Anda di halaman 1dari 9

PEMANFAATAN DAUN KATUK (Sauropus adrogynus) DALAM

PEMBUATAN TEH HERBAL DENGAN VARIASI SUHU PENGERINGAN

UTILIZATION OF KATUK LEAF (Sauropus adrogynus) IN THE


MANUFACTURE OF HERBAL TEA WITH DRIED TEMPERATURE
VARIATIONS

Wulan Kumala Dewi1, Noviar Harun2 and Yelmira Zalfiatri 2


Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Riau, Kode Pos 28293, Indonesia
wulankd91@gmail.com

ABSTRACT
The purpose of this research was to know the effect temperature of drying for aktivity katuk
leaf herbal tea. Drying katuk leaf herbal tea used with temperature 40°C, 45°C, 50°C,
55°C for 2 hours. This study used Randomized Block Design (RAK) with 4
treatments and 4 replications to get 16 experimental units. The data obtained were
analyzed by analysis of variance (ANOVA). If the test results show F arithmetic
greater or equal to F table then tested further with Duncan New Multiple Range Test
(DNMRT), at 5% level to know the difference of influence on each treatment. The
results showed that moisture content of 6.49-3.87%, ash content of 1.23-1.27% and
antioxidant 14.08- J PO 7KH UHVults of the study indicate that for the overall
assessment that the panelists rather like to love the leaves produced katuk herbal tea.

Keywords: Leaves katuk, herbal tea and drying.

PENDAHULUAN Masyarakat saat ini sudah


Pangan fungsional merupakan semakin sadar akan pentingnya
salah satu alternatif yang banyak dicari kesehatan, sehingga menempatkan
dan dikonsumsi oleh masyarakat. produk pangan fungsional menjadi
Bahan pangan yangdapat dikategorikan suatu kebutuhan pangan masa kini. satu
sebagai pangan fungsional, haruslah minuman fungsional yang banyak
bisa dikonsumsi sebagaimana layaknya dikonsumsi adalah teh.
makanan atau minuman dengan Teh merupakan salah satu
karakteristik sensori seperti warna, minuman yang banyak disukai dan
tekstur dan citarasa yang dapat diterima dikonsumsi masyarakat di seluruh
oleh konsumen serta tidak memberikan dunia. Teh mengandung tanin yang
kontradiksi maupun efek samping dipercaya masyarakat sebagai
terhadap metabolisme zat gizi lainnya minuman penyegar dan menyehatkan.
pada jumlah penggunaan yang Beberapa jenis teh yang beredar di
dianjurkan. masyarakat adalah teh hitam, teh

