Anda di halaman 1dari 23

TEORI AKUNTANSI

(Sistem Informasi Akuntansi)


DOSEN PEMBIMBING: MUHAMMAD MUKHRAM. S.pd., M. Ak

Disusun oleh : Kelompok III


o WIDIAWATI
o MUH. YUFRIANTO GUNTUR
o ASRIA
o NURMUTMAINNAH
o RAODATUL JANNAH
o ULFAWIDIANENGSIH RUSLAN

Kelas Akuntansi B 17

Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Sistem
Informasi Akuntansi” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita dalam mengetahui “Sistem Informasi Akuntansi”. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Majene, 10 Maret 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

A.      Latar Belakang...........................................................................................................1

B.      Rumusan Masalah .....................................................................................................2

C. Tujuan dan Manfaat...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3

A. Sejarah sistem Pencatatan Double Entry.....................................................................2

B. Analisis dan Transaksi Jurnal......................................................................................5

BAB III. PENUTUP............................................................................................................11

A.      Kesimpulan ...............................................................................................................11

B.       Saran ........................................................................................................................11

C.      Daftar Pustaka ...........................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem informasi akuntansi merupakan serangkaian sistem yang dapat membantu manajemen
perusahaan untuk mengambil suatu keputusan yang memberikan pengaruh pada perusahaan sehingga
perusahaan mampu menghadapi tantangan dari perusahaan-perusahaan yang sejenis. Sistem informasi
akuntansi mampu memberikan perubahan yang begitu besar terhadap perusahaan yang menggunakan
sistem informasi akuntansi.
Pengguna dalam sistem informasi akuntansi merupakan keharusan bagi perusahaan untuk
menjalankan kegiatan-kegiatan dalam perusahaan secara lebih cepat, akurat, efisien dan efektif, walaupun
informasi yang dihasilkan merupakan olahan dari komputer. Sistem informasi akuntansi atas penjualan
dan penerimaan kas merupakan sistem utama yang sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan suatu
perusahaan.
Perusahaan yang menerapkan sistem informasi akuntansi khususnya atas penjualan dan
penerimaan kas akan membantu manajemen untuk mengambil keputusan yang baik sehingga tujuan
utama dari perusahaan dapat tercapai. Analisis terhadap sistem informasi akuntansi terutama pada fungsi
penerimaan kas sangat dibutuhkan. Karena tolak ukur dari keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat
dari penerimaan kas perusahaan tersebut. Sehingga dapat dikatakan pula dalam keefektifan fungsi
penjualan akan berbanding lurus.dengan laba yang diperoleh. Kemudian laba yang diperoleh akan
terkelolah dengan baik jika fungsi penerimaan kas berjalan dengan baik pula. Oleh karena itu dibutuhkan
pengendalian yang tepat dalam pengawasan fungsi penjualan dan fungsi penerimaan kas.

B. Rumusan Masalah
- Bagaimana sejarah sistem Pencatatan Double Entry?
- Bagimana analisis transaksi dan jurnal?
C. Tujuan dan manfaat
Tujuan pembuatan makalah :
- Mengetahui sejarah sistem Pencatatan double entry
- Mengetahui analisis transaksi dan jurnal
Manfaat pembuatan makalah :
- Agar bisa menerapkan prosedur sistem akuntansi lebih baik untuk tugas transaksi dalam
perusahaan baik dalam tugas perkuliahan dan di dunia kerja

iii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Sistem Pencatatan Double Entry

Dalam berbagai literatur akuntansi konvensional banyak ditulis bahwa akuntansi pertama
kalinya ditemukan oleh Lucas Pacioli (seorang pendeta Italia) dngan buknya yang berjudul
Summa de Arithmetica, Geometrica, Proportionalita. Buku ini diterbitkan pada tahun 1494 di
Florence, Italia. Menurutnya, pencatatan transaksi tidak hanya mencatat pengaruhnya pada satu
perkiraan saja tetapi juga dilakukan pencatatan pada perkiraan lain.

Pada mulanya, akuntansimerupakan catatan-catatan yang disimpan sebagai bagian dari


sistem feodal pada abad pertengahan. Tuan-tuan tanah pada saat itu biasanya mengumpulkan
pajak dari penduduk, dimana dana ini nantinya akan digunakan untuk keperluan pembangunan
wilayahnya, di samping juga untuk kepentingan pribadi. Laporan tentang pemungutan dan
perolehan pajak ini biasanya akan dibuat oleh salah satu staf dari tuan tanah tersebut dalam
bentuk catatan. Catatan seperti ini juga biasanya dibua oleh para pedagang yang berniaga ke
daerah atau negara lai, sebagai dasar atau pedoman dalam menghitung besarnya keuntungan
yang telah dihasilkan dari kegiatan perdagangannya.

