SKENARIO
OLEH :
KENODY MAYBENG
NIM. 1810911210060
DOSEN TUTOR :
FAKULTAS KEDOKTERAN
BANJARMASIN
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................................i
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Skenario.................................................................................................................1
C. Skema Pohon Masalah...........................................................................................2
.......................................................................................................................................2
D. Tujuan Penulisan....................................................................................................3
E. Metode Penulisan..................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................4
ISI.......................................................................................................................................4
A. DEFINISI..................................................................................................................4
B. EPIDEMIOLOGI.......................................................................................................4
C. ETIOLOGI................................................................................................................5
D. FAKTOR RESIKO......................................................................................................6
E. PATOFISIOLOGI.......................................................................................................7
F. GEJALA DAN TANDA KLINIS....................................................................................8
G. DIAGNOSIS.............................................................................................................9
H. TATALAKSANA......................................................................................................10
I. PENCEGAHAN.......................................................................................................11
J. KOMPLIKASI..........................................................................................................12
K. PROGNOSIS..........................................................................................................12
BAB III...............................................................................................................................14
KESIMPULAN....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
Lampiran..........................................................................................................................17
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Basal cell carcinoma (BCC) atau Karsinoma sel basal (KSB) adalah
bentuk kanker kulit yang paling umum dan bentuk kanker yang paling sering
terjadi. Di Amerika Serikat ada lebih dari 4 juta kasus didiagnosis setiap
tahun. BCC muncul dari pertumbuhan sel basal yang abnormal dan tidak
terkontrol. Karena BCC tumbuh lambat, sebagian besar dapat disembuhkan
dan menyebabkan kerusakan minimal ketika didiagnosis lebih awal. BCC
terjadi ketika kerusakan DNA akibat paparan sinar UV dari matahari
memicu perubahan sel basal di lapisan kulit terluar (epidermis),
menghasilkan pertumbuhan yang tidak terkendali. BCC dapat terlihat seperti
luka terbuka, bercak merah, pertumbuhan merah muda, benjolan mengkilap,
bekas luka atau pertumbuhan dengan sedikit lebih tinggi, tepi digulung dan /
atau lekukan pusat. Kadang BCC dapat mengalir, mengeras, gatal, atau
berdarah. Lesi biasanya muncul di area tubuh yang terpapar sinar matahari.
Pada pasien dengan kulit yang lebih gelap, sekitar setengah dari BCC
berpigmen. BCC jarang bermetastatis di luar tumor asli, jika dibiarkan
tumbuh, lesi ini dapat menodai dan berbahaya. BCC yang tidak diobati dapat
menjadi invasif secara lokal, tumbuh lebar dan dalam ke dalam kulit dan
menghancurkan kulit, jaringan dan tulang.
B. Skenario
1
memakai sunblock. Pada pemeriksaan di dapatkan nodul dengan permukaan
licin, ukuran 2 cm x 2 cm x 0,5 cm berwarna kehitaman dengan tepi ireguler
dasar jaringan nekrotik dan eksudat kemerahan, ulkus (+), dinding
meninggi, jaringan sekitar makula eritem, papul-papul teleangiektasis di
pinggir, teraba keras namun tidak melekat pada jaringan dibawahnya. Saat
ini tidak merasa demam, nafsu makan seperti biasa. Riwayat penyakit
diabetes dan keganasan di keluarga di sangkal.
2
D. Tujuan Penulisan
E. Metode Penulisan
3
BAB II
ISI
A. DEFINISI
Basal Cell Carcinoma adalah bentuk kanker kulit yang paling umum dan
bentuk kanker yang paling sering terjadi. Lapisan atas kulit disebut epidermis.
