Anda di halaman 1dari 22

188 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2015, Vol. 12, No.

2, hal 188 - 209

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia


Volume 12 Nomor 2, Desember 2015

PENGUNGKAPAN EMISI GAS RUMAH KACA,


KINERJA LINGKUNGAN, DAN NILAI PERUSAHAAN
(Greenhouse Gas Emission Disclosure, Environmental Performance,
and Firm Value)

Dian Yuni Anggraeni


Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Tazkia
dianyuni12@gmail.com

Abstract

The objective of this study is to investigate the impact of greenhouse gas (GHG) emissions disclosure
and environmental performance on firm value, and then it examines the role of environmental
performance in moderating the relationship between them. The analysis of this study uses moderated
regression analysis with panel data. The sample consists of firms that listed in PROPER’s rank
and BEI for 2010-2013. Consistent with legitimacy and signaling theory, the results show that
GHG emissions disclosure has a positive impact on firm value, while environmental performance
does not, except for the gold rank. Then, the PROPER’s rank that is a proxy for the environmental
performance cannot be moderating that relationship. It is probably that the ranks cannot represent
the environmental performance of firm as a whole, so there is no evidence that the rank will be
moderating the relationship between GHG emissions disclosure and firm value.

Keywords: carbon disclosure, greenhouse gas emission, firm value, environmental performance,
PROPER

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengungkapan emisi gas rumah kaca (GRK)
dan kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan, serta menguji peran kinerja lingkungan dalam
memoderasi hubungan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi moderasi
dengan data panel. Sampel penelitian terdiri atas perusahaan yang terdaftar dalam peringkat
PROPER dan BEI selama periode 2010-2013. Sejalan dengan teori legitimasi dan sinyal, hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan emisi GRK berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan, tetapi kinerja lingkungan tidak memengaruhi nilai perusahaan, kecuali untuk peringkat
emas. Kemudian, peringkat PROPER tidak dapat memoderasi pengaruh positif antara pengungkapan
emisi GRK dan nilai perusahaan. Hal ini kemungkinan karena pasar menilai peringkat tersebut tidak
dapat menggambarkan kinerja lingkungan perusahaan secara keseluruhan sehingga dengan adanya
kinerja lingkungan tidak memengaruhi hubungan positif antara pengungkapan emisi GRK dan nilai
perusahaan.

Kata kunci: pengungkapan karbon, gas rumah kaca, nilai perusahaan, kinerja lingkungan,
PROPER
PENDAHULUAN tersebut dijadikan penyebab terjadinya
perubahan temperatur, cuaca yang tak
Saat ini, istilah pemanasan global menentu, banjir, longsor, dan bencana alam
(global warming) bukanlah hal asing di lainnya. Munculnya istilah pemanasan global
telinga masyarakat. Tak jarang istilah bukan karena tidak ada alasan. Eksploitasi
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2015, Vol. 12, No. 2, hal 188 - 209 189

Gambar 1
Perubahan Temperatur secara Global
Sumber: Riebeek (2010)

berlebihan dan tak bertanggung jawab yang menyatakan bahwa produk yang dihasilkannya
dilakukan oleh manusia menjadi salah satu ramah lingkungan, tetapi entitas industri belum
alasan hadirnya istilah tersebut (Yanto 2007). memberikan penjelasan yang cukup mengenai
Akibatnya, secara perlahan dan pasti, alam upaya mereka untuk mengurangi dampak
akan bereaksi. Pemanasan global merupakan kerusakan lingkungan. Suaryana (2011)
fenomena peningkatan temperatur global dari mengatakan bahwa masalah lingkungan ini
tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah juga merupakan cikal bakal hadirnya akuntansi
kaca (greenhouse effect) yang disebabkan sosial dan lingkungan. Hal ini penting karena
oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti perusahaan perlu menyampaikan informasi
karbondioksida (CO2), metana (CH4), yang relevan mengenai aktivitas sosial dan
dinitrooksida (N2O), dan chlorofluorocarbons perannya dalam melestarikan lingkungan
(CFC) (selanjutnya disebut sebagai emisi gas bukan hanya kepada pemegang saham, tetapi
rumah kaca (GRK)) sehingga energi matahari juga kepada para stakeholders lainnya, seperti
terperangkap dalam atmosfer bumi (Riebeek pemerintah, lembaga swadaya masyarakat,
2010). serta masyarakat secara umum. Hal tersebut
Dalam Gambar 1, dapat dijelaskan didukung dengan penelitian Healy dan Palepu
bahwa suhu bumi secara global dari tahun (2001) yang mengklaim bahwa pengungkapan
ke tahun terus meningkat. Pemanasan global sukarela yang dilakukan oleh perusahaan
menjadi lebih cepat terjadi karena aktivitas dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan
manusia yang menyebabkan berlebihnya sehingga para calon investor beramai-ramai
jumlah emisi GRK yang terlepas ke atmosfer. ingin menanamkan modalnya pada perusahaan.
Seperti yang dikutip dari Intergovernmental Meningkatnya perhatian perusahaan
Panel on Climate Change atau IPCC (2007), terhadap masalah lingkungan juga dilatar
terdapat kenaikan rata-rata suhu permukaan belakangi oleh kesadaran mereka bahwa
global dengan laju 0,74oC ± 0,18oC di berbagai sumber daya alam ini terbatas, maka penting
negara, termasuk di Indonesia. untuk melakukan pengelolaan yang lebih
Ja’far dan Kartikasari (2009) efektif dan efisien guna mempertahankan
mengatakan bahwa aktivitas ekonomi menjadi siklus hidup usaha mereka (sustainable).
salah satu pemicu terjadinya pemanasan Misalnya, sumber daya energi utama yang
global. Tumbuhnya industri akan berkorelasi biasa digunakan perusahaan ialah batu bara.
positif dengan peningkatan emisi dari kegiatan Batu bara merupakan sumber daya yang tak
operasi perusahaan. Beberapa perusahaan terbarukan sehingga jika perusahaan tidak
190 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2015, Vol. 12, No. 2, hal 188 - 209

menggunakan sumber daya dengan efektif dengan mengurangi dampak negatif


dan efisien dan mengancam terjadinya polusi lingkungan pada lokasi perusahaan tersebut
udara, maka proses produksi usaha mereka beroperasi. Berdasarkan pemaparan tersebut,
juga tidak akan bertahan lama sehingga siklus penelitian ini bertujuan untuk memberikan
hidup perusahaan akan semakin pendek. Upaya bukti empiris pengaruh luas pengungkapan
tersebut dapat dipaparkan melalui transparansi informasi emisi GRK dan kinerja lingkungan
dalam laporan tahunan perusahaan sehingga (peringkat PROPER) terhadap nilai
dapat memberikan pengetahuan kepada perusahaan. Penelitian ini juga hendak
para pemangku kepentingan dan menjadi menguji apakah kinerja lingkungan dapat
pertimbangan dalam menilai perusahaan agar memoderasi hubungan antara pengungkapan
tetap terus berkelanjutan. emisi GRK dan nilai perusahaan karena
Pengungkapan emisi GRK merupakan dengan adanya peringkat PROPER, maka
kumpulan informasi kuantitatif dan kualitatif perusahaan memiliki nilai lebih sebab mereka
masa lalu dan prediksi perusahaan mengenai telah melakukan berbagai upaya yang sesuai
tingkat emisi karbon perusahaan, serta dengan norma dan diuji oleh pihak independen
pengungkapan penjelasan dan implikasi (pemerintah) untuk melestarikan lingkungan.
keuangan perusahaan dalam menghadapi Perhatian terhadap perubahan cuaca
perubahan iklim (Najah 2012). Isu mengenai karena pemanasan global sudah bukan lagi
lingkungan menjadi salah satu primadona hanya menjadi perhatian disiplin ilmu alam,
dalam akuntansi karena informasi yang tetapi juga sudah merambat kepada ilmu sosial
diungkapkan perusahaan akan berpengaruh karena perilaku manusia sebagai aktor dari
pada reputasi dan keberlanjutan usahanya di kerusakan alam tersebut. Beberapa negara,
masa mendatang (Ziegler et al. 2011; Griffin seperti Amerika Serikat, Australia, Kanada,
dan Sun 2012). Namun demikian, temuan yang Inggris, Jepang, bahkan Bangladesh, telah
bertolak belakang didapat dari hasil penelitian membuktikan bahwa para investor sangat
Prado-Lorenzo et al. (2009) dan Stanny dan Ely memperhatikan bagaimana peran perusahaan
(2008) yang menyatakan bahwa pengungkapan dalam mengatasi isu pemanasan global
emisi GRK memiliki pengaruh negatif dengan ini. Sebagai akademisi yang turut prihatin
return on investment (ROI) dan Hsu dan Wang dengan kondisi lingkungan dan perubahan
(2013) mengklaim adanya persepsi investor cuaca ekstrem ini, penelitian ini penting
bahwa pengungkapan emisi GRK merupakan untuk dilakukan, khususnya di Indonesia,
suatu bad news bagi perusahaan. karena menurut World Bank, pada tahun 2012
Dalam mempertimbangkan luasnya Indonesia menduduki posisi sepuluh besar
informasi yang hendak diungkapkan sebagai penghasil emisi GRK (CO2 dan setara
perusahaan, manajemen lingkungan CO2), yaitu 780 juta metrik ton dan menurut
perusahaan menjadi salah satu agenda Global Carbon Project, pada tahun 2014
terpenting. Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia berada di posisi ketujuh setelah
Republik Indonesia membuat suatu peringkat Jerman dan Jepang, yaitu 641 juta metrik ton
penghargaan kinerja lingkungan perusahaan CO2.
yaitu PROPER (Program Penilaian Peringkat Sebelumnya, beberapa penelitian hanya
Kinerja Perusahaan dalam pengelolaan memberikan analisis deskriptif mengenai
lingkungan hidup) sebagai upaya untuk pengungkapan emisi GRK perusahaan (Ahmad
melestarikan lingkungan. Menurut ISO 14001 dan Hossain 2015; Rahman et al. 2014; Luo et
Tahun 2004, kinerja lingkungan berkaitan al. 2013; Ja’far dan Kartikasari 2009; Stanny
dengan seberapa baik organisasi mengelola dan Ely 2008), kemudian beberapa penelitian
aspek lingkungan dari aktivitas, produk, jasa menguji faktor yang memengaruhi perusahaan
serta akibatnya terhadap lingkungan. Kinerja untuk mengungkapkan emisi GRK (Matsumura
lingkungan perusahaan dapat ditingkatkan et al. 2014; Saka dan Oshika 2014; Jannah dan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2015, Vol. 12, No. 2, hal 188 - 209 191