1. Mahasiswa Teknologi Pertanian


2. Dosen Pembimbing Mahasiswa Teknologi Pertanian

Jom Faperta Vol. 4 No. 2 Oktober 2017


oolong, teh hijau, teh putih dan teh daun katuk sebesar 81% sehingga
herbal. membutuhkan proses pengeringan.
Teh herbal merupakan minuman Berdasarkan hasil penelitian
yang mengandung herbal berkhasiat Kencana (2015), pengolahan teh herbal
untuk kesehatan. Teh herbal terbuat daun katuk dengan variasi suhu
dari bagian selain tanaman daun teh pengeringan 50°C, 60°C dan 70°C dan
seperti bunga, biji, daun atau akar dari waktu yang digunakan selama 2 jam, 3
beragam tanaman. Salah satu inovasi jam dan 4 jam. Hasil penelitian
bahan dasar teh herbal adalah daun menunjukkan bahwa suhu pengeringan
katuk. lebih dari 60°C dan lama waktu
Tanaman katuk merupakan pengeringan lebih dari 2 jam,
tanaman yang kurang dimanfaatkan menghasilkan teh herbal dengan kadar
secara maksimal, karena hanya diolah vitamin C semakin rendah. Semakin
sebagai bahan makanan sayuran dan tinggi suhu dan waktu yang digunakan
pewarna makanan, padahal tanaman maka akan semakin berkurang zat gizi
katuk dapat dibuat inovasi yang lain yang terkandung dalam teh herbal.
separti teh herbal. Hasil penelitian Ida Menurut Sayekti (2016) suhu
dan Meona (2013) menunjukkan bahwa yang digunakan pada pembuatan teh
uji kualitatif fitokimia analisis dari herbal daun katuk dan daun kelor untuk
ekstrak katuk menunjukkan adanya aktivitas antioksidan tertinggi pada
alkaloid, karbohidrat, protein, asam suhu 55°C. Apabila penggunaan suhu
amino, tanin dan senyawa fenolik di atas 55°C tidak baik untuk aktivitas
seperti steroid, glikosida dan flavonoid. antioksidan. Semakin tinggi suhu
Ajit (2013), dalam penelitiannya juga pengeringan maka akan semakin rendah
menunjukkan daun katuk dapat aktivitas antioksidannya dan dapat
berfungsi sebagai antioksidan yang merusak antioksidan pada sampel
disebabkan adanya senyawa fenol yaitu tersebut. Oleh karena itu, perlu dicari
flavonoid. suhu optimum pengeringan untuk
Teh herbal daun katuk masih mempertahankan aktivitas antioksidan
memiliki kekurangan dalam hal citarasa di dalam daun katuk. Berdasarkan latar
yaitu rasa sepat, warna yang kurang belakang telah dilaksanakan penelitian
menarik dan beraroma langu. Rasa dengan judul: Pemanfaatan Daun
sepat dapat disebabkan oleh kandungan Katuk (Sauropus adrrogynus) dalam
senyawa flavonoid pada daun katuk. Pembuatan Teh Herbal dengan
Teh herbal erat kaitannya dengan Variasi Suhu Pengeringan.
proses pengeringan, yang bertujuan
untuk memperpanjang daya simpan. Tempat dan Waktu
Menurut Rachmawan (2001) Penilitian ini dilaksanakan di
pengeringan dapat mengurangi kadar Laboratorium Pengolahan Hasil
air pada bahan sehingga dapat Pertanian dan Laboratorium Analisis
menghambat pertumbuhan bakteri dan Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian
jamur, serta mengurangi aktifitas enzim Universitas Riau. Waktu penelitian
yang dapat merusak bahan. Syarat mutu secara keseluruhan berlangsung selama
teh kering dalam kemasan menurut SNI tiga bulan pada Maret sampai Juni
memiliki kadar air 2%. Kadar air pada 2017.