Lapisan bawah epidermis adalah lapisan sel basal. Dengan kanker basal, sel-sel
pada lapisan ini adalah sel-sel yang menjadi kanker. Sebagian besar kanker sel
basal terjadi pada kulit yang secara teratur terpapar sinar matahari atau radiasi
ultraviolet lainnya. Jenis kanker kulit ini paling umum terjadi pada orang di atas
usia 50 tahun. Tetapi juga dapat terjadi pada orang yang lebih muda yang
memiliki paparan sinar matahari yang luas. Kanker sel basal hampir selalu
tumbuh lambat. Ini jarang menyebar ke bagian tubuh yang lain.1
B. EPIDEMIOLOGI
Menurut data Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia pada
tahun 1989, dari 1530 kasus kanker kulit, yang terbanyak adalah kasus KSB
(39,93%). Tidak banyak publikasi penelitian yang memberikan data epidemiologi
karsinoma sel basal di Indonesia. Terdapat tiga penelitian epidemiologi karsinoma
sel basal yang dilakukan di Palembang yang dilakukan pada tahun 2000, 2008 dan
2011, dengan angka insidensi berturut-turut 0,042%, 0,11% dan 0,30%. Pada
4
penelitian retrospektif yang dilakukan di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
mulai dari tahun 2010-2014 ditemukan insidensi KSB sebanyak 0,3%.3,4
C. ETIOLOGI
Etiologi primer dari perkembangan karsinoma sel basal adalah paparan sinar
UV, umumnya oleh UV B namun juga dapat disebabkan oleh gelombang UV A.
Review detail terhadap meta-analisis dan analisis sensitif menunjukkan karsinoma
sel basal memiliki resiko lebih tinggi para pekerja lapangan, dengan hubungan
terbalik antara paparan UV akibat bekerja dan resiko karsinoma sel basal. Chart
tipe kulit Fitzpatrick dapat membantu memprediksi resiko relatif dari KSB pada
kulit putih.
Dosis kumulatif paparan sinar UV dan tipe kulit bukan satu satunya
prediktor, durasi paparan serta intensitas terutama pada masa kanak dan remaja
juga berperan dalam perkembangan KSB. Paparan cahaya matahari secara
rekreasional (sekali sekali) dan penggunaan indoor tanning merupakan faktor
yang berkontribusi dalam perkembangan KSB. Terapi dengan sinar UV juga
dapat berperan dalam perkembangan BCC.
Paparan sinar UV juga bukan satu satunya faktor resiko dari KSB, karena 20%
dari KSB timbul pada kulit yang tidak terpapar sinar matahari KSB juga dapat
terjadi akibat paparan radiasi ion, paparan arsenik, obat immunosupresi,
5
predisposisi genetik. Beberapa sindrom genetik berkaitan dengan KSB seperti
xeroderma pigmentosum, sindrom nevus sel basal (Sindrom Gorlin), sindrom
Bazex-Dupre-Christol, dan sindrom Rombo.5,6
D. FAKTOR RESIKO
6
kulit. Faktor predisposisi lain berupa riwayat penyakit xeroderma
pigmentosum, sindrom nevoid KSB dan riwayat kanker kulit pada
keluarga.7
Adanya bekas luka lama, terpapar oleh zat kimia arsenic, atau pernah
menjalani terapi radiasi.7,8
E. PATOFISIOLOGI
7
faktor transkripsi Saat tidak ada PTCH1, maka SMO menjadi aktif, dan
menyebabkan aktivasi gen target yang terus menerus. Perubahan lain pada jaras
HH yang terlibat dalam perkembangan penyakit ini termasuk mutasi peningkatan
fungsi SHH, SMO, dan GLI. Pada kurang lebih 50% kasus KSB sporadik
ditemukan mutasi gen supresor tumor p53. Beberapa mutasi terjadi pada sekuens
dipirimidin, yang menandakan mutasi ini disebabkan pajanan10 radiasi UVB. β-
katenin nuklear berhubungan dengan peningkatan proliferasi sel tumor.11
Lesi utama dari BCC berbentuk noduler, berpigmen, superficial, dan morfea,
dengan lokasi tersering pada bagian kepala dan leher, terutama hidung. Tumor ini
tumbuh lambat dan jarang bermetastasis. Bentuk BCC terbanyak ialah bentuk
noduler (45-60%). Gambaran khas BCC bentuk noduler yaitu bentuk kubah,
papula seperti mutiara dengan permukaan tampak teleangiektasi dan tepi
meninggi. Bagian permukaan dapat mengalami ulserasi. Bentuk superfisial BCC
berupa plak bersisik eritema yang berbatas jelas dengan tepi meninggi dan sering
terjadi pada bagian badan dan ekstremitas.