Muid 2014; Tauringana dan Chithambo 2015; Kementerian Lingkungan Hidup Republik
Choi et al. 2013; Prado-Lorenzo et al. 2009). Indonesia melalui program PROPER dan
Penelitian lainnya juga menganalisis pengaruh perusahaan yang tercatat dalam Bursa Efek
pengungkapan emisi GRK (Matsumura et al. Indonesia (BEI) selama periode 2010-2013.
2014; Saka dan Oshika 2014; Luo dan Tang Tahun tersebut dipilih karena penghargaan
2014; Hsu dan Wang 2013; Li et al. 2013; Najah PROPER diberikan berdasarkan perangkat
2012; Ziegler et al. 2011) dan pengelolaan penilaian yang landasannya ada pada Undang-
kinerja lingkungan (Titisari dan Alviana 2012; Undang No. 32 Tahun 2009 mengenai
Najah 2012; Griffin dan Sun 2012; Konar dan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Cohen 2001; Almilia dan Wijayanto 2007; Hidup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Sarumpaet 2005; Al-Tuwaijri et al. 2004; pengungkapan emisi GRK berpengaruh positif
Klassen dan McLaughlin 1996) terhadap terhadap nilai perusahaan, tetapi kinerja
performa perusahaan. Namun demikian, lingkungan tidak, kecuali peringkat emas.
penelitian sebelumnya belum menguji interaksi Kinerja lingkungan dapat memperlemah
antara pengungkapan emisi GRK dan kinerja hubungan antara pengungkapan emisi GRK
lingkungan terhadap nilai perusahaan. Hal dan nilai perusahaan. Namun demikian,
ini penting dilakukan karena informasi yang kinerja lingkungan tidak dapat memoderasi
diungkapkan oleh perusahaan berfungsi untuk pengaruh positif antara nilai perusahaan dan
memberikan nilai tambah bagi perusahaan, pengungkapan informasi emisi GRK. Hal ini
sedangkan informasi mengenai emisi GR berarti bahwa pasar merespon bagaimana upaya
mengindikasikan bahwa perusahaan terlibat perusahaan dalam memberikan informasi
dalam proses perubahan iklim. Oleh karena yang berkaitan dengan risiko perubahan cuaca
itu, dengan adanya kinerja lingkungan, maka akibat emisi GRK yang mereka timbulkan.
perusahaan dapat memberikan jaminan bagi
publik bahwa meskipun mereka berkontribusi
dalam perubahan iklim, tetapi mereka TELAAH LITERATUR DAN
juga telah berupaya untuk meminimalisasi PENGEMBANGAN HIPOTESIS
kejadian tersebut. Berdasarkan perkembangan
penelitian sebelumnya tersebut, penelitian ini Pengungkapan Emisi GRK
berkontribusi untuk memberikan pemahaman Gas rumah kaca (GRK) merupakan gas-
deskriptif mengenai pengungkapan emisi GRK gas hasil pemanasan bumi yang kemudian
di Indonesia, menguji empiris pengaruhnya dilepaskan menuju atmosfer sehingga
terhadap nilai perusahaan, dan memberikan menyebabkan terbentuknya efek rumah
penjelasan apakah probabilitas kinerja kaca (Riebeek 2010). Efek rumah kaca
lingkungan (dilihat dari peringkat PROPER) terjadi karena peningkatan emisi gas-gas,
dapat memoderasi hubungan tersebut. seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4),
Penelitian ini juga mengimbau para dinitrooksida (N2O), chlorofluorocarbons
pelaku bisnis, baik perusahaan maupun para (CFC), dan lain-lain, sehingga energi matahari
investor, agar tidak hanya peduli terhadap terperangkap dalam atmosfer bumi. Gas-
kondisi keuangan perusahaan, tetapi juga gas tersebut juga dihasilkan oleh aktivitas
pada keadaan sekitar. Penelitian ini juga bisnis sehingga para pelaku bisnis sudah
menggunakan indeks pengungkapan informasi sepatutnya memberikan informasi mengenai
GRK yang komprehensif berdasarkan penelitian peran mereka dalam mempercepat timbulnya
Choi et al. (2013) dan menggunakan variabel pemanasan global. Beberapa penelitian
pemoderasi peringkat kinerja lingkungan yang menggunakan istilah pengungkapan karbon
didapat perusahaan (PROPER) untuk menguji (carbon disclosure) karena sebagian besar
pengaruhnya terhadap nilai perusahaan. unsur yang dikeluarkan dan yang berkontribusi
Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan dalam pemanasan global ialah karbon (Choi
yang kinerja lingkungannya dievaluasi oleh et al. 2013; Luo et al. 2013; Jannah dan Muid
192 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2015, Vol. 12, No. 2, hal 188 - 209

2014; Luo dan Tang 2014; Matsumura et al. Teori Keagenan


2014; Najah 2012). Namun demikian, emisi Pada praktiknya, informasi mengenai
pendukung timbulnya pemanasan global emisi GRK tidak selalu mengandung
bukan hanya dari unsur karbon saja (seperti pernyataan-pernyataan positif. Namun
natrium (N), fluor (F), dan lain-lain) sehingga demikian, dengan pengungkapan tersebut,
beberapa penelitian menggunakan istilah perusahaan dinilai lebih transparan dalam
pengungkapan emisi GRK (Prado-Lorenzo et memberikan informasi kepada publik (Rahman
al. 2009; Rankin et al. 2011). et al. 2014). Publikasi tersebut juga dapat
meminimalisasi masalah keagenan karena
Teori Legitimasi Hill dan Jones (1992) menyatakan bahwa
Industri menjadi salah satu faktor teori keagenan merupakan kumpulan kontrak-
utama yang berpartisipasi dalam kerusakan kontrak (nexus of contracts) yang ada di dalam
alam karena bahan baku yang digunakan perusahaan. Berdasarkan paradigma tersebut,
mengandung berbagai zat kimia dan emisi Tauringana dan Chithambo (2015) mengatakan
yang dikeluarkan oleh industri akan sangat bahwa seiring berkembangnya dunia bisnis,
berpotensi mencemari udara. Oleh karena itu, secara implisit manajemen bukan hanya
laporan pertanggungjawaban lingkungan, yang bertanggung jawab kepada pemegang saham,
di dalamnya memuat pengungkapan informasi tetapi juga kepada stakeholders lainnya seperti
emisi GRK, menjadi salah satu upaya industri kreditur, pemerintah, analis, masyarakat, alam,
untuk melaporkan operasi usahanya dalam dan lingkungan. Oleh karena itu, stakeholders
rangka mengeksplorasi, mengendalikan, serta memiliki hak yang sama dengan pemegang
menjaga alam dan lingkungan. Informasi saham dalam memperoleh informasi mengenai
pengungkapan emisi GRK tersebut diharapkan perusahaan.
dapat membantu penciptaan nilai tambah bagi
entitas agar dapat tetap sustain menjalani Teori Sinyal
usahanya. Teori sinyal (signaling theory)
Teori legitimasi merupakan salah satu mengatakan bahwa entitas akan
teori yang mendasari insentif entitas yang mengungkapkan informasi kredibel dan
dengan sukarela mengungkapkan laporan bertanggung jawab yang positif sebagai tanda
pertanggungjawaban sosial dan lingkungan akan keberhasilan mereka menjalani usahanya
(Luo et al. 2013; Ahmad dan Hossain 2015). (Luo dan Tang 2014; Rahman et al. 2014;
Teori ini menerangkan bahwa suatu entitas Bouten dan Hoozee 2013; Luo et al. 2013).
merupakan unit dari sosial itu sendiri. Teori ini berasumsi bahwa manajer memiliki
Suaryana (2011) mengatakan bahwa kontrak informasi yang lebih apabila dibandingkan
sosial merupakan fondasi dari teori legitimasi. dengan pihak luar lainnya untuk memprediksi
Kontrak ini melibatkan perusahaan dan kinerja di masa yang akan datang walaupun
masyarakat pada lokasi perusahaan tersebut dalam keadaan pasar efisien, dan manajer dapat
beroperasi untuk menciptakan pundi-pundi meningkatkan performa perusahaan melalui
labanya. Berdasarkan landasan tersebut, pengungkapan informasi yang dianggap
maka pengungkapan tanggung jawab sosial relevan secara sukarela, untuk membangun
dan lingkungan oleh perusahaan merupakan citra perusahaan (Healy dan Palepu 2001).
salah satu langkah untuk mendapatkan Luo dan Tang (2014) mengatakan bahwa
legitimasi dari masyarakat sekitarnya. Ketika terkadang informasi mengenai emisi GRK yang
legitimasi diperoleh, maka perusahaan dapat diungkapkan telah melalui proses kosmetik,
terus melanjutkan operasinya karena entitas yaitu memberikan informasi-informasi
telah memperhatikan norma yang berlaku mengenai upaya mereka untuk menanggulangi
serta keadaan masyarakat dan lingkungan pemanasan global, tetapi dengan kalimat-
sekitarnya. kalimat yang tidak mencerminkan upaya yang
sebenarnya mereka lakukan. Hal tersebut
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2015, Vol. 12, No. 2, hal 188 - 209 193

