medial dari apeks anatomi). Lebar iktus
cordis yang teraba adalah 1 cm, denyut apeks jantung teraba disela iga v 2 cm medial
Paru-paru
Inspeksi : Bentuk dada kiri dan kanan simetris, pergerakan dada kanan kiri
simetris, tidak ada retraksi otot dada, tidak ada penggunaan otot bantu nafas.
Palpasi : Vokal fremitus sejajar +/+ antara paru kanan dan kiri, tidak ada nyeri
tekan.
Auskultasi : Bunyi nafas vesicular antara paru kanan dan kiri wheezing -/-, vesikuler
-/-.
31
12. Pola aktivitas dan latihan
Tergantung Total.
F. Pemeriksaan Neurologis
2. GCS : E4 V5 M6 = 15
32
Monosit 10.1 % 2.0 – 8.0
33
Monosit 17.7 % 2.0 – 8.0
H. Obat-obatan
duodenum
I. Diagnosa Keperawatan
34
Data Subjektif :
Pasien mengatakan nyeri ulu hati, demam naik turun, perut kembung
Data Objektif :
a. Kesadaran CM
b. GCS 15
c. Infus RL
Data Subjektif :
Data Objektif :
a. Trombosit 5 10^3/ul
c. N : 93 x/m S : 38.7o C
Data Subjektif :
Data Objektif :
c. Skala nyeri 6
35
J. Intervensi
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan
Keperawatan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Peningkatan suhu Tujuan : Observasi Tanda vital
tubuh (Hipertermi) Setelah dilakukan tanda-tanda vital merupakan
berhubungan dengan asuhan setiap 6 jam. acuan untuk
ketidakefektifan keperawatan Kaji mengetahui
termoregulasi selama 3 x 24 jam karakteristik keadaan
sekunder terhadap diharapkan tidak demam. umum
infeksi virus dengue terjadi peningkatan Anjurkan pasien pasien.
suhu tubuh. banyak minum Untulk
Kriteria Hasil : 2400-2500 CC mengidentif
Pasien per hari. ikasi
mengatakan Berikan terjadinya
badannya kompres air demam.
tidak panas hangat pada Peningkatan
lagi. dahi, ketiak, dan suhu tubuh
Suhu tubuh lipatan paha. mengakibat
36-37oC. Kolaborasikan kan
Badan dalam penguapan
pasien pemberian obat- tubuh
teraba tidak obatan. meningkat
panas. sehingga
perlu
diimbangi
dengan
asupan
cairan yang
banyak
untuk
mengganti
cairan
tubuh yang
hilang.
Kompres
hangat
membantu
menurunka
36
n suhu
tubuh dan
dapat
mencegah
infeksi
sekunder.
Tujuan : monitor nilai
Setelah dilakukan Hb.
tindakan Monitor nilai
keperawatan 3 x 24 trombosit /
jam tingkat platelet.
perdarahan teratasi. Pertahankan
Kriteria Hasil : bedres.
Hb sedang- Anjurkan
Resiko perdarahan membaik. meningkatkan
berhubungan dengan Hematokrit asupan cairan
faktor penyakit sedang- untuk
membaik. menghindari
Trombosit konstipasi.
sedang- Anjurkan
membaik. meningkatkan
Distensi asupan
abdomen makanan.
sedang-
membaik.
K. Catatan Perkembangan
Hari
Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal / Jam
Senin Dx 1: Peningkatan suhu S: Pasien mengatakan
19 februari 2019 tubuh (Hipertermi) badannya masih terasa
berhubungan dengan panas.
21.00 Wib ketidakefektifan
termoregulasi sekunder O: S: 38 OC, N: 82x/m
terhadap infeksi virus Badan masih teraba
dengue panas.
Mengkaji keadaan
umum pasien. A: Masalah belum teratasi.
37
Memberikan infus
Paracetamol. P: Mengulang intervensi.
