Anda di halaman 1dari 18

1.

1 Latar Belakang
Hak Asasi Manusia (HAM) menjadi bahasan penting setelah Perang Dunia II dan pada
waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1945. HAM juga merupakan
hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia sejak lahir sebagai anugrah dari
tuhan. Oleh karena itu HAM wajib di lindungi dan di hormati baik secara hukum, agama dan
pemerintah. Sebagaimana di cantumkan dalam Deklarasi Univesal Hak Asasi Manusia
(DUHAM) yang di proklamasikan PBB pada Tahun 1948, setiap orang tanpa terkecuali
berhak atas HAM dan kebesarannya.
Wacana tentang HAM sesungguhnya telah menjadi perhatian dan perjuangan umat
bersamaan dengan berkembangnya peradaban dunia demi tercapainya kemuliaan kehidupan
manusia. Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait
dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Dalam dunia yang semakin global
ini, hampir di setiap negara, baik di negara maju maupun berkembang mulai memahami
akan pentingnya perlindungan terhadap HAM. Pada hakikatnya semua manusia memiliki
martabat dan derajat yang sama, serta memiliki hak-hak dan kewajiban yang sama tanpa
membedakan warna kulit, suku, agama, maupun status sosial yang lainnya. Karena, setiap
manusia memiliki derajat yang luhur berasal dari Allah yang menciptakannya sebagai
individu yang bebas untuk dapat mengembangkan diri.
Sejak beberapa abad silam, agama Islam juga telah memberikan bukti tentang hak-hak
asasi yang ideal bagi umat manusia. Sebagai agama yang hadir disaat terjadi banyaknya
ketimpangan sosial dalam masyarakat dunia, khususnya masyarakat jahiliyah pada saat itu
mampu menjadi instrumen penting dalam memperjuangkan nilai-nilai keadilan dan
persamaan dalam masyarakat dunia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis dapat menentukan rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana pengertian HAM?
2. Bagiamana makna HAM dalam kehidupan sesama?
3. Bagaimana sifat dan sikap terpuji terhadap sesama?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut penulis dapat mementukan tujuan sebagai
berikut.
1. Mengintrepretasikan pengertian HAM.
2. Mengintepretasikan makna HAM dalam kehidupan sesama.
3. Mengintepretasikan sifat dan sikap terpuji terhadap sesama.
2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak asasi diartikan sebagai hak dasar atau hak
pokok seperti hak hidup dan mendapatkan perlindungan. Hak asasi manusia adalah hak yang
dimiliki manusia menurut kodratnya, yang tidak dapat dipisahkan dari hakekatnya dan
karean itu bersifat suci. Sementara Jan, Materson mengartikan hak asasi manusia sebagai
hak yang melekat pada manusia, yang tanpa dengannya manusia mustahil hidup sebagai
manusia.
Asal mula konsep modern tentang HAM dikaitkan dengan filsafat stoics. Zeno, pendiri
paham filsafat ini mengajukan teori hukum alam di mana manusia sebagai makhluk hidup
dikatakan memilki beberapa hak universal di mana saja dan pada kondisi apa saja ia berada.
Bangsa Romawi, di bawah pengaruh filsafat ini juga mulai memberi tekanan pada HAM
dengan munculnya Kristen di Roma maka hak-hak ini diterjemahkan dalam konteks agama
dan sumbernya dari Tuhan.
Setelah Abad Kegelapan Eropa, contoh pertama konsep HAM disebutkan dari Inggris
ketika Piagam Magna Carta dikeluarkan pada tahun 1215 M. Asal mula Magna Carta adalah
sebuah perjanjian antara raja dan baron, untuk mengadakan perlindungan terhadap hak-hak
istimewa para Baron. Hak ini sebenarnya tidak ada hubungannya dengan hak-hak manusia
yang sesungguhnya. Hanya saja, setelah waktu yang lama Magna Carta akhirnya ditafsirkan
ke dalam konteks HAM.
Konsep hak-hak manusia yang alami muncul pada abd-ke-17 sebagai suatu kekuatan
pertahanan dari kekuasaan absolut. Hasil pergerakan yang dipengaruhi oleh Rousseau dan
lainnya ini merupakan penggabungan dari berbagai hak manusia yang tercanangkan pada
beberapa konstitusi berbagai negara dan akhirnya terwujud dalam Universal Declaration of
Human Rights (UDHR) oleh PBB pada 10 Januari 1948.
Deklarasi yang terdiri dari 30 pasal ini sebenarny telah ditetapkan Islam jauh lebih
dahulu bagi tiap-tiap insan sebagai umat manusia. Hal ini kemudian diikuti oleh beberapa
perjanjian regional dan internasional oleh beberapa negara Eropa dan Amerika pada aspek
yang penting, yaitu pembentukan pengadilan internasional untuk menangani kasuk-kasus
HAM.
2.1.1 Konsep HAM Dalam Islam
Terdapat perbedaan mendasar antara konsep HAM dalam Islam dan HAM dalam
konsep Barat sebagaimana yang diterima oleh dunia Internasional. HAM dalam Islam
didasarkan pada aktivitas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi. Sementara dunia
Barat percaya bahwa pola tingkah laku hanya ditentukan oleh hukum-hukum negara atau
sejumlah otoritas yang mencukupi untuk tercapainya aturan-aturan pblik yang aman dan
perdamaian universal. Perbedaan lain yang mendasar juga terlihat dari cara memandang
HAM itu sendiri. Di Barat perhatian kepada  individu-individu dari pandangan yang bersifat
anthroposentris, di mana manusia merupakan ukuran terhadap gejala sesuatu. Sedangkan
dalam Islam, menganut pandangan yang bersifat theosentris, yaitu Tuhan Yang Maha Tinggi
dan manusia hanya untuk mengabdi kepada-Nya.
Berdasarkan pandangan yang bersiifat anthroposentris tersebut maka nilai-nilai utama
dari kebudayan Barat seperti demokrasi, institusi sosial dan kesejahteraan ekonomi sebagai
perangkat yang mendukung tegaknya HAM itu berorientasi kepada penghargaan terhadap
manusia. Berbeda keadaannya pada dunia Islam yang bersifat theosentris, larangan dan
perintah lebih didasarkan atas ajaran Islam yang bersumber dari al-Quran dan Hadis. Al-
Quran menjadi  transformasi dari kualitas kesadaran manusia. Manusia diperintahkan untuk
hidup dan bekerja dengan kesadaran penuh bahwa ia harus menunjukkan kepatuhannya
kepada kehendak Allah. Oleh karena itu mengakui hak-hak natar manusia adalah sebuah
kewajiban dalam rangka kepatuhan kepada-Nya.
Dalam perspektif Barat manusia ditempakan dalam suatu setting di mana hubungannya
dengan Tuhan sama sekali tidak disebut. Hak asasi manusia dinilai hanya sebagai perolehan
alamiah sejak kelahiran. Sementara HAM dalam perspektif Islam dianggap dan diyakini
sebagai anugerah dari Tuhan dan oleh karenanya setiap individu akan merasa bertanggung
jawab kepada Tuhan. Dengan demikian, penegakan HAM dalam Islam tidak hanya
didasarkan kepada aturan-aturan yang bersifat legal-formal saja tetapi juga kepada hukum-
hukum moral dan akhlaqul karimah.
Untuk mencegah kemungkinan terjadinya pelanggaran HAM di dalam masyarakat,
Islam mempunyai ajaran yang disebut amar ma’ruf nahi munkar . Islam mengajarkan tiga
tahapan dalam menjalankan ajaran tersebut yaitu Pertama, melalui tangan (kekuasaan),
kedua melalui lisan (nasihat), dan ketiga melalui gerak hati nurani, yaitu membenci
kemungkaran sambil mendoakan agar pelakunya sadar. Sehingga untuk mengatasi
mengatasi terjadinya pelanggaran HAM, Islam tidak hanya melakukan tindakan represif
tetapi lebih menekankan tindakan preventif. Sebab, tindakan represif cenderung berpijak
hanya pada hukum legal-formal yang mengandalkan bukti-bukti yang bersifat material
semata. Sedangkan tindakan preventif tidak memerlukan adanya bukti secara hukum.