mereka lakukan untuk membangun reputasi emisi GRK (salah satu komponen analisis
baik bagi para investor. Kondisi tersebut lingkungan perusahaan) dalam laporan
sering disebut dengan istilah fenomena perusahaan, pihak-pihak yang memiliki
“green-washing.” Oleh karena itu, informasi kepentingan akan dapat memahami bagaimana
yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebijakan, nilai, dan motif perusahaan untuk
sangat penting bagi publik dalam menilai menanggulangi emisi GRK dan lingkungan
keberlanjutan perusahaan. Salah satu sumber mereka (Ahmad dan Hossain 2015) sehingga
informasi tersebut ialah dalam laporan tahunan menciptakan value sendiri bagi perusahaan.
perusahaan. Bertolak belakang dengan hasil penelitian
tersebut, Hsu dan Wang (2013) mengatakan
Pengembangan Hipotesis bahwa para investor menyangsikan pen-
Perusahaan melakukan berbagai cara cadangan biaya dalam mengatasi isu
untuk mendapatkan legitimasi publik. Salah pemanasan global oleh entitas. Hal ini
satunya ialah dengan transparansi informasi. diakibatkan karena investor khawatir biaya
Pengungkapan informasi yang transparan tersebut akan lebih besar daripada return yang
juga akan membantu perusahaan untuk akan diperoleh atau dapat dikatakan bahwa
meminimalisasi potensi risiko yang dihadapi. informasi emisi GRK adalah informasi yang
Misalnya, risiko mendapatkan sorotan ekstrem mahal. Lebih lanjut, hasil penelitian Hsu
publik sehingga menyebabkan timbulnya dan Wang (2013) menemukan bahwa publik
biaya-biaya tambahan lain untuk mengatasi lebih bereaksi dengan adanya informasi yang
sorotan tersebut. Kemudian, risiko untuk bersifat negatif. Oleh karena itu, investor tidak
mendapatkan modal dari pihak eksternal, menyukai adanya informasi perubahan cuaca
seperti bank, karena berdasarkan Surat Edaran yang ditimbulkan oleh perusahaan. Hal ini
Bank Indonesia No. 15/28/DPNP tahun 2013, karena jika perusahaan menyampaikan bahwa
disebutkan bahwa analisis lingkungan menjadi operasi usahanya menimbulkan emisi GRK
salah satu komponen dalam penilaian prospek yang tinggi dan informasi tersebut tersebar
usaha bagi perusahaan yang mengajukan ke masyarakat, maka opini yang terbentuk
kredit (pinjaman). ialah buruknya citra perusahaan. Hal tersebut
Beberapa penelitian berhasil menemukan menimbulkan turunnya permintaan penjualan
pengaruh positif antara pengungkapan dan merosotnya harga saham. Begitu juga
informasi emisi GRK dan kinerja atau nilai dengan hasil penelitian oleh Li et al. (2013)
perusahaan (Matsumura et al. 2014; Clarkson yang menemukan bahwa nilai buku aset dan
et al. 2011; Al-Tuwaijri et al. 2004; Krishnan arus kas operasi perusahaan secara negatif
2003; Klassen dan McLaughlin 1996). dan signifikan dipengaruhi oleh implementasi
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat perencanaan reduksi emisi GRK. Konar
dikatakan bahwa pasar merespon positif akan dan Cohen (2001) menyampaikan bahwa
upaya manajemen dalam mengungkapkan perusahaan yang memublikasikan emisi kimia
emisi GRK. Hal tersebut dikarenakan bahwa mereka akan berdampak negatif terhadap nilai
investor menganggap manajemen memiliki perusahaan.
kapabilitas dalam mengelola dampak Karena belum ada kesimpulan dari
lingkungan dari operasi usahanya (Griffin hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh
dan Sun 2012). Hasil positif tersebut juga pengungkapan informasi emisi GRK dengan
mengindikasikan bahwa pasar akan bereaksi nilai perusahaan, maka hipotesis penelitian
dengan upaya transparansi informasi oleh ini belum dapat menyimpulkan arah atas
manajemen sehingga akan meminimalisasi hubungan antar kedua variabel tersebut.
hadirnya konflik keagenan mengenai risiko Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah:
keberlanjutan perusahaan antara pemilik dan H1: Pengungkapan emisi GRK berpengaruh
manajemen sebagai agen. Melalui informasi terhadap nilai perusahaan.
194 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2015, Vol. 12, No. 2, hal 188 - 209

Kinerja lingkungan erat hubungannya negatif akan menyebar dan diakses dengan
dengan manajemen lingkungan yang dilakukan cepat oleh banyak orang di seluruh dunia
oleh perusahaan karena isu tersebut dapat dan akan membentuk suatu opini publik.
menjadi salah satu media untuk membangun Rahman et al. (2014) mengatakan bahwa
citra perusahaan. Ketua Ikatan Akuntan perusahaan yang menjaga lingkungannya
Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen dengan baik akan mengindikasikan hubungan
(IAIKAM) yang juga Direktur Eksekutif yang baik pula dengan para pemegang saham.
National Center for Sustainability Reporting Hubungan tersebut dibangun berdasarkan
(NCSR), Ali Darwin, dalam laporan utama kepercayaan antara manajemen dan pemegang
majalah Akuntan Indonesia (Yanto 2007), saham. Di Indonesia, Titisari dan Alviana
mengatakan bahwa terdapat empat alasan (2012) menemukan bahwa PROPER dapat
semakin intensnya penekanan terhadap isu memengaruhi kinerja keuangan perusahaan
lingkungan, yaitu: pada periode pelaporan, tetapi tidak
1. Semakin besarnya ukuran perusahaan. berpengaruh pada periode setelahnya. Namun
Ketika perusahaan semakin bertumbuh demikian, terdapat juga perusahaan yang
besar, maka diperlukan akuntabilitas mendapatkan disinsentif atas pengelolaan
yang lebih tinggi pula dalam pembuatan lingkungannya sehingga Luo dan Tang
keputusan berkaitan dengan operasi, (2014) mengatakan bahwa hal tersebut dapat
produk, dan jasa yang dihasilkan oleh mengindikasikan adanya bad news bagi
perusahaan. pasar. Hasil temuan oleh Sarumpaet (2005)
2. Semakin banyak lembaga swadaya menyatakan bahwa kinerja lingkungan tidak
masyarakat (LSM) dan aktivis yang peduli berpengaruh terhadap performa keuangan
akan bumi. Perhatian para aktivis ini bukan perusahaan karena produk atau jasa yang ramah
tanpa alasan karena mereka merasakan lingkungan belum direspon secara positif oleh
sendiri dampak pemanasan global konsumen di negara berkembang, seperti
sehingga mereka akan mengungkapkan Indonesia, sehingga kinerja lingkungan tidak
aspirasi mereka sebagai perwakilan memiliki pengaruh pada kinerja keuangan
suara masyarakat lainnya untuk meminta perusahaan. Berdasarkan pemaparan tersebut,
pertanggungjawaban para pelaku perusakan hasil penelitian sebelumnya lebih banyak
lingkungan dan sosial. mengarah pada pengaruh positif antara kinerja
3. Reputasi dan citra perusahaan. Isu mengenai lingkungan dan nilai perusahaan. Oleh karena
reputasi dan citra perusahaan merupakan itu, hipotesis kedua dalam penelitian ini ialah:
salah satu strategi untuk tetap bertahan dalam H2: Kinerja lingkungan berpengaruh
dunia bisnis karena penilaian masyarakat positif terhadap nilai perusahaan.
akan berdampak secara langsung terhadap
kinerja perusahaan di pasar. Hasil penelitian mengenai pengungkapan
4. Kemajuan teknologi dan informasi. Pada era informasi emisi GRK dan nilai perusahaan
modern ini, informasi sudah menjadi barang masih inkonklusif. Oleh karena itu, penelitian
publik dengan jumlah pengguna yang luas ini berusaha menjembatani perbedaan hasil
dan beragam. Teknologi pun sudah sangat penelitian sebelumnya dengan memasukkan
berkembang sehingga dapat diakses dengan variabel moderasi kinerja lingkungan untuk
cepat. Istilah “bad news is good news” mengetahui bagaimana hubungan tersebut
melalui teknologi komunikasi masa kini ketika perusahaan mendapatkan suatu insentif
akan menjadi suatu makna yaitu informasi atas upaya mereka dalam menjaga kelestarian
buruk akan menjadi suatu konsumsi yang lingkungan.
baik bagi publik sehingga akan menyebar Pengungkapan informasi memerlukan
ke seluruh dunia dan diakses oleh banyak pertimbangan cost dan benefit serta tingkat
orang dengan cepat. Begitu juga dengan meterialitasnya karena informasi tersebut
isu lingkungan dan sosial yang berdampak
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2015, Vol. 12, No. 2, hal 188 - 209 195

akan memengaruhi pengambilan keputusan. dan berekspektasi adanya reward atas upaya
Informasi yang diungkapkan oleh perusahaan tersebut, yaitu pertambahan nilai. Berdasarkan
berfungsi untuk memberikan nilai tambah pemaparan tersebut, diasumsikan bahwa
bagi perusahaan, sedangkan informasi adanya peringkat PROPER dapat memoderasi
tentang emisi GRK mengandung pernyataan, pengaruh antara pengungkapan informasi
baik secara langsung maupun tidak, bahwa GRK dan nilai perusahaan. Hipotesis ketiga
perusahaan memiliki peran dalam terjadinya dalam penelitian ini ialah:
pemanasan global. Oleh karena itu, dengan H3: Kinerja lingkungan akan memperkuat/
adanya kinerja lingkungan, maka perusahaan memperlemah pengaruh antara
dapat memberikan jaminan bagi publik pengungkapan emisi GRK dan nilai
bahwa meskipun mereka berkontribusi dalam perusahaan.
perubahan iklim, tetapi mereka juga telah
berupaya untuk meminimalisasi kejadian METODE PENELITIAN
tersebut.
Adanya peringkat PROPER juga menjadi Populasi dan Sampel
sinyal bahwa meskipun mereka turut berperan Populasi dalam penelitian ini adalah
atas terjadinya perubahan cuaca ekstrem, seluruh perusahaan yang kinerja lingkungannya
tetapi mereka telah melakukan berbagai upaya dievaluasi oleh Kementerian Lingkungan
yang sesuai dengan norma dan diuji oleh pihak Hidup Republik Indonesia melalui program
independen/pemerintah (melalui program PROPER selama periode 2010-2013. Untuk
PROPER) untuk memulihkan lingkungan mendapatkan sampel yang representative
sehingga memberikan dukungan bagi dan sesuai dengan yang dibutuhkan dalam
perusahaan dalam mendapatkan legitimasi dari penelitian, pemilihan sampel dilakukan dengan
masyarakat sekitar hingga pada akhirnya usaha teknik purposive sampling, yaitu populasi
mereka tidak terhalang oleh isu lingkungan yang dijadikan sampel adalah yang memenuhi
tersebut. kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan
Rankin et al. (2011) menyampaikan adalah sebagai berikut:
bahwa pengelolaan lingkungan sangat 1. Perusahaan terdaftar pada peringkat
penting bagi perusahaan yang memang peduli PROPER selama periode 2010-2013.
terhadap isu pemanasan global karena aktivitas 2. Perusahaan tercatat dalam Bursa Efek
operasionalnya. Manajemen berperan penting Indonesia (BEI) selama periode 2010-2013.
dalam memilah dan memilih informasi apa yang 3. Perusahaan menerbitkan laporan tahunan
relevan untuk perusahaan, tetapi berdasarkan dan dapat diunduh melalui website BEI
teori keagenan, terkadang hadir insentif atau website masing-masing perusahaan.
manajemen untuk menutupi adanya bad news Berdasarkan Tabel 1 mengenai pemilihan
di dalam perusahaan. Rahman et al. (2014) sampel tersebut, terdapat 33 perusahaan yang
menyampaikan bahwa informasi asimetris memenuhi kriteria. Karena periode penelitian
dapat mengganggu keefektifan pengelolaan ialah empat tahun, maka jumlah keseluruhan
perusahaan dan oleh karenanya, pasar akan sampel yaitu sebesar 132 observasi.
merespon negatif. Namun demikian, ketika Berdasarkan pengamatan dalam penelitian ini,
perusahaan mendapatkan kinerja lingkungan dapat dikatakan bahwa meskipun perusahaan
yang baik, maka timbul kepercayaan diri yang terdaftar di BEI telah mengungkapkan
bagi perusahaan untuk menunjukkan bahwa dan melaporkan beberapa item penilaian yang
meskipun perusahaan memiliki risiko karena juga termasuk dalam kategori PROPER, tetapi
adanya isu pemanasan global (berdasarkan mereka belum memiliki inisiatif untuk ikut
informasi yang diungkapkan), tetapi serta dalam program pemerintah tersebut.
mereka juga telah melakukan pengelolaan Kurangnya sosialisasi dan pengayaan kepada
lingkungan yang maksimal (melalui peringkat para pelaku bisnis mungkin saja dapat
PROPER) agar lingkungan kembali pulih dijadikan alasan atas kejadian tersebut.
196 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2015, Vol. 12, No. 2, hal 188 - 209

