Ada tiga hal yang membuat sebuah bangsa menjadi besar dan makmur,
yakni tanah yang subur, kerja keras dan kelancaran transportasi orang dan barang
dari satu bagian negara ke negara bagian lainnya. Peranan transportasi amat
sangat penting untuk saling menghubungkan daerah sumber bahan baku, daerah
konsumen.1
penduduk yang besar, kegiatan perekonomian yang terus berkembang, dan arus
perpindahan orang dan barang yang terus meningkat, pengembangan sarana dan
penunjang tidak dapat diharapkan tercapainya hasil yang memuaskan dalam usaha
sesuai dengan budaya, adat-istiadat, dan budaya suatu bangsa atau daerah.
1
H. M. Nasution, Manajemen Transportasi, Ghalia Indonesia,Jakarta: 1996, hlm. 11.
2
H. A. Abbas Salim, Manajemen Transportasi,PT Raja Grafindo, Jakarta: 1993, hlm, 1.
1
Pertumbuhan ekonomi suatu Negara atau bangsa tergantung pada tersedianya
menentukan. Suatu kota yang baik dapat ditandai, antara lain dengan melihat
perekonomian kota. Kebutuhan lahan yang sangat luas untuk sistem transportasi
(terutama transportasi darat) ini mempunyai pengaruh besar terhadap pola tata
diperhatikan. Perubahan tata guna lahan akan berpengaruh terhadap kondisi fisik
atas kewajiban untuk menjamin hak-hak dari konsumen yang menggunakan jasa
penting agar kita sebagai konsumen dapat bertindak kritis dan mandiri, sehingga
telah terjadi pelanggaran hak oleh pelaku usaha.5 Seperti yang tercantum dengan
3
Ibid. hlm. 6.
4
http://soef47.wordpress.com/2009/11/01/pentingnya-peranan-transportasi-perkotaan-dan-
lingkungan/, diakes, tanggal, Kamis, 10 Oktober 2019, pukul 11.30
5
Oktarina, Neneng, Linda Elmis dan Misnar Syam, “Perlindungan Hukum Terhadap
Konsumen Pemakai Pangan Segar di Provinsi Sumatera Barat”, Jurnal Ilmu Hukum Yustisia,
Volume 22 No 2 (Juli – Desember) 2015, hlm 103.
2
jelas pada pasal 4 Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau
jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan;
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengna perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya;
lainnya.
3
Pembentukan Undang-undang Perlindungan Konsumen dimaksudkan unutk
seimbang, sehingga terlahirlah pelaku usaha yang tangguh dan kompetitif serta
perdagangan bebas.6
bahwa konsumen pengguna bus transportasi umum masih banyak yang belum
menerima pelayanan yang tidak sesuai dengan tujuan semula dibentuknya sistem
hal ini akan menimbulkan kebingungan dan rasa khawatir kepada masyarakat.
Pelayanan dan fasilitas yang ditawarkan mungkin saja tidak diimbangi dengan
ibu hamil, anak-anak dibawah umur, orang sakit serta orang lanjut usia. Hal ini
merupakan masalah yang serius. Apabila tidak ditangani dengan baik atau tidak
6
Darnia, Meriza Elpha, “Pelaksanaan Perlindungan Konsumen Dalam Penggunaan Alat Ukur,
Takar, Timbangan dan Perlengkapannya (UUTP) di Pasar Tradisional Panam Pekanbaru”, Jurnal
Dinamika & Problematika Hukum, Volume 1, No 1, Desember 2013, hlm 86.
4
tersedianya aksesibilitas yang memadai, tentu hal ini akan menjadi kesalahan yang
fisik, intelektual, mental dan/ atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam
berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan
kesamaan hak.7
dengan cara atau dalam batas-batas yang dianggap normal bagi seorang manusia.
pengguna kursi roda harus menghadapi tangga halte angkutan kota yang bukan
sebagai warga negara. Untuk itu penyandang disabilitas juga berhak untuk
menikmati segala fasilitas yang diberikan oleh negara, seperti transportasi umum.
sumber bahan baku, daerah produksi, daerah pemasaran dan daerah pemukiman
masyarakat yang tidak dapat menggunakan segala fasilitas yang disediakan oleh
negara.