Perbedaan Antara HAM Barat dan Islam


2.1.2No HAM Universal Declaration of Human HAM menurut Islam
Rights
1 Bersumber pada pemikiran filosofi semata. Bersumber pada ajaran al-Quran dan Sunnah
Nabi Muhammad.
2 Bersifat antroposentris Bersifat Theoritis
3 Lebih mementingkan hak dari pada Keseimbangan antara hak dan kewajiban.
kewajiban.
4 Lebih bersifat individualistic Kepentingan sosial diperhatikan.
5 Manusia dilihat sebagai pemilik Manusia dilihat sebagai makhluk yang dititipi
sepenuhnya hak-hak dasar. hak-hak dasar oleh Tuhan, dan oleh karena
itu mereka wajib mensyukuri dan
memeliharanya.
HAM Dalam Al-Quran
Tidak diragukan lagi bahwa al-Quran memberikan penjelasan-penjelasan tentang
petunjuk, dan pembeda di antara yang hak dan bathil. Manusia dipilih untuk mengemban
amanah Allah di bumi, kepadanya Allah amanatkan berbagai tugas dan tanggung jawab
untuk melakukan reformasi dan mencegah macam tindakan pengrusakan. Untuk
terlaksananya tugas dan tanggung jawab dalam misinya sebagai khalifah, kepadanya Allah
memberikan sejumlah hak yang harus dipelihara dan dihormat. Hak-hak itu bersifat sangat
mendasar, dan diberikan langsung oleh Allah sejak kehadirannya di muka bumi.
Berikut  beberapa  hak-hak asasi yang terdapat dalam al-Qur’an:
1. Hak untuk Hidup.
Hak yang pertama kali dianugerahkan Islam di antara HAM lainnya adalah hak
untuk hidup dan menghargai hidup manusia. Islam memberikan jaminan sepenuhnya
bagi etiap manusia, kecuali tentu saja jika ada alasan yang dibenearkan. Prinsip tentang
hak hidup tertuang dalam dua ayat al-Quran:
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
melainkan dengan suatu (alasan) yang benar.” (Q.S Al-Isra’:33)
“Dan Janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
melainkan dengan suatu (sebab) yang benar.” (Al-An’am: 151)
Dua ayat di atas membedakan dengan jelas antara pembunuhan yang bersifat
kriminal, dengan pembunuhan untuk menegakkan keadilan. Untuk menegakkan
keadlian hanya pengadilan yang berwenang saja yang berhak memutuskan apakah
seseorang harus kehilangan haknya untuk hidup atau tidak. Oleh karena itu haruslah
berlaku prinsip peradilan yan gjujur dan tidak memihak.
2. Hak Kepemilikan Pribadi.
Berkaitan dengan kepemilikan pribadi ini Islam sangat mengharagai hak-hak
kepemillikan pribadi seseorang. hal ini tercermin dari adanya persyaratan hak milik
untuk kewajiban zakat dan pewarisan. Seseorang juga diberi hak untuk
mempertahankan hak miliknya dari gangguan orang lain. Bahkan, jika ia mati ketika
membela dan mempertahankan hak miliknya itu maka ia dipandang sebai syahid.Salah
satu ayat al-Quran yang menjelaskan tentang pentingnya hak milik terdapat pada Q.S.
an-Nisaa ayat 29 yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamu
dengan jalan yang batil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama suka.”
Ayat tersebut mengingatkan agar dalam memanfaatkan sumber-sumber kekayaan
alam dan lingkungan itu, seseorang harus menghormati pula kepentingan orang lain.
Dengan kata lain, ia harus menempuh cara yang halal dan bukan melalui cara yang
haram.
3. Persamaan Hak dalam Hukum.
Agama Islam menekankan persamaan seluruh umat manusia di mata Allah, yang
menciptakan manusia dari asal yang sama dan kepadaNya semua harus taat dan patuh.
Islam tidak mengakui adanya hak istimewa yang berdasarkan kelahiran, kebangsaan,
ataupun halangan buatan lainnya yang dibentuk oleh manusia itu sendiri. Kemuliaan itu
terletak pada amal kebajikan itu sendiri.
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari sesorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa dan bersuku-suku, supaya kamu
saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulai di antara kamu di sisi
Allah ialah orang orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al-Hujarat: 13)
Agama Islam menganggap bahwa semua manusia itu sama dan merupakan anak
keturunan dari nenek moyang sama. Dalam Haji wada’nya, Nabi mendeklarasikan hal
tersebut bahwa “Orang Arab tidak mempunyai keunggulan atas orang non-Arab, begitu
juga orang non-Arab tidak mempunyai keunggulan atas orang Arab.demikian juga
orang kulit putih tidak memiliki keunggulan atas orang kulit hitam dan sebaliknya.
Semua adalah anak keturunan Adam dan Adam diciptakan dari tanah liat” Agama Islam
telah menhancurkan diskriminasi terhadap kasta, kepercayaan, perbedaan warna kulit,
dan agama. Rasulullah tidak hanya secara lisan menegakkan hak persamaan ini, namun
juga telah memperhatikan pelaksanaanya selama beliau hidup.
4. Hak Mendapatkan Keadilan.
Hak mendapatkan keadilan merupakan suatu hak yang sangat penting di mana
agama Islam telah menganugerahkannya kepada setiap umat manusia. Sesungguhnya
agama Islam telah datang ke dunia ini untuk menegakkan keadilan, sebagaimana al-
Quran menyatakan:
“Dan Aku perintahkan supaya berlaku adil di antara kamu” (Q.S Asy-Syura: 15)
Umat Islam diperintahkan supaya menjungjung tinggi keadilan meskipun
kepentingan mereka sendiri dalam keadaan bahaya.
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadlilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau
ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya atau miskin, maka Allah lebih tahun
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan jikakamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan
menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang
kamu kerjakan.” (An-Nisa: 135).
5. Hak untuk Mendapatkan Pendidikan
Salah satu dari hak asasi yang terpenting adalah hak untuk memperoleh pendidikan.
Tidak seorangpun dapat dibatasi haknya untuk belajar dan mendapatkan pengetahuan
dan pendidikan, sepanjang ia memenuhi kualifikasi untuk itu. Ajaran Islam tidak saja
menegakkan sendi kemerdekaan belajar, lebih dari itu Islam mewajibkan semua orang
Islam untuk belajar. Pentingnya pendidikan dan pengetahuan tertuang dalam surat at-
Taubah ayat 122:
“Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, sehingga
mereka waspada.”
Landasan ayat lain yang meninggikan pentingnya pendidikan ada di dalam surat al-
Mujadilah ayat 11, yang memiliki arti:
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
2.2 Makna HAM dalam Kehidupan Sesama
Islam adalah agama universal yang mengajarkan keadilan bagi semua umat manusia
tanpa pandang bulu. Islam meletakkan manusia pada posisi yang snagat mulia. Manusia
digambarkan oleh Al-Qur’an sebagai makhluk yang paling sempurna dan harus dimuliakan.
Dalam Islam, sebagaimana dinyatakan oleh Abu A’la al-Maududi, HAM adalah hak kodrati
yang dianugrahkan oleh Allah SWT kepada setiap manusia dan tidak dapat dicabut atau
dikurangi oleh kekuasaan atau badan apapun. Hak-hak yang diberikan bersifat permanen
atau kekal.
Gagasan Islam tentang HAM berpijak pada konsep tauhid, yaitu konsep pengakuan
keesaan Allah yang tergambar dari ungkapan syahadat “laa ilaaha illa Allah” tiada Tuhan
yang dapat disembah selain Allah. Konsep tuhan mengandung inti persamaan dan
persaudaraan seluruh manusia. Hak-hak manusia dalam Islam merupakan standar normative
yang ditetapkan Allah atau dibuat manusia berdasarkan firman Allah untuk mengatur
hubungan sesama manusia, baik hubungan antar individu, individu dengan masyarakat,
maupun antar negara.
Menurut kalangan Ulama Islam, terdapat dua konsep tentang hal dalam Islam, hak
manusia (haq al insan) dan hal Allah. Satu dan lainnya saling terkait dan saling melandasi.
Hak Allah melandasi hak manusia demikian juga sebaliknya, sehingga dalam praktiknya
tidak bisa dipisahkan satu dari yang lainnya. Misalnya, dalam pelaksanaan hak Allah berupa
ibadah shalat, seorang muslim yang taat memiliki kewajiban untuk mewujudkan pesan
moral ibadah shalat dalam kehidupan sosialnya. Ucapan mengagungkan nama Allah (takbir)
di awal shalat dan ucapan salam (kesejahteraan) di akhir shalat adalah tuntunan bagi setiap
muslim untuk menebar keselamatan bagi orang sekelilingnya atas dasar keagungan Allah
SWT. Dengan ungkapan lain, hak tuhan dan hak manusia dalam Islam terkandung dalam
ajaran ibadah sehari-sehari. Islam tidak memisahkan antara hak Allah dan hak manusia.
Adapun hak manusia seperti hak kepemilikan, setiap manusia berhak untuk mengelola
harta yang dimilikinya. Namun demikian, Islam menekankan bahwa setiap hak manusia
terdapat hak Allah, meskipun seseorang berhak memanfaatkan hartanya, tetapi ia tidak boleh
menggunakan harta keluarganya untuk tujuan yang bertentangan dengan ajaran Allah. Harta
kekayaan dalam Islam harus diorientasikan bagi kesejahteraan umat manusia. Kewajiban
mengeluarkan zakat bagi setiap muslim yang mampu merupakan contoh dari ajaran Islam
tetang kepedulian sosial yang harus dijalankan oleh pemeluk Islam.
Dalam Islam terdapat tiga hak asasi manusia, antara lain:
a. Hak dasar (daruri), sesuatu yang dianggap hak dasar apabila hak tersebut dilanggar,
bukan hanya membuat sengsara, tetapi juga kehilangan eksistensinya, bahkan hilang
harkat manusianya. Contoh sederhana hak ini adalah hak untuk hidup, ha katas
keamanan, dan hak untuk memiliki harta benda.
b. Hak sekunder, merupakan hak-hak yang apabila tidak dipenuhi akan berakibat pada
hilangnya hak-hak dasar sebagai manusia. Misalnya, jika seseorang kehilangan haknya
untuk memperoleh sandang pangan yang layak, maka akan berakibat hilangnya hak
hidup.
c. Hak tersier, yaitu hak yang tingkatannya lebih rendah dari hak primer dan sekunder.
Konsepsi tentang HAM dalam Islam dapat dijumpai dalam sumber utama Islam, Al-
Qur’an dan hadist. Adapun pelaksanaannya atau implementasinya dapat dirujuk pada praktik
kehidupan sehari-hari Nabi Muhammad saw, yang dikenal dengan sebutan sunnah Nabi
Muhammad.
Adapun HAM dalam Islam meliputi.
 Hak Hidup
Hak hidup adalah hak asasi paling fundamental bagi setiap manusia, karena
kehidupan merupakan prasyarat untuk mendapatkan hak-hak asasi lainnya. Di samping
itu, kehidupan merupakan sumber eksistensi manusia, melalui kehidupanlah manusia
dapat mengaktualisasikan diri dan merealisasikan kehidupan dunia untuk mencari amal
soleh.
Islam menjunjung tinggi hak hidup manusia yang tertulis dalam firman Allah QS.
Al Maidah: 32
“… Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena oang itu
(membunuh) oang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi. Maka
seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya…..”
 Hak Keadilan
Keadilan adalah hak manusia untuk mendapat sesuatu hal yang menjadi haknya dari
orang lain. Kata “keadilan” dipergunakan dalam banyak konteks adakalanya digunakan
untuk menyebut hak, kelakuan yang sama, dan keseimbangan atau kesebandingan.
Keadilan bukan hanya berkaitan dengan bidang hukum semata-mata, tetapi juga