Tabel 1
Seleksi Sampel

No. Kriteria Perusahaan


Perusahaan termasuk kedalam peringkat PROPER selama periode
1. 690
2010-2013
2. Perusahaan tercatat dalam BEI selama periode 2010-2013 444
Perusahaan yang terdaftar dalam PROPER dan BEI selama
3. 33
periode 2010-2013
Perusahaan menerbitkan laporan tahunan dan dapat diunduh
4. 33
melalui website BEI atau website masing-masing perusahaan
Total Observasi (33 x 4) 132

Tabel 2 menggambarkan sebaran sampel co.id. Daftar perusahaan yang dievaluasi oleh
berdasarkan jenis industri. Berdasarkan tabel Kementerian Lingkungan Hidup diperoleh
tersebut, dapat dikatakan bahwa observasi dari website resmi Kementerian Lingkungan
penelitian didominasi oleh sektor industri Hidup untuk program PROPER, yaitu www.
dasar dan kimia, yaitu sebesar 44 observasi proper.menlh.go.id.
(33,33%), kemudian sektor industri barang
konsumsi sebanyak 28 observasi (21,21%), Model Penelitian
aneka industri sebanyak 20 observasi (15,15%), Untuk menguji hipotesis, digunakan
pertanian dan pertambangan masing-masing regresi analisis moderasi (moderated regression
sebanyak 16 observasi (12,12%), dan industri analysis) dengan data panel, yaitu banyaknya
properti dan real estate sebanyak 8 observasi individual (i) dan hanya menggunakan lebih
(6,06%). dari satu (dua) periode (t). Model 1 digunakan
untuk menguji hipotesis 1 dan 2, yaitu sebagai
Jenis dan Sumber Data berikut:
Semua data bersifat sekunder dan dapat FVit+1 = α0 + α1GRKit + α2DEMASit +
ditemukan dalam laporan tahunan serta laporan α3DHIJAUit + α4DBIRUit +
keberlanjutan setiap perusahaan. Pengumpulan
α5TASSETit + α6TLIABit +
data dilakukan dengan cara melakukan seleksi
sampel, kemudian mengunduh laporan α7OPTINCit + εit …………...… (1)
tahunan di website resmi BEI, yaitu www.idx.

Tabel 2
Sebaran Sampel berdasarkan Sektor Industri
No. Industri Frekuensi Persentase
1. Pertambangan 16 12,12
2. Aneka Industri 20 15,15
3. Industri Dasar dan Kimia 44 33,33
4. Industri Barang Konsumsi 28 21,21
5. Pertanian 16 12,12
6. Properti dan Real Estate 8 6,06
Total 132 100
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2015, Vol. 12, No. 2, hal 188 - 209 197

Model 2 digunakan untuk menguji (CFC)) yang biasa disebut dengan istilah
hipotesis 3, yaitu sebagai berikut: emisi gas rumah kaca (GRK) akibat kegiatan
FVit+1 = α0 + α1GRKit + α2DEMASit + operasional perusahaan (Muhi 2011). Pada
α3DHIJAUit + α4DBIRUit + α5GRK beberapa kategori pengungkapan tersebut juga
menggunakan pernyataan “Greenhouse Gas
* DEMASit + α6GRK * DHIJAUit
Emissions” bukan hanya karbon saja. Oleh
+ α7GRK * DBIRUit + α8TASSETit karena itu, penelitian ini menggunakan istilah
+ α 9 TLIAB it + α 10 OPTINC it pengungkapan emisi GRK.
+ ε it …......................………… (2) Dalam indeks pengungkapan tersebut,
terdapat lima kategori utama, yaitu:
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Risiko dan peluang perubahan iklim
(Climate Change)
Variabel Dependen 2. Perhitungan emisi gas rumah kaca
Dalam penelitian ini, variabel yang (Greenhouse Gas)
dituju adalah nilai perusahaan (FV). 3. Perhitungan konsumsi energi (Energy
Berdasarkan Matsumura et al. (2014), nilai Consumption)
perusahaan diproksikan dengan market value 4. Pengurangan gas rumah kaca dan biaya
of common equity atau nilai pasar atas ekuitas (Reduction and Cost)
perusahaan pada periode t+1. Nilai perusahaan 5. Akuntabilitas emisi karbon (Accountability
menggunakan variabel t+1 untuk melihat of Carbon Emission)
apakah ketika perusahaan mengungkapkan Kategori pertama menggambarkan
emisi GRK dan kinerja lingkungan pada bagaimana deskripsi entitas yang
periode t akan berdampak pada nilai perusahaan mengungkapkan bahwa operasi usahanya
di masa mendatang (t+1). Proksi ini didapat dipengaruhi oleh risiko perubahan cuaca serta
dari hasil perkalian antara jumlah saham yang bagaimana entitas meminimalisasi risiko
beredar pada periode t+1 dan harga saham tersebut. Kemudian, kategori kedua lebih
pada akhir tahun t+1. fokus pada pengungkapan emisi GRK, mulai
dari metode perhitungan yang digunakan
Variabel Independen dan Moderasi entitas, keberadaan verifikasi kuantitas emisi
Pengungkapan emisi GRK (GRK) GRK, jumlah total emisi GRK entitas, hingga
merupakan variabel independen pertama dalam sumber terciptanya emisi GRK. Kategori
penelitian ini. Pengungkapan emisi GRK ketiga menggambarkan seberapa besar
diproksikan dengan melakukan pengukuran konsumsi energi oleh entitas dan apakah
berdasarkan indeks carbon emission disclosure entitas menggunakan sumber energi alternatif
oleh Choi et al. (2013), Luo et al. (2013), yang dapat terbarukan. Kategori keempat
dan Saka dan Oshika (2014). Indeks ini juga menjelaskan bagaimana langkah entitas
digunakan dalam penelitian yang dilakukan dalam mengurangi emisi yang dihasilkan
oleh Jannah dan Muid (2014) mengenai faktor serta pengungkapan nilai nominal biaya
determinan pengungkapan karbon di Indonesia. pengurangan emisi GRK tersebut. Dan yang
Dasar indeks pengungkapan tersebut ialah terakhir, ketagori kelima menggambarkan
lembar permintaan yang diberikan oleh Carbon bagaimana peran entitas terhadap emisi GRK,
Disclosure Project (CDP), suatu organisasi di apakah entitas mengungkapkan bahwa mereka
Inggris yang fokus terhadap pengungkapan bertanggung jawab atas tindakan operasinya
emisi perusahaan yang menyebabkan yang turut berperan dalam perubahan cuaca
pemanasan global. Faktor perubahan tersebut (pemanasan global). Detail lebih lanjut pada
bukan hanya dari unsur karbon (C) saja, indeks ini dapat dilihat di Lampiran 1. Rumus
tetapi juga unsur lainnya (metana (CH4), pembobotan indeks ini ialah sebagai berikut:
dinitrooksida (N2O), dan chlorofluorocarbons
198 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2015, Vol. 12, No. 2, hal 188 - 209

diungkapkan perusahaan. Namun, ketika


perusahaan menyatakan site mana saja yang
mendapatkan peringkat dan hasilnya berbeda-
Variabel independen kedua yang juga beda, maka peneliti menggunakan peringkat
berperan sebagai variabel moderasi adalah yang terburuk atau yang paling banyak didapat.
kinerja lingkungan (DEMAS, DHIJAU, dan Hal tersebut karena menurut Hsu dan Wang
DBIRU). Kinerja lingkungan perusahaan (2013), publik akan lebih merespon informasi
diproksikan dengan menggunakan peringkat negatif daripada positif.
PROPER yang diperoleh setiap perusahaan.
Peringkat tersebut terdiri atas lima warna, mulai Variabel Kontrol
dari emas (sangat sangat baik), hijau (sangat Penelitian ini menggunakan tiga variabel
baik), biru (baik), merah (buruk), dan hitam kontrol, yaitu total aset (TASSET), total utang
(sangat buruk). Pada penelitian ini, variabel (TLIAB), dan profitabilitas (OPTINC). Rankin
kinerja lingkungan tidak menggunakan nilai et al. (2011) mengatakan bahwa penting untuk
ordinal peringkat PROPER yang diperoleh mempertimbangkan karakteristik perusahaan
perusahaan, melainkan menggunakan variabel dalam menguji nilai perusahaan yang
dummy dengan warna merah sebagai dasar berhubungan dengan pengungkapan emisi
pembanding (karena dalam sampel tidak GRK. Matsumura et al. (2014) menyampaikan
ada yang mendapat peringkat warna hitam), bahwa perusahaan dengan ukuran yang besar,
yaitu DEMAS, bernilai 1 jika perusahaan profitabilitas tinggi, dan tingkat utang yang
mendapatkan peringkat emas, DHIJAU tinggi akan menjadi pusat perhatian publik.
bernilai 1 jika perusahaan mendapatkan Perusahaan akan mudah diintervensi oleh
peringkat hijau, dan DBIRU jika berperingkat para regulator, analis, kreditur, dan pihak
biru. Matsumura et al. (2014) menggunakan lain yang memiliki kepentingan. Oleh karena
kuantitas emisi GRK sebagai proksi untuk itu, mekanisme pengungkapan menjadi salah
variabel kinerja lingkungan, tetapi karena dari satu alternatif untuk menjembatani adanya
132 observasi hanya 56 yang mengungkapkan information gap antara manajemen dan publik.
jumlah emisi GRK yang dihasilkan, peneliti Variabel kontrol pertama ialah total
menggunakan proksi PROPER. aset perusahaan (TASSET). Tingginya aset
Peringkat PROPER diberikan untuk perusahaan mengindikasikan perusahaan telah
setiap site/bagian perusahaan, bukan berada di tahap dewasa, artinya perusahaan
perusahaan secara utuh. Hal tersebut menjadi dianggap lebih stabil dalam menciptakan laba
salah satu kelemahan penelitian ini. Namun (profit) dan memiliki prospek yang lebih baik
demikian, proksi ini telah banyak digunakan sehingga nilai perusahaan akan berpengaruh
dalam penelitian di Indonesia (Sarumpaet positif (Naimah dan Utama 2006).
2005; Hartanti 2007; Rakhiemah dan Agustia Variabel kontrol kedua ialah total
2009; Titisari dan Alviana 2012) sehingga utang perusahaan (TLIAB). Perusahaan
peneliti berargumen bahwa proksi tersebut yang memiliki nilai utang yang tinggi akan
dapat dijadikan proksi untuk menilai kinerja memiliki risiko likuiditas yang tinggi pula.
lingkungan perusahaan. Jika perusahaan menggunakan utang yang
Dalam laporan tahunan perusahaan, banyak untuk mendanai aset perusahaan, maka
terkadang ada yang menyatakan “perusahaan muncul suatu risiko, yaitu perusahaan akan
mendapatkan PROPER emas” dan tidak tidak mampu membayar kewajiban dan bunga
menyebutkan site apa saja yang mendapat utang tersebut. Oleh karena itu, nilai utang
peringkat tersebut (meskipun pada edaran yang tinggi akan menjadi sinyal negatif karena
Kementerian Lingkungan Hidup disebutkan terdapat suatu kekhawatiran keberlanjutan
site mana saja) sehingga peneliti menjustifikasi usaha perusahaan sehingga akan menurunkan
bahwa perusahaan tersebut mendapat nilai perusahaan (Choi et al. 2013).
peringkat emas, berdasarkan informasi yang
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2015, Vol. 12, No. 2, hal 188 - 209 199

