Anda di halaman 1dari 23

Laboratorium Mekanika Tanah

Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik


Universitas Indonesia

NAMA PRAKTIKAN : Muhamad Hafiz S. 1806203010


Khalifah Rasyid G. 1806187455
Aditya Fadhel R. 1806202866
KELOMPOK : 02 – L
TANGGAL PRAKTIKUM : 25 April 2020
JUDUL PRAKTIKUM : Sieve Analysis
ASISTEN : Irma Yuliyanti
PARAF DAN NILAI :

I. PENDAHULUAN
A. Standar Acuan dan Referensi
ASTM D 421 “Standard Practice for Dry Preparation of Soil
Samples for Particle-Size Analysis and Determination of Soil
Constants”
ASTM D 422 “Standard Test Method for Particle-Size Analysis
of Soils”
AASHTO T 88 “Standard Method of Test for Particle Size
Analysis of Soils”
SNI 3423:2008 “Cara Uji Analisis Ukuran Butir Tanah”

B. Maksud dan Tujuan Percobaan


Mengetahui distribusi ukuran butiran tanah yang berdiameter
4.76 mm sampai 0.074 mm (lolos saringan No. 4 ASTM dan
tertahan saringan No. 200) dengan cara mekanis.

C. Alat – alat dan Bahan


a. Alat
 Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
 Saringan standar ASTM No. 10, 18, 40, 60, 100, 200,
serta Pan
 Piringan kaleng
 Can

1
Sieve Analysis
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

 Motorized Dynamic Sieve Shaker


 Sikat gigi
 Oven
b. Bahan
 Tanah dari percobaan hydrometer yang tertahan saringan
No. 200 ASTM

Gambar 1.1 Peralatan praktikum sieve analyisis: a) Satu


set saringan standar ASTM dan pan; b) Motorized
dynamic sieve shaker
Sumber: Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah Dasar (2017)

D. Teori dan Rumus yang Digunakan


Tanah terdiri atas tiga unsur yaitu butiran, air, dan udara. Sifat-
sifat suatu tanah tertentu banyak tergantung pada ukuran
butirannya. Ukuran butiran menentukan klasifikasi macam tanah
tersebut. Untuk butiran yang kasar dipakai metode sieving dalam
penentuan distribusi ukurannya.

2
Sieve Analysis
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Tanah dikeringkan dan disaring pada serangkaian saringan


dengan ukuran diameter kisi saringan tertentu mulai dari yang
kasar hingga yang halus. Dengan demikian butiran tanah terpisah
menjadi beberapa bagian dengan batas ukuran yang diketahui.
Rumus yang digunakan untuk percobaan sieve analysis ini
adalah:
𝑊𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛
Persentase tanah tertahan (% tertahan) = × 100%
𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

Persentase tanah lolos (% lolos) = 100% − % tertahan


Wtertahan = Wtanah − Wtanah total sesudah penyaringan

Kesalahan relatif penimbangan sampel tanah sebelum dan


sesudah penyaringan adalah:
Wd − Wt
KR = × 100% ∗ tidak boleh melebihi 2%
Wd
dengan :
wd = berat butiran tanah sebelum proses sieving
wt = berat butran tanah total setelah proses sieving

E. Teori Tambahan
Pada percobaan Sieve Analysis, sampel tanah disaring
menggunakan saringan yang sesuai dengan standar ASTM.
Saringan tersebut diberi nomor untuk membedakan tiap ukuran
diameter lubangnya yang diurutkan dari yang terbesar sampai ke
yang terkecil di mana di mana apabila butiran tanah lebih kecil
daripada lubang tersebut akan jatuh ke lapisan saringan
berikutnya. Berikut ini adalah tabel yang menunjukan nomor
saringan dan ukuran diameter lubangnya.

3
Sieve Analysis
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 1.2 Rangkaian susunan saringan ASTM


Sumber: Budhu, M. (2000)

Tabel 1.1 Ukuran diameter lubang pada tiap saringan ASTM


No. Saringan Diameter
ASTM Lubang (mm)
4 4.750
6 3.350
8 2.360
10 2.000
16 1.180
20 0.850
30 0.600
40 0.425
50 0.300
60 0.250
80 0.180
100 0.150
140 0.106
170 0.088
200 0.075
270 0.053
Sumber: Das, Braja (1995)

Tanah dapat diklasifikasikan berdasarkan gradasi atau distribusi


diameternya. Jenis-jenis klasifikasinya yaitu well-graded, gap-
graded, dan uniformly-graded atau poorly-graded. Tanah well-
graded merupakan tanah bergradasi baik yang artinya persebaran
ukuran butiran diameter tanah beragam. Tanah gap-graded
merupakan tanah yang gradasinya senjang atau buruk, artinya
persebaran ukuran butiran tanah tidak merata karena terdapat

4
Sieve Analysis
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

beberapa fraksi ukuran diameter yang tidak ada. Tanah


uniformly-graded atau poorly-graded merupakan tanah yang
gradasinya seragam, artinya tanah hanya memiliki satu ukuran
diameter secara seragam.

Gambar 1.3 Jenis-jenis gradasi pada tanah


Sumber: Budhu, M. (2000)

Sama seperti pada percobaan Hydrometer, pada percobaan ini


juga akan digunakan kurva distribusi ukuran partikel. Kurva
distribusi ukuran partikel merupakan sebuah kurva yang
menunjukan persentase tanah yang lolos melalui suatu saringan
atau istilah lainnya adalah gradasi pada tanah. Kurva ini dibentuk
menggunakan data dari %passing dan diameter butiran tanah.
Semakin landai bentuk kurva distribusi, maka akan semakin
banyak persebaran ukuran diameter partikel pada tanah yang
diuji atau tanah akan semakin well-graded. Sebaliknya, kurva
yang curam akan menunjukan kecilnya persebaran ukuran
diameter partikel pada tanah atau gradasinya tidak merata dengan
baik.

5
Sieve Analysis
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 1.4 Grafik persebaran gradasi pada tanah


Sumber: Budhu, M. (2000)

USCS (Unified Soil Classification System) merupakan sistem


klasifikasi tanah yang digunakan dalam bidang geologi dan juga
teknik untuk menjelaskan tekstur dan ukuran dari butiran tanah.
Sistem klasifikasi USCS tidak hanya didasarkan pada ukuran
diameter butiran tanah saja, tetapi juga pada nilai Cu (koefisien
keseragaman) dan Cc (koefisien kelengkungan). Hal ini berlaku
hanya untuk tanah yang diklasifikasikan sebagai tanah berbutir
kasar (coarse) sesuai dengan penggolongan berikut:
Tabel 1.2 Klasifikasi tanah USCS berdasarkan nilai Cu
(koefisien keseragaman) dan Cc (koefisien kelengkungan)
Nama Simbol Kriteria
Umum Klasifikasi Klasifikasi
Kerikil bergradasi baik GW Cu > 4
dan campuran kerikil- 1 < Cc < 3
pasir, sedikit atau
sama sekali tidak
mengandung butiran
halus
Kerikil bergradasi GP Tidak
buruk dan campuran memenuhi
kerikil-pasir, sedikit kriteria GW
atau sama sekali tidak
mengandung butiran
halus

6
Sieve Analysis
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Kerikil berlanau, GM Ip < 4


campuran kerikil-
pasir-lanau
Kerikil berlempung, GC Ip > 7
campuran kerikil-
pasir-lanau
Pasir bergradasi baik, SW Cu > 6
pasir berkerikil, 1 < Cc < 3
sedikit atau sama
sekali tidak
mengandung butiran
halus
Pasir bergradasi buruk SP Tidak
dan pasir berkerikil, memenuhi
sedikit atau sama kriteria SW
sekali tidak
mengandung butiran
halus
Pasir berlanau, SM Ip < 4
campuran pasir-lanau
Pasir berlempung, SC Ip > 7
campuran pasir-
lempung
Sumber : Das, Braja (1995)

Menurut Sistem Klasifikasi USCS (Unified Soil Classification


System) terdapat penggolongan jenis tanah berdasarkan ukuran
diameter dengan aturan diameter kerikil lebih besar dari 4.75
mm, pasir berdiameter di antara 0.075 mm sampai 4,75 mm, dan
lanau-lempung berdiameter kurang dari 0.075 mm.

Gambar 1.5 Perbedaan sistem klasifikasi tanah


Sumber: Budhu, M. (2000)

7
Sieve Analysis
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Setelah melakukan percobaan Sieve Analysis, data yang akan


didapatkan ialah berat tanah yang tertahan dan lolos pada tiap
lapisan saringan ASTM. Butiran tanah yang lolos berarti
memiliki diameter yang lebih kecil daripada diameter saringan.
Presentase butiran tanah yang lolos (%passing) kemudian
disajikan dalam sebuah grafik distribusi ukuran butiran dengan
menggabungkan data yang sepadan dari percobaan Hydrometer.

Gambar 1.6 Distribusi Ukuran Butiran Gabungan Percobaan


Sieve Analysis dan Hydrometer
Sumber: Fauziah et al. (2013)
https://www.researchgate.net/figure/Distribution-curve-for-sandy-silt-
soil_fig4_286595681

II. PRAKTIKUM
A. Persiapan Praktikum
1. Menyaring tanah yang digunakan dalam percobaan
hydrometer dengan saringan No. 200 ASTM agar bersih dari
butiran clay, silt, dan koloid-koloid.
2. Memasukkan tanah yang sudah bersih ke dalam can, lalu
masukkan ke dalam oven selama ± 18 jam.

8
Sieve Analysis
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

B. Jalannya Praktikum
1. Mengeluarkan tanah dari oven dan didiamkan sejenak, lalu
menimbang beratnya.
2. Menyusun saringan menurut urutan nomor, yaitu: 4, 10, 18,
40, 100, 200 (dari yang terbesar di atas hingga yang terkecil),
dan terbawah adalah pan.
3. Memasukkan tanah yang telah ditimbang ke atas saringan No.
4 ASTM.
4. Meletakkan susunan saringan pada mesin pengguncang
listrik (Motorized Dynamic Sieve Shaker) dan menutupnya,
kemudian dinyalakan selama 15 menit.
5. Mengumpulkan sampel tanah yang tertahan pada masing-
masing saringan dan selanjutnya menimbang dan mencatat
beratnya.
6. Membersihkan saringan dari butiran-butiran yang tertinggal
pada setiap saringan dengan bantuan sikat gigi.

C. Perbandingan dengan ASTM


Menurut standar ASTM, susunan saringan yang dipakai adalah
No. 4, 10, 18, 40, 60, 100, 200, dan pan. Sedangkan pada
praktikum ini susunan saringan yang digunakan hampir sama
dengan ASTM, hanya saja saringan No. 60 tidak dipasang.

III. PENGOLAHAN DATA


A. Data Hasil Praktikum
Berat sampel tanah pada percobaan hydrometer = 50 gram
Berat sampel tanah kering oven + can = 15.2 gram
Berat can = 8.9 gram
Berat sampel setelah setelah percobaan hydrometer kering oven
(wd) = 15.2 – 8.9 gram = 6.3 gram
Berat sampel setelah disaring (wt) = 6.1 gram

9
Sieve Analysis
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Tabel 3.1 Data pengamatan praktikum Sieve Analysis


Sieve No. Diameter (mm) Berat Tertahan (gram)
4 4.75 0
10 2 0
18 0.84 0.8
40 0.42 1.1
100 0.15 0.9
200 0.075 2.6
Pan 0.7
Total 6.1
Sumber: Praktikan (2020)

B. Perhitungan
1. Menentukan Persentase Kesalahan Relatif (KR)
Berdasarkan hasil pengamatan percobaan akan didapatkan
perbedaan antara berat sampel tanah setelah uji hydrometer
dan setelah penyaringan. Maka nilai kesalahan relatif dari
percobaan adalah sebagai berikut:
Wd − Wt
KR = × 100%
Wd
6.3 − 6.1
KR = × 100%
6.3
KR = 3.1746%

2. Mencari Persentase Tanah yang Tertahan


Berdasarkan hasil pengamatan percobaan akan didapatkan wt
retained (jumlah berat tanah yang tertahan di tiap saringan) serta
wt (total berat tanah yang tertahan di saringan No. 200 ASTM
dan lolos saringan No. 4 ASTM). Untuk mencari %retained
dapat digunakan rumus berikut:
𝑤𝑡 𝑟𝑒𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑑
%𝑟𝑒𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑑 = × 100%
𝑤𝑡
Contoh perhitungan wt pada saringan No. 40 ASTM:
1.1
%𝑟𝑒𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑑 = × 100% = 18.0328%
6.1

10
Sieve Analysis
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

3. Menentukan Kumulatif dari Tanah yang Tertahan


Untuk mempermudah pengolahan data maka perlu dicari
persentase kumulatif dari tanah yang tertahan dengan
menggunakan rumus berikut:
%retained kumulatif = nilai kelas atas + nilai kelas tersebut
(kelas yang dimaksud adalah saringan)
Contoh perhitungan %retained kumulatif pada saringan No.
40 ASTM:
%retained kumulatif = 0% + 0% +13.1148% +18.0328% =
31.1476%

4. Menentukan Persentase Tanah yang Lolos


Setelah mendapatkan data nilai %retained (persentase
butiran tanah yang tertahan), maka dapat diperoleh nilai
%passing (persentase butiran tanah yang lolos) dengan
rumus sebagai berikut:
%𝑝𝑎𝑠𝑠𝑖𝑛𝑔 = 100% − %𝑟𝑒𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑑

Contoh perhitungan %passing pada saringan No. 40 ASTM:


%𝑝𝑎𝑠𝑠𝑖𝑛𝑔 = 100% − 18.0328% = 81.9672%
Sehinga didapatkan tabel sebagai berikut:
Tabel 3.2 Pengolahan data percobaan Sieve Analysis
wt %
Sieve Diameter % %
retained retained
No. (mm) retained passing
(gram) kumulatif
4 4.75 0 0 0 100
10 2 0 0 0 100
18 0.84 0.8 13.1148 13.1148 86.8852
40 0.42 1.1 18.0328 31.1475 81.9672
100 0.15 0.9 14.7541 45.9016 85.2459
200 0.075 2.6 42.623 88.5246 57.3770
Pan 0.7
Total 6.1
Sumber: Praktikan (2020)

11
Sieve Analysis
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Dari Tabel 3.2 dapat dibentuk grafik sebagai berikut:


Grafik 3.1 Hubungan diameter dan %passing

Grafik Hubungan Diameter dan %passing


Pada Percobaan Sieve Analysis
100
90
80
70

%passing
60
50
40
30
20
10
0
10 1 0.1 0.01
Diameter (mm)

Sumber: Praktikan (2020)

5. Mencari nilai koefisien keseragaman (Cu) dan koefisien


Curvature (Cc) dari Grafik Gabungan Percobaan Sieve
Analysis dan Hydrometer
Untuk mendapatkan nilai Cu dan Cc diperlukan grafik
gabungan dari percobaan Sieve Analysis (Grafik 3.1) dan
juga grafik percobaan sebelumnya, Hydrometer. Maka dari
itu akan dibentuk grafik berdasarkan data pada tabel berikut:

Tabel 3.3 Data gabungan dari percobaan Sieve Analysis dan


Hydrometer
Diameter (mm) %passing
4.75 100
2 100
0.84 86.8852459
0.42 81.96721311
0.15 85.24590164

12
Sieve Analysis
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

0.075 57.37704918
0.044128559 46.7462
0.031203604 46.7462
0.022492525 44.757
0.015698558 43.7624
0.011534834 41.7732
0.008205717 39.784
0.005905785 33.8164
0.004224092 29.838
0.001270143 23.17418
Sumber: Praktikan (2020)

Sehinga didapatkan grafik sebagai berikut:


Grafik 3.2 Gabungan percobaan Sieve Analysis dan
Hydrometer

Grafik Gabungan Percobaan Sieve


Analysis dan Hydrometer
100
90 y = 10.607ln(x) + 88.819
80
70
60
%passing

50
40
30
20
10
0
10 1 0.1 0.01 0.001
Diameter (mm)
Sumber: Praktikan (2020)

Berdasarkan grafik di atas, dapat ditentukan nilai-nilai berikut


dengan melakukan plotting secara manual:
Untuk D60 maka y = 60 dan x = 0.0821 mm
Untuk D30 maka y = 30 dan x = 0.0043 mm
Untuk D10 maka y = 10 dan x = 0 mm

13
Sieve Analysis
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Maka nilai Cu dan Cc yang didapatkan ialah sebesar:


D60 0.0821
Cu = = =~
D10 0
(𝐷30 )2 (0.0043)2
𝐶𝑐 = = =~
𝐷60 × 𝐷10 (0.0821) × (0)

IV. ANALISIS
A. Analisis Percobaan
Percobaan Sieve Analysis bertujuan untuk mengetahui distribusi
ukuran butiran tanah yang berdiameter 4.76 mm sampai 0.074
mm (lolos saringan No. 4 ASTM dan tertahan saringan No. 200)
dengan cara mekanis. Pada percobaan ini akan didapatkan data
berupa berat tanah yang tertahan pada tiap saringan ASTM. Dari
hasil pengolahan data, praktikan membuat grafik hubungan
antara diameter butir tanah dengan nilai %passing tanah untuk
mencari nilai Cu (koefisien keseragaman) dan Cc (koefisien
kelengkungan) yang dapat digunakan untuk mengetahui sifat dan
jenis tanah yang diuji.
Peralatan yang digunakan pada percobaan ini di antaranya adalah
timbangan dengan ketelitian 0.01 gram untuk mengukur berat
tanah di setiap saringan, saringan standar ASTM No. 4, 10,18,
40, 100, 200 serta pan untuk menyaring sampel tanah dan juga
sebagai pengukur distribusi ukuran butiran sampel tanah,
piringan kaleng untuk menimbang berat sampel tanah di setiap
saringan setelah sampel tanah diguncangkan, can sebagai wadah
sampel tanah yang akan dimasukkan ke dalam oven, motorized
dynamic sieve shaker untuk mengguncang rangkaian susunan
saringan serta pan yang berisi sampel tanah, sikat gigi untuk
membersihkan dan juga untuk membantu jatuhnya butiran
sampel tanah menuju piringan kaleng setelah dilakukan
penyaringan agar penimbangan massa lebih akurat, dan oven
untuk mengeringkan sampel tanah agar didapatkan berat kering

14
Sieve Analysis
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

oven dari sampel tanah. Bahan yang digunakan pada percobaan


kali ini ialah tanah tertahan saringan No. 200 ASTM yang telah
lolos juga pada saringan No. 4 ASTM. Tanah yang digunakan
merupakan tanah sisa dari percobaan Hydrometer. Sebelum
melakukan percobaan, praktikan menyaring tanah dengan
saringan No. 200 ASTM. Tujuannya adalah agar sampel tanah
yang akan diuji telah bersih dari butiran tanah yang memiliki
diameter lebih dari 0.074 mm. Tanah yang sudah disaring
kemudian dimasukan ke dalam can. Can lalu dipanaskan di
dalam oven selama ± 18 jam. Tujuannya adalah agar berat tanah
menjadi murni dengan kadar air sama dengan nol, istilahnya
adalah berat kering oven.
Percobaan dapat dimulai dengan mengeluarkan sampel tanah dari
oven dan mendiamkannya beberapa saat agar suhu sampel tanah
dan can turun sampai mencapai suhu ruangan. tanah dan can
sebelum ditimbang sampai mencapai suhu ruangan. Praktikan
kemudian menimbang berat sampel tanah kering oven dan can.
Setelah menimbang berat sampel tanah, praktikan menyusun
saringan dengan urutan yaitu saringan ASTM No. 4, 10, 18, 40,
100, 200, dan pan. Saringan diurutkan sesuai dengan urutan
diameter saringan. Saringan No. 4 yang memiliki diameter
terbesar berada di lapisan teratas, saringan No. 200 yang
memiliki diameter terkecil berada di lapisan terbawah sebelum
pan, dan pan sebagai wadah terakhir untuk sampel tanah yang
lolos saringan No.200 ASTM. Tanah yang telah ditimbang,
kemudian dimasukan ke dalam saringan No. 4 ASTM. Butiran
tanah yang lebih kecil nantinya akan turun ke lapisan saringan
selanjutnya ketika mesin dinyalakan. Setelahnya, praktikan
meletakkan susunan saringan ke atas mesin pengguncang listrik
(motorizied dynamic sieve shaker) dan menutup saringannya.
Mesin tersebut lalu dinyalakan selama ± 15 menit agar sampel
tanah yang diuji dapat tersaring pada tiap lapisan saringan sesuai

15
Sieve Analysis
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

dengan ukurannya. Setelah mesin mengguncangkan rangkaian


susunan saringan selama ± 15 menit, praktikan mengambil
kembali susunan tersebut dan menimbang berat tanah yang
tertahan tiap saringan lalu beratnya dicatat. Agar perhitungan
berat lebih akurat, praktikan membersihkan saringan dari butiran-
butiran tanah yang tertinggal pada setiap saringan dengan
menggunakan sikat gigi. Praktikan akan mendapatkan data
berupa berat tanah kering oven dan berat tanah yang tertahan pada
setiap saringan dari percobaan ini.

B. Analisis Data dan Hasil


Pada percobaan ini, data yang akan didapatkan adalah berat tanah
kering oven dan berat tanah yang tertahan pada setiap lapisan
saringan. Data yang didapatkan kemudian diolah dan
dibandingan dengan sebagian data yang telah didapatkan
sebelumnya pada percobaan Hydrometer. Hasil yang diharapkan
dari pengolahan data percobaan ini berupa kesalahan relatif,
persentase tanah yang tertahan pada tiap saringan, persentase
kumulatif dari tanah yang tertahan, persentase tanah yang lolos
pada tiap saringan, grafik hubungan persentase tanah lolos
dengan diameter butiran, serta grafik gabungan percobaan
Hydrometer dan Sieve Analysis. Setelah mendapatkan grafik
gabungan, praktikan mencari nilai D60, D30, dan D10, dengan
melakukan plotting secara manual, untuk menghitung nilai Cu
(koefisien keseragaman) dan Cc (koefisien kelengkungan) yang
berfungsi untuk menentukan jenis gradasi tanah. Praktikan juga
akan menentukan distribusi persentase jenis tanah pada
percobaan ini berdasarkan diameter butirannya.
Nilai kesalahan relatif didapatkan dari praktikum ini dengan
menghitung selisih dari berat tanah kering oven sebelum
percobaan dilakukan dan setelah percobaan dilakukan. Kemudian
praktikan membagi hasil tersebut dengan berat tanah kering oven

16
Sieve Analysis
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

sebelum percobaan dilakukan, kemudian mengalikannya dengan


100%. Hasil kesalahan relatif pada percobaan ini ialah sebesar
3.1746%, dimana nilai kesalahan relatif ini lebih besar dari
persyaratan yang tertera pada modul yaitu tidak boleh lebih dari
2%. Lebihnya nilai kesalahan relatif dari batas yang ditentukan
dapat diakibatkan oleh kesalahan yang praktikan lakukan saat
melaksanakan percobaan.
Persentase tanah yang tertahan pada tiap saringan didapatkan
berdasarkan data jumlah tanah setelah diuji dan jumlah tanah
yang tertahan pada tiap saringan. Persentase tanah yang tertahan
pada percobaan ini didapatkan dari pembagian antara jumlah
tanah yang tertahan pada tiap saringan dengan jumlah total tanah
setelah diuji dan lalu dikalikan 100%. Berdasarkan hasil
pengolahan data, persentase tanah yang tertahan pada saringan
No. 4 dan 10 ASTM adalah sebesar 0%, artinya tidak ada tanah
yang tertahan pada kedua saringan tersebut dan tanah yang diuji
berukuran butiran lebih kecil dari 2 mm. Nilai persentase tanah
yang tertahan pada saringan No. 18 ASTM adalah sebesar
13.1148%, pada saringan No. 40 ASTM adalah sebesar
18.0328%, pada saringan No. 100 ASTM adalah sebesar
14.7541%, dan pada saringan No. 200 ASTM adalah sebesar
42.623%. Jumlah tanah yang tertahan paling banyak adalah pada
saringan No. 200 ASTM, artinya sampel tanah yang diuji
mayoritas berdiameter lebih besar dari 0.075 mm namun lebih
kecil dari 0.15 mm.
Persentase kumulatif tanah yang tertahan pada tiap saringan
didapatkan berdasarkan hasil pengolahan data dari persentase
tanah yang tertahan. Persentase tersebut dihitung dengan
menjumlah seluruh nilai kelas bawah dan nilai kelas yang
ditinjau. Maka pada percobaan didapatkan hasil persentase
kumulatif untuk sampel tanah yang tertahan pada saringan No. 4
dan 10 ASTM adalah sebesar 0%, pada saringan No. 18 ASTM

17
Sieve Analysis
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

adalah sebesar 13.1148%, pada saringan No. 40 ASTM adalah


sebesar 31.1475%, pada saringan No. 100 ASTM adalah sebesar
45.016%, dan pada saringan No. 200 ASTM adalah sebesar
88.5246%. Jumlah tanah yang tertahan pada saringan No. 200
ASTM tidak 100%, artinya ada 11.4754% tanah yang lolos pada
saringan tersebut dan tertahan di pan.
Persentase tanah yang lolos pada tiap saringan didapatkan dari
data persentase tanah yang tertahan. Persentase tanah yang lolos
dihitung dengan mengurangkan 100% dengan persentase tanah
yang tertahan pada tiap saringan. Bila persentase tanah yang lolos
adalah sebesar 100%, artinya tanah seluruhnya lolos pada
saringan yang ditinjau. Berdasarkan hasil pengolahan data,
persentase tanah yang tertahan pada saringan No. 4 dan10 ASTM
adalah sebesar 100%, artinya seluruh tanah lolos pada kedua
saringan tersebut dan tanah yang diuji berukuran butiran lebih
kecil dari 2 mm. Persentase tanah yang lolos pada saringan No.
18 ASTM adalah sebesar 86.8852%, pada saringan No. 40 ASTM
adalah sebesar 81.9672%, pada saringan No. 100 ASTM adalah
sebesar 85.2459%, dan pada saringan No. 200 adalah sebesar
57.3770%.
Praktikan kemudian membuat grafik hubungan persentase tanah
lolos dengan diameter butiran setelah mendapatkan data
persentase tanah yang lolos pada tiap saringan. Tujuannya untuk
mengetahui persentase penyebaran diameter butiran tanah
berdasarkan jumlah tanah yang lolos pada tiap saringan dari
percobaan ini. Grafik yang didapatkan oleh praktikan relatif turun
terhadap ukuran diameternya yang semakin mengecil dengan
persamaan grafik yaitu y = 8.9429ln(x) + 90.0770, dengan x
adalah diameter butiran tanah dan y merupakan nilai persentase
tanah yang lolos pada tiap saringan.
Setelah mendapatkan grafik hubungan persentase tanah lolos dan
diameter butiran tanah, praktikan membuat grafik gabungan dari

18
Sieve Analysis
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

percobaan Sieve Analysis dan Hydrometer dengan parameter


yang serupa pada Grafik 3.1. Grafik gabungan yang didapatkan
juga relatif turun terhadap ukuran diameternya yang semakin
mengecil dengan persamaan grafik yaitu y = 10.6070ln(x) +
88.8190, dengan x adalah diameter butiran tanah dan y
merupakan nilai persentase tanah yang lolos pada tiap saringan.
Grafik ini dibuat dengan tujuan untuk melihat hubungan antara
hasil dari percobaan Hydrometer dan Sieve Analysis. Dari grafik
gabungan tersebut pula kita dapat diketahui bahwa percobaan
Hydrometer digunakan untuk mencari distribusi diameter tanah
yang berukuran < 0,074 mm sedangkan percobaan Sieve Analysis
untuk mencari distribusi diameter tanah yang berukuran > 0,074
mm.
Grafik gabungan tersebut dapat digunakan untuk mencari nilai Cu
(koefisien keseragaman) dan Cc (koefisien kelengkungan) yang
berfungsi untuk menunjukan jenis gradasi sampel tanah. Nilai Cu
didapatkan dengan membagi nilai D60 dengan D10. D60 adalah
diameter tanah yang memiliki persentase lolosnya butiran
sebanyak 60%, sedangkan D10 sebanyak 10%. Kedua nilai
tersebut didapatkan dari plotting secara manual dari grafik
gabungan kedua percobaan. Nilai Cu dari sampel tanah ialah
sebesar tak hingga. Nilai Cc didapatkan dengan membagi nilai
D30 yang dikuadratkan dengan nilai D60 yang dikalikan dengan
D10. Nilai D30 juga dicari dengan melakukan plotting secara
manual dari grafik gabungan kedua percobaan. Nilai Cu dari
sampel tanah ialah sebesar tak hingga.
Hasil dari nilai Cu dan Cc menunjukkan nilai yang sama, yaitu tak
hingga. Berdasarkan nilai dari kedua koefisien tersebut, jenis
gradasi tanah tak bisa ditentukan karena kedua koefisien bernilai
tak hingga. Bila ditinjau dari bentuk grafik gabungan, tanah
berjenis gap-graded karena bentuk grafiknya menyerupai bentuk
grafik tanah gap-graded ssesuai dengan Gambar 1.4. Sehingga,

19
Sieve Analysis
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

kesimpulannya adalah tanah memiliki ukuran butiran tanah


beragam namun terdapat beberapa ukuran tanah yang hilang,
sehingga dapat dikategorikan menjadi tanah berjenis gap-graded.
Berdasarkan grafik gabungan dapat dianalisis juga persentase
jenis tanah bila dilihat dari ukuran butirannya, seperti
gravel/kerikil, sand/pasir, silt/lanau, dan clay/lempung. Menurut
klasifikasi USCS, kerikil memiliki ukuran butiran > 4.75 mm,
pasir memiliki ukuran butiran > 0.074 mm dan < 4.75 mm, lanau
memiliki ukuran butiran > 0.005 mm dan < 0.074 mm, dan
lempung memiliki ukuran butiran < 0.005 mm. Untuk
mengetahui besarnya persentase jenis tanah yang terkandung
dalam sampel tanah, praktikan dapat menghitung persentase
masing-masing jenis tanah sebagai berikut:
kerikil = 100% − 100% = 0%
pasir = 100% − 57.377% = 42.623%
lanau = 100% − (42.623% + 29.838%) = 27.539%
lempung = 29.838%
Dari perhitungan persentase tersebut, sampel tanah dapat
diidentifikasikan sebagai tanah pasir kelempungan dikarenakan
persentase pasir adalah sebesar 42.623% yang lebih banyak
daripada persentase lempung sebesar 29.838%. Adapun esuai
dengan Tabel 1.2, tanah yang berjenis pasir kelempungan
memiliki simbol klasifikasi SC dengan nilai Indeks Plastisitas
lebih besar dari tujuh.

C. Analisis Kesalahan
Faktor penyebab kesalahan yang mengakibatkan kurang
akuratnya percobaan tersebut di antaranya:
 Praktikan kurang berhati-hati ketika menuang sampel tanah
ke tiap saringan yang mengakibatkan berkurangnya jumlah
massa tanah karena terdapat beberapa butiran tanah yang
terbuang.

20
Sieve Analysis
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

 Praktikan kurang berhati-hati pada saat menuang tanah dari


saringan No. 200 ASTM ke dalam can untuk dipanaskan di
dalam oven sehingga berat tanah pada saat ditimbang kurang
sesuai yang dapat menyebabkan kurang akuratnya hasil
pengolahan data.
 Praktikan kurang benar saat menggunakan sikat gigi untuk
membersihkan saringan sehingga masih terdapat beberapa
butiran tanah pada saringan sehingga hasil pengolahan data
kurang akurat.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan, pengolahan data, dan analisis maka
diperoleh kesimpulan bahwa:
 Berdasarkan persentase distribusi diameternya, tanah berjenis
pasir kelempungan dengan simbol klasifikasi SC dan nilai Indeks
Plastisitas lebih besar dari tujuh.
 Tanah berjenis gap-graded bila ditinjau dari bentuk grafiknya.
Nilai Cu dan Cc tidak bisa digunakan untuk menentukan jenis
gradasi tanah karena bernilai tak hingga.
 Persentase jenis sampel tanah yang diuji ialah sebesar 0% kerikil,
42.623% pasir, 27.539% lanau, dan 29.838% lempung.

VI. APLIKASI
Hasil percobaan Hydrometer-Sieve Analysis dapat diaplikasikan dalam
pekerjaan di lapangan seperti:
 Pembuatan pondasi dan letak bangunan
Dari uji Hydrometer-Sieve Analysis akan diperoleh hasil berupa
jenis tanah pada suatu tempat. Penentuan jenis tanah tersebut
ialah berdasarkan dari ukuran diameter butiran tanahnya dan
menurut sistem klasifikasi USCS. Jenis tanah hasil pengujian

21
Sieve Analysis
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

tersebut akan berfungsi dalam menentukan jenis pondasi yang


akan dipakai.
 Pembuatan saluran drainase
Dari uji Hydrometer-Sieve Analysis akan diperoleh hasil berupa
kualitas gradasi pada tanah. Penentuan tingkat gradasi tanah
tersebut ialah berdasarkan dari ukuran diameter butiran tanahnya
dan menurut sistem klasifikasi USCS. Gradasi pada tanah sendiri
dapat digunakan untuk memdesain saluran drainase.

VII. REFERENSI
Laboratorium Mekanika Tanah. (2017). Buku Panduan Praktikum
Mekanika Tanah. Civil Engineering Department, Universitas Indonesia.
BAB 3 Hydrometer.
Craig, R. F. (2004). Soil Mechanics 7th Edition. New York: Spon Press.
Budhu, Muni. (2000). Soil Mechanics and Foundations. Wiley.
Murthy, V. N. (2001). Geotechnical Engineering Principles and
Practices of Soil Mechanics and Foundation Engineering. Sangam
Books Limited.

VIII. LAMPIRAN

Gambar 8.1 Penyusuan saringan sesuai dengan nomor urutnya


Sumber: Video Praktikum Daring Mekanika Tanah Dasar 2020.
https://www.youtube.com/watch?v=QqxfwpUtEoQ&t=347s

22
Sieve Analysis
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 8.2 Penimbangan berat sampel tanah


Sumber: Video Praktikum Daring Mekanika Tanah Dasar 2020
https://www.youtube.com/watch?v=QqxfwpUtEoQ&t=347s

Gambar 8.3 Pengadukan campuran tanah dan larutan pendispersi dengan


menggunakan mixer
Sumber: Video Praktikum Daring Mekanika Tanah Dasar 2020
https://www.youtube.com/watch?v=QqxfwpUtEoQ&t=347s

23
Sieve Analysis

Anda mungkin juga menyukai