beraitan dengan bidang ekonomi (keadilan ekonomi), bidang politik (keadilan politik),
dan bidang sosial (keadilan sosial).
Menurut M. Ghallab, keadilan adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya,
sedangkan dalam ilmu akhlak, keadilan adalah memberikan hak kepada orang yang
berhak. Sementara, menurut Ali bin Abi Thalib keadilan adalah menempatkan perkara
pada tempatnya. Adapun ayat yang menjelaskan mengenai keadilan yaitu QS. Al-
Maidah: 8
“… dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum menodorong
kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
takwa dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.”
 Kebebasan Berpikir dan Berpendapat
Kebebasan berpikir dan berpendapat merupakan bagian dari kebebasan berekspresi,
yaitu kebebasan untuk mengekspresikan diri dalam kehidupan masyarakat. Islam
menghargai kebebasan berpikir dan berpendapat, karena hal itu sesuai dengan
karakteristik manusia sebagai insan yang bebas dan merdeka. Dalam ayat Al-Qur’an
ditegaskan tentang dorongan untuk berpikir dalam QS. Shad: 9
“ini adalah sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah
supaya mereka memperhatikan ayat-ayat Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-
orang yang mempunyai pikiran.”
 Hak Bekerja
Hak lain yang diatur dalam Islam adalah hak manusia untuk melakukan pekerjaan
beberapa doktrin dalam Islam yang berkaitan dengan hak bekerja adalah QS. At
Taubah: 105
“dan katakanlah: Bekerjalah kamu. Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
yang mengetahui akan yang ghaib dan nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan.”
2.3 Sifat dan Sikap Terpuji Terhadap Sesama
Setelah mencermati kondisi realitas sosial tentunya tidak terlepas berbicara masalah
kehidupan. Masalah dan tujuan hidup adalah mempertahankan hidup untuk kehidupan
selanjutnya dan jalan mempertahankan hidup hanya dengan mengatasi masalah hidup.
Kehidupan sendiri tidak pernah membatasi hak ataupun kemerdekaan seseorang untuk bebas
berekspresi dan berkarya. Kehidupan adalah saling berketergantungan antara sesama
makhluk dan dalam kehidupan pula kita tidak terlepas dari aturan-aturan hidup baik
bersumber dari norma kesepakatan ataupun norma-norma agama, karena dengan norma
hidup kita akan jauh lebih mewmahami apa itu akhlak dalam hal ini adalah akhlak antara
sesama manusia dan makhluk lainnya.
Berikut merupakan contoh dari beberapa sifat dan sikap terpuji terhadap sesama:
a) Awwaluha Al-Rahmah (Kasih Sayang)
Muhammad Anis menyatakan bahwa sebenarnya Allah telah mengajarkan kepada
umat manusia untuk senantiasa memiliki sifat rahmah yakni sifat yang penuh kasih
sayang terhadap makhluk-makhluk sesama manusia maupun selain manusia, sebab yang
menyayangi akan selalu memberikan kebaikan kepada yang disayangi. Bukti kebesaran
rasa kasih sayang illahi kepada makhluknya tercermin jelas pada hadiṡ Rasulullah,
dimana cerminan ini dapat dijadikan tauladan mulia bagi masyarakat sosial agar selalu
mentradisikan pendidikan berbasis kasih sayang terhadap siapapun.
Rasulullah SAW bersabda: Dari Aisyah r.a bahwasanya Nabi Saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah itu lunak dan menyukai kelunakan. Allah memberi karena
kelunakan apa yang tidak Ia berikan karena kekerasan, dan yang tidak Ia berikan
karena yang lain.” (HR. Muslim).
Terlihat pada hadiṡ di atas, Allah mengajarkan untuk mengembangkan kecerdasan
interpersonal dalam masyarakat sosial dengan saling menyayangi, bersikap lunak tidak
keras terhadap sesama makhluk tidak terkecuali binatang sekalipun. Dalam hal ini
terlihat Allah menyayangi semua makhluknya dalam bentuk dan ragam apapun. Hal ini
menjadi pelajaran besar bagi manusia sebagai makhluk yang berakal untuk tidak hanya
mengembangkan rasa kasih sayang, sikap lunak dan santun kepada mereka-mereka
yang sehat jiwa dan sehat perilakunya saja dan memarginalkan kaum-kaum yang
memiliki gangguan mental atau gangguan nafsaniah, tetapi mengembangkan kasih
sayang pula kepada mereka-mereka yang memiliki problem-problem diri,
penyimpangan perilaku termasuk di dalamnya kenakalan kaum remaja.
Beberapa unsur dari kasih sayang antara lain:
 Adanya saling menyamankan, saling mengharmonisasikan dan saling memberi
“kesenangan positif” antara satu pihak terhadap pihak lainnya.
 Adanya saling menghargai, toleransi, dan saling menghormati antara satu pihak
terhadap pihak lainnya.
 Adanya unsur kedekatan emosional.
 Tidak adanya unsur kekerasan, penghinaan, umpatan, pemaksaan bahkan pemukulan.
 Tdak adanya unsur “pembeda-bedaan” atau “pilih kasih” antara satu pihak dengan
pihak lain.
b) Ukhuwah (Persaudaraan)
Rasulullahpernah membuat gambaran indah tentang persaudaraan antar pemeluk
agama Islam. Beliau melukiskan bahwa persaudaraan dalam ikatan keislaman itu seperti
satu tubuh. Beliau bersabda:
‫ ِد‬H‫ائِ ُر ْالجس‬HH‫هُ س‬H‫داعَى ل‬HHَ‫ ٌو ت‬H‫ُض‬ ْ ‫ ِد إِ َذا‬H‫ ُل ْال َج َس‬Hَ‫ َمث‬،‫اطُفِ ِه ْم‬HH‫مثَ ُل ْال ُم ْؤ ِمنِينَ فِي ت ََوا ِّد ِه ْم وتَ َرا ُح ِم ِه ْم وتَع‬
ْ ‫هُ ع‬H‫تَ َكى ِم ْن‬H‫اش‬
ْ ‫بالسهَ ِر‬
‫وال ُح َّمى‬
“Perumpamaan orang-orang yang beriman, dalam saling mencintai, saling menyantuni
sesama mereka, adalah laksana kesatuan tubuh. Apabila satu bagian dari tubuh itu
menderita sakit, maka seluruh badan turut merasakannya.” (HR. Muslim)