Sistem pencatatan akuntansi doubel entry tidaklah jelas apakah sistem pencatatan apa yang
diterapan pada zaman dahulu kala adalah sistem single entry atau double entry. Menurut (1987),
sistem pencatatan dengan menggunakan double entry sudah ada sebelum Lucas Pacioli
menemukannya. Lucas Pacioli sendiri bahkan dalam bukunya menyatakan bahwa apa yang
ditulisnya tentang sistem pencatatan double entry adalah berdasarkan pada metode yang telah
digunakan di Venice, Italia (yang sudah sejak lama ada dan berkembang). Ia mengakui bahwa
dirinya hanya menuliskan sebuah metode pencatatan pembukuan yang telah ada sejak ratusan
tahun sebelumnya, dan sudah digunakan secara umum oleh para pedagang pada masa itu. Lucas
Pacioli juga menyatakan bahwa bukan dirinya yang menemukan sistem pencatatan atau
pembukuan berganda tersebut.

Litleton (1961) menyebutkan bahwa seluruh karakteristik dari sistem pencatatan double entry
telah dikembangkan lebih dari seratus tahun sebelum buku Lucas Pacioli muncul. Versi lainnya,
Peragallo, menyebutkan bahwa orang pertama yang menulis tentang sistem pencatatan doubele

iv
entry adalah Benedetto Cortugly, dengan bukunya yang berjudul Della Mercatua e del Mercante
Perfetto, yang selesai ditulis pada tahun 1458 dan diterbitkan pada tahun 1573. Ada juga pihak
yang beranggapan bahwa bahan-bahan mengenai sistem pencatatan double entry sesungguhnya
telah ditemukan di Florence (Italia) pada tahun 1211 yaitu 283 tahun sebelum terbitnya buku
Lucas Pacioli. Sejak tahun itu, berkembanglah sistem pembukuan di Italia.

 Saldo Normal Akun

Hubungan antara aktiva, kewajiban dan ekuitas dapat dirumuskan kedalam sebuah
persamaan akuntansi (accounting equation) sebagai berikut :

Assets = Liabilities + Equity

Rumusan persamaan akuntansi di atas sifatnya baku (mutlak), dimana libilities harus
ditempatkan terlebih dahulu sebelum equity, ini mengandung makna bahwa kreditor memiliki
hak yang pertama atas kekayaan perusaaan, setelah itu sisa aset yang masih ada barulah
merupakan hak pemilik modal atau pemegang saham.

Sebuah sistem akuntansi dirancang untuk menunjukkan kenaikan ataupun penurunan saldo
masing-masing komponen maporan keuangan. Kenaikan ataupun penurunan saldo ini haruslah
dicatat secara terperinci dan terpisah untuk setiap komponen laporan keuangan. Catatan
akuntansi yang terperinci dan terpisah inilah yang dinamakan sebagai akun (perkiraan). Jadi,
akun adalah catatan akuntansi mengenai kenaikan aau penuruanan saldo dari masing-masing
aktiva, kewajiban, dan nama akun, dinamakan sebagai bagan perkiraan (charts of accounts).
Kode dan nama akun yang akan digunakan oleh perusahaan untuk mencatat dan
menglasifikasika setiap transaksi bisnis (peristiwa ekonomi) yang terjadi. Sesungguhnya, akun
identik dengan komponen laporan keuangan, contohnya adalah akun kas, akun piutang usaha dan
seterusnya.

Contoh chart of accounts (COA) :

1. AKTIVA
1.1 Kas
1.2 Piutang Usaha

v
1.4 Perlengkapan Kantor
1.5 Asuransi Dibayar di Muka
1.7 Peralatan Kantor
1.8 Perabot Kantor
2. KEWAJIBAN
2.1 Utang
2.3 Sewa Diterima di Muka
3. EKUITAS PEMILIK
3.1 Modal
3.2 Prive
4. PENDAPATAN
4.1 Pendapatan Usaha
4.2 Pendapatan Sewa
4.3 Pendapatan Bunga
5. BEBAN
5.1 Beban Gaji
5.2 Beban Iklan
5.3 Beban Sewa Kantor
5.4 Beban Utilitas
5.9 Beban Rupa-rupa