Variabel kontrol ketiga ialah profita- 994 site yang dinilai), tahun 2012 ialah 48 (dari
bilitas (OPTINC) yang diproksikan dengan 1.311 site yang dinilai), dan tahun 2013 ada 58
nilai pendapatan operasional masing-masing perusahaan (dari 1.792 site yang dinilai).
perusahaan. Perusahaan dengan pendapatan Berdasarkan pengamatan dalam
operasional yang lebih tinggi akan semakin penelitian ini, meskipun perusahaan yang
dinilai lebih oleh pasar sehingga akan terdaftar di BEI telah mengungkapkan dan
menciptakan nilai bagi perusahaan (Matsumura melaporkan beberapa item penilaian yang
et al. 2014). juga termasuk dalam kategori PROPER, tetapi
mereka belum memiliki inisiatif untuk ikut
HASIL PENELITIAN DAN serta dalam program pemerintah tersebut.
PEMBAHASAN Kurangnya sosialisasi dan pengayaan kepada
para pelaku bisnis serta rendahnya minat
Deskripsi Sampel pelaku bisnis untuk ikut serta dalam PROPER
Berdasarkan Tabel 1, dapat dikatakan mungkin saja dapat dijadikan alasan atas
bahwa program PROPER didominasi oleh kejadian tersebut. Padahal, program PROPER
perusahaan yang tidak terbuka atau perusahaan ini memiliki tujuan yang sangat mulia, yaitu
yang sahamnya tidak diperdagangkan di BEI. hendak melestarikan lingkungan. Alasan lain
Selama periode 2010-2013, terdapat 690 yang dapat dikatakan ialah mungkin saja
perusahaan, tetapi hanya 33 yang termasuk karena perusahaan memiliki keterbatasan
dalam daftar BEI periode 2010-2013. Gambar sumber daya untuk mengikuti PROPER karena
2 menunjukkan frekuensi perusahaan go public terdapat berbagai syarat dari dua kategori
yang berpartisipasi dalam PROPER selama utama yang harus dimiliki oleh perusahaan,
periode 2010-2013. yaitu kriteria ketaatan dan penilaian aspek
Berdasarkan Gambar 2, dapat dikatakan manajemen lingkungan.
bahwa masih sedikitnya tingkat partisipan Berdasarkan Tabel 2, dapat dikatakan
perusahaan yang sudah go public terhadap bahwa observasi dalam penelitian didominasi
program PROPER. Namun demikian, terdapat oleh sektor industri dasar dan kimia, yaitu
tren positif dari tahun ke tahun. Pada tahun sebanyak 44 observasi (33,33%). Hasil ini
2010, hanya ada 36 perusahaan go public yang tidak mengejutkan karena jenis industri ini
menjadi peserta PROPER (dari 750 site yang memang yang paling berkaitan dengan emisi
dinilai), kemudian tahun 2011 ialah 40 (dari GRK, mulai dari pengolahan bahan baku

Gambar 2
Frekuensi Perusahaan yang Mengikuti PROPER
Sumber: Laporan Hasil Penilaian PROPER Tahun 2011; Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor 273 Tahun 2012; Nomor 349 Tahun 2013; dan Nomor 180 tahun 2014 (diolah kembali)
200 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2015, Vol. 12, No. 2, hal 188 - 209

Tabel 3
Statistik Deskriptif Variabel
(dalam ribuan rupiah kecuali GRK dan PROPER)
Variabel Mean Median Maksimum Minimum Std. Dev
FV 53.558.568.490 8.059.101.100 3.537.000.000.000 1.980.000 309.190.310.890
GRK 34,39 22,22 100 0 30,76
PROPER 3 3 5 2 1
TASSET 12.579.094.591 8.840.807.000 65.378640.776 756.920.000 12.387.015.519
TLIAB 4.289.471.800 2.540.266.161 21.506.471.800 27.143.880 4.669.039.495
OPTINC 1.786.648.976 745.576.315 14.520.470.000 -4.210.577.015 2.667.790.929

hingga produk siap jual mereka. Hasil sebaran yang dijadikan sampel penelitian. Kemudian,
sampel kemudian diikuti oleh sektor industri nilai terendah ialah sebesar 0 dan nilai
barang konsumsi sebanyak sebanyak 28 tertinggi ialah 100. Standar deviasi dalam
observasi (21,21%), aneka industri sebanyak variabel ini ialah sebesar 30,76. Hal tersebut
20 observasi (15,15%), pertanian dan mengindikasikan bahwa sampel penelitian
pertambangan masing-masing sebanyak 16 sangat variatif dan jarak antar perusahaan
observasi (12,12%), dan industri properti dan sangat besar.
real estate sebanyak 8 observasi (6,06%). Variabel independen (juga moderasi)
selanjutnya ialah kinerja lingkungan, yaitu
Analisis Deskripsi Variabel peringkat PROPER, variabel ini juga dijadikan
Tabel 3 merupakan tabel statistik sebagai moderasi antara pengungkapan emisi
deskriptif setiap variabel dalam penelitian GRK (GRK) dan nilai perusahaan (FV).
yang meliputi nilai rata-rata, nilai tengah, Berdasarkan Tabel 3, nilai rata-rata dan
nilai maksimum, nilai minimum, dan standar median dari kinerja lingkungan yang didapat
deviasi. perusahaan ialah 3. Hal ini mengindikasikan
Berdasarkan Tabel 3, rata-rata (dalam bahwa sampel penelitian didominasi oleh
ribuan rupiah) nilai perusahaan (FV) adalah perusahaan yang memiliki kinerja baik dan
53.558.568.490 dan nilai tengah (median) mendapat peringkat PROPER berwarna biru.
sebesar 8.059.101.100. Hal tersebut Kemudian, nilai terendah dari variabel ini
mengindikasikan bahwa mayoritas sampel ialah 1 dan tertinggi ialah 5.
dalam penelitian ini ialah perusahaan dengan Variabel kontrol yang pertama
nilai perusahaan yang cukup tinggi. Dalam ialah total aset perusahaan (dalam ribuan
penelitian ini, nilai perusahaan yang paling rupiah). Berdasarkan Tabel 3, rata-rata
rendah ialah 1.980.000 dan yang paling perusahaan sampel memiliki ukuran sebesar
tinggi ialah 3.537.000.000.000. Berdasarkan 12.579.094.591. Nilai tengah ukuran perusahaan
nilai standar deviasi pada variabel ini, yaitu pada sampel ialah sebesar 8.840.807.000,
309.190.310.890, dapat dikatakan bahwa nilai maksimum ialah 65.378640.776, dan
sampel penelitian sangat variatif. Hal ini nilai minimum ialah sebesar 756.920.000.
juga menunjukkan bahwa perusahaan yang Variabel kontrol yang kedua ialah total utang
mengikuti program PROPER beraneka perusahaan (TLIAB) (dalam ribuan rupiah).
ragam dan dapat merepresentasikan seluruh Berdasarkan Tabel 3, rata-rata perusahaan
perusahaan di Indonesia. sampel memiliki utang sebesar 4.289.471.800.
Nilai bobot rata-rata pengungkapan Nilai tengah utang perusahaan pada sampel
emisi GRK pada sampel ialah sebesar 34,39 ialah sebesar 2.540.266.161, nilai maksimum
dan nilai tengah sebesar 22,22. Hal tersebut ialah 21.506.471.800, dan nilai minimum ialah
mengindikasikan masih rendahnya tingkat sebesar 27.143.880. Variabel kontrol terakhir
pengungkapan emisi GRK pada perusahaan ialah profitabilitas perusahaan (OPTINC),
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2015, Vol. 12, No. 2, hal 188 - 209 201