Memberikan kompres
air hangat pada dahi
dan lipatan aksila.
Menggaanti cairan
IVFD RL 30
tetes/menit.
S: Pasien mengatakan
Dx 3: Nyeri akut
nyerinya sedikit berkurang
berhubungan dengan
inflamasi akut
O: Pasien tambak Meringis
Mengobservasi tanda-
TD: 105/ 70 mmHg
tanda vital pasein
N: 84 x/m
Observasi skala nyeri
RR: 23 x/m
pasien
Skala nyeri: 6
Mengatur posisi
nyaman pasien A: Masalah belum teratasi
Ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
38
Kolaborasikan dalam P: Mempertahankan
pemberian obat-obatan Intervensi
Dx 2: Resiko perdarahan
berhubungan dengan faktor S: Pasien mengatakan
penyakit badannya masih lemah.
Mengkaji keadaan
umum pasien. O: Hb: 17.1 g/dL
Memonitor nilai Hb Trombosit: 11 10^3/ul
Pasien tampak lemah dan
Memonitor nilai
Tidak bertenaga.
Trombosit.
39
Meningkatkatkan
asupan makanan dan A: Masalah belum teratasi
cairan.
Menganjurkan untuk P: Melanjutkan intervensi
bedres
40
Dx 3: Nyeri akut O: Pasien tidak meringis lagi
berhubungan TD: 125/ 85 mmHg
denganinflamasi akut N: 82 x/m
Mengobservasi tanda- RR: 23 x/m
tanda vital pasein A: Masalah teratasi
Observasi skala nyeri
pasien P: Mempertahankan
Mengatur posisi Intervensi
nyaman pasien
Ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
Kolaborasikan dalam
pemberian obat-obatan
Dx 2: Resiko perdarahan S: Pasien mengatakan
berhubungan dengan faktor Badan tidak lemah lagi.
penyakit.
Pantau TTV O: Hb: 15.5 g/dL
Mengkaji keadaan Trombosit: 40 10^3/ul
Kamis Hematokrit: 45.4 %
umum pasien.
26 Desember Pasien tampak
Memonitor nilai Hb
2019 bersemangat.
Memonitor nilai
Trombosit.
13.00 Wib A: Masalah teratasi
Meningkatkatkan
asupan makanan dan
cairan. P: Mempertahankan
Menganjurkan untuk intervensi.
bedres.
41
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini kelompok akan membahas kesenjangan antara tinjauan teoritis dan tinjauan
kasus tentang DHF (Dengue Haemoragic Fever) di ruang rawat inap Kenanga RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau. Tinjauan kasus adalah asuhan keperawatan pada pasien DHF yang
kelompok kelola di ruangan lili pada tanggal 19 februari 2020– 22 februari 2020. Pembahasan
ini dibuat sesuai dengan proses keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi
keperawatan.
A. Pengkajian
sesuai dengan keluhan pasien. Ditinjau dari teori pada penyakit DHF akan ditemukan data-
42
data sebagai berikut: panas atau demam, lemah, sakit kepala, nyeri pada otot dan sendi,
mual, muntah, anoreksia, lidah kotor, mukosa bibir kering, perdarahan gusi, wajah
kemerahan, bintik-bintik merah pada kulit (petekie), uji torniquet positif, epitaksis,
hematesis melena, hyperemia pada tenggorokan, nyeri perabaan pada epigastik pada palpasi
teraba adanya pembesaran hati dan limfe, pada ranjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah,
hipotensi, ekstermitas dingin dan gelisah, sianosis perifer, pasien tampak tegang. Pada kasus
saat pengkajian didapat data: panas badan (suhu) 38 o C, mukosa bibir kering, uji tourniquet
positif, badan lemah, dan nyeri otot dan sendi. Sedangkan mual muntah, dan anoreksia tidak
muncul pada kasus karena saat pengkajian pasien tidak mengeluh hal tersebut dan juga
mengingat manusia itu unik dan nadi cepat dan lemah, ekstermitas dingin, gelisah. Pada
B. Diagnosa
Pada teori ada sembilan masalah yaitu: kekurangan volume cairan, hipertermi, gangguan
perfusi jaringan, perubahan nutrisi, resiko perdarahan, nyeri akut, intoleransi aktivitas, perubahan
pola tidur, dan kurang pengetahuan. Pada kasus berdasarkan data yang ada dan diperoleh dari
hasil pengkajian ditemukan tiga masalah, yaitu hipertermi, resiko perdarahan, dan nyeri akut.