Telah dikemukakan arti ukhuwah Islamiyah, yaitu ukhuwah yang diterjemahkan


Islami atau yang diminta oleh Islam. Di dalam Al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang
menyinggung masalah ukhuwah Islamiyah dan dapatkah kita simpulkan apa yang ada di
dalam kitab suci ini menciptakan paling tidak 3 macam persaudaraan:
 Ukhuwah Islamiyah, persaudaraan antarsesama muslim. Rasulullah Saw. Bersabda:
"Kalian adalah sahabat-sahabatku, saudara-saudara kita adalah yang datang lahir
(wafat) -ku."
 Ukhuwah Insaniyah (basyariyah) dalam arti seluruh umat manusia bersaudara,
karena mereka semua berasal dari ayah dan ibu. Rasulullah Saw. juga mengakui
lewat sabda beliau, “Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara. Hamba-hamba
Allah semuanya bersaudara”
 Ukhuwah wathaniyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan
kebangsaan.
Setidaknya ada lima hal yang harus kita lakukan untuk membentengi persatuan kita
sesama umat Islam. Kelima hal ini termasuk dalam hak dan kewajiban ukhuwah yang
ditetapkan dalam Islam.
 Menutup aib saudara seiman
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

‫َم ْن رد عن عرض أخيه كان له حجابا من النار‬

“Barangsiapa membela kehormatan saudaranya (sesama Muslim), maka hal itu


menjadi penghalang untuknya dari api neraka.” (HR Tirmidzi). Sabda
Nabi  ‫ﷺ‬  berikutnya: “Adalah kejahatan bagi seorang Muslim mempermalukan
saudara Muslim lainnya.” (HR Muslim).
 Memaafkan saudara seiman
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
‫ ِه‬H ‫هُ َوبَ ْينَ أَ ِخي‬H َ‫َت بَ ْين‬
ْ ‫ إِاَّل َر ُجاًل َكان‬،‫ك بِاهللِ َش ْيئًا‬ ِ ‫ َويَوْ َم ْال َخ ِم‬،‫تُ ْفتَ ُح أَب َْوابُ ْال َجنَّ ِة يَوْ َم اإْل ِ ْثنَي ِْن‬
ُ ‫ فَيُ ْغفَ ُر لِ ُك ِّل َع ْب ٍد اَل يُ ْش ِر‬،‫يس‬
‫ أَ ْن ِظرُوا هَ َذي ِْن َحتَّى يَصْ طَلِ َحا‬،‫ أَ ْن ِظرُوا هَ َذ ْي ِن َحتَّى يَصْ طَلِ َحا‬،‫ أَ ْن ِظرُوا هَ َذ ْي ِن َحتَّى يَصْ طَلِ َحا‬:ُ‫ فَيُقَال‬،‫شَحْ نَا ُء‬
“Pintu-pintu Surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Ampunan Ilahi
dilimpahkan kepada setiap hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu,
kecuali yang menyimpan dendam kepada saudaranya. Tentang mereka dikatakan:
Tunggu, tunggu, tunggu, sampai mereka berbaikan.” (HR Muslim)
 Melepaskan kesulitan sesama Muslim
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
‫ َوهَّللا ُ فِي عَوْ ِن ْال َع ْب ِد َما َكانَ ْال َع ْب ُد فِي‬،‫ب اآْل ِخ َر ِة‬ ِ ‫َم ْن فَ َّر َج ع َْن أَ ِخي ِه ُكرْ بَةً ِم ْن ُك َر‬
ِ ‫ب ال ُّد ْنيَا فَ َّر َج هَّللا ُ َع ْنهُ ُكرْ بَةً ِم ْن ُك َر‬
‫ َو َم ْن َست ََر َعلَى أَ ِخي ِه ْال ُم ْسلِ ِم َستَ َرهُ هَّللا ُ فِي ال ُّد ْنيَا َواآْل ِخ َرة‬،‫عَوْ ِن أَ ِخيه‬

“Siapa yang melapangkan kesulitan saudaranya dari kesulitan hidup di dunia ini,
Allah akan melapangkan pula orang itu dari malapetaka hari kiamat. Allah tetap
akan menolong seorang hamba, selama hamba itu sudi menolong saudaranya.
Siapa yang menutup aib (malu) orang Islam, Allah akan menutupi aib orang itu di
dunia dan akhirat.” (HR Muslim, Abu Daud, Turmidzi).
 Berbaik sangka kepada sesama Muslim
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