Jom Faperta Vol. 4 No. 2 Oktober 2017


Bahan dan Alat organoleptik teh herbal yang telah
Bahan-bahan yang digunakan diseduh meliputi tingkat kesukaan.
dalam proses pembuatan teh herbal Teknik analisa data dengan
adalah daun katuk hijau muda yang menggunakan uji deskriptif kualitatif.
diperoleh dari perkebunan sayuran di
daerah Marpoyan Pekanbaru, dan Pelaksanaan Penelitian
bubuk kulit kayu manis yang dijual di Persiapan Bahan Baku
pasar Panam Pekanbaru. Bahan-bahan Tahapan awal yang dilakukan
untuk analisis adalah gula, akuades, adalah pemilihan daun katuk. Daun katuk
etanol 96% dan larutan 2,2-diphenyl-I- diperoleh dari perkebunan sayuran di
picrylhydrazyl hydrate (DPPH) 0, 0001 Marpoyan Pekanbaru. Daun katuk yang
g untuk uji antioksidan. digunakan dalam penelitian ini adalah
Peralatan yang digunakan yaitu daun katuk lima dari pucuk daun yaitu
timbangan analitik, oven listrik, daun katuk muda.
nampan, loyang, pisau, cawan porselin,
sendok, kertas label, sendok pengaduk, Pembuatan Teh Herbal
penyaring teh, tanur, labu ukur, Pembuatan teh herbal daun katuk
erlenmeyer, desikator, pipet tetes, mengacu pada Sayekti (2016). Daun
cawan porselin, tabung reaksi, labu katuk muda yang telah dipetik, ditimbang
takar, gelas ukur dan cup untuk dengan timbangan analitik untuk masing-
organoleptik. masing perlakuan 100 g daun katuk
muda. Perlakuan selanjutnya yaitu
pencucian bahan dan ditiriskan. Proses
Metode Penelitian selanjutnya yaitu pengeringan
Penelitian ini akan menggunakan oven listrik dengan
dilakukan secara eksperimen. masing-masing perlakuan suhu
Metode penelitian yang digunakan pengeringan selama 2 jam. Tahap
adalah metode penelitian eksperimen selanjutnya yaitu penghancuran daun
menggunakan Rancangan Acak katuk kering dengan cara diremas. Proses
Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan selanjutnya yaitu penyeduhan dengan
dan 4 kali ulangan sehingga diperoleh suhu 80°C dan 1000 ml air, sesuai
16 satuan percobaan. dengan perlakuan masing-masing dalam
Perlakuan dalam penelitian ini waktu 10 menit, sedangkan untuk
adalah sebagai berikut : analisis sensori ditambahkan bubuk kulit
T1 : Pengeringan daun katuk dengan kayu manis sebanyak 5 g dan gula pasir
suhu 40°C sebanyak 16 g.
T2 : Pengeringan daun katuk dengan
suhu 45°C Pengamatan
T3 : Pengeringan daun katukdengan Pengamatan yang dilakukan
suhu 50°C dalam penelitian ini adalah kadar air,
T4 : Pengeringan daun katuk dengan kadar abu, uji antioksidan dan
suhu 55°C penilaian sensori tingkat kesukaan.
Parameter yang diamati adalah
kadar air, kadar abu, uji antioksidan dan

Jom Faperta Vol. 4 No. 2 Oktober 2017


Analisis Data Kadar Air
Data yang diperoleh akan Hasil pengamatan dan sidik
dianalisis secara statistik dengan ragam menunjukkan bahwa metode
mengggunakan uji ANOVA. Jika F pembuatan teh herbal dengan variasi
hitung • F tabel maka dilanjutkan suhu pengeringan ini memberikan
dengan Uji DNMRT pada taraf 5%. pengaruh nyata terhadap kadar air teh
herbal daun katuk. Rata-rata kadar air
HASIL DAN PEMBAHASAN teh herbal disajikan pada Tabel 1

Tabel 1. Rata-rata kadar air teh herbal


Perlakuan Kadar Air (%)
T1 (pengeringan dengan suhu 40ºC) 6,49c
T2 (pengeringan dengan suhu 45ºC) 5,96c
T3 (pengeringan dengan suhu 50ºC) 4,60b
T4 (pengeringan dengan suhu 55ºC) 3,87a
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan berbeda nyata setelah
dianalisis DNMRT pada taraf 5%

