Anda di halaman 1dari 2

KOMUNIKASI jarak jauh jadi hal lumrah saat ini.

Dalam beberapa detik, pertukaran informasi


bisa dilakukan dari satu titik ke titik lain. Bentuk komunikasinya pun beragam tak sebatas
sambungan suara, tapi bisa juga teks, gambar, pesan audio, atau bahkan audio visual. Model
komunikasi ini dimungkinkan berkat evolusi pesawat telepon yang berubah seiring zaman.

Kemunculan telepon di Indonesia bermula ketika Belanda membangun sambungan telepon di


Batavia pada 1882. Penyedianya Posterijen Telegrafie Telefonie (PTT), perusahan milik
pemerintah kolonial. Telepon pun jadi sarana yang bisa dinikmati di rumah-rumah meski terbatas
di kalangan pejabat dan orang kaya. Dari Royal KPN Belanda, panggilan telepon internasional
pertama yang dilakukan Hinda-Belanda terjadi pada 1929 dengan tujuan Amsterdam yang
berjarak 12000 kilometer.

BACA JUGA:
Legiun Merpati untuk Komunikasi

Panggilan luar negeri termasuk langka dan mewah di zaman itu, sebab sentral telepon masih
manual dan teknologinya pun masih sangat terbatas. Namun, teknologi, sistem, dan fungsi
telepon terus berubah makin canggih dari masa ke masa. Berikut evolusinya:

Telepon Engkol

Ini merupakan telepon generasi pertama yang dipasang ke publik menggunakan jaringan telepon
tetap berkabel. Telepon engkol mulanya tidak punya nomor putar, hanya tuas. Penggunanya
harus memutar tuas untuk menyambungkan dengan sentral telepon.

Bel di sentral telepon kemudian berbunyi setelah ada sambungan dari pengguna. Operator lalu
menanyakan nomor tujuan telepon, setelah itu menyambungkan dua kabel di papan hubung dan
memutar nomor. Bila telepon tujuan berada di sentral telepon berbeda, operator di sentral 1 akan
menelepon operator di sentral 2 untuk menghubungkan panggilan.

Sistem ini membutuhkan banyak tenaga kerja untuk menyambungkan telepon, kebanyakan
operatornya perempuan, pribumi maupun Belanda. Sistem ini mulai ditinggalkan ketika
teknologi sentral telepon otomat dibangun. Namun, beberapa wilayah di Indonesia masih
memerlukan operator telepon hingga dekade 1960-an.
Telepon Putar

Telepon ini punya urutan nomor yang melingkar dari 1 sampai 0. Untuk menggunakannya,
pengguna harus memasukkan jari ke lubang nomor lalu memutar nomor itu sampai mengenai
batas putar dan berbunyi “tik”. Model telepon ini tidak dilengkapi dengan sistem redial sehingga
pengguna harus memutar nomor tiap kali akan menghubungi orang.

Sama dengan telepon tuas, sistem yang digunakan telepon putar (rotary dial) masih sinyal
analog, yang mengubah gelombang suara jadi gelombang listrik. Meski demikian, telepon ini
sudah tidak butuh operator karena sistem switching-nya (sambungan) sudah otomatis. Panggilan
akan langsung tersambung ke nomor tujuan tidak lewat operator.

Desainnya dan bahan pesawatnya pun beragam. Ada yang berbentuk lilin dengan mic dan corong
suara yang terpisah, terbuat dari besi, atau bergaya klasik. Pada masa transisi dari telepon tuas ke
telepon putar, beberapa produsen telepon mengawinkan keduanya sehingga dalam satu telepon
terdapat angka melingkar dan tuas untuk diputar. Telepon putar mulai dikenal di Hindia-Belanda
pada awal abad ke-20 dan bertahan hingga dekade 1980-an meski telepon bertombol mulai
diperkenalkan ke publik sejak 1960-an.

Anda mungkin juga menyukai