Tabel 4
Hasil Analisis Regresi Model 1
Variabel Prediksi Koefisien Prob.
C 20,85721 0,0000
GRK +/- 0,129675 0,0029***
DEMAS + 0.865757 0,1008*
DHIJAU + 0.150817 0,3813
DBIRU + 0.029242 0.4716
TASSET + 4.15E-11 0,0351***
TLIAB - -5.38E-11 0,1059*
OPTINC + 4.19E-10 0,0000***
Adj. R squared 0,240238
Prob (F stat) 0,000001
Durbin Watson stat 1,586898
N 132
Keterangan: Tabel ini merepresentasikan hasil regresi model 1. Variabel dependen dalam model ini adalah nilai
perusahaan (FV) yang diukur dengan nilai pasar atas ekuitas perusahaan pada periode t+1. Variabel independen
yaitu pengungkapan emisi GRK (GRK) yang diukur dengan nilai indeks pengungkapan emisi GRK dan
kinerja lingkungan yang diukur dengan probabilitas peringkat PROPER yang didapat oleh setiap perusahaan
dengan dasar pembanding ialah warna merah, DEMAS bernilai 1 jika mendapat warna emas, DHIJAU bernilai
1 jika mendapat warna hijau, dan DBIRU bernilai 1 jika mendapat warna biru. Variabel kontrol yaitu total
aset (TASSET), total utang (TLIAB), dan pendapatan operasional (OPTINC) masing-masing perusahaan. Nilai
probabilitas ialah one-tailed, kecuali untuk variabel GRK karena prediksinya dua arah.
* signifikan pada level α = 10% (0,10)
** signifikan pada level α = 5% (0,05)
*** signifikan pada level α = 1% (0,01)

yaitu nilai pendapatan operasional perusahaan. Tabel 4 merupakan hasil regresi


Rata-rata perusahaan sampel memiliki model 1, yaitu model yang digunakan untuk
profitabilitas sebesar 1.786.648.976. Nilai menguji hipotesis pertama dan kedua. Nilai
tengah profitabilitas perusahaan pada sampel R2 pada model pertama adalah 24,02% yang
ialah sebesar 745.576.315, dengan nilai artinya adalah variabel-variabel independen,
maksimum sebesar 14.520.470.000 dan nilai yaitu pengungkapan emisi GRK dan kinerja
minimum ialah sebesar -4.210.577.015. lingkungan, serta variabel kontrol, yaitu total
aset, total utang, dan pendapatan operasional
Analisis Hipotesis dalam model mampu menjelaskan variabel
Sebelum menguji hipotesis 1 dan dependen (nilai perusahaan) sebesar 24,02%,
2, dilakukan pengujian pemilihan model sedangkan sisanya, yaitu 75,98% dijelaskan
terbaik. Hal ini dilakukan karena penelitian oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam
menggunakan data panel. Berdasarkan uji model penelitian.
Chow (menguji apakah menggunakan model
Ordinary Least Square (OLS) atau Fixed Pengaruh Pengungkapan Emisi GRK
Effects (FEM)), nilai probabilitas chi-square terhadap Nilai Perusahaan (H1)
ialah 0,000 atau lebih kecil dari α (5%) sehingga Berdasarkan hasil uji regresi pada
keputusannya ialah menggunakan FEM. Tabel 4, variabel GRK menunjukkan nilai
Kemudian, dilakukan uji Hausman (menguji probabilitas 0,0029 atau lebih rendah
apakah menggunakan FEM atau Random dari α (5%) dan koefisiennya positif. Hal
Effects (REM)). Hasilnya menunjukkan bahwa
tersebut menunjukkan bahwa secara parsial,
nilai probabilitas chi-square ialah 0,098 atau
pengungkapan emisi GRK berpengaruh
lebih besar dari α (5%) sehingga keputusannya
positif terhadap nilai perusahaan pada
ialah menggunakan REM.
periode t+1. Hasil tersebut juga menunjukkan
202 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2015, Vol. 12, No. 2, hal 188 - 209

bahwa informasi pengungkapan emisi GRK merah. Hal ini juga menunjukkan respon pasar
secara sukarela direspon oleh pasar karena yang juga mempertimbangkan isu mengenai
pasar percaya bahwa informasi emisi GRK lingkungan sebagai salah satu indikator untuk
menjadi salah satu pertimbangan mereka menilai perusahaan karena berkaitan dengan
dalam memprediksi keberlanjutan perusahaan keberlanjutan usaha perusahaan.
sehingga semakin tinggi informasi emisi GRK Namun demikian, variabel kinerja
yang diungkapkan, maka nilai perusahaannya lingkungan lainnya, yaitu DHIJAU dan DBIRU
pun akan meningkat. tidak signifikan karena nilai probabilitasnya
Hasil tersebut juga sejalan dengan lebih besar dari taraf nyata (0,3813 > taraf
penelitian yang dilakukan oleh Matsumura nyata dan 0,4716 > taraf nyata). Hasil temuan
et al. (2014), Clarkson et al. (2011), Al- ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Tuwaijri et al. (2004), Krishnan (2003), serta oleh Titiasari dan Alviana (2012) dan Rahman
Klassen dan McLaughlin (1996). Berdasarkan et al. (2014). Berdasarkan hasil tersebut,
hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan dapat dikatakan bahwa kinerja lingkungan
bahwa investor merespon positif akan upaya berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Peringkat yang paling baik (emas) lebih
manajemen dalam mengungkapkan emisi
dapat menjelaskan nilai perusahaan apabila
GRK. Hal tersebut dikarenakan investor
dibandingkan dengan peringkat lainnya
menganggap manajemen memiliki kapabilitas
(hijau dan biru). Oleh karena itu, penting bagi
dalam mengelola dampak lingkungan dari perusahaan untuk selalu menaati regulasi dan
operasi usahanya (Griffin dan Sun 2012). Hasil melakukan pelestarian lingkungan agar dapat
positif tersebut juga mengindikasikan bahwa mengartikulasikan kebutuhan publik.
pasar akan bereaksi dengan upaya transparansi
informasi oleh manajemen. Hal tersebut selaras Pengaruh Pengungkapan Emisi GRK
dengan teori sinyal dan legitimasi, bahwa suatu terhadap Nilai Perusahaan dengan
informasi dapat diutilisasi sebagai good news Moderasi Kinerja Lingkungan (H3)
sehingga legitimasi yang didapat bukan hanya Berdasarkan uji pemilihan model apakah
dari masyarakat sekitar, tetapi juga bagi pasar. menggunakan model Ordinary Least Square
Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa agen (OLS) atau Fixed Effects (FEM) (uji Chow),
(manajemen) akan memberikan informasi yang nilai probabilitas chi-square ialah 0,000 atau
relevan bagi pemilik (pemegang saham) dan lebih kecil dari α (5%) sehingga keputusannya
publik melalui laporan tahunannya sehingga ialah menggunakan FEM. Kemudian,
dapat meminimalisasi asimetri informasi yang berdasarkan uji Hausman (menguji apakah
berkaitan dengan keberlangsungan hidup menggunakan FEM atau Random Effects
perusahaan. (REM)), hasilnya menunjukkan bahwa nilai
probabilitas chi-square ialah 0,377 atau lebih
besar dari α (5%) sehingga keputusannya ialah
Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap
menggunakan REM.
Nilai Perusahaan (H2)
Tabel 5 merupakan hasil regresi model 2
Berdasarkan Tabel 4, variabel DEMAS
untuk menguji hipotesis 3. Nilai R2 pada model
memiliki nilai probabilitas 0,1008 dan kedua adalah 22,44% yang artinya variabel-
hampir sama dengan tingkat signifikansi variabel independen, yaitu pengungkapan emisi
10%. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai GRK dan kinerja lingkungan, variabel moderasi
perusahaan dengan peringkat PROPER emas kinerja lingkungan dengan pengungkapan
relatif terhadap perusahaan dengan peringkat emisi GRK, serta variabel kontrol, yaitu total
PROPER merah. Hasil ini menunjukkan aset, total utang, dan pendapatan operasional
bahwa nilai perusahaan yang mendapatkan dalam model mampu menjelaskan variabel
peringkat emas lebih tinggi dibandingkan dependen (nilai perusahaan) sebesar 22,44%,
dengan perusahaan yang mendapat peringkat sedangkan sisanya, yaitu 77,56% dijelaskan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2015, Vol. 12, No. 2, hal 188 - 209 203

Tabel 5
Hasil Analisis Regresi Model 2
Variabel Prediksi Koefisien Prob.
C 21,085555 0,0000
GRK +/- 0,076023 0,2589
DEMAS + 0,734946 0,3709
DHIJAU + 0,717366 0.1851
DBIRU + 0,174409 0.3911
GRK* DEMAS +/- 0,069518 0,3588
GRK* DHIJAU +/- 0,094408 0,2248
GRK* DBIRU +/- 0,052838 0,3279
TASSET + 3,94E-11 0,0560**
TLIAB - -5,59E-11 0,1649
OPTINC + 4,21E-10 0,0000***
Adj. R squared 0,224401
Prob (F stat) 0,000009
Durbin Watson stat 1,656782
N 132
Keterangan: Tabel ini merepresentasikan hasil regresi model 2. Variabel dependen dalam model ini
adalah nilai perusahaan (FV) yang diukur dengan nilai pasar atas ekuitas perusahaan pada periode
t+1. Variabel independen yaitu pengungkapan emisi GRK (GRK) yang diukur dengan nilai indeks
pengungkapan emisi GRK dan kinerja lingkungan yang diukur dengan probabilitas peringkat
PROPER yang didapat oleh setiap perusahaan dengan dasar pembanding ialah warna merah,
DEMAS bernilai 1 jika mendapat warna emas, DHIJAU bernilai 1 jika mendapat warna hijau, dan
DBIRU bernilai 1 jika mendapat warna biru. Variabel kontrol yaitu total aset (TASSET), total utang
(TLIAB), dan pendapatan operasional (OPTINC) masing-masing perusahaan. Nilai probabilitas ialah
one-tailed, kecuali untuk variabel GRK karena prediksinya dua arah.
* signifikan pada level α = 10% (0,10)
** signifikan pada level α = 5% (0,05)
*** signifikan pada level α = 1% (0,01)

oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa
model penelitian. peringkat saja tidak dapat dijadikan jaminan
Variabel GRK*DEMAS, GRK*DHIJAU, untuk meningkatkan nilai perusahaan. Nilai
dan GRK*DBIRU memiliki nilai probabilitas perusahaan yang diproksikan oleh kapitalisasi
masing-masing sebesar 0,3709, 0,1851, dan pasar tidak memberikan respon terhadap
0,3911. Ketiga variabel tersebut memiliki pengungkapan emisi GRK dengan adanya
nilai probabilitas yang lebih besar apabila peringkat perusahaan dalam mengelola
dibandingkan dengan taraf nyata. Hasil lingkungan. Hal tersebut kemungkinan
tersebut menunjukkan bahwa kinerja terjadi karena peringkat PROPER tidak
lingkungan tidak memengaruhi hubungan dapat menggambarkan kinerja lingkungan
antara pengungkapan emisi GRK dan nilai perusahaan secara keseluruhan sehingga dengan
perusahaan pada periode t+1. Berdasarkan adanya kinerja lingkungan tidak memengaruhi
hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa adanya hubungan positif antara pengungkapan emisi
kinerja lingkungan sebagai jaminan bahwa GRK dan nilai perusahaan.
perusahaan telah melakukan upaya pelestarian
lingkungan tidak akan memengaruhi penilaian Total Aset, Total Utang, dan Pendapatan
pasar dari adanya informasi mengenai emisi Operasional terhadap Nilai Perusahaan
GRK yang diungkapkan oleh perusahaan. Berdasarkan pengujian kedua model
penelitian, besarnya aset dan pendapatan
204 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2015, Vol. 12, No. 2, hal 188 - 209