ُ ‫ْض الظَّنِّ إِ ْث ٌم َواَل تَ َج َّسسُوا َواَل يَ ْغتَبْ بَ ْع‬


‫ض ُك ْم بَ ْعضًا‬ َ ‫يَاأَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اجْ تَنِبُوا َكثِيرًا ِمنَ الظَّنِّ ِإ َّن بَع‬

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, sesungguhnya


sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang
lain.” (Al-Hujurat: 12).
 Berdoa untuk sesama Muslim, baik semasa hidupnya maupun setelah wafat. Doa
yang baik akan kembali kepada kita yang mendoakannya. Demikian pula
sebaliknya. Kita doakan saudara-saudara kita yang dekat atau jauh. Kita kirimkan
doa terbaik kita untuk seluruh umat Islam khususnya mereka yang sakit, terkena
musibah, tertimpa kesulitan, maka kita pun akan mendapatkan kebaikan dan pahala
dari doa kita sendiri.
Salah satu contoh doa yang diabadikan oleh Allah Subhanahu Wata’ala adalah:

َ َّ‫َربَّنَا ا ْغفِرْ لَنَا وَإِل ِ ْخ َوانِنَا الَّ ِذينَ َسبَقُونَا بِاأْل ِ ي َما ِن َوال تَجْ َعلْ فِي قُلُوبِنَا ِغاّل ً لِلَّ ِذينَ آ َمنُوا َربَّنَا إِن‬
ٌ ‫ك َرؤ‬
‫ُوف َر ِحيم‬
“Tuhan! Beri ampun kepada kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman
lebih dulu dari kami; janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami
terhadap orang-orang yang beriman. Tuhan! Engkau Maha Penyantun lagi Maha
Pengasih.” (Al-Hasyr: 10).

c) Takrim (Saling Menghormati)