7
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Pasal 1 ayat (1) Tentang Penyandang Disabilitas
8
H. M. Nasution, Manajemen Transportasi, Ghalia Indonesia,Jakarta: 1996, hlm. 11.
5
Melihat dari sisi konsumen, penyandang disabilitas merupakan konsumen
yang dapat menggunakan fitur transportasi umum yang disediakan oleh negara.
prioritas, tangga yang landai dan fitur lainnya sebagaimana yang mereka
butuhkan.
dengan kekhususannya.”
segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum terkait hak-hak konsumen
disabilitas. Hak konsumen disabilitas terdapat pada Pasal 4 Huruf (g) Undang-
secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif” dan pada huruf (i) yaitu “hak-hak
6
Minimal Angkutan Massal Berbasis Jalan) yang mengatur standar pelayanan
minimal angkutan jalan seperti pada pasal 3 ayat (4) yang berbunyi:
belum terpenuhi. Seperti hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan
jujur serta tidak diskriminatif. Pada Undang-undang Dasar 1945 dalam Pasal 28
huruf (I) Ayat (2) yang menyatakan bahwa “Setiap orang berhak bebas dari
perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu”. Oleh sebab itu,
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 28 Huruf (H) Ayat (2) Undang-undang
Dasar 1945 yang berbunyi bahwa “Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan
perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna
7
masyarakat”, Pasal 1 Ayat (8) Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Kesempatan”.
Indonesia masih banyak yang belum terpenuhi. pada Pasal 242 Ayat (1) Undang-
undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
dan Angkutan Jalan kepada penyandang cacat, manusia usia lanjut, anak-anak,
Angkutan Massal berbasis jalan harus memiliki kursi prioritas, yang mana
merupakan tempat duduk bagi penyandang disabilitas, usia lanjut, anak-anak dan
wanita hamil, kemudian memiliki ruang khusus untuk kursi roda pada halte dan
8
bus yang mana diperuntukkan bagi pengguna jasa yang menggunakan kursi roda,
dan angkutan massal harus memiliki kemiringan lantai dan tekstur khusus sebagai
fasilitas akses menuju halte agar memudahkan pengguna jasa yang menggunakan
kursi roda, penyandang cacat, manusia usia lanjut, dan wanita hamil.
dikatakan masih belum maksimal. Hal Ini menyebabkan akses bagi Penyandang
dibeberapa unit transportasi umum seperti yang dijelaskan pada Pasal 8 Peraturan
Berbasis Jalan.
beberapa fitur yang belum tersedia dari beberapa transportasi umum seperti jalur
kursi roda, kursi prioritas dan juga beberapa fitur lainnya yang sangat dibutuhkan
umum.
Penyandang Disabilitas yang ada dan sedang terjadi saat ini agar konsumen
9
penyandang Disabilitas dapat menggunakan transportasi umum sebagaimana
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penulisan
10
menurut undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.
2. Manfaat Penulisan
D. Kerangka Teori
Kerangka Teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam
9
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung: 1994, hlm. 80
11
Dalam penyusunan penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teori
sebagai landasan untuk menguatkan titik permasalahan yang akan diteliti, yaitu
sebagai berikut:
1. Perlindungan Konsumen
consumer, dan belada consument, secara harfiah diartikan sebagai “orang atau
menggunakan barang atau jasa”. Dari pengertian di atas terlihat bahwa ada
pembedaan antara konsumen sebagai orang alami atau pribadi kodrati dengan
dan/jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain maupun makhuk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.”10
hukum. Hal ini penting karena hanya hukum yang memiliki kekuatan untuk
memaksa pelaku usaha untuk menaatinya, dan juga hukum memiliki sanksi
10
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
12
yang tegas. Mengingat dampak penting yang dapat ditimbulkan akibat
melindungi diri;
mendapatkan informasi;
13
1) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
3) Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
7) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif;
undangan lainnya.