Tabel 4 menunjukkan bahwa proses pengeringan dan semakin tinggi


perlakuan T1 berbeda nyata terhadap suhu pemanasan maka aktivitas
perlakuan T3 dan T4 namun berbeda antioksidan pada teh daun alpukat
tidak nyata terhadap perlakuan T 2. semakin turun. Sedangkan penggunaan
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa suhu yang terlalu rendah akan
rata-rata kadar air teh herbal daun katuk menyebabkan daya tahan simpan teh
berkisar 3,87-6,49%. Kadar air tertinggi herbal daun katuk semakin lama.
diperoleh pada perlakuan T1 (40ºC)
sebesar 6,49% sedangkan kadar air Suhu tertinggi yang digunakan
terendah pada perlakuan T4 (55ºC) yaitu pada penelitian teh herbal daun katuk
3,87%. Semakin tinggi suhu ini adalah perlakuan T4 (55ºC) dengan
pengeringan yang digunakan maka kadar air yang dihasilkan yaitu 3,87%.
semakin rendah kadar air yang Semakin tinggi penggunaan suhu
dihasilkan. Hal ini dipengaruhi oleh pengeringan maka kadar air teh herbal
penguapan air akibat suhu pengeringan. daun katuk semakin menurun. Hasil
Suhu pengeringan yang semakin tinggi penelitian Wijaya dkk. (2014)
menyebabkan proses penguapan air menunjukkan bahwa laju penguapan
dalam bahan semakin besar sehingga dipengaruhi oleh tingkat kelembaban
kadar air semakin rendah. dan dipengaruhi oleh suhu pengeringan
yang digunakan pada bahan.
Penggunaan suhu pengeringan Kandungan kadar air dalam teh herbal
yang terlalu tinggi akan mempengaruhi daun katuk berkisar 3,87-6,49% dan
penurunan kandungan zat lain yang kadar air dalam penelitian ini telah
terdapat dalam daun katuk, salah memenuhi SNI: (01-3836-2013) yaitu
satunya yaitu kandungan antioksidan. maksimal 8,0%.
Hasil penelitian Apriadji (2003)
menunjukkan bahwa semakin lama

Jom Faperta Vol. 4 No. 2 Oktober 2017


Kadar Abu yang tidak nyata terhadap kadar abu teh
Hasil pengamatan dan sidik herbal daun katuk. Rata-rata kadar abu
ragam menunjukkan bahwa pembuatan teh herbal daun katuk disajikan pada
teh herbal dengan metode variasi suhu Tabel 2.
pengeringan ini memberikan pengaruh

Tabel 2. Rata-rata kadar abu teh herbal


Perlakuan Kadar abu (%)
T1 (pengeringan dengan suhu 40ºC) 1.23
T2 (pengeringan dengan suhu 45ºC) 1.24
T3 (pengeringan dengan suhu 50ºC) 1.25
T4 (pengeringan dengan suhu 55ºC) 1.27

Tabel 5 menunjukkan bahwa abu dalam penelitian ini telah


rata-rata kadar abu teh herbal daun memenuhi SNI: (01-3836-2013) yaitu
katuk berkisar antara 1,23-1,27%. maksimal 8,0%.
Kadar abu yang diperoleh berbeda tidak Abu merupakan bahan
nyata pada setiap perlakuannya. Hal ini anorganik sisa dari proses pembakaran
menunjukkan penggunaan suhu sempurna pada suhu 600ºC selama
pengeringan yang berbeda, tidak beberapa waktu. Bahan makanan
memberikan pengaruh yang nyata sedikitnya 96% terdiri dari bahan
terhadap kadar abu teh herbal daun organik dan air. Penentuan kadar abu
katuk yang dihasilkan. berhubungan erat dengan kandungan
mineral yang terdapat dalam suatu
Kadar abu yang diperoleh bahan, kemurnian serta kebersihan
berbeda tidak nyata pada setiap suatu bahan yang dihasilkan
perlakuannya, hal ini dikarenakan suhu (Sudarmadji dkk., 1997).
pemanasan tidak menguapkan
komponen mineral pada daun katuk,
sehingga kandungan mineralnya tidak
jauh berbeda disetiap perlakuan. Hal ini Uji Antioksidan
sesuai dengan penelitian Dewi dkk. Hasil pengamatan dan
(2016) yang menunjukkan bahwa perhitungan IC50 menunjukkan suhu
pengeringan beras merah pada suhu pengeringan dalam proses pembuatan
140-190ºC dengan waktu 5-20 menit, teh herbal daun katuk sangat
menghasilkan kadar abu yang tidak mempengaruhi kandungan antioksidan.
berbeda pada setiap perlakuannya. Hal kadar antioksidan (IC50) dapat dilihat
ini disebabkan karena abu merupakan pada Tabel 3.
komponen mineral yang tidak menguap
pada proses pembakaran atau
pemijaran senyawa-senyawa organik.
Kandungan abu dalam teh herbal daun
katuk berkisar 1,23-1,27% dan Kadar