Bentuk BCC berpigmen sering pada populasi kulit hitam dan Hispanik, serta
dapat menyerupai melanoma. Karsinoma sel basal yang paling sulit didiagnosis
dan ditangani ialah bentuk morfea, berupa indurasi plak putih, tidak berbatas jelas,
yang dapat didiagnosis scar atau skleroderma yang terlokalisasi sehing-ga tidak
disadari oleh pasien dan dokter. BCC halo berupa papula eritema 1-2 mm, terjadi
pada bagian yang terpapar sinar matahari dan dikelilingi oleh daerah
hipopigmentasi. Menurut the American Joint Committee on Cancer, bila ukuran
basalioma >5cm disebut giant basal cell carcinoma (GBCC) dan ditemukan
±12% dari semua KSB. Jenis BCC ini bersifat lebih agresif dengan invasi ke
jaringan yang lebih dalam dan mengenai struktur di luar dermis seperti tulang,
otot, dan tulang rawan, bermetastasis, serta mempunyai prognosis yang lebih
buruk.12
8
G. DIAGNOSIS
9
Melanoma Maligna
Karsinoma sel skuamosa
Keratosis Seboroik
H. TATALAKSANA
Pilihan terapi bergantung pada usia dan jenis kelamin pasien, begitu pula
dengan lokasi, ukuran, dan jenis lesi. Tidak ada satu metode ideal untuk semua
jenis lesi dan semua pasien. Biopsi harus dilakukan pada semua pasien dengan
kecurigaan KSB untuk menentukan jenis histologis dan konfirmasi secara
diagnostic. Tujuan utama dari terapi BCC adalah :
3. Untuk memberi hasil kosmetik terbaik pada pasien, terutama pada KSB yang
ada pada wajah.15
Terapi dari KSB umumnya adalah pembedahan, tetapi beberapa jenis KSB dapat
dilakukan terapi secara medis dan radiasi. Jenis terapi lainnya meliputi; Mohs
micrographic surgery (MMS), eksisi standar, EDC, radiasi, terapi fotodinamik,
cryosurgery, terapi topikal, dan pengobatan sistemik seperti Vismodegib.
Cryosurgery merupakan pilihan terapi lain terhadap KSB dengan resiko rendah
dan melibatkan aplikasi dari nitrogen cair terhadap tumor dan daerah kecil di
10
sekitarnya dengan bantuan jarum temperatur yang diinsersi pada batas tumor,
kemudian nitrogen cair diberikan hingga suhu mencapai -60oC. Prosedur ini
memberi keuntungan pada pasien yang menghindari pembedahan invasif, dan
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur ini relatif cepat. Area yang
diterapi mungkin akan menjadi nyeri dan bengkak ketika sudah selesai.
Terapi topikal juga merupakan pilihan lain untuk karsinoma sel basal, 5-
fluorouracil dan imiquimod 5% disetujui oleh FDA untuk terapi KSB superfisial.
Kedua terapi topikal tersebut merupakan pilihan yang baik untuk pasien yang
tidak dapat menjalani prosedur pembedahan. Kerugiannya adalah tidak adanya
konfirmasi histologis mengenai pembersihan tumor secara total.16,17
I. PENCEGAHAN
11
kali dalam sebulan. Agar hasil maksimal, lakukan sehabis mandi dengan
menggunakan cermin panjang dan cermin genggam. Pelajari lokasi tanda
lahir, tahi lalat, dan bercak lainnya yang ada di tubuh. Perhatikan bentuk,
warna, dan sensasi perabaan pada permukannya. Kemudian, periksa
bercak/ tahi lalat yang baru. Dengan melakukan pengecekan kulit tubuh
secara teratur, setiap orang akan lebih mudah menyadari apabila ada
perubahan yang janggal terhadap tubuhnya. Lakukan pemeriksaan kulit
secara rutin dan segera konsultasikan kepada dokter, jika curiga adanya
perubahan atau kelainan pada kulit.
c. Pencegahan tersier, yaitu melakukan fisioterapi/rehabilitasi guna
memperkecil penderitaan, dan membantu penderita melakukan
penyesuaian bila terjadi kondisi yang tidak dapat diobati lagi. Rutin
berkonsultasi dengan dokter rehab medik untuk mendapatkan program
terapi yang tepat dan evaluasi hasil dari fisioterapi.
J. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada pengidap basal cell carcinoma meliputi :
Karsinoma sel basal yang kambuh. Ini merupakan komplikasi yang paling
sering terjadi. Gejala yang muncul pun dapat terjadi di lokasi yang sama.
Kanker kulit tipe lain. Contohnya, karsinoma sel skuamosa atau melanoma.
Penyebaran kanker. Kanker dapat merusak organ tubuh terdekat, seperti
otot, pembuluh darah, dan tulang.
K. PROGNOSIS
12
Metastasis KSB jarang terjadi dan perawatannya hampir selalu berhasil, terutama
jika diperiksa lebih awal.
13
BAB III
KESIMPULAN
. Basal Cell Carcinoma adalah bentuk kanker kulit yang paling umum dan
bentuk kanker yang paling sering terjadi. BCC terjadi ketika kerusakan DNA
akibat paparan sinar UV dari matahari memicu perubahan sel basal di lapisan
kulit terluar (epidermis), menghasilkan pertumbuhan yang tidak terkendali. BCC
dapat terlihat seperti luka terbuka, bercak merah, pertumbuhan merah muda,
benjolan mengkilap, bekas luka atau pertumbuhan dengan sedikit lebih tinggi, tepi
digulung dan / atau lekukan pusat. Patogenesis BCC melibatkan pajanan sinar
ultraviolet (UV), terutama ultraviolet B (UVB), yang akan menginduksi mutasi
gen supresor tumor. Pajanan ini bergantung pada waktu, pola dan jumlah radiasi
UV, tetapi hingga kini masih belum dapat dijelaskan dengan tepat hubungan
antara risiko BCC dengan pajanan UV. Beberapa ciri fenotip dapat membedakan
kerentanan individu terhadap BCC, yaitu warna rambut, warna kulit,
kecenderungan terbentuk efelid, dan kemampuan untuk tanning (berwarna coklat)
serta faktor predisposisi lain.Basal Cell Carcinoma umumnya memiliki prognosis
yang baik.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. cancer, B., 2020. Basal Cell Skin Cancer: Medlineplus Medical Encyclopedia.
[online] Medlineplus.gov. Available at:
<https://medlineplus.gov/ency/article/000824.htm> [Accessed 14 May 2020].
2. Cameron M.C., Lee E., etc. 2019. Basal cell carcinoma Epidemiology;
pathophysiology; clinical and histological subtypes; and disease associations.
J Am Acad Dermatol, 80, pp.303-317.
3. Yahya YF, Pohan SS, Soetjipto S, Sudiana IK. 2012. Ekspresi β Catenin dan
β4 Integrin pada Karsinoma Sel Basal Agresif dan Non Agresif. Jurnal
Biosains Pascasarjana. 14(1):1-11.
4. Tan ST, Reginata G. 2015. Diagnosis dan Tata Laksana Karsinoma Sel Basal.
CDK-235. 42(12): 897-900.
5. Kamath P, Darwin E, Arora H, Nouri K. A Review on Imiquimod Therapy
and Discussion on Optimal Management of Basal Cell Carcinomas. Clin
Drug Investig. 2018 Oct;38(10):883-899.
6. Martens MC, Seebode C, Lehmann J, Emmert S. Photocarcinogenesis and
Skin Cancer Prevention Strategies: An Update. Anticancer Res. 2018
Feb;38(2):1153-1158.
7. Ghaderi R, Haghighi F. Immunohistochemistry assessment of p53 protein in
basal cell carcinoma. Iran J Allergy Asthma Immunol. 2015; 4: 167-71.
8. American Joint Committee on Cancer. Cutaneus squamous cell carcinoma
and others cutaneous carcinoma. In: Cancer staging handbook, 7th ed.
Chicago: Springer Nature; 2010.
9. Rass K, Reinchrath J. UV damage and DNA repair in malignant melanoma
and
non-melanoma skin cancer. In: Reinchrath J, editor. Sunlight, vitamin D and
skin cancer. Verlag New York. Springer; 2018.
10. Cohen P, Nelson B. Basal cell carcinoma with mixed histology: a possible
pathogenesis for recurrent skin cancer. Dermatol Surg. 2016; 32(4): 542-51.