Dalam menerangkan sirah Nabi saw, saksi dan bukti terpentingnya adalah ayat-ayat
Al-Quran, yang beliau sendiri adalah orang yang pertama mengamalkannya. Allah
dalam kitab-Nya memerintahkan Nabi saw untuk mengkhususkan penghormatannya
kepada orang-orang beriman (As-Syuara`:215), yaitu dalam bentuk kerendahan hati
yang disertai kasih sayang. Sebagaimana burung ketika hendak mengasihi anak-
anaknya, membentangkan sayap dan menaungi mereka dengannya, supaya mereka
terlindungi dari bahaya, Nabi saw pun diperintah untuk menaungi mukminin sejati
dengan sayap kasihnya. Sebab, kemuliaan hakiki manusia adalah salah satu misi para
nabi. Mereka diutus untuk menghidupkan dan meneguhkan fondasi akhlak. Sabda
terkenal Nabi saw masih teringang di telinga,”Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia.” Allah sendiri dalam Al-Quran memuji keluhuran
akhlak yang dimiliki beliau (Al-Qalam:4).
Untuk lebih jelasnya, kami akan menyebutkan beberapa bentuk penghormatan
terhadap sesama manusia.
 Musyawarah
Salah satu bentuk terpenting penghormatan dalam sirah Nabi saw, adalah
musyawarah beliau dengan para sahabat dalam berbagai peperangan. Salah satu
contoh musyawarah beliau dengan sahabat, dilakukan di perang Badar. Waktu itu,
muslimin keluar dari Madinah guna melucuti harta benda rombongan niaga Quraisy
yang pulang dari Syam. Namun dalam perjalanan menuju Badar, terbetik berita
bahwa pasukan Quraisy sedang menuju kawasan itu. Berita ini kontan merubah
kondisi. Muslimin, yang hanya bersiap untuk menyerang rombongan niaga, kini
berhadapan dengan pasukan bersenjata yang jumlahnya tiga kali lipat lebih banyak
dari mereka.
 Menanyakan Keadaan
Perhatian Nabi saw kepada umat tak hanya terbatas dalam urusan politik dan sosial.
Beliau juga mencurahkan perhatiannya kepada semua lapisan masyarakat.
Penghormatan beliau kepada para sahabat lebih menonjol dibanding yang lain.
Sikap hormat beliau terhadap para sahabat menciptakan ikatan pemikiran dan
emosional yang sangat erat antara mereka. Para sahabat tidak pernah menganggap
beliau jauh dari mereka. Anas bin Malik bercerita,”Tiap kali Nabi saw tidak melihat
salah seorang sahabat selama tiga hari, maka beliau akan menanyakannya. Jika
orang itu tidak ada dalam kota, beliau berdoa untuknya. Jika ada, beliau akan
mengunjunginya. Bila ia sakit, beliau akan menjenguknya.”
 Sopan Dalam Berbicara
Saat berbicara dengan orang lain, Nabi saw tidak pernah menggunakan kalimat-
kalimat merendahkan kepribadiannya. Beliau memanggil para sahabat dengan
kunyah mereka. Jika ada orang yang tak memiliki kunyah, beliau sendiri yang
memberikannya. Kadang kala, beliau mengganti nama sejumlah orang yang
bertentangan dengan kemuliaan insani mereka.
 Pembelajaran Penghormatan
Di samping menghormati orang lain, Nabi saw pun mengajari mereka untuk
bersikap demikian. Salman Farisi berkata,”Ketika aku menemui Nabi saw, beliau
sedang bersandar di atas bantal. Beliau lalu menyerahkan bantalnya kepadaku dan
bersabda,’Wahai Salman, jika seorang muslim ditemui saudara muslimnya, lalu ia
memberikan bantalnya untuk memuliakan saudaranya, maka dosanya akan
diampuni Allah.”
Kaidah umum yang bisa disimpulkan dari riwayat ini adalah pentingnya
menghormati orang mukmin, baik ada orang ketiga atau tidak. Yang penting adalah
menghormati lawan bicara dan memuliakannya.
 Sikap Yang Hangat dan Akrab
Bersikap hangat dan akrab dengan orang lain adalah salah satu bentuk
penghormatan kepada mereka. Ini juga bisa memikat hati mereka dan
menumbuhkan kedekatan dengan mereka. Sangat mungkin terjadi bahwa orang