mendapatkan hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta
14
Pasal 1 Huruf (g) Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
14
suatu pelayanan khusus dalam rangka memenuhi hak penyandang disabilitas
disabilitas agar diperlakukan atau dilayani secara benar, jujur, dan tanpa
perangkat hukum lainnya, konsumen memiliki hak dan posisi yang berimbang,
dan mereka pun bisa menggugat atau menuntut jika ternyata hak-haknya telah
bersifat mendasar dan inheren dengan jati diri manusia secara universal. 16
Menurut Prof. Miriam Budiardjo dalam bukunya Dasar-dasar Ilmu Politik, hak
asasi manusia adalah “Hak yang sangat mendasar atau asasi sifatnya, yang
mutlak diperlukan agar manusia dapat berkembang sesuai dengan bakat, cita-
cita serta martabatnya. Hak ini juga dianggap universal, artinya dimiliki semua
“Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
15
Happy Susanto, Hak-hak Konsumen Jika Dirugikan, Visimedia, Jakarta: 2008, hlm. 5
16
Tom Campbel. 2001. Human Rights and the Partial Eclipse of Justice. London: Kluwer
Academi Publisher. hal. 63.
17
Miriam Budiardjo. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hal.
212
15
dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.”
Manusia, terdapat sepuluh materi muatan mengenai hak asasi manusia setiap
warga negara yang diakui dan dijunjung tinggi tanpa adanya diskriminasi
didasarkan pada perbedaan atas dasar agama, ras, suku, etnik, kelompok,
golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa dan keyakinan
politik seseorang. Materi tersebut adalah hak untuk hidup, hak berkeluarga dan
hak atas kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak
seharusnya, seperti hak memperoleh keadilan, hak aras kebebeasan pribadi, hak
3. Teori Keadilan
Keadilan adalah tujuan hukum yang paling dicari dan paling utama
18
Karen Lebacqz, Teori-Teori Keadilan (Terjemahan Six Theories of Justice), Nusamedia,
Bandung: 1986,hlm. 2.
16
individu, dan keadilan bergantung sepenuhnya pada kemanfaatan sosial
sebagai fondasinya.19
pertama, memberi hak dan kesempatan yang sama atas kebebasan dasar yang
paling luas seluas kebebasan yang sama bagi setiap orang. Kedua, mampu
setiap orang, baik mereka yang berasal dari kelompok beruntung maupun tidak
beruntung.20
keadilan, yang terkait dengan substansi yang ada di dalamnya. Keadilan akan
dan keraguan, akan memasuki medan wilayah non sistematik, atau anti
ketidakadilan, keraguan kita berdiri pada wilayah yang labil, goyah atau cair
(melee). Oleh karena itulah, keadilan (hukum) dianggap plural dan plastik.22
19
Ibid. hlm. 24.
20
Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo, Teori Keadilan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006. Hlm.
33.
21
Anthon F. Susanto, “Keraguan dan Ketidakadilan Hukum (Sebuah Pembacaan
Dekonstruktif)”, Jurnal Keadilan Sosial, Edisi 1 Tahun 2010, hlm. 23.