operasional perusahaan memiliki pengaruh dan melaporkan beberapa item penilaian yang
yang sangat signifikan. Kedua variabel termasuk dalam kategori PROPER, tetapi
tersebut memiliki nilai probabilitas yang mereka belum memiliki inisiatif untuk ikut
lebih rendah daripada taraf nyata 1% di kedua serta dalam program pemerintah tersebut. Hal
model. Sementara itu, variabel total utang ini terbukti dengan masih sedikitnya jumlah
hanya memiliki tingkat signifikansi marjinal sampel penelitian ini dan didominasi oleh
pada model pertama saja. sektor industri dasar dan kimia. Oleh karena
Berdasarkan hasil tersebut, dapat itu, disarankan bagi pelaku bisnis untuk turut
dikatakan bahwa semakin besar total aset serta dalam program pelestarian lingkungan
dan pendapatan operasional perusahaan, ini guna menciptakan kondisi perekonomian
maka nilai perusahaan juga akan meningkat. yang ramah lingkungan.
Hasil ini menunjukkan bahwa tingginya aset Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perusahaan mengindikasikan perusahaan telah pengungkapan emisi GRK dan kinerja
berada di tahap dewasa, artinya perusahaan lingkungan berpengaruh positif terhadap
dianggap lebih stabil dalam menciptakan nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa pasar
laba dan memiliki prospek yang lebih baik merespon informasi yang diungkapkan oleh
sehingga akan memengaruhi nilai perusahaan perusahaan mengenai upaya mereka dalam
secara positif (Naimah dan Utama 2006) dan mengelola emisi GRK perusahaan. Hasil
tingginya pendapatan operasional perusahaan tersebut juga menunjukkan bahwa kinerja
menjadi sinyal untuk pasar bahwa perusahaan lingkungan yang diperoleh perusahaan
berjalan baik sehingga pasar menilai positif mendapatkan respon bagi pasar karena
juga (Matsumura et al. 2014). Variabel total perusahaan dengan peringkat PROPER emas
utang dalam model pertama menunjukkan relatif memengaruhi nilai perusahaan apabila
nilai koefisien yang negatif, sesuai dengan dibandingkan dengan perusahaan dengan
ekspektasi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa peringkat PROPER merah. Hasil penelitian
pasar mengkhawatirkan risiko keberlanjutan ini mendukung teori sinyal dan legitimasi,
perusahaan dengan besarnya nilai utang yaitu perusahaan akan menunjukkan kinerja
sehingga semakin besar total utang yang lingkungan mereka dan memberikan informasi
dimiliki perusahaan, maka nilai perusahaan positif yang akan mendapatkan legitimasi
akan menurun. publik dan memberikan perhatian bagi
investor sehingga nilai perusahaan pun akan
SIMPULAN meningkat.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa
Penelitian ini dilakukan untuk menguji nilai perusahaan yang diproksikan oleh
apakah pengungkapan emisi GRK dan kapitalisasi pasar tidak memberikan respon
kinerja lingkungan berpengaruh terhadap terhadap pengungkapan emisi GRK dengan
nilai perusahaan pada periode t+1, dan adanya peringkat perusahaan dalam mengelola
apakah kinerja lingkungan dapat memoderasi lingkungan. Hal tersebut kemungkinan
pengaruh pengungkapan emisi GRK dan nilai terjadi karena peringkat PROPER tidak
perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, dapat menggambarkan kinerja lingkungan
maka dilakukan pengujian terhadap 33 perusahaan secara keseluruhan sehingga dengan
perusahaan yang termasuk ke dalam peringkat adanya kinerja lingkungan tidak memengaruhi
PROPER dan terdaftar pada BEI selama hubungan positif antara pengungkapan emisi
rentang waktu empat tahun, yaitu 2010- GRK dan nilai perusahaan. Besarnya aset
2013. Sampel akhir dalam penelitian ini ialah dan pendapatan operasional perusahaan akan
sebanyak 132 observasi. memengaruhi peningkatan nilai perusahaan,
Berdasarkan analisis pemilihan sampel, sedangkan tingginya total utang sebaliknya.
dapat dikatakan bahwa meskipun perusahaan Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
yang terdaftar di BEI telah mengungkapkan paper ini memiliki beberapa keterbatasan.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2015, Vol. 12, No. 2, hal 188 - 209 205

Pertama, jumlah sampel dalam penelitian Al-Tuwaijri, S. A., T. E. Christensen, and


ini masih relatif rendah karena hanya K. E. Hughes II. 2004. The Relations
menggunakan sampel perusahaan yang kinerja among Environmental Disclosure,
lingkungannya dievaluasi melalui peringkat Environmental Performance, and
PROPER selama periode 2010-2013 berturut- Economic Performance: A Simultaneous
turut. Kedua, kemungkinan subjektivitas dalam Equations Approach. Accounting,
menentukan skor pada indeks pengungkapan Organizations and Society, 29 (5-6),
emisi GRK karena penentuan skor hanya 447-471.
dilakukan oleh seorang peneliti dan tidak Bank Indonesia. 2013. Surat Edaran Bank
dievaluasi oleh lainnya (asisten peneliti) yang Indonesia Nomor 15/28/DPNP tentang
memungkinkan terdapat perbedaan apakah
Penilaian Kualitas Aset Bank Umum.
kalimat yang dimaksud dalam laporan tahunan
Jakarta: Bank Indonesia.
perusahaan tersebut sesuai dengan indikator
Bouten, L. and S. Hoozee. 2013. On the
pengungkapan informasi GRK dalam
Interplay between Environmental
penelitian ini atau tidak. Penelitian selanjutnya
dapat mengubah indikator kinerja lingkungan Reporting and Management Accounting
sehingga dapat memperluas sampel penelitian, Change. Management Accounting
seperti menggunakan indeks GRI sebagai acuan Research, 24 (4), 333-348.
untuk mengukur seberapa baik perusahaan Choi, B. B., D. Lee, and J. Psaros. 2013. An
dalam mengelola lingkungannya sehingga Analysis of Australian Company Carbon
sampel yang digunakan akan lebih luas (bukan Emission Disclosure. Pacific Accounting
hanya perusahaan yang ikut serta dalam Review, 25 (1), 58-79.
program PROPER). Penelitian selanjutnya Clarkson, P. M., Y. Li, G. D. Richardson, and F.
juga disarankan dibantu dengan beberapa P. Vasvari. 2011. Does It Really Pay to be
asisten peneliti untuk menentukan nilai skor Green? Determinants and Consequences
informasi GRK sebagai perbandingan dan agar of Proactive Environmental Strategies.
dapat meminimalisasi kemungkinan adanya Journal of Accounting Public Policy, 30
subjektivitas dalam scoring tersebut serta (2), 122-144.
penelitian selanjutnya dapat menggunakan Global Carbon Project. 2014. CO2 Teriotorial
jumlah kuantitas emisi GRK yang dikeluarkan Emissions in 2014. Diunduh pada
perusahaan agar dampak operasional tanggal 18 April 2016, http://www.
perusahaan dapat dijelaskan lebih dalam. globalcarbonatlas.org/?q=en/emissions.
Griffin, P. and Y. Sun. 2012. Going Green:
DAFTAR PUSTAKA Market Reactions to CSR Newswire
Releases. Diakses pada 28 Maret
Ahmad, N. N. N. and D. M. Hossain. 2015. 2 0 1 5 , h t t p : / / w w w. c s r w i r e . c o m /
Climate Change and Global Warming press_releases/33757-New-Research-
Discourses and Disclosures in the Vo l u n t a r y - D i s c l o s u r e - P r o d u c e s -
Corporate Annual Reports: A Study on the Positive-Returns-for-Shareholders.
Malaysian Companies. Procedia - Social Hartanti, D. 2007. Pengaruh Kinerja
and Behavioral Sciences, 172, 246-253. Lingkungan Hidup dan Manajemen
Almilia, L. S. dan D. Wijayanto. 2007. Lingkungan Hidup terhadap Kinerja
Pengaruh Environmental Performance Keuangan Perusahaan. Working Paper,
dan Environmental Disclosure terhadap Universitas Indonesia.
Economic Performance. Paper Healy, P. M. and K. G. Palepu. 2001.
dipresentasikan pada 1st Accounting Information Asymmetry, Corporate
Conference, Fakultas Ekonomi Disclosure, and the Capital Markets:
Universitas Indonesia. A Review of the Empirical Disclosure
206 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2015, Vol. 12, No. 2, hal 188 - 209