yang bersalah bisa menyadari kesalahannya ketika diperlakukan dengan baik dan
hormat. Sebaliknya, bisa saja orang yang berpotensi untuk menjadi manusia baik,
namun malah menjauh dari hidayah lantaran tidak dihormati. Sebab, semua
manusia–khususnya generasi muda yang merupakan mayoritas masyarakat kita di
masa kini–memiliki jiwa lembut dan haus kasih sayang. Kerap terjadi bahwa
sapaan yang tulus dan hangat akan membuka hubungan dengan orang lain dan
membawanya ke jalan yang benar. Sirah Nabi saw amat kental dengan perilaku
semacam ini. Amirul Mukminin as berkata,”Ketika Nabi saw berjabat tangan
dengan seseorang, beliau tidak pernah melepas jabat tangannya terlebih dahulu,
sampai orang itu sendiri yang menarik tangannya. Ketika ada orang berbicara
dengan Nabi saw, beliau tak pernah memutus pembicaraannya dan berpisah
darinya, sampai orang itu menyelesaikan pembicaraannya dan berpisah dari beliau.”
Dalam riwayat lain yang senada, Anas bin Malik berkata,”Aku bersama Nabi saw
selama sepuluh tahun. Aku mencium bau harum dari beliau yang tak pernah kucium
bau lebih harum darinya. Tiap kali ada orang bertemu beliau, saat hendak berpisah,
beliau ikut berdiri bersama orang itu. Saat bersalaman, beliau tidak pernah terlebih
dahulu menarik tangannya.” Ringkas kata, Nabi saw bersikap sedemikian rupa,
sehingga tiap orang menyangka bahwa ia adalah yang paling dicintai beliau.
 Hubungan Emosional Dengan Orang Lain
Jika Nabi saw diundang seseorang, maka beliau akan memenuhi undangannya; baik
si pengundang adalah hamba sahaya atau orang merdeka. Hadiah dari siapa pun dan
sesedikit apa pun, selalu diterima beliau dengan tangan terbuka. Beliau tidak pernah
menatap langsung lawan bicaranya. Bila seseorang meminta maaf atas
kesalahannya, beliau akan memaafkannya. Jika ada orang sakit, beliau akan
menjenguknya, meski tempatnya berjarak jauh. Beliau pun tetap menghormati
orang muslim, walau setelah ia mati. Sebab itu, beliau selalu hadir dalam prosesi
pengiringan jenazah.
 Memuliakan Tamu
Menghormati tamu adalah bagian lain dari sirah Nabi saw. Beliau selalu menyertai
para tamu saat bersantap, supaya mereka tidak malu dan merasa sendirian.
Imam Musa bin Ja`far as meriwayatkan,”Ketika Nabi saw didatangi tamu, beliau
makan bersamanya. Sebelum tamu berhenti makan, beliau tetap meneruskan
santapannya.” Dalam hal ini, beliau tidak membedakan antara budak dan orang
merdeka. Oleh karena itu, salah satu hal yang ditekankan beliau adalah,”Hingga
aku mati, aku tak akan meninggalkan duduk di atas tanah dan makan bersama
hamba sahaya.”

Kesimpulan
HAM dalam Islam didasarkan pada aktivitas manusia sebagai khalifah Allah di muka
bumi. Dalam Islam, sebagaimana dinyatakan oleh Abu A’la al-Maududi, HAM adalah hak
kodrati yang dianugrahkan oleh Allah SWT kepada setiap manusia dan tidak dapat dicabut
atau dikurangi oleh kekuasaan atau badan apapun. Hak-hak yang diberikan bersifat
permanen atau kekal. Hak-hak manusia dalam Islam merupakan standar normative yang
ditetapkan Allah atau dibuat manusia berdasarkan firman Allah untuk mengatur hubungan
sesama manusia, baik hubungan antar individu, individu dengan masyarakat, maupun antar
negara. HAM juga merupakan pedoman kehidupan yang berperan penting dalam masyarakat
islam. Kehidupan yang dimaksud adalah saling berketergantungan antara sesama makhluk
dan dalam kehidupan pula kita tidak terlepas dari aturan-aturan hidup baik bersumber dari
norma kesepakatan ataupun norma-norma agama, karena dengan norma hidup kita akan jauh
lebih mewmahami apa itu akhlak dalam hal ini adalah akhlak antara sesama manusia dan
makhluk lainnya.

Anda mungkin juga menyukai