Jom Faperta Vol. 4 No. 2 Oktober 2017


Tabel 3. Rata-rata kadar antioksidan teh herbal
Antioksidan
Perlakuan
(IC50(µg/ml))
T1 (pengeringan dengan suhu 40ºC) 14,08
T2 (pengeringan dengan suhu 45ºC) 22,40
T3 (pengeringan dengan suhu 50ºC) 31,59
T4 (pengeringan dengan suhu 55ºC) 56,06
Ket: IC50 kurang dari 50 µg/ml (Sangat kuat), IC50 bernilai 50 µg/ml sampai 100 µg/ml(Kuat), IC50
bernilai 100 µg/ml sampai 150 µg/ml(Sedang), IC50 151 µg/ml sampai 200 µg/ml (Lemah)

Tabel 6 menunjukkan bahwa 14,08µg/ml (sangat kuat)-56,06µg/ml


aktivitas antioksidan daun katuk (kuat) sehingga dapat disimpulkan
berkisar antara 14,08-56,06µg/ml. bahwa aktivitas antioksidan turun
Perlakuan yang menghasilkan sejalan dengan tingginya suhu
kandungan antioksidan sangat kuat pengeringan. Hal ini sesuai dengan
adalah T1 dengan nilai IC50 penelitian Sayekti (2016) bahwa pada
14,08µg/ml. Suhu pengeringan sangat suhu 45ºC, 50ºC, 55ºC, selama 2 jam
mempengaruhi aktivitas antioksidan menunjukkan semakin tinggi
daun katuk. Aktivitas antioksidan akan penggunaan suhu pada pembuatan teh
turun apabila suhu pengeringan terlalu herbal daun kelor dan daun katuk, maka
tinggi. Hal ini disebabkan karena suhu antioksidan yang dihasilkan semakin
pemanasan yang semakin tinggi menurun.
mengakibatkan senyawa metabolit
sekunder yang bertindak sebagai Penilaian Hedonik
antioksidan (senyawa flavonoid) Hasil pengamatan dan sidik
menjadi rusak. Hal ini sesuai dengan ragam menunjukkan bahwa metode
hasil penelitian Rachmawati dkk. pembuatan teh herbal dengan variasi
(2013) tentang aktivitas antioksidan suhu pengeringan ini menunjukkan
selai buah jambu merah yang turun bahwa lama pengeringan memberikan
pada suhu tinggi. pengaruh nyata terhadap penilaian
hedonik teh herbal daun katuk. Rata-
Aktivitas antioksidan daun rata penilaian hedonik teh herbal daun
katuk yang dikeringkan berkisar katuk disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata penilaian hedonik teh herbal daun katuk


Perlakuan Hedonik
T1 (pengeringan dengan suhu 40ºC) 1,84a
T2 (pengeringan dengan suhu 45ºC) 2,34b
T3 (pengeringan dengan suhu 50ºC) 3,02c
T4 (pengeringan dengan suhu 55ºC) 3,62d

