Anda di halaman 1dari 13

No Fase Foto Komentar

1. Pendidikan zaman Hindu/Buddha


Arca Ganesha Ganesha yang oleh masyarakat Hindu sebagai
Pendidikan pada masa awal perkembangan Dewa Ilmu Pengetahuan. Ciri utama yang
agama Hindu dan Buddha sekitar abad ke-4 di dimiliki arca ini yaitu belalai yang sedang
Indonesia identik dengan proses indianisasi, menghisap isi mangkuk dalam genggaman
yakni pengenalan budaya India oleh pendatang tangannya dalam metologi Hindu, mangkok
dari India, yang kemudian diikuti dengan dalam genggaman Ganesha tersebut berisi
pengiriman pelajar-pelajar Indonesia untuk cairan Ilmu Pengetahuan yang tidak akan habis
belajar di India. Metode pembelajarannya walaupun diisap terus menerus oleh Ganesha.
dikena; dengan system “Guru-Kula”,
(Buddhis). Dalam Pendidikan yang bercorak
Hinduitis, kepercayaan dan penghormatan
terhadap para dewa menjadi salah satu
pelajaran utama selain cilpastra dan arsitektur.
Dua dewa yang diyakini memiliki keterkaitan
dengan Pendidikan adalah Dewa Ganesha dan
Dewi Saraswati.
No Fase Foto Komentar

Tujuan pendidikan pada umumnya adalah agar Dewi Prajnaparamitha


para peserta dididik menjadi Prajnaparamitha adalah kebijaksanaan yang
penganut agama yang taat, mampu hidup sempurna. Arca ini ditemukan di Singosari dan
bermasyarakat sesuai tatanan masyarakat yang ditemukan di Leiden di negeri Belanda. Pada
berlaku saat itu, mampu membela diri dan tahun 1999 arca ini dikembalikan ke Tanah air
membela negara. Kurikulum pendidikannya Indonesia. Arca ini dibuat dari bahan perunggu
meliputi agama, bahasa sansekerta termasuk yang berkualitas bagus serta memiliki corak
membaca dan menulis (huruf Palawa), hias yang detail. Warga lokal sering menyebut
kesusasteraan, keterampilan memahat atau arca ini Ken dedes karena terkenal dengan
membuat candi, dan bela diri (ilmu kecantikannya.
berperang). Sesuai dengan jenis lembaga
pendidikannya (perguruan), maka metode atau
cara-cara pendidikannya pun adalah “Sistem
Guru Kula”. Dalam sistem ini murid tinggal
bersama guru di rumah guru atau asrama, murid
mengabdi dan sekaligus belajar kepada
No Fase Foto Komentar