Bentuk baku (standarisasi) dalam penyusunan COA dan yang telah diterapkan di
kebanyakan perusahaan adalah bahwa pengelompokkan nomor 1 selau dimuali dari akun-akun
aktiva, lalu diikuti dengan akun-akun dari kelompok utang, ekuitas, pendapatan, dan beban.
Untuk aktiva yang tergolong lancar, urutan penyusunannya atau penempatannya di dalam COA
haruslah berdasarkan urutan tingkat likuiditas. Dalam keseharian praktik akuntansi, kas sebagai
aktiva yang paling lancar ini sering kali atau merupakan objek yang paling “digemari” dicuri
atau disalahgunakan oleh oknum karyawan tertentu sehingga memerlukan penerapan
pengendalian internal yang baik (memadai). Adapun untuk penusuanan aktiva tetap,
penyusunannya selalu dimulai dari aktiva tetap berwujud yang memiliki umur ekonomis (masa
manfaat) yang paling lama. Oleh sebab itu, tidaklah heran apabila tanah ditempatkan terlebih

vi
dahulu sebelum aktiva tetap berwujud lainnya (bangunan, kendaraan bermotor, peralatan dan
seterusnya). Penyusunan COA untuk utang dimuali dari utang jangka pendek yang sifatnya
paling lancar, yang biasanya dimulai dengan utang usaha. Akin beban rupa-rupa dibuat untung
“menampung” seluruh pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil dan jarang terjadi, sehingga
tidak perlu dibuatkan akun khusus untuk mencatat pengeluaran tersebut. Akun beban rupa-rupa
ini haruslah ditempatkan paling akhir dalam akun.

Satu hal lagi yang perlu diperhatikan dalam proses penyusunan COA adalah penerapan
flexible numbering system (sistem penomoran yang fleksibel), di mana sebuah kode dan nama
akun yang baru akan dapat ditambah (disisipkan) tanpa mengubah urutan kpde akun lainnya
yang telah ada. Dalam contoh bagan perkiraan sebelumnya, perhatikanlah dengan saksama
urutan nomor/kode yang sengaja dilewatkan (dikosongkan) yaitu dari kode 1.2 untuk akun
piutang usaha ke kode 1.4 untuk akun perlengkapan kantor, dan seterusnya. Hal ini tujuannya
tidak lain adalah kalau nantinya ternyata terdapat penambahan akun baru maka penambahan atau
penempatan akun baru ini haruslah tetap memenuhi persyaratan urutan tingkat likuiditas dan
seterusnya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Jadi, kalau mislanya ternyata terdapat akun
yang sifatnya lebih lancar dibanding akun perlengkapan kantor, yaitu denga nomor kode 1.3
tanpa harus merombak seluruh kode akun yang selama ini telah digunakan. Demikian juga
halnya dengan penambahan akun baru untuk tanah dan bangunan, yang dimana dapat angsung
disisipkan di antara nomor kode1.5 dan 1.7.

Bentuk format yang paling sederhana untuk menunjukkan kenaikkan atau penurunan saldo
masing-asing komponen laporan keuangan adalah dengan menggunakan model T account.
Dinamakan T acount karena memang bentuk formatnya seperti huruf T.

Model T account =

Nama Akun

Mutasi Debit Mutasi Kredit

(Dr) (Kr)

vii
Dengan memahami persamaan dasar akuntansi,kita dapat menyimpulkan secara cermat
bahwa setiap transaksi akan memengaruhi paling tidak dua akun, bahwa bisa lebih dari dua akun.
Dalam akuntansi, pencatatan transaksi ke dalam jurnal dilakukan atas dasar double entry system
di mana salah satu dari dua akun tersebut akan dicatat di sebelah debit dan akun satunya lagi
dicatat di sebelah kredit. Dengan kata lain, jumlah antara sisi debit dengan sisi kredit dalam
sebuah jurnal haruslah seimbang. Sebelum kita mencatat transaksi ke dalam jurnal, kita perlu
memahami terlebih dahulu saldo normal dan makna debit kredit akun.

Aktiva memiliki saldo normal di sebelah debit. Jika terdapat transaksi yang sifatnya
menambah aktiva perusahaan, maka transaksi tersebut harus dicatat dengan mendebit aktiva
yang bersangkutan. Sebaliknya jik efek dari suatu transaksi akan mengurangi aktiva, maka aktiva
yang berkurang tersebut harus dicatat di sebelah kredit.

Utang (kewajiban) memiliki saldo normal di sebelah kredit. Jadi jika terdapat transaksi yang
sifatnya menambah jumlah kewajiban perusahaan, maka transaksi tersebut harus dicatat dengan
mengkredit kewajiban yang bersangkutan. Sebaliknya, jika efek dari suatu transaksi sifatnya
mengurangi jumlah kewajiban, maka utang yang berkurang tersebut harus dicatat sebelah debit.