11. Bader RS. Basal Cell Carcinoma. Medscape, 2018.
15
12. Loho L.L., Durry M.F. 2013. Basalioma. Jurnal Biomediak (JBM). 5(3) : 21-
26.
13. Bindu V, Koyfman, MD. A review of the role of external-beam radiation
therapy in non melanomatous skin cancer. Applied Radiation Oncology.
2017 June; 6(2):6-10
14. Koyfman SA, Cooper JS. Appropriateness criteria aggressive non
melanomatous skin cancer of the head and neck. Head neck. 2016
15. Drucker AM, Adam GP, Rofeberg V, Gazula A, Smith B, Moustafa F,
Weinstock MA, Trikalinos TA. Treatments of Primary Basal Cell
Carcinoma of the Skin: A Systematic Review and Network Meta-analysis.
Ann. Intern. Med. 2018 Oct 02;169(7):456-466.
16. Morton CA. A synthesis of the world's guidelines on photodynamic
therapy for non-melanoma skin cancer. G Ital Dermatol Venereol. 2018
Dec;153(6):783-792.
17. Work Group. Invited Reviewers. Kim JYS, Kozlow JH, Mittal B, Moyer J,
Olencki T, Rodgers P. Guidelines of care for the management of basal cell
carcinoma. J. Am. Acad. Dermatol. 2018 Mar;78(3):540-559.
16
Lampiran
Notulensi
Jump 2 :
Jump 3 :
17
C = Colour : Memiliki gradasi warna yang tidak beraturan
D = Diameter : Tahi lalat yang besar bisa jadi pertanda melanoma
E = Evolusi : Bisa berubah dalam hitungan minggu, bulan dan
perubahan lainnya tahi lalat berdarah
2. Sunblock bermanfaat untuk melindungi kulit dari sinar UV A (yg dpt
menyebabkan kanker kulit) dan UV B (yg dpt menyebabkan kulit terbakar
dan perih), sunblock memiliki kandungan SPF (sun protection factor)
untuk menunjukkan tingkat perlindungan thd UV B dan PA (protection
grade of UV A) untuk tingkat perlindungan thd UV A, jika tuan A tidak
sering memakai sunblock padahal dia penjaga pantai yang pasti lebih
sering berada dibawah terik matahari, maka tahi lalat kemungkinan akan
membesar karena dia bisa menyerap sinar UV
3. Risiko melanoma meningkat pada orang yang sering terpapar sinar
matahari (ultraviolet) terutama pada pajanan yang kuat walaupun sekali-
sekali, misalnya pada orang dengan hobi ke laut, berenang, atau berlayar.
Pajanan ultraviolet pada masa muda berpengaruh dalam meningkatkan
risiko
4. Tahi lalat yang mudah berdarah kemungkinan sudah berubah menjadi
keganasan yang bisa berupa Melanoma Maligna (yang bnyk berasal dr tahi
lalat, perjalanan ke lapisan bawah kulit sampai dermis yang banyak
mengandung ujung saraf dan pembuluh darah sehingga jika mendapat
trauma ringan menjadi mudah berdarah. Atau bisa juga KSB/Karsinoma
Sel Basal (yang jika terkena trauma ringan jg mudah berdarah)
5. Seiring pertambahan usia, risiko untuk terkena kanker kulit akan semakin
besar. Hal ini karena akumulasi dari paparan sinar matahari dari waktu ke
waktu sehingga orang lanjut usia lebih berisiko untuk terkena kanker kulit
dibanding usia remaja.