Arca saraswati disimbolkan dalam bentuk


wanita yang memiliki 4 tangan. 2 tangan
memegang buku dan tasbih. Dan satu tangan
bersikap Abhaya ( sikap tangan mengajarkan
ketenangan) dan satu tangan memegang vina
( melambangkan hukum alam yang abadi dan
melambangkan nada Brahmana/musik alam
semesta)
2. Pendidikan Zaman Islam Pada masa perkembangan agama islam
beberapa sarana belajar agama didirikan
Tujuan pendidikan pada zaman kerajaan Islam sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
diarahkan agar Masjid merupakan tempat utama
manusia bertaqwa kepada Allah S.W.T., sehingga sebagai wahana belajar agama islam.
mencapai keselamatan di dunia dan Daei masjid inilah para santri dikader
akhirat melalui “iman, ilmu dan amal”. Selain ilmu ilmu agama. Beberapa masjid
berlangsung di dalam keluarga, pendidikan dibangun oleh para walisongo.
berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan lainnya,
Diantaranya masji Agung Banten, masjid
seperti: di langgar-langgar, mesjid,
Demak.
dan pesantren. Lembaga perguruan atau pesantren yang
sudah ada sejak zaman Hindu
Budha dilanjutkan oleh para wali, ustadz, dan atau ulama
Islam. Kurikulum
pendidikannya tidak tertulis (tidak ada kurikulum
formal). Pendidikan berisi tentang
tauhid (pendidikan keimanan terhadap Allah S.W.T.),
Al-Qur’an, hadist, fikih, bahasa
Arab termasuk membaca dan menulis huruf Arab.
Masjid Menara Kudus
Pada masa awal perkembangan agama islam, beberapa Didirikan pada tahun 1549 oleh Sunan
sarana belajar agama didirikan sesuai dengan kebutuhan Kudus salah satu anggota Walisongo.
masyarkat. Masjid merupakan tempat utama sebagai Percampuran budaya Hindu dan Buddha
wahana belajar agama Islam. dalam dakwah yang dilakukan dapat kita
Metode atau cara-cara pendidikan. Pendidikan dilakukan dapat kita lihat pada masjid Menara
dengan metode yang Kudus ini.
bervariasi, tergantung dengan sifat materi pendidikan,
tujuan, dan peserta didiknya.
Contoh metode yang sering digunakan adalah: ceramah
atau tabligh (wetonan) untuk
menyampaikan materi ajar bagi orang banyak (belajar
bersama) biasanya dilakukan di
mesjid; mengaji Al-Qur’an dan sorogan (cara-cara
belajar individual). Dalam metode
sorogan walaupun para santri bersama-sama dalam satu
ruangan, tetapi
Dalam metode sorogan walaupun para santri bersama- Masjid Agung Demak
sama dalam satu ruangan, tetapi mereka belajar dan
diajar oleh ustadz secara individual. Cara-cara belajar Adalah salah satu masjid tertua di
dilakukan pula melalui Indonesia yanh terletak di Jawa Tengah.
nadoman atau lantunan lagu. Selain itu dilakukan pula Pendiri masjid ini diperkirakan adalah
melalui media dan cerita-cerita Raden Patah. Sekitar abad ke 15 Masehi.
yang telah digunakan para pandita Hindu-Budha, hanya Masjid ini dipercayai telah menjadi
saja isi ajarannya diganti dengan
tempat berkumpulnya para ulama (wali)
ajaran yang Islami. Demikian pula dalam sistem
yang menyebarkan agama islam di tanah
pesantren atau pondok asrama. Di
langgar atau surau, selain melaksanakan shalat, biasanya Jawa yang disebut dengan Walisongo.
anak-anak belajar mengaji Al
Qur’an dan materi pendidikan yang sifatnya mendasar.
Adapun materi pendidikan yang
lebih luas dan mendalam dipelajari di pesantren.

Wayang kulit panokawan

Wayang kulit merupakan salah satu


media syiar islam di Jawa sekitar abad
16. Sunan Kalijaga yang dianggap
pelopor syiar islam dengan
menggunakan wayang kulit, terutama
peranan. Para tokoh Punokawan yang
menjadi identitas masyarakat Jawa sejak
zaman pra islam. Tokoh Punokawan
menurut pewayangan Jawa adalah
wayang golek menak merupakan wayang
berbentuk boneka kayu yang diyakini muncul
pertama kali di daerah Kudus pada saat
pemerintahan Sunan Paku Buwana II. Sumber
cerita wayang menak berasal dari kitab menak
yang ditulis oleh Ki Carik Nurawita. Wayanh
Menak merupakan hasil alkulturasi budaya Jawa
dengan budaya Islam. Kostum pakaiannya
menunjukkan kostum budaya Jawa, sedangkan isi
ceritanya berdasarkan perkembangan sejarah
islam di Arab.
3. Pendidikan Zaman Pendudukan Asing
Magesawen
    Kedatangan Orang Portugis Murid murid sekolah zending magesasawen di
Waikatin, Pulau Buru Selatan. Maluku 1893.
Sekolah Zending merupakan sekolah yang
Pada masa Portugis, masyarakat dibaptis dan dijadikan penganut Katolik bertujuan untuk penyiaran agama kristen
Roma. Mereka lalu diberi pendidikan agar agama baru tersebut dapat protestan. Sekolah Zending didirikan antara lain di
dipertahankan dan terus berkembang. Pendudukan Portugis di Indonesia Jepara 1852. Bandung 1858, Papua, Halmahera
hanya bertahan sampai Belanda lalu mengusai Indonesia dan Buru 1859 dan Sumatera Ugara 1861.
Sekolah bersifat dualistis, Pemerintah Kolonial Belanda membuat
stratifikasi sosial masyarakat yang terbagi menjadi tiga golongan, yaitu Missionaris Maluku
Pada abad ke 16 bangsa portugis memperoleh
golongan Eropa, golongan asing diluar Eropa dan golongan bumi putra,
kedudukan di Maluku. Pada masa itu pula agama
yang merupakan masyarakat kelas tiga. kristen katolik rumbuh di wilayah itu. Penyebar
agama kristen katolik di Maluki ialah Fransiscus
Xaverius yang menjadi peletak dasar dari
katolikisme di Indonesia.
Gereja sebagai Pusat Pendidikan