Ekuitas memilki saldo normal disebelah kredit. Ekuitas akan bertambah di sebelah kredit,
dan sebaliknya akan berkurang di sebelah debit. Prive memiliki saldo normal di sebelah debit,
dimana prive sifatnya akan mengurangi ekuitas. Pendapatan memilki saldo normal di sebelah
kredit, sehingga pendaptan sifatnya akan menambah ekuitas pendapatan akan bertambah di
sebelah kredit dan sebaliknya akan berkurang di sebelah debit. Beban memiliki saldo normal di
sebelah debit, di mana sifatnya akan mmengurangi ekuitas. Beban akan bertambah di sebelah
debit dan sebaliknya akan berkurang di sebelah kredit. Perhatikanlah bahwa saldo normal
pendapatan berbanding lurus dengan saldo normal ekuitas, sedangkan saldo normal prive dan
beban berbanding terbalik dengan saldo normal.

B. Analisis Transaksi dan Jurnal

Dalam akuntansi, proses pencatatan selalu dimulai dengan menganalisis setiap transaksi
yang tejadi dalam perusahaab. Analisis ini mengandung pengertian bahwa seorang akuntan harus
dapat menentukan pengaruh dari masing-masing transaksi terhadap akun. Pada tahapan ini,
akuntan sudah selayaknya memiliki pemahaman yang baik mengenai defenisi atau pengertian
viii
dari aktiva, kewajiban, ekuitas, investasi oleh pemilik, distribusi kepada pemilik, lana
komprehensif, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian, yang semuanya itu merupakan
unsur laporan keuangan. Setelah transaksi dianalisis, langkah selanjutnya adalah mencatat
kandungan informasi yang ada pada setiap transaksi kedalam jurnal (tentu saja setelah
kandungan informasi tadi diterjemahkan kedalam akun-akun)

Transaksi dicatat kedalam jurnal secara kronologis, yaitu berdasarkan urutan waktu
terjadinya transaksi. Jurnal akan memperlihatkan pengaruh setiap transaksi terhadap akun dalam
bentuk debit kredit. Lewat prosedur debit kredit inilah kita dapat melihat kenaikan ataupun
penurunan atas saldo masing-masing akun terkait.

Jurnal dibedakan menjadi dua, yaitu jurnal umu (genaral journal) dan jurnal khusus
(spesial journal). Jurnal umum dibuat atas transaksi yang tidak di catat dalam jurnal khusus.
Contoh transaksi yang akan dicatat dalam jurnal umum adalah transaksi retur pembelian, retur
penjualan, serta transaksi pembelian peratalan dan perlengkapan kantor secara kredit. Jurnal
koreksi (Correcting entries), jurnal penyesuaian (adjusting entries),dan jurnal penutup (closing
entries) tergolong kedalam jurnal umum.

Jurnal khusus dibagi menjadi:

 Jurnal Penjualan, digunakan untuk mencatat seluruh transaksi penjualan barang


dagangan kepelanggan secara kredit. Untuk transaksi penjualan barang dagangan yang
dilakukan secara tunai akan dicatat dalam jurnal penerimaan kas.
 Jurnal Pembelian, digunakan untuk mencatat seluruh transaksi pembelian barang
dagangan dari supplier secara kredit. Untuk transaksi pembelian barang dagangan yang
dilakukan secara tunaik akan dicatat dalam jurnal pembayaran kas.
 Jurnal Penerimaan Kas (cash receipts jurnal), digunakan untuk mencatat seluruh
transaksi penerimaan kas. Penerimaan kas langsung dari pelanggan dalam transaksi
penjualan barang dagangan secara tunai dan penerimaan kas dari hasil penagihan
piutang akan dicatat dalam buku jurnal ini. Contoh lainnya adalah penerimaan kas dari
hasil pinjaman serta penjualan tunai peralatan dan perabot kantor yang tidak terpakai.
 Jurnal Pembayaran Kas (cash payments journal), digunakan untuk memcatat seluruh
transaksi pengeluaran kas. Pembayaran kas langsung ke supplier dalam transaksi
ix
pembelian barang dagangan secara tunai, pengeluaran kas untuk pelunasan utang. Serta
pembelian peralatan dan perlengkapan kantor secara tunai akan dicatat dalam buku ini.
Buku Besar