6. Demam adalah reaksi inflamasi yang terjadi dalam onset akut. Sementara,
penyakit yang dialami pasien tidak dikeluhkan adanya demam, yang
artinya pada pasien tidak dalam fase akut, tetapi kronik/sdh dpt dibilang
ganas
18
7. Tahi lalat yang gatal bisa saja terjadi apabila iritasi akibat tahi lalat yang
bergesekan dengan pakaian/benda lain, selain itu dapat juga terjadi rasa
gatal pada tahi lalat yang disebabkan oleh keganasan, hal ini dapat disebut
‘Paraneoplastic Pruritus’, hal ini dapat disebabkan oleh reaksi sistemik
terhadap keganasan tersebut. Keganasan yang paling umum menyebabkan
paraneoplastic pruritus ini adalah keganasan limfoproliperative (limfoma),
dan kanker kulit. Tahi lalat gatal menandakan adanya pertumbuhan baru
menimbulkan ketidaknyamanan di kulit sering digaruk
8. Orang dengan warna kulit putih/cenderung lebih terang memiliki tingkat
perlindungan melanin alami yg lebih rendah dibandingkan org yg berkulit
coklat. Sedangkan melanin sendiri bertindak sbg pertahanan alami tubuh
thd sinar matahari yg cukup berbahaya. Paparan radiasi UV dpt scr
langsung merusak DNA sel kulit, menghasilkanperubahan perilaku sel yg
pd akhirnya mengarah pd transformasi sel normal menjadi sel kanker.
9. - Pajanan Matahari, termasuk sinar UVA Artifisial pada Tanning Bed
dapat meningkatkan resiko keganasan
- Kulit putih, rambut merah/pirang, mata biru, meningkatkan resiko
melanoma
- Tahi lalat melanositik, dewasa dengan 100 tahi lalat typical atau dengan
tahi lalat atypical beresiko menderita melanoma
- Riwayat penyakit keluarga terkait
- Mutasi pada p16, BRAF, atau MC1R meningkatkan resiko melanoma
10. Jika tidak ditangani dengan tepat, edema dapat menghambat proses
penyembuhan luka. Karena semakin bengkak, jaraknya semakin tebal
sehingga oksigen semakin sulit menembus jaringan di bawah kulit
11. Tahi lalat yg normal biasanya berukuran yg kecil, bulat, berwarna
coklat/kehitaman, permukaan sama/ tdk ada yg lebih menonjol, biasanya
tdk gatal
12. - Memakai sunblock/ tabir surya
- Pakai-pakaian yang tertutup
- Hindari paparan sinar matahari yang terlalu lama
19
- Lakukan pemeriksaan rutin
13. Tahi lalat / nevus pigmentosus terbentuk saat sel Melanosit berkumpul
dalam satu bagian di kulit kita. Warna kulit tempat sel Melanosit
berkumpul ini, kemudian membuat warna kulit kita semakin menghitam
dari warna aslinya, seiring makin seringnya kita terpapar oleh sinar
matahari. Letaknya bisa di tangan, punggung, atau wajah.
14. Dermoskopi dan histopatology dengan skin biopsy, Ct Scan ataupun MRI
15. Tidak, Karena tidak termasuk kriteria kegawatdaruratan permenkes no 47
tahun 2018
16. Genetik bisa jadi genodermatosis dan ditanya DM karena mungkin jarang
terasa nyeri. Kurang sirkulasi darah jadi luka sulit sembuh.
17. Pada pemeriksaan kulit pasien ditemukan bentuk (A) asimetris, (B) tepi
iregular, (C) warna ireguler (hitam dengan eksudat kemerahan), (D)
diameter lesi lebih dari 6 mm, dan terjadi (E) peninggian (elevasi) pada
dinding lesi, menguatkan kemungkinan bahwa pasien menderita
melanoma. (IKK FK UI)
Nodul : penonjolan padatvdi atas permukaan kulit, diameter > 0,5 cm
Ukuran 2 x 2 x 0,5 curiga keganasan
Ulkus : kehilangan jaringan yang sdh melewati stratum basalis/jaringan yg
lebih dalam dr ekskoriasi, memiliki tepi, dinding, dasar dan isi
Tepi ireguler : tidak mempunyai batas tepi yang berbentuk teratur
18. Jika dibiarkan berkemungkinan besar bertambah parah dan menjadi
keganasan
20
RUBRIK PENILAIAN UNTUK PENULISAN LAPORAN
NIM : 1810911210060
21
bersumber pada jurnal ilmiah)
Menggunakan sistem rujukan
pustaka yang baku yang dianut
secara konsisten (Sistem
Vancouver)
Menggunakan sumber rujukan
pustaka terbaru (10 tahun terakhir)
100 NILAI AKHIR
= [(Bobot x
Skor)] : 4
Banjarmasin, 4 Mei
2020
TUTOR
*Catatan:
22