Sedangkan enam masalah keperawatan yang ada pada teori tetapi tidak ditemukan pada kasus
yaitu: masalah gangguan perfusi jaringan perifer tidak kelompok angkat karena pada data tidak
ditemukan perubahan warna kulit, capilar refyl lebih dari 2 detik, dan lainnya. Masalah
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak kelompok angkat karena data tidak
ditemukan mual, muntah, dan penurunan nafsu makan. Sedangkan masalah perubahan pola tidur
kelompok tidak angkat karena pada pengkajian tidak ditemukan tanda-tanda seperti : lingkaran
hitam disekitar mata pasien, pasien tidak tampak mengantuk dan yang lainnya.
43
Berdasarkan tinjauan teoritis yang telah dibahas pada bab sebelumnya, diagnosa
keperawatan yang bisa muncul sesuai dengan manifestasi klinis dan hasil pemeriksaan
pembekuan darah.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya nafsu
Dari 9 diagnosa keperawatan di kasus, hanya 3 diagnosa keperawatan yang muncul pada
pasien yaitu :
44
C. Intervensi
yang telah ditegakkan. Adapun acuan dalam penyusunan dalam intervensi keperawatan,
kelompok menggunakan materi dan buku ajar sepertu Nanda Nic Noc.
D. Implementasi
kelompok menggunakan materi yang ada seperti Nic Noc. Kelompok pada tanggal 23-28
Desember 2019, monitor TTV setiap hari, edukasi tentang penyakit, mengevaluasi kondisi
pasien.
E. Evaluasi
Evaluasi kelompok melakukannya setiap hari dengan tujuan agar dapat melihat
langsung hasil dan perkembangan dari tindakan yang telah diberikan kepada pasien.
Diagnosa yang diangkat ada tiga, dari tiga diagnosa yang kelompok angkat ini diagnosa
sekunder terhadap infeksi virus dengue, diagnosa resiko perdarahan berhubungan dengan
faktor penyakit, dan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan inflamasi otot.
Evaluasi dari ke 3 diagnosa keperawatan yang telah terlaksanakan, teratasi dengan baik
45
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit fibris virus yang terdapat pada
manusia yang disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dengan
gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, sakit kepala, nyeri tulang, ruam, dan leucopenia
yang biasa memburuk setelah dua hari pertama. Setelah kelompok melakukan asuhan
keperawatan pada pasiedn An. N dengan DHF diruang rawat inap Kenanga RSUD Arifin
1. Pada pengkajian semua data yang ditemukan pada pasien dengan tinjauan teoritis yg
ada.
46
2. Mengatasi masalah yang ditemukan pada pasien maka perlu direncanakan beberapa
tindakan keperawatan dengan menentukan tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan
prioritas masalah.
3. Implementasi dalam hal ini menerapkan rencana tindakan yang nyata pada pasien sesuai
4. Evaluasi usaha untuk menilai keberhasilan asuhan keperawatan dari dua diagnosa
keperawatan yang muncul pada kasus ini belum mencapai tujuan yang sesuai dengan
B. Saran
meningkatkan kemampuan dalam menerapkan asuhan keperawatanm yang baik dan benar.
Bagi perawat diharapkan agar dapat meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan secara maksimal serta perawat mampu menjadi educator yang baik bagi pasien
maupun keluarga.
47