Mulai berkembang seiring dengan semakin


banyaknya orang orang Eropa datang ke
Indonesia. Pada masa awal penyebaran agama
kristen katolik maupun protestan di Indonesia.
Gereja didirikan sekaligus berfungsi sebagai pusat
pendidikan baik agama maupun baca tulis dan
berhitung.

Bumi Putera
Sekolah untuk Bumi Putera terdiri dari sekolah rakyat yang dibagi lagi
menjadi dua jenis yaitu sekolah rakyat kelas satu untuk anak-anak Sekolah untuk Bumi Putera terdiri dari sekolah
rakyat yang dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu
pemuka-pemuka, para tokoh, dan orang-orang terhormat; dan sekolah
sekolah rakyat kelas satu untuk anak-anak
rakyat kelas dua untuk anak-anak rakyat biasa. Selain itu ada sekolah raja pemuka-pemuka, para tokoh, dan orang-orang
dan sekolah lanjutan. terhormat; dan sekolah rakyat kelas dua untuk
anak-anak rakyat biasa. Selain itu ada sekolah raja
dan sekolah lanjutan.
Pemerintah mendasarkan kebjaksanaannya dalam pendidikan sebagai
berikut: Empat Karakter Utama Pendidikan Jaman Kolonial
Pendidikan dan pengetahuan Barat diterapkan sebanyak mungkin bagi Belanda
segolongan Bumi Putera.
1. Dualistis-diskriminatif
Sekolah dibedakan untuk anak pribumi, anak
Pemberian pendidikan rendah bagi golongan Bumi Putera disesuaikan belanda dan tionghoa, juga berdasarkan bahasa
dengan kebutuhan mereka. pengantarnya:
2. Gradualis
Sedangkan tujuan pendidikan Belanda hanyalah sekedar untuk Sistem sekolah dikembangkan sangat lamban,
memperoleh tenaga-tenaga kerja yang murah.   sehingga perlu seratus tahun lebih Indonesia
memiliki sistem pendidikan yang lengkap dari
tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
3. Konkordansi
Kurikulum dan sistem ujian disamakan dengan
sekolah di negri Belanda, dan
4. Pengawasan yang sangat ketat
Pendidikan telah memberi peluang kepada bangsa
Indonesia untuk mengisi jabatan yang dahulunya
khusus dicadangkan bagi "kasta" Eropa, dan
secara perlahan mejadikan memiliki etos budaya
yang ingin semakin dekat dengan budayanya
orang-orang Belanda
Saalah satu buku yang pernah digunakan di
sekilah sekolah jaman kolonial Belanda di
Indonesia
1. Taman Siswa adalah nama sekolah yang
Taman Siswa didirikan pada tanggal 3 Juli 1922 oleh Ki Hajar Dewnatara didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada
beserta kawan-kawan yang lainnya dan perkumpulan kebatinan Jawa tanggal 3 Juli tahun 1922 di Yogyakarta.
Selasa Kliwon. Alasan berdirinya Taman Siswa antara lain adalah Prinsip dasar dalam sekolah/pendidikan
pendidikan dan pengajaran untuk tiap bangsa berupa pemeliharaan buat Taman Siswa yang menjadi pedoman bagi
mengembangkan benih turunan dari bangsa itu, agar dapat tumbuh seorang guru dikenal sebagai Patrap
dengan sehat lahir dan batinnya, golongan bangsawan masih senang Triloka. Konsep ini dikembangkan oleh
Suwardi setelah ia mempelajari sistem
menyekolahkan anaknya padahal anaknya dididik demi kepentingan
pendidikan progresif yang diperkenalkan
kolonial, sistem pendidikan kolonial tidak menumbuhkan kehidupan
oleh Maria Montessori (Italia)
bersama yang mandiri, pendidikan pada saat itu ditujukan untuk
dan Rabindranath
kepentingan kolonial.
Tagore (India/Benggala).