Literature. Journal of Accounting and Li, Y., I. Eddie, and J. Liu. 2013. The Impact of
Economics, 31 (1-3). 405-440. Carbon Emissions on Asset Values and
Hill, C. W. L. and T. M. Jones. 1992. Operating Cash Flows: Evidence from
Stakeholder-Agency Theory. Journal of Australian Listed Companies. Journal of
Management Studies, 29 (2), 131-154. Modern Accounting and Auditing, 9 (1),
Hsu, A. W. and T. Wang. 2013. Does the Market 94-111.
Value Corporate Response to Climate Luo, L., Q. Tang, and Y. Lan. 2013. Comparison
Change? Omega, 41 (2), 195-206. of Propensity for Carbon Disclosure
Intergovernmental Panel on Climate between Developing and Developed
Change. 2007. Climate Change 2007: Countries: A Resource Constraint
Perspective. Accounting Research
Mitigation of Climate Change. IPCC
Journal, 26 (1), 6-34.
Fourth Assessment Report. Cambridge:
Luo, L. and Q. Tang. 2014. Does Voluntary
Cambridge University Press.
Carbon Disclosure Reflect Underlying
International Organization for Standardization.
Carbon Performance? Journal of
2004. ISO 14001: Environmental Contemporary Accounting & Economics,
Management Systems. Geneva: International 10 (3), 191-205.
Organization for Standardization. Matsumura, E. M., R. Prakash, and S. C.
Jannah, R. dan D. Muid. 2014. Analisis Faktor- Vera-Munoz. 2014. Firm-Value Effects
Faktor yang Mempengaruhi Carbon of Carbon Emissions and Carbon
Emission Disclosure pada Perusahaan di Disclosures. The Accounting Review, 89
Indonesia (Studi Empiris pada Perusahaan (2), 695-724.
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Muhi, A. H. 2011. Pemanasan Global (Global
Periode 2010-2012). Diponegoro Journal Warming). Praktek Lingkungan Hidup.
of Accounting, 3 (2), 1-11. Working Paper, Institut Pemerintahan
Ja’far, M. S. dan L. Kartikasari. 2009. Dalam Negeri (IPDN).
Carbon Accounting: Implikasi Strategis Naimah, Z. dan S. Utama. 2006. Pengaruh
Perekayasaan Akuntansi Manajemen. Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan,
Paper dipresentasikan pada acara dan Profitabilitas Perusahaan terhadap
Simposium Nasional Akuntansi XII, Koefisien Respon Nilai Buku Ekuitas:
Palembang. Studi pada Perusahaan Manufaktur
Kementerian Lingkungan Hidup. 2011. di Bursa Efek Jakarta. Paper
Laporan Hasil Penilaian PROPER dipresentasikan pada acara Simposium
2011. Diunduh pada tanggal 27 April Nasional Akuntansi IX, Padang.
2015, http://www.menlh.go.id/DATA/ Najah, M. S. M. 2012. Carbon Risk
Management, Carbon Disclosure and
Press_release_PROPER_2011_OK.pdf.
Stock Market Effects: An International
Klassen, R. D. and C. P. McLaughlin. 1996. The
Perspective. Thesis, University of
Impact of Environmental Management
Southern Queensland.
on Firm Performance. Management
Prado-Lorenzo, J., L. Rodríguez‐Domínguez, I.
Science, 42 (8), 1199-1214. Gallego‐Álvarez, and I. García‐Sánchez.
Konar, S. and M. A. Cohen. 2001. Does 2009. Factors Influencing the Disclosure
the Market Value Environmental of Greenhouse Gas Emissions in
Performance? The Review of Economics Companies World-Wide. Management
and Statistics, 83 (2), 281-289. Decision, 47 (7), 1133-1157.
Krishnan, G. V. 2003. Audit Quality and the Rahman, N. R. A, S. Z. A. Rasid, and
Pricing of Discretionary Accruals. R. Basiruddin. 2014. Exploring
Auditing: A Journal of Practice & the Relationship between Carbon
Theory, 22 (1), 109-126. Performance, Carbon Reporting and
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2015, Vol. 12, No. 2, hal 188 - 209 207

Firm Performance: A Conceptual Paper. Sustainability Accounting, Management


Procedia - Social and Behavioral and Policy Journal, 5 (1), 22-45.
Sciences, 164, 118-125. Sarumpaet, S. 2005. The Relationship between
Rakhiemah, A. N. dan D. Agustia. 2009. Environmental Performance and
Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Financial Performance of Indonesian
Corporate Social Responsibility (CSR) Companies. Jurnal Akuntansi dan
Disclosure dan Kinerja Finansial Keuangan, 7 (2), 89-98.
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Stanny, E. and K. Ely. 2008. Corporate
di Bursa Efek Indonesia. Paper Environmental Disclosures about the
dipresentasikan pada acara Simposium Effects of Climate Change. Corporate
Nasional Akuntansi XII, Palembang. Social Responsibility and Environmental
Rankin, M., C. Windsor, and D. Wahyuni. 2011. Management, 15 (6), 338-348.
An Investigation of Voluntary Corporate Suaryana, A. 2011. Implementasi Akuntansi
Greenhouse Gas Emissions Reporting in Sosial dan Lingkungan di Indonesia.
a Market Governance System: Australian Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, 6
Evidence. Accounting, Auditing & (1), 1-26.
Accountability Journal, 24 (8), 1037- Tauringana, V. and L. Chithambo. 2015.
1070. The Effect of DEFRA Guidance on
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Greenhouse Gas Disclosure. The British
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun Accounting Review, 47 (4), 425-444.
2009 tentang Perlindungan dan Titisari, K. H. dan K. Alviana. 2012. Pengaruh
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Environmental Performance terhadap
Republik Indonesia. Economic Performance. Jurnal
Republik Indonesia. 2012. Keputusan Menteri Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 9
Lingkungan Hidup Republik Indonesia (1), 56-67.
Nomor 273 Tahun 2012 tentang Hasil World Bank. 2012. World Development
Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Indicators: Trends in Greenhouse Gas
dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Emissions. Diunduh pada tanggal 19
Jakarta: Republik Indonesia. April 2016, http://wdi.worldbank.org/
Republik Indonesia. 2013. Keputusan Menteri table/3.9#.
Lingkungan Hidup Republik Indonesia Yanto, S. 2007. Akuntansi Hijau: Sarana
Nomor 349 Tahun 2013 tentang Hasil Pendeteksi Dini Bencana Lingkungan.
Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Akuntan Indonesia, 3, 23-26.
dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Ziegler, A., T. Busch, and V. H. Hoffmann.
Jakarta: Republik Indonesia. 2011. Disclosed Corporate Responses to
Republik Indonesia. 2014. Keputusan Menteri Climate Change and Stock Performance:
Lingkungan Hidup dan Kehutanan An International Empirical Analysis.
Republik Indonesia Nomor 180 Tahun Energy Economics, 33 (6), 1283-1294.
2014 tentang Hasil Penilaian Peringkat
Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Jakarta: Republik
Indonesia.
Riebeek, H. 2010. Global Warming. Diunduh
pada tanggal 31 Maret 2015, http://
earthobservatory.nasa.gov/Features/
GlobalWarming/printall.php.
Saka, C. and T. Oshika. 2014. Disclosure Effects,
Carbon Emissions and Corporate Value.
208 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2015, Vol. 12, No. 2, hal 188 - 209

Lampiran 1
Indeks Pengungkapan Emisi GRK
No. Item Skor
Kategori:
CC-Climate Change yaitu Perubahan Cuaca: Risiko dan Peluang
Penilaian/deskripsi mengenai risiko (peraturan/regulasi baik khusus maupun
1. umum) yang berkaitan dengan perubahan cuaca dan tindakan yang diambil 1
untuk mengelola risiko tersebut.
Penilaian/deskripsi saat ini (dan masa depan) dari implikasi keuangan, bisnis
2. 1
dan peluang dari perubahan cuaca.
Kategori:
GHG-Greenhouse Gas Emissions Accounting yaitu Akuntansi Emisi GRK
Deskripsi metode yang digunakan untuk menghitung emisi GRK (misalnya
3. 1
berdasarkan Protokol Kyoto atau ISO dan lain sebagainya).
Keberadaan verifikasi eksternal kuantitas emisi GRK oleh siapa dan atas
4. 1
dasar apa.
5. Total emisi GRK (metric ton) yang dihasilkan. 1
6. Pengungkapan lingkup 1 dan 2, atau 3 emisi GRK. 1
Pengungkapan emisi GRK berdasarkan asal atau sumbernya (misalnya: batu
7. 1
bara, listrik, dan sebagainya).
8. Pengungkapan emisi GRK berdasarkan fasilitas atau level segmen operasi. 1
9. Perbandingan emisi GRK dengan tahun-tahun sebelumnya. 1
Kategori:
EC-Energy Consumption Accounting yaitu Akuntansi Konsumsi Energi
10. Jumlah energi yang dikonsumsi (misalnya tera-joule atau PETA-joule). 1
Pengungkapan energi yang digunakan dari sumber daya yang dapat
11. 1
diperbaharui.
Pengungkapan konsumsi energi berdasarkan jenis, fasilitas atau segmen
12. 1
operasi.
Kategori:
RC-Greenhouse Gas Reduction and Cost yaitu Pengurangan dan Biaya Emisi GRK
13. Detail/rincian dari rencana atau strategi untuk mengurangi emisi GRK. 1
14. Spesifikasi dari target tingkat/level dan tahun pengurangan emisi GRK. 1
Reduksi emisi GRK dan biaya atau cadangan (costs or savings) yang dicapai
15. 1
saat ini sebagai akibat dari rencana pengurangan emisi GRK.
Biaya emisi GRK di masa mendatang yang diperhitungkan dalam perencanaan
16. 1
belanja modal (capital expenditure planning).
Kategori:
ACC-Carbon Emission Accountability yaitu Akuntabilitas Emisi Karbon (GRK)
Indikasi bahwa manajemen (perusahaan) memiliki tanggung jawab atas
17. 1
tindakan yang berkaitan dengan perubahan cuaca.
Deskripsi mekanisme bahwa manajemen (perusahaan) meninjau kemajuan
18. 1
perusahaan mengenai perubahan cuaca.
TOTAL SKOR 18
Sumber: Choi et al. (2013)
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2015, Vol. 12, No. 2, hal 188 - 209 209

Keterangan Lingkup 1, 2, dan 3:


1. Lingkup 1: Emisi GRK Langsung
a. Emisi GRK terjadi dari sumber yang dimiliki atau dikendalikan oleh perusahaan, misalnya:
emisi dari pembakaran boiler, tungku, kendaraan yang dimiliki oleh perusahaan; emisi dari
produksi kimia pada peralatan yang dimiliki dan dikendalikan oleh perusahaan.
b. Emisi GRK langsung dari pembakaran biomassa yang tidak dimasukkan dalam lingkup 1
tetapi dilaporkan secara terpisah.
c. Emisi GRK yang tidak terdapat pada Protokol Kyoto, misalnya CFC, NOX, dan lain-lain
sebaiknya tidak dimasukkan dalam lingkup 1 tetapi dilaporkan secara terpisah.
2. Lingkup 2: Emisi GRK secara Tidak Langsung yang Berasal dari Listrik
a. Mencakup emisi GRK dari pembangkit listrik yang dibeli atau dikonsumsi oleh perusahaan.
b. Lingkup 2 secara fisik terjadi pada fasilitas pada saat listrik dihasilkan.
3. Lingkup 3: Emisi GRK Tidak Langsung Lainnya
a. Merupakan kategori pelaporan opsional yang memungkinkan untuk perlakuan semua emisi
tidak langsung lainnya.
b. Mencakup konsekuensi dari kegiatan perusahaan, namun terjadi dari sumber yang tidak
dimiliki atau dikendalikan oleh perusahaan.
c. Contoh lingkup 3 adalah kegiatan ekstraksi dan produksi bahan baku yang dibeli, transportasi
dari bahan bakar yang dibeli, dan penggunaan produk dan jasa yang dijual.

Anda mungkin juga menyukai