Jom Faperta Vol. 4 No. 2 Oktober 2017


Tabel 7 menunjukkan bahwa KESIMPULAN DAN SARAN
penilaian hedonik teh herbal daun katuk Kesimpulan
berbeda nyata pada keseluruhan Berdasarkan hasil penelitian
perlakuan. Berdasarkan tabel 7 yang telah dilakukan dapat disimpulkan
penilaian hedonik teh herbal daun katuk bahwa :
berkisar 1,84 (tidak suka)-3,62 (suka).
Rata-rata penilaian panelis terhadap 1. Suhu pengeringan yang berbeda
penilaian keseluruhan seduhan teh daun dalam pembuatan teh herbal daun
katuk tertinggi terdapat pada perlakuan katuk memberikan pengaruh
T4 sebesar 3,62 (suka) sedangkan terhadap kadar air, aktivitas
penilaian terendah terdapat pada antioksidan, dan penilaian sensori
perlakuan T1 yaitu sebesar 1,84 (tidak secara hedonik, namun tidak
suka). Penilaian keseluruhan ini berpengaruh terhadap parameter
dipengaruhi oleh penambahan bubuk kadar abu teh herbal daun katuk
kayu manis yang dapat memberikan yang dihasilkan.
rasa alami dan warna teh herbal daun 2. Berdasarkan pengujian yang telah
katuk. dilakukan diperoleh perlakuan
terbaik teh herbal daun katuk yaitu
Menurut Sundari (2001), kayu pengeringan dengan suhu 50ºC (T3)
manis adalah salah satu jenis rempah- yaitu kadar air 4,60%, kadar abu
rempah yang banyak digunakan sebagai 1,25%, antioksidan 31,59µg/ml
bahan pemberi aroma dan citarasa (sangat kuat) dan uji hedonik 3,02
dalam makanan dan minuman. Teh (agak disukai panelis).
herbal daun katuk memiliki rasa sepat
yang disebabkan oleh adanya senyawa Saran
flavonoid, namun rasa sepat ini akan Perlu dilakukan penelitian lebih
semakin berkurang sejalan dengan lanjut untuk mengetahui tingkat daya
tingginya suhu pengeringan yang simpan teh herbal daun katuk.
digunakan. Hal ini disebabkan karena
senyawa flavonoid akan rusak pada DAFTAR PUSTAKA
suhu tinggi sehingga rasa sepat teh
herbal daun katuk akan semakin Apriadji, Wied, Harry. 2003. Bahan
berkurang ketika suhu pengeringan Pangan dan Khasiatnya Bagi
semakin tinggi. Penilaian keseluruhan Kesehatan. Buku Populer
merupakan gabungan dari yang dilihat, Nirmala. Jakarta..
dicium, dan dirasa seperti warna, aroma
dan rasa. Menurut Daroini (2006), Badan Standardisasi Nasional (SNI)
parameter warna, aroma, dan rasa dapat 3836: 2013. Mutu Teh Kering.
dikatakan gabungan dari penilaian Jakarta.
keseluruhan yang tampak.
Batari, R. 2007. Identifikasi senyawa
flavonoid pada sayuran
indeginous jawa barat. Skripsi
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor. Bogor

Jom Faperta Vol. 4 No. 2 Oktober 2017


Daroini, O. S. 2006. Kajian Proses Perternakan Universitas Gadjah
Pebuatan Teh Herbal dari Mada. Yogyakarta. Vol. 1 (4)
Campuran Teh Hijau (Camellia
Sinensis) Rimpang Bangle Kencana, E. D. 2015. Pengaruh suhu
(Phyllanthus Acidus (L.) Skeels. dan lama pengeringan terhadap
Skripsi Teknologi Pertanian IPB. karakteristik teh herbal daun
Bogor. katuk (Sauropus adrogynus L.
Merr). Skripsi. Fakultas
Dewi, N.. L. P. Wrasiati. D. A. A. Teknologi Pangan. Universitas
Yuarini. 2016. Pengaruh Suhu Pasundan. Bandung.
dan Lama Penyangraian
dengan Oven Drier Teh Beras Muchtadi, D. 2000. Sayur-sayuran,
Merah Jatiluwih. Jurnal Jurusan sumber serat dan antioksidan;
Teknologi Industri Pertanian, mencegah penyakit degeneratif.
Fakultas Teknologi Pertanian, Jurusan Teknologi Pangan dan
Universitas udayana. Vol 4. No.2. Gizi FATETA Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Fina, M. dan S. Yurlisa. 2010. Potensi
daun katuk sebagai sumber zat Rahmawati, Fitri, Gebi Dwiyanti,
pewarna alami dan stabilitasnya Hayat Sholihin. 2013. Kajian
selama pengeringan bubuk Aktivitas Antioksidan produk
dengan menggunakan binder Olahan buah Jambu biji Merah
maltodekstrin. Jurnal Jurusan (psidium guajava L). Jurnal Sain
Teknologi Industri Pangan, dan Teknologi Kimia. Vol. 4 (1)
Universitas Padjajaran. Rachmawan, O. 2001. Pengeringan,
Pendinginan dan Pengemasan
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Komoditas Pertanian.
Berguna Indonesia II edisi 2, Departemen Pendidikan Nasional.
Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta.
Jakarta.
Ritonga, R., I. Mara dan E. Widya.
Ida, A. R. A, Sudiarta, Ade Ayu. 2015. 2013. Isolasi dan identifikasi
Aktivitas Antioksidan Senyawa senyawa flavonoid. Makalah
Golongan Flavonoid Ekstrak Kimia Bahan Alam. Fakultas
Etanol Daging Buah Terong Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Belanda (Solanum betaceum Cav). Universitas Islam Sumatera Utara,
Jurnal. Jurusan Kimia FMIPA. Medan.
Universitas Udayana. Bali. Vol 9 (1)
Santoso, H. B. 2008. Ragam dan
Juliana, G. B dan A. Somnaikubun. Khasiat Tanaman Obat.
2008. Pengaruh suhu Agromedia Pustaka. Cetakan I.
pengeringan terhadap mutu Jakarta.
tepung siput laut (Littoraria
scabra). Jurnal Fakultas Sayekti, D. 2016. Aktivitas
antioksidan teh kombinasi