Patrap Triloka dipakai sebagai panduan dan


pedoman dalam dunia pendidikan di
Indonesia. 

4. Pendidikan Nasional Indonesia Tahun 1945-1950 Tujuan pendidikan dan pengajaran menurut UU


No. 4 Tahun 1950 adalah membentuk manusia
Dasar Pendidikan Indonesia, seperti yang tercantum dalam Pembukaan susila yang cakap dan warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab terhadap
UUD 1945, adalah Pencasila. Pada masa itu, dikeluarkan UU No. 4 Tahun
kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Sistem
1945 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah untuk persekolahan Indonesia akhirnya berjenjang
seluruh Indonesia yang diundangkan pada tanggal 4 April 1954. sebagai berikut: Pendidikan Rendah (Sekolah
Penyelenggaraan pendidikan mengacu pada sepuluh hal yang diajukan Rakyat), Pendidikan Menengah (Pendidikan
Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat kepada Kementrian Menengah Umum, Kejuruan dan Keguruan), dan
Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Pendidikan Tinggi (Perguruan Tinggi, Universitas,
Sekolah Tinggi dan Akademi)
5. Pendidikan Indonesia Merdeka Tahun 1959-1965

Pendidikan Indonesia pada tahun 1959-1965 berlandaskan Undang-


Undang Dasar 1945 yang mulai berlaku menggantikan UUD Sementara,
dengan demikian Pancasila kembali pada rumusan seperti tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945.

Tujuan pendidikan pada masa ini adalah membentuk manusia susila yang
cakap dan warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab
terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Dasar pendidikannya
adalah Pancasila dan kebudayaan kebangsaan Indonesia.

Terjadi perubahan kurikulum dari jenjang SD sampai SLTA. Kurikulum SD


1964 membedakan dua macam program, yaitu SD yang menggunakan
bahasa daerah (kelas I-kelas III) dan SD yang menggunakan bahasa
Indonesia (kelas IV-kelas VI). Kurikulum ini terdiri dari lima kelompok
bidang studi (wardhana), yaitu perkembangan moral, perkembangan
kecerdasan, perkembangan emosional, perkembangan keprigelan dan
perkembangan jasmani/kesehatan.
KONSEP SOSIAL EKSPERIMEN

TUJUAN:
Untuk menghargai kaum perempuan serta bagaimana keadilan diterapkan, isu yang diangakat kali ini adalah ketidakadilan yang dialami
perempuan di era sekarang.

TAHAP-TAHAP:
1. Mengundang anak-anak kecil, laki-laki dan perempuan.
2. Mereka diberikan tugas yang sama yaitu misalnya memasukkan bola berwarna hitam dan putih ke tempat yang sudah disediakan sesuai
dengan warna bola masing-masing.
3. Setelah kedua anak laki-laki dan perempuan tersebut menyelesaikan tugasnya, mereka diberi perintah untuk menutup matanya karena akan
diberi sebuah hadiah karena telah seselai mengerjakan tugasnya dengan baik.
4. Mereka diberi hadiah, dan setelah membuka mata mereka tampak terkejut sekaligus kebingungan karena hadiah yang diberikan kepada
anak laki laki lebih banyak daripada anak perempuan.
5. Anak perempuan diberi tahu alasan mengapa dia mendapatkan hadiah lebih sedikit dari anak laki laki dan jawabannya “Karena kamu
seorang permpuan”.

KESIMPULAN:
Dari sosial eksperimen diatas kita dapat belajar untuk memperlakukan semua orang sama tanpa harus membeda bedakan gender. Perempuan
selalu dianggap kaum yang lebih lemah dibandingkan laki laki, padahal tidak semestinya antara perempuan dan laki laki diperlakukan beda.
Tidak peduli jika kamu perempuan atau laki laki karena keadilan harus dilakukan terhadap semua orang.

Anda mungkin juga menyukai