22
Erlyn Indarti, “Demokrasi dan Kekerasan: Sebuah Tinjau- an Filsafat Hukum”, Aequitas
Juris, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, Fakultas Hukum
Universitas Katolik Widya Mandira, Vol. 2 (1), 2008, hlm.33
17
Dalam penegakan keadilan, dilalukan penerapan prinsip kesataraan
yang setara dengan kelompok/golongan lain dalam bidang yang sama. Bisa
E. Kerangka Konseptual
Penafsiran terhadap judul penelitian ini harus jelas agar tidak timbul salah
berikut:
2. Hak adalah segala sesuatu yang harus di dapatkan oleh setiap orang yang telah
ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Di dalam Kamus Bahasa Indonesia hak
18
kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh
undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk
3. Kedudukan adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial,
intelektual, mental dan/ atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam
untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya
biasanya dikelola sesuai jadwal, dioperasikan pada rute yang ditetapkan, dan
F. Metode Penelitian
25
https://id.wikipedia.org/wiki/Hak diakes, tanggal, Kamis, 10 Oktober 2019, pukul 12.34
26
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Pasal 1 ayat (1) Tentang Penyandang Disabilitas
27
Ibid., Pasal 1 ayat (2)
28
https://id.wikipedia.org/wiki/Transportasi_umum diakes, tanggal, Kamis, 10 Oktober
2019, pukul 12.34
19
Jenis penelitian atau pendekatan yang digunakan oleh penulis adalah
deskriptif.31
2. Sumber Data
20
Republik Indonesia Nomor PM 27 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan dengan cara: Studi kepustakaan
21
undangan, dan pendapat-pendapat para ahli yang ada kaitannya dengan pokok-
4. Analisis Data
Dari pengolahan data tersebut dilakukan analisis berupa data kualitatif yang
terkumpul dan karena tidak berbentuk angka-angka yang akan disusun secara
logis dan sistematis dan tanpa menggunakan rumus statistik. Penulis menarik
suatu kesimpulan secara deduktif, yaitu menarik kesimpulan dari hal-hal yang
bersifat umum kepada bersifat khusus, dimana kedua fakta tersebut dijembatani
oleh teori-teori.33
33
Aslim Rasyat, Metode Ilmiah : Persiapan Bagi Peneliti, Universitas Riau Press, Pekanbaru,
2005, hlm. 20.
22
G. Pembahasan
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
3. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
7. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
23
8. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
lainnya.
itu dibutuhkan suatu aturan yang mengatur bagaimana hak pada Penyandang
Disabilitas. Ini telah diatur pada Pasal 5 ayat (1) Undang-undang Nomor 8
a. Hidup;
b. Bebas dari Stigma;
c. Privasi;
d. Keadilan dan Perlindungan Hukum;
e. Pendidikan;
f. Pekerjaan, kewirausahaan. Dan koperasi;
g. Kesehatan;
h. Politik;
i. Keagamaan;
j. Keolahragaan;
k. Kebudayaan dan pariwisata;
l. Kesejahteraan sosial;
m. Aksesibilitas;
n. Pelayanan Publik;
o. Perlindungan dari bencana;
p. Habilitasi dan rehabilitasi;
q. Konsesi;
r. Pendataan;
s. Hidup secara mandiri dan dilibatkan dalam masyarakat;
t. Berekspersi, berkomunikasi, dan memperoleh informasi;
u. Berpindah tempat dan kewarganegaraan; dan
24
v. Bebas dari tindakan Diskriminasi, Penelantaran, penyiksaan,
eksploitasi.
dapat dilihat pada hak Aksesibilitas dan hak Pelayanan Publik. Pada Pasal 18
Diskriminasi”.
mengkonsumsi barang dan/atau jasa” dan juga pada pasal 4 huruf (g) yaitu
25
“Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif”.
dalam Pasal 5 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
khusus untuk memperoleh dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan
dan keadilan”.
26
(1) Kesataraan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (4) huruf e
merupakan standar minimal yang ayat (4) huruf e merupakan standar
minimal yang harus dipenuhi untuk memberikan perlakuan khusus
berupa aksesibilitas, prioritas pelayanan, dan fasilitas pelayanan bagi
Pengguna Jasa penyandang cacat, manusia usia lanjut, anak-anak, dan
wanita hamil;
(2) Kesataraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Kursi prioritas;
b. Ruang khusus untuk kursi roda; dan
c. Kemiringan lantai dan tekstur khusus
Indonesia yang juga memiliki kedudukan, hak, kewajiban, dan peran yang
34
Satya Arinanto, Hak Asasi Manusia dalam Transisi Politik di Indonesia, Pusat Studi Hukum
Tata Negara, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta: 2009, Hlm. 275
35
Ibid. Hlm.276.