Jom Faperta Vol. 4 No. 2 Oktober 2017


daun katuk dan daun kelor Linn).
dengan variasi suhu http://ejournal.unri.ac.id/index.ph
pengeringan. Skripsi. p/JSG/article/view/1443. Diakses
Universitas Muhammadiyah pada 27 Januari 2017.
surakarta. Surakarta.
Widyani, R. dan T. Suciaty. 2008.
Setyaningsih, D., A. Apriantono dan Prinsip Pengawetan Pangan.
M.P. Sari. 2010. Analisis Swagati Press: Cirebon.
Sensori untuk Industri Pangan
dan Agro. IPB Press. Bogor. Wijaya, L. 2011. Studi Pengaruh pH
dan Suhu Pemanasan terhadap
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Aktivitas Antioksidan dan
Suhardi. 1997. Prosedur Analisa Pigmen pada Kulit dan Daging
untuk Bahan Makanan dan Buah Naga Super Merah
Pertanian. Universitas Gajah (Hylocereus costaricensis).
Mada. Yogyakarta. Skripsi S-1 Universitas Pelita
Harapan. Tangerang.
Sundari, E. 2001. Pengambilan
minyak atsiri dan oleoresin dari Wijana, S., Sucipto dan L. M. Sari.
kulit kayu Manis. ITB Central 2014. Pengaruh suhu dan
Library. Ganesha. Bandung. waktu pengeringan terhadap
aktivitas antioksidan pada
Susanti, N.M.P., I.N.A. Budiman., dan bubuk kulit manggis (Garcinia
N.K. Warditiani. 2014. Skrining mongostana L.). Jurnal. Jurusan
fitokimia ekstrak etanol 90% Teknologi Pertanian. Fakultas
daun katuk (Sauropus Pertanian. Universitas Brawijaya.
androgynus (L.) Merr.). Jurnal Malang. Vol 1 (3).
Jurusan Farmasi Fakultas
Matematika dan Ilmu Yudana, I. G. A. 2004. Mengenal
Pengetahuan Alam Universitas Ragam dan Manfaat Teh.
Udayana. Vol 1 (3). http//www.indomedia.com.
Diakses pada tanggal 27 Januari
Volliadi dan E. Sribudiani. 2011.
2017.
Kajian Suhu dan Pengeringan
Terhadap Kualitas
Organoleptik Teh Herbal
Rosella (Hibiscus Sabdariffa

Jom Faperta Vol. 4 No. 2 Oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai