Proposal Terapi Bermain

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL KEGIATAN

TERAPI BERMAIN DI RUANG MAWAR KUNING ATAS


RSUD SIDOARJO

Oleh :
1. Triana Nofianti, S.Kep (201514201035)
2. Wahyu Arum Lestari, S.Kep (201514201038)
3. Yolanda Cindy Nikita, S.Kep (201514201040)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal kegiatan tentang terapi bermain di Ruang Mawar Kuning Atas RSUD
Sidoarjo ini telah disetujui dan disahn pada:

Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

Risa Nurhayati, S.Kep.,Ns.,M.Kes Siti Chotimah

Mengetahui,
Kepala Ruang Mawar Kuning Atas

Arik Widji Lestari, S.Kep.,Ns.


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan
dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk
beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga
kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun
orang tua dan keluarga (Wong, 2009).
Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana atau
darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani
terapi dan perawatan. Meskipun demikian dirawat di rumah sakit tetap
merupakan masalah besar dan menimbulkan ketakutan, cemas, bagi anak
(Supartini, 2004). Hospitalisasi juga dapat diartikan adanya beberapa
perubahan psikis yang dapat menjadi sebab anak dirawat di rumah sakit.
Lingkungan yang asing, kebiasaan-kebiasaan yang berbeda, perpisahan
dengan keluarga merupakan pengalaman yang dapat mempengaruhi
perkembangan anak terutama perubahan psikis. Perubahan psikis terjadi
dikarenakan adanya suatu tekanan atau krisis pada anak. Jika seorang anak di
rawat di rumah sakit, maka anak tersebut mudah mengalami krisis yang
disebabkan anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status
kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan sehari-hari. Selain itu,
anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk
mengatasi masalah maupun kejadiankejadian yang sifatnya menekan
(Nursalam, 2005).
Anak memerlukan media untuk dapat mengekspresikan perasaan
tersebut dan mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan selama dalam
perawatan (Supartini, 2004). Terapi bermain diyakini mampu menghilangkan
batasan, hambatan dalam diri, stres, frustasi serta mempunyai masalah emosi
dengan tujuan mengubah tingkah laku anak yang tidak sesuai menjadi tingkah
laku yang diharapkan dan anak sering diajak bermain akan lebih kooperatif
dan mudah diajak kerjasama (Nurjaman, 2006). Bermain merupakan setiap
kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya dan
dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau
kewajiban serta tidak tergantung kepada usia tetapi tergantung kepada
kesehatan dan kesenangan yang diperoleh. Bermain dapat bermakna sebagai
kegiatan anak yang menyenangkan dan dinikmati. Hal tersebut membuat
aktivitas bermain menjadi salah satu cara untuk mengajak anak untuk
kooperatif dalam perawatan dan dapat memperlancar pemberian pengobatan
dan perawatan serta mengurangi rasa takut terhadap tindakan perawatan yang
dilakukan.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 1x60 menit diharapkan anak
dapat memahami, berpartisipasi, dan menerapkan terapi bermain yang
dilakukan, serta memiliki koping adaptif dalam proses perawatan
2. Tujuan Instruksional Khusus
Tujuan dilaksanakannya terapi bermain di Ruang Mawar Kuning Atas
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan hubungan perawat dengan anak (pasien);
b. Anak (pasien) dapat beradaptasi terhadap stressor;
c. Mengurangi rasa traumatik (cemas dan frustasi) selama hospitalisasi;
d. Mengetahui pencapaian tahap perkembangan pada anak (pasien).
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Bermain
1. Pengertian Bermain
Bermain merupakan bagian yang amat penting dalam tumbuh
kembang anak untuk menjadi manusia seutuhnya. Bermain bagi anak
adalah salah satu hak anak yang paling hakiki. Melalui kegiatan bermain
ini, anak bisa mencapai perkembangan fisik, intelektual, emosi, dan sosial
(Prasetyono, 2007). Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak-anak
dapat melakukan atau mempraktikan keterampilan, memberikan ekspresi
terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan
dan berperilaku dewasa (Aziz, 2005).
Aktivitas bermain yang dilakukan anak-anak merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial. Bermain juga
merupakan media yang baik untuk belajar, karena dengan bermain anak-
anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal
waktu, jarak, serta suara (Wong, 2005).
2. Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensorik-
motorik, membantu perkembangan kognitif/intelektual, perkembangan
sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri,
perkembangan moral, dan bermain sebagai terapi (Soetjiningsih, 2014).
a. Perkembangan Sensorik-Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensorik motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat
penting untuk perkembangan fungsi otot, sehingga kemampuan
penginderaan anak mulai meningkat dengan adanya stimulasi-stimulasi
yang diterima anak seperti: stimulasi visual (penglihatan), stimulasi
audio (pendengaran), stimulasi taktil (sentuhan) dan stimulasi kinetik.
b. Perkembangan Intelektual (Kognitif)
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitar, terutama
mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Saat
bermai, anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa
anak, mampu memahami objek permainan seperti dunia tempat
tinggal, mampu membedakan khayalan dengan kenyataan dan berbagai
manfaat benda yang digunakan dalam permainan, sehingga fungsi
bermain pada model demikian akan meningkatkan perkembangan
kongnitif selanjutnya.
c. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan anak mampu berinteraksi
dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar
memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu
anak mengembangkan hubungan sosial, belajar memecahkan masalah
dari hubungan tersebut. Contoh pada anak-anak usia todler yang
bermain dengan teman sebayanya dan bentuk permainannya adalah
bermain peran seperti menjadi guru, menjadi ayah atau ibu, menjadi
anak dan lain-lain. Ini merupakan tahap awal bagi anak usia todler dan
prasekolah untuk meluaskan aktivitas sosialnya diluar lingkungan
keluarga.
d. Perkembangan Kreativitas
Bermain dapat meningkatkan kreativitas yaitu anak mulai menciptakan
sesuatu dan mewujudkannya kedalam bentuk objek atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan
mencoba untuk merealisasikan ide-idenya, misalnya dengan
membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang
kreativitasnya untuk semakin berkembang.
e. Perkembangan Kesadaran Diri
Anak yang bermain akan mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenali
kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan
menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan
mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.
f. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama
dari orang tua dan guru. Anak yang melakukan aktivitas bermain, akan
mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut
sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri
dengan aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Bermain juga
dapat membantu anak belajar mengenai nilai moral dan etika, belajar
membedakan mana yang benar dan mana yang salah serta belajar
bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukannya. Permainan
adalah media yang efektif untuk mengembangkan nilai moral
dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting
bagi orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas
bermain dengan mengajarkan nilai moral, seperti baik atau buruk,
benar atau salah.
g. Bermain Sebagai Terapi
Bermain mempunyai nilai terapeutik, bermain dapat menjadikan diri
anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres dan ketegangan
dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak
terhadap dunianya. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan
mengalami perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah,
takut, cemas, sedih dan nyeri. Anak yang melakukan kegiatan bermain
akan terlepas dari ketegangan dan stres yang dialaminya akibat dari
efek dirawat di rumah sakit.
Bermain dirumah sakit membuat normal sesuatu yang asing dan
kadang kondisi lingkungan yang tidak ramah dan memberi jalan untuk
menurunkan tekanan. Bermain membantu untuk memahami
ketegangan dan tekanan, mengembangkan kapasitas mereka, dan
menguatkan pertahanan mereka
3. Klasifikasi Permainan
Sifat bermain pada anak yang kita tahu ada dua yaitu bersifat aktif
dan bersifat pasif. Sifat demikian memberikan jenis permainan yang
berbeda, dikatakan bermain aktif jika anak berperan aktif dalam
permainan, selalu memberikan rangsangan dan melaksanakannya,
sedangkan bermain pasif adalah anak memberikan respon secara pasif
terhadap permainan dan orang atau lingkungan yang memberikan respon
secara aktif. Ada beberapa jenis permainan, ditinjau dari isi permainan dan
karakter sosialnya. Berdasarkan isi permainan ada social affective play,
sense pleasure play, skill play, games, unoccupied behavior dan dramatic
play. Ditinjau dari karakter permainan, terdapat jenis social onlooker play,
solitary play dan parallel play (Aziz, 2005).
a. Berdasarkan Isi Permainan
1) Social Affective Play (Bermain Afektif Sosial)
Bermain ini menunjukkan adanya perasaan senang dalam
berhubungan dengan orang lain. Sifat dari bermain ini adalah orang
lain yang berperan aktif dan anak hanya berespon terhadap
stimulasi sehingga akan memberikan kesenangan dan kepuasan
bagi anak. Permainan yang biasa dilakukan adalah “ciluk ba”,
berbicara dan memberi tangan untuk digenggam oleh bayi sambil
tersenyum/tertawa. Bayi akan mencoba berespon terhadap tingkah
laku orang tuanya dengan tersenyum, tertawa atau mengecoh.
2) Sense of Pleasure Play (Bermain Bersenang-Senang)
Bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak melalui
objek yang ada, sehingga anak merasa senang dan bergembira
tanpa adanya kehadiran orang lain. Sifat bermain ini adalah
bergantung pada stimulasi yang diberikan pada anak, mengingat
sifat dari bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak
tanpa mempedulikan aspek kehadiran orang lain, misalnya dengan
menggunakan pasir, anak akan membuat gunung-gunung atau
benda apa saja yang dapat dibentuknya dengan pasir.
3) Skill Play (Bermain Keterampilan)
Permainan ini akan meningkatkan keterampilan anak khususnya
motorik kasar dan halus, misalnya bayi akan terampil memegang
benda-benda kecil, memindahkan benda dari satu tempat ketempat
lain, dan anak akan terampil naik sepeda. Keterampilan tersebut
diperoleh dari pengulangan kegiatan permainan yang dilakukan.
Semakin sering melakukan latihan, anak akan semakin terampil.
Sifat permainan ini adalah bersifat aktif dimana anak selalu ingin
mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti bermain
dalam bongkar pasang gambar.
4) Games atau Permainan
Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan
alat tertentu yang menggunakan perhitungan atau skor. Permainan
ini bisa dilakukan oleh anak sendiri atau dengan teman sebayanya.
Banyak sekali jenis permainan ini mulai dari yang tradisional
maupun yang modern misalnya ular tangga, congklak, puzzle dan
lain-lain.
5) Dramatic Play (Bermain Dramatik)
Dramatic play dapat dilakukan anak dengan mencoba melakukan
berpura-pura dalam berperilaku seperti anak memperankan sebagai
seorang dewasa, seorang ibu dan guru dalam kehidupan sehari-
hari. Sifat dari permainan dramatic play ini adalah anak dituntut
aktif dalam memerankan sesuatu. Permainan dramatik ini dapat
dilakukan apabila anak sudah mampu berkomunikasi dan
mengenal kehidupan sosial. Permainan ini penting untuk proses
identifikasi terhadap peran orang tertentu.
6) Unoccupied Behavior
Unoccupied behavior bukanlah permainan yang umumnya dapat
dipahami. Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir,
tersenyum, tertawa, memainkan kursi, meja atau apa saja yang ada
disekelilingnya, Jadi sebenarnya anak tidak memainkan alat
permainan tertentu Situasi dan objek disekelilingnya yang
digunakan sebagai alat permainan. Anak tampak senang, gembira,
dan asyik dengan situasi serta lingkungan tersebut.
b. Berdasarkan Karakter Sosial
Berdasarkan karakter sosialnya, ada lima jenis permainan, yaitu
onlooker play, solitary play, parallel play, associative play dan
cooperative play.
1) Onlooker play (Bermain Onlooker)
Jenis permainan ini adalah dengan melihat apa yang dilakukan oleh
anak lain yang sedang bermain tetapi tidak berusaha untuk
bermain. Anak tersebut bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan
terhadap permainan yang sedang dilakukan temannya.
2) Solitary Play (Bermain Soliter/Mandiri)
Solitary play merupakan jenis permainan yang dilakukan secara
mandiri dan berpusat pada permainannya sendiri tanpa
mempedulikan orang lain. Pada permainan ini anak tampak berada
dalam kelompok permainannya, tetapi anak bermain sendiri
dengan alat permainan yang dimilikinya, dan alat permainan
tersebut berbeda dengan alat permainan yang digunakan temannya,
tidak ada kerja sama ataupun komunikasi dengan teman
sepermainannya.
3) Parallel Play (Bermain Pararel)
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan yang
sama, tetapi antara satu anak dengan anak lain tidak terjadi kontak
satu sama lain sehingga tidak ada sosialisasi satu sama lain. Sifat
dari permainan ini adalah anak aktif secara mandiri tetapi masih
dalam satu kelompok.
4) Associative Play (Bermain Asosiatif)
Associative play melibatkan interaksi sosial dengan sedikit atau
tanpa pengaturan. Tipe permainan ini adalah anak-anak kelihatan
lebih tertarik pada satu sama lain dibanding pada permainan yang
mereka mainkan. Bermain ini akan menumbuhkan kreativitas anak
karena stimulasi dari anak lain ada, akan tetapi belum dilatih dalam
mengikuti paraturan dalam kelompok. Contohnya bermain boneka-
bonekaan, hujan-hujanan, dan bermain masak-masakan.
5) Cooperative Play (Bermain Kooperatif)
Cooperative Play merupakan bermain secara bersama dengan
adanya aturan yang jelas sehingga adanya perasaan dalam
kebersamaan sehingga berbentuk hubungan pemimpin dan
pengikut. Sifat dari bermain ini adalah aktif, anak akan selalu
menumbuhkan kreativitasnya dan melatih anak pada peraturan
kelompok sehingga anak dituntut selalu mengikuti peraturan.
Contohnya pada permainan sepak bola, ada anak yang memimpin
permainan, aturan main harus dijalankan oleh anak dan mereka
harus dapat mencapai tujuan bersama, yaitu memenangkan
permainan dengan memasukkan bola ke gawang lawan mainnya.
4. Bermain Untuk Anak yang Dirawat Di Rumah Sakit
Anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas
yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stres akibat
sakit dan dirawat di rumah sakit.
a. Manfaat Bermain di Rumah Sakit
Adapun manfaat bermain di rumah sakit menurut Wong (2009) yaitu
sebagai berikut.
1) Memberikan pengalihan dan menyebabkan relaksasi
2) Membantu anak merasa lebih aman di lingkungan yang asing
3) Membantu mengurangi stres akibat perpisahan dan perasaan rindu
rumah
4) Alat untuk melepaskan ketegangan dan ungkapan perasaan
5) Meningkatkan interaksi dan perkembangan sikap yang positif
terhadap orang lain
6) Sebagai alat ekspresi ide-ide dan minat
7) Sebagai alat untuk mencapai tujuan terapeutik
8) Menempatkan anak pada peran aktif dan memberi kesempatan
pada anak untuk menentukan pilihan dan merasa mengendalikan.
b. Prinsip Permainan Pada Anak Selama di Rumah Sakit
Terapi bermain yang dilaksanakan di rumah sakit tetap harus
memperhatikan kondisi kesehatan anak (Supartini, 2004). Beberapa
prinsip permainan pada anak dirumah sakit yaitu sebagai berikut.
1) Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang
sedang dijalankan pada anak. Apabila anak harus tirah baring,
harus dipilih permainan yang dapat dilakukan di tempat tidur, dan
anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di tempat
bermain khusus yang ada di ruang rawat.
2) Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan
sederhana. Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan anak,
menggunakan alat permainan yang ada pada anak atau yang
tersedia di ruangan.
3) Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak. Pilih alat
permainan yang aman untuk anak, tidak tajam, tidak merangsang
anak untuk berlari-lari dan bergerak secara berlebihan.
4) Melibatkan orang tua saat anak bermain. Orang tua mempunyai
kewajiban untuk tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh-
kembang pada anak walaupun sedang dirawat di rumah sakit,
termasuk dalam aktivitas bermain anaknya. Perawat hanya
bertindak sebagai fasilitator sehingga apabila permainan diinisiasi
oleh perawat, orang tua harus terlibat secara aktif dan
mendampingi anak.
5. Alat Permainan Edukatif (APE)
Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan
tingkat perkembangannya, serta berguna untuk :
a. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat
menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari
motorik kasar dan halus.
Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik
dan didorong, tali, dll. Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok,
lilin, dll.
b. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan
kalimat yang benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku
cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.
c. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran,
bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku
cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.
d. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan
interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat. Contoh alat
permainan : alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak
pasir, bola, tali, dan lain-lain.
6. Hal-Hal yang Harus diperhatikan dalam Bermain
Adapun hal tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Permainan harus sesuai dengan tahap perkembangan anak;
b. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak;
c. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
pada keterampilan yang lebih majemuk;
d. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain;
e. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
7. Tugas Tumbuh Kembang Anak
Adapun tugas tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut:
a. Usia 1 bulan
1) Memiliki gerak reflek alami terhadap cahaya dan suara
2) Menggenggam tangannya ketika disentuh
3) Tersenyum
4) Menangis
b. Usia 2 bulan
1) Membedakan suara, mengikuti arah datangnya suara
2) Menggerakkan kepala ke kiri dan kanan
3) Reflek terkejut terhadap suara keras
c. Usia 3 bulan
1) Mengangkat kepala 45 derajat
2) Mengoceh dan menyahut ocehan
3) Tertawa dengan suara
4) Bisa membalas senyum
5) Mengenal pengasuh
d. Usia 4 bulan
1) Telungkup dan telentang
2) Mengangkat kepala 90 derajat
3) Menggenggam benda
4) Memperluas jarak pandang
e. Usia 5 bulan
1) Meraih benda dalam jangkauannya
2) Tertawa
3) Bermain sendiri
4) Tersenyum melihat gamabar
f. Usia 6 bulan
1) Mempertahankan posisi kepala tegak dan stabil
2) Mulai memainkan dan memegang tangannya sendiri
3) Matanya sudah bisa tertuju pada benda kecil
g. Usia 7 bulan
1) Duduk sendiri dengan bersila
2) Belajar merangkak
3) Bisa bertepuk tangan
h. Usia 8 bulan
1) Merangkak mendekati pengasuh atau mainan
2) Memindahkan benda dari tangan kanan ke kiri
3) Memegang makanan sendiri
4) Mengambil benda sendiri
i. Usia 9 bulan
1) Belajar berdiri
2) Mengambil benda yang dipegang kedua tangan
3) Mencari dan mengambil benda jatuh
4) Melemparkan benda
j. Usia 10 bulan
1) Berdiri sendirui
2) Menggenggam benda dan dipegang erat
3) Mengulurkan badan atau lengan untuk meraih mainan
k. Usia 11 bulan
1) Berdiri dan berpegangan selama 30 detik
2) Memasukkan sesuatu ke dalam mulut
3) Mengulang atau menirukan bunyi
4) Senang bermain cilukba
l. Usia 12 bulan
1) Berjalan dituntun
2) Menyebutkan 2-3 suku kata
3) Mengembangkan rasa ingin tahu
4) Mengenal dan berkembang dengan lingkungan
5) Reaksi cepat terhadp suara berbisik
m.Dari 2 sampai 3 tahun
1) Belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki
2) Membuat jembatan dengan 3 kotak
3) Mampu menyusun kalimat
4) Mempaergunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang
ditunjukan kepadanya
5) Menggambar lingkaran
6) Bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya
lingkungan lain di luar keluarganya
n. Dari 3 sampai 4 tahun
1) Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga
2) Berjalan pada jari kaki
3) Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
4) Mengenal 2 atau 3 warna
5) Bicara dengan baik
6) Menyebut namanya, jenis kelamin, dan umurnya
7) Banyak bertanya
8) Mengenal sisi atas, sisi bawah, sisi muka, sisi belakang
o. Dari 4 sampai 5 tahun
1) Melompat dan menari
2) Pandai bicara
3) Dapat menghitung jari-jarinya.
4) Mengenal 4 warna
8. Bentuk-Bentuk Permainan
a. Usia 0 – 12 bulan
Tujuannya adalah :
1)Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya
mengisap, menggenggam.
2)Melatih kerjasama mata dan tangan.
3)Melatih kerjasama mata dan telinga.
4)Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
5)Melatih mengenal sumber asal suara.
6)Melatih kepekaan perabaan.
7)Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan :
1) Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
2) Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
3) Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
4) Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
5) Alat permainan berupa selimut dan boneka.
b. Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah :
1) Mencari sumber suara atau mengikuti sumber suara.
2) Memperkenalkan sumber suara.
3) Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
4) Melatih imajinasinya.
5) Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam
bentuk kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
1) Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
2) Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
3) Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga (misal: cangkir
yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom,
air), balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar,
kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil berwarna.
c. Usia 25 – 36 bulan
Tujuannya adalah ;
1) Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
2) Mengembangkan keterampilan berbahasa.
3) Melatih motorik halus dan kasar.
4) Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung,
mengenal dan membedakan warna).
5) Melatih kerjasama mata dan tangan.
6) Melatih daya imajinansi.
7) Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
1) Alat-alat untuk menggambar.
2) Lilin yang dapat dibentuk
3) Pasel (puzzel) sederhana.
4) Manik-manik ukuran besar.
5) Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang
berbeda.
6) Bola.
d. Usia 32 – 72 bulan
Tujuannya adalah :
1)Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
2)Mengembangkan kemampuan berbahasa.
3)Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah,
mengurangi.
4)Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-
pura (sandiwara).
5)Membedakan benda dengan permukaan.
6)Menumbuhkan sportivitas.
7)Mengembangkan kepercayaan diri.
8)Mengembangkan kreativitas.
9)Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari,
dll).
10) Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus
dan kasar.
11) Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang
diluar rumahnya.
12) Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal
: pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
13) Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
1)Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-
anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting,
air, dll.
2)Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar
rumah.
e. Usia Prasekolah
Alat permainan yang dianjurkan :
1) Alat olah raga.
2) Alat masak
3) Alat menghitung
4) Sepeda roda tiga
5) Benda berbagai macam ukuran.
6) Boneka tangan.
7) Mobil.
8) Kapal terbang.
9) Kapal laut dsb
f. Usia sekolah
Jenis permainan yang dianjurkan :
1) Pada anak laki-laki : mekanik.
2) Pada anak perempuan : dengan peran ibu.
g. Usia Praremaja (yang akan dilakukan oleh kelompok
Karakterisrik permainnya adalah permainan intelaktual, membaca,
seni, mengarang, hobi, video games, permainan pemecahan masalah.
h. Usia remaja
Jenis permainan : permainan keahlian, video, komputer, dll.
9. Anak Usia Toodler
Pertumbuhan pada tahun ke dua pada anak akan mengalami beberapa
perlambatan pertumbuhan fisik dimana pada tahun kedua anak akan
mengalami kenaikan berat badan 1,5-2,5 kg dan panjang badan 6-10 cm.
Pertumbuhan otak juga akan mengalami perlambatan yaitu kenaikan
lingkar kepala hanya 2cm untuk pertumbuhan gigi susu termasuk gigi
graham pertama, dan gigi taring sehingga seluruhnya berjumlah 14-16
buah (Hidayat, 2005).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut
adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ
dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-
masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi,
intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya
(Soetjiningsih 1998, & Tanuwijaya, S. 2003).
1) Permainan Untuk Anak Toodler
Beberapa permainan yang dapat dilakukan adalah:
1) Permainan tebak benda.
Permainan ini akan mendorong anak Anda untuk menyentuh dan
merasakan objek yang berbeda - beda yang Anda berikan. Anda
hanya perlu kantong kertas dan benda - benda yang aman untuk
anak balita Anda. Carilah barang yang terbuat dari bahan atau
material yang berbeda dan memiliki bentuk yang bervariasi.
Sembunyikan barang di dalam kantong dan biarkan anak
merasakan dengan jari - jarinya yang mungil benda apa yang ada
dalam kantong tanpa melihat ke dalam. Minta anak untuk menebak
benda - benda tersebut dan saat permainan selesai biarkan anak
kemudian bermain dengan benda - benda tersebut.
2) Merangkai puzzle.
Puzzle kayu atau berbahan karton tebal yang berukuran cukup
besar misalnya bergambar hewan atau buah baik diberikan pada
anak usia 2 - 3 tahun. Hal ini untuk melatih kecerdasan dalam
merangkai gambar juga kecermatannya dalam memungut dan
menempatkan puzzle pada tempatnya. Bila Anda tidak memiliki
banyak dana, Anda bisa membuat puzzle sendiri di rumah. Caranya
dengan menggunting gambar karton favorit ukuran besar dari
majalah bacaan anak atau print gambar dari internet, tempelkan
pada kardus tebal, gunting menjadi beberapa bagian dan minta
anak untuk merangkainya.
3) Menarik dan mendorong
Di usia ini anak suka bermain dengan mendorong kardus,
keranjang cucian atau menarik mainannya. Misalnya saja bermain
menarik mainan kayunya dengan tali, minta anak untuk
menariknya menggunakan tangan kanan dan kirinya secara
bergantian. Latih anak untuk menggunakan ke dua tangannya agar
kedua tangannya terampil. Anda tidak perlu khawatir kalau anak
Anda memang kidal, latihlah tangan tersebut agar lebih terampil.
4) Bermain lilin atau playdough
Ajari dan minta anak untuk meniru bentuk - bentuk sederhana
menggunakan lilin berwarna - warni yang Anda buat. Anda bisa
memperkenalkan nama - nama warna juga saat melakukan
stimulasi ini. Misalnya saja bentuk bola - bola kecil, ular, cincin
atau boneka salju. Kegiatan meremas, menggulung, dan mencetak
berbagai macam bentuk selain menyenangkan dapat memperkuat
lengan bagian atas, otot - otot telapak tangan dan jari - jarinya.
5) Menempelkan sticker
Ajaklah dan biarkan anak untuk memilih ketika Anda membeli
sticker - sticker tokoh kartun favoritnya. Biarkan anak untuk
menempelkannya di boks plastik makanan atau di mainan
favoritnya. Bisa juga Anda membeli buku sticker khusus dimana
anak dapat menempelkan stickernya di atas sebuah pola atau
bentuk yang memiliki gambar sama dengan bentuk stikernya.
Kegiatan mencabut dan menempel sticker tentu dapat melatih
keterampilan jari - jari kecilnya.
6) Membalik halaman buku satu persatu
Kegiatan rangsangan ini bisa dilakukan ketika Anda sedang
membacakan buku cerita bergambar untuknya. Anda bisa
membuka 2 atau 3 halaman lembar pertama buku tersebut, dan
selanjutnya minta anak untuk membuka halamannya satu per satu.
7) Mencorat – coret
Duduklah bersama anak, berikan selembar kertas dan sebuah pensil
atau crayon. Ajarkan anak untuk memegang pensil atau crayon
yang benar. Mintalah anak untuk menggambar apa saja yang
disukainya. Atau berikan contoh bagaimana cara menggambar
lingkaran dan garis lurus, minta anak untuk meniru gambar -
gambar tersebut.
8) Menggunting kertas
Anda bisa membeli gunting plastik khusus anak yang tidak
membahayakan di toko - toko alat tulis. Aktivitas menggunting ini
bisa melatih anak dalam memegang dan menggerakan gunting
yang tentu saja dapat melenturkan otot - otot jarinya agar lebih
cekatan. Pada awalnya berikan contoh kepada anak cara memegang
gunting yang benar dan bantu anak dalam menempatkan posisi jari
- jarinya sebelum menggunting. Anda bisa membuat pola - pola
sederhana di kertas seperti bentuk segitiga dan persegi panjang lalu
minta anak untuk mengguntingnya. Untuk lebih menyenangkan
Anda juga bisa memintanya menggunting gambar tokoh karton
favoritnya dari majalah bacaan anak atau kertas kado.
9) Mengukur dengan sendok
Saat Anda memasak di dapur, misalnya saja kegiatan membuat kue
sebenarnya juga bisa digunakan sebagai kegiatan rangsangan yang
melatih kelenturan jari - jarinya. Anda bisa memberikan sendok
dan meminta anak untuk mengambil tepung menggunakan sendok
tersebut untuk dimasukkan ke timbangan kue
10) Merobek
Kegiatan menyenangkan ini bisa dilakukan dengan kertas koran
atau kertas kado bekas. Setelah anak merobek - robek, bantu anak
untuk bisa menempelkannya ke kertas putih menggunakan dengan
menggunakan lem.
11) Menyusun balok dan lego
Kegiatan rangsangan menyusun ini dapat membuat anak cerdas
karena anak dapat membebaskan ekspresinya dalam menyusun
balok - balok atau lego menjadi bentuk - bentuk yang
diinginkannya. Misalnya mobil, jembatan atau gedung bertingkat.
12) Bermain sarung tangan
Belilah beberapa boneka tangan atau boneka jari yang banyak
dijual saat ini. Boneka jenis ini seperti sarung tangan dan pada
umumnya memiliki bentuk beberapa kepala binatang. Bukan saja
Anda bisa menggunakannya saat membacakan dongeng untuknya
tapi Anda bisa juga meminta anak untuk menggerakan jari - jarinya
sambil bermain melakukan dialog misalnya saja percakapan antara
si bebek dan si burung.
13) Mengepal dan menguleni
Permainan ini bisa dilakukan saat Anda membuat cemilan ringan
seperti membuat donat atau roti dimana Anda membutuhkan
kegiatan dalam mengepal dan menguleni adonan. Anda bisa
memberikan sedikit adonan donat atau roti kepada anak untuk
bermain, mengepal dan menguleninya, bahkan mencetak adonan
dengan cetakan plastik yang biasa digunakan anak saat bermain
playdough. Goreng atau panggang adonan kue hasil cetakan anak
dan berikan ke anak setelah matang. Anak akan merasa bangga
telah membantu Anda memasak di dapur dan menikmati makanan
hasil karyanya.
14) Melipat kertas
Stimulasi ini dapat memperkuat otot - otot telapak tangan dan jari -
jari anak Anda. Kegiatan seni melipat atau origami biasanya nanti
dapat dilakukan anak dengan cukup mahir ketika usia TK. Untuk
anak berusia 2 sampai 3 tahun Anda bisa mengajarkan teknik
melipat kertas sederhana misalnya dengan melipat kertas segi
empat menjadi dua atau membuat lipatan segitiga dari kertas
berbentuk bujur sangkar.
b. Teori Tahap Perkembangan Anak Usia Prasekolah
Perkembangan anak usia toddler menurut beberapa teori
perkembangan sebagai berikut:
Perkembangan kognitif menurut Piaget:
1) Tahap sensori motor, umur 0-2 tahun dengan perkembangan
kemampuan dalam mengasimilasi dan mengakomodasi informasi
dengan cara melihat, mendengar, menyentuh, dan aktifitas motorik
2) Tahap pra operasional, umur 2-7 tahun dengan perkembangan
kemampuan meoperasionalkan apa yang dipikirkan melalui
tindakan dalam pikiran anak, perkembangan anak masih bersifat
egosentrik ( Hidayat 2005).
Teori perkembangan psikosexsual anak menurut freud :
Tahap anal, terjadi pada umur 1-3 tahun dengan perkembangan,
kepuasan pada fase ini adalah pengeluaran tinja, anak akan
menunjukan keakuanya, sikapnya sangat narsistik yaitu cinta terhadap
diri sendiri dan egoistik, mulai mempelajari struktur tubuhnya. Pada
fase ini tugas yang dapat dilaksanakan anak dapat latihan kebersihan
(Hidayat, 2005).
Perkembangan psikososial anak menurut Erikson Tahap kemandirian,
rasa malu dan rasa ragu, terjadi pada umur 1-3 tahun dengan
perkembangan mulai mencoba mandiri dalam tugas tumbuh kembang
seperti motorik dan bahasa
BAB 3
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Khalayak Sasaran
Sasaran pelaksanaan kegiatan adalah pasien yang yang menjalani
perawatan di Ruang Mawar Kuning Atas RSUD Sidoarjo dengan karakteristik
sebagai berikut.
1. Anak usia toodler di Ruang Mawar Kuning Atas RSUD Sidoarjo
Kesadaran compos mentis
2. Anak dengan diagnosa medis bukan penyakit menular
3. Anak dengan kondisi stabil (di ruang perawatan regular)
4. Anak yang kooperatif
5. Anak didampingi oleh keluarga

B. Alat dan Metode yang Digunakan


Permainan : Mengenal warna dan mencoret-coret
1. Alat
a. Kertas
b. Crayon/spidol
c. Alat tulis
2. Metode: Role Play, dan permainan aktif
3. Lingkungan memenuhi syarat luas dan cahaya yang cukup, kegiatan
dilakukan di ruang bermain Mawar Kuning Atas RSUD Sidoarjo

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Hari/tanggal :
Waktu : WIB
Tempat : Ruang Mawar Kuning Atas RSUD Sidoarjo
D. Susunan Acara
No. Waktu Kegiatan
Perawat Anak
1. 5 menit Pembukaan:
Memberikan salam dan Memperhatikan dan
memperkenalkan diri kepada anak- menjawab salam
anak yang dilaksanakan oleh leader
2. 20 menit Pelaksanaan:
a. Petugas menjelaskan tentang Memperhatikan
warna dan bentuk
b. Petugas menjelaskan aturan
permainan
c. Petugas meminta anak untuk
melakukan perintah yang
diberikan
3. 10 menit Evaluasi:
a. Bagaimana hubungan anak Memperhatikan dan
dengan perawat setelah memberi umpan balik
dilakukan terapi bermain?
b. Bagaimana tingkat kecemasan Menampilkan ekdpresi
anak setelah diberikan terapi ceria dan hilang
bermain? kecemasannya
c. Bagaimana pencapaian tumbuh Mengikuti perintah
kembang dan pengetahuan yang diinstruksikan
anak?
E. Antisipasi Masalah
1. Penanganan anak yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
a. Memanggil anak.
b. Memberi kesempatan kepada anak tersebut untuk menjawab sapaan
petugas.
c. Bila anak menangis, libatkan orang tua untuk menenangkan anak dan
beri permainan yang disukai anak.
2. Apabila anak meninggalkan permainan tanpa pamit :
a. Panggil nama anak.
b. Tanya alasan anak meninggalkan permainan.
c. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan
bahwa anak dapat melaksanakan keperluannya setelah itu anak boleh
kembali lagi.
F. Pengorganisasian
1. Leader : Triana Nofianti
2. Co Leader : Wahyu Arum Lestari
3. Fasilitator : Yolanda Cindy Nikita
G. Observer : Wahyu Arum Lestari
H. Job Description
1. Leader
Bertanggung jawab terhadap terlaksananya terapi bermain yaitu membuka
dan menutup kegiatan terapi bermain
2. Co Leader
Menjelaskan pelaksanaan dan mendemonstrasikan aturan dan cara bermain
dalam terapi bermain
3. Fasilitator
a. Memfasilitasi anak untuk bermain
b. Membimbing anak untuk bermain
c. Memperhatikan respon anak saat bermain
d. Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan temannya
4. Observer
a. Mengawasi jalannya permainan
b. Mencatat proses permainan disesuaikan dengan rencana
c. Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain
d. Menyusun laporan dan menilai hasil permainan dibantu dengan leader
dan fasilitator
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Alimul Hidayat,A. 2005.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1.Jakarta:
Salemba Medika.
Dorland. 2006. Kamus Keperawatan. Jakarta: EGC.
Nurjaman, Kadar dan Khaerul Umam. 2006. Komunikasi dan Public
Relations. Bandung: Pustaka Setia,
Supartini, Y., 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Supartini, Yupi. 2004.Buku Ajar Konsep Keperawatan Anak. Jakarta:EGC
Prasetyono, Dwi Sunar. 2007. Membedah Psikologi Bermain Anak. Jogjakarta:
Think.
Yusuf, H.S. 2002. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT.
Remaja Rusdakarya.
Wong, Donna L. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
Wong, Donna L. 2005. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
LEMBAR OBSERVASI

Kategori Kemampuan Anak Penilaian An. An. An. An. An. An. An. An. An. An.
Kognitif
a. Anak mampu menyebutkan warna
b. Anak mampu mencoret-coret atau menggambar
c. Anak mampu mengikuti permainan sampai akhir
Total
Kriteria
Sosial
a. Anak mau memperkenalkan diri didepan teman bermain.
b. Anak mampu berkomunikasi baik dengan teman
bermain. Total
c. Anak mampu berkomunikasi dengan baik dengan Kriteria
perawat.
Afektif
a. Anak dapat mematuhi peraturan permainan

Total
Kriteria
Jumlah akhir

Keterangan skor: Keterangan tiap kategori:


0: Tidak dapat melakukan Skor 10 - 14 : Baik
1: Dapat melakukan dengan bantuan Skor 5 - 9 : Cukup
2: Dapat melakukan dengan motivasi Skor 0 - 4 : Kurang

Anda mungkin juga menyukai