Setelah transaksi dianalisi dan di catat kedalam jurnal, langkah selanjutnya adalah mem-
posting (memindah bukukan) setiap saldo akun yang terdapat pada jurnal kedalam buku besar
untuk masing-masing akun. Intinya adalah bahwa setiap saldo akun yang masih “tercerai berai”
dalam jurnal akan diakumulasikan kedalam buku besar sesuai masing-masing akun. Nantinya,
buku besar untuk masing-masing akun inimemperlihatkan secara terperinci mengenai setiap
perubahan (mutasi debit dan mutasi kredit) yang ditimbulkan dari seluruh transaksi yang
terjadi .rincian akumulasi saldo akun terkait yang terdapat dalam jurnal. Pemahaman yang
mendalam mengenai saldo normal dan makna debit kredit akun sangatlah dibutuhkan dalam
proses penyusunan buku besar. Buku besar dibuat dengan urutan akun seperti yang tercantum
pada bagan perkiraan (chart of accounts), yang dimulai dengan akun neraca (kas, piutang usaha,
dan seterusnya).

Sebagai contoh: buku besar kas akan memuat secara terperinci saldo awal, mutasi debit,
mutasi kredit, dan saldo akhir. Mutasi debit yang terdapat dalam buku besar kas merupakan
rincian pemindahbukuan dari seluruh transaksi penerimaan kasyang telah dicatat dalam jurnal,
demikian juga mutasi kredit yang terdapat dalam buku besar kas merupakan rincian
pemindahbukuan dari seluruh transaksi pengeluaran kas yang telah dicatat dalam jurnal.

Buku besar (ledger) dibedakan menjadi dua, yaitu buku besar umum (general ledger) dan
buku besar pembantu (subsidiary ledger). Untuk perusahaan yang sudah computerised system,
proses posting dari jurnal ke buku besar tidak lagi dilakukan secara manual tetapi akan langsung
ter-posting secara otomatis lewat program komputer. Buku besar umum selalu dibuat atas
seluruh akun laporan keuangan.

Tidak semua akun memerlukan buku besar pembantu. Perusahaan biasanya akn membuat
buku besar pembantu hanya khusus untuk akun piutang dagang dan utang dagang. Buku besar
pembantu diperlukan untuk memerinci saldo yang terdapat dalam buku besar umum.Bayangkan
saja dalam sebuah perusahaan dagang yang dimana transaksi penjualan barang dagangan (secara
kredit) dari banyak supplier.Dengan adanya buku besar pembantu yang mencatat utang ke
x
masing-masing suppilier,akan lebih memudahkan bagi perusahaan untuk mengontrol saldo
keseluruhan piutang dagang dan utang dagang.Total jumlah saldo dari keseluruhan masing-
masing buku besar pembantu harus sama dengan jumlah saldo yang tertera dalam buku besar
umum.

Account Receivable Account Payable

Costumer Costumer Costumer


A B C
Supplier Supplier Supplier

A B C

Neraca Saldo

Neraca saldo (trial balance) diperlukan untuk menghasilkan bahwa tidak adanya kesalahan
didalam memposting jumlah debet/kredit dari jurnal ke buku besar. Kecocokan antara jumlah
debet dengan jumlah kredit ini harus di buktikan pada setiap akhir periode laporan akuntansi.
Langkah awal dalam menyiapkan neraca saldo adalah menentukan saldo akhir per periode
laporan akuntansi untuk setiap akun (lihat sald akhir yang di cetak tebal pada buku besar diatas.
Seluruh saldo akhir tersebut (untuk tiap-tiap akun) akan dipindahkan ke neraca saldo.

Perlu ditekankan disini, bahwa neraca saldo dibuat hanya untuk membuktikan bahwa antara
jumlah debit dengan jumlah kredit telah sama (equality). Neraca saldo tidak menjamin dalam hal
kelengkapan dan keakuratan data transaksi. Jika antara jumlah debit dengan jumlah kredit dalam
neraca sald tidak sama, maka berarti terdapat kesalahan posting (karena dalam double-entry
system, seharusnya antara sisi debit dengan sisi kredit seimbang). Sebaliknya, jika antara jumlah
debit dengan jumlah kredit dalam neraca saldo sama, maka hal ini belum tentu (tidak menjamin)
bahwa semua transaksi telah di catat secara benar dalam jurnal. Antara jumlah debit dengan
jumlah kredit dalam neraca saldo akan tetap sama, meskipun:

xi
 Terdapat kesalahan identifikasi akun dalam pembuatan ayat jurnal; misalnya sebuah
peralatan yang di beli secara tunai dicatat dalam jurnal sebagai penimbah utang. Dalam
hal ini, meskipun akun yang di gunakan salah (mengkredit akun utang, seharusnya