27
terhadap mereka membutuhkan perlindungan yang lebih konkret dan
wajar dalam setiap masyarakat, karena itu pembuat kebijakan seharusnya juga
perjanjian hak asasi manusia yang dapat ditegakkan secara hukum. Masing-
disamping kecacatannya. Sampai saat ini, tidak ada perjanjian hak asasi
36
Ibid. hlm 277
37
Ibid. hlm 286
38
Michael Ashley Stein, California Law Review, Disability Human Rights, 95 Cal. L. Rev.
75, February, 2007
28
adanya perlindungan khusus sebagai wujud kewajiban kemanusiaan yang
yang rentan terhadap pelanggaran HAM, maka eksistensi dan masa depan
penyandang cacat.40
disabilitas. Pasal 5 ayat (3) menyatakan bahwa, “Setiap orang yang termasuk
yang rentan” antara lain adalah orang yang lanjut usia, anak-anak, fakir
miskin, wanita hamil dan penyandang cacat. Penjelesan pasal tersebut sudah
29
John Rawls mengkonsepkan keadilan sebagai fairness, yang
memperoleh suatu kedudukan yang sama pada saat akan memulainya dan itu
Transportasi Umum.
41
E. Fernando M. Manullang, Menggapai Hukum Bekeadilan, Buku Kompas, Jakarta: 2007,
Hlm. 99.
42
Anil Dawan, “Teori Keadilan Menurut John Rawls dan Implementasinya Bagi Perwujudan
Keadilan Sosial di Indonesia”, Jurnal Keadilan Sosial, Universitas Sumatera Utara, Edisi I, No. 1
April 2004, Hlm. 2
30
Manusia dan Undang-undang tentang Penyandang Disabilitas. Oleh karena itu,
penyandang cacat, manusia usia lanjut, anak-anak, wanita hamil dan orang
sakit. Namun, Apabila angkutan Jalan tidak memberikan fasilitas khusus dan
sebagaimana pada Pasal 244 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yaitu “ Perusahaan Angkutan Umum
kepada penyandang cacat, manusia usia lanjut, anak-anak, wanita hamil, dan
orang sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 242 ayat (1) dapat dikenai
yang tidak menyediakan fasilitas tersebut, dapat dikenakan sanksi dan ditindak
dengan hukum.
31
Saat ini ada kewajiban-kewajiban dari transportasi umum yang menjadi
lain, Transportasi Umum saat ini masih banyak yang lalai dalam memenuhi
kewajiban dan peran yang sama dalam pengguna pelayanan publik. Apabila
tidak terpenuhinya hak Penyandang Disabilitas yaitu hak Aksesibilitas dan hak
Hak Asasi Manusia lahir Bersama dengan manusia. Artinya hak Asasi
43
Zainuddin Ali, Filsafat Hukum, Sinar Grafika, Jakarta: 2011, hlm. 148.
32
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang menyatakan
bahwa “setiap orang yang termasuk dalam kelompok masyarakat rentan berhak
sepenuhnya.
diperlakukan atau dilayanani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.
Seperti yang dikonsepkan oleh John Rawls, bahwa sebagai fairness, yang
memperoleh suatu kedudukan yang sama pada saat akan memulainya dan itu
44
E. Fernando M. Manullang, Menggapai Hukum Bekeadilan, Buku Kompas, Jakarta: 2007,
Hlm. 99.
33
Disabilitas. Penyandang Disabilitas dapat menikmati jasa Transportasi Umum
dengan adanya suatu pelayanan dan fasilitas khusus yang seharusnya terdapat
Transportasi Umum.
H. Kesimpulan
34
yang di atur Pada Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
khusus bagi kursi roda, dan kursi prioritas yang diperuntukan bagi
Penyandang Disabilitas.
I. Saran
35
Undang-undang Tentang Penyandang Disabilitas. Hal ini dapat diawali
sebagai konsumen.
kriteria fasilitas yang harus terdapat pada setiap halte dan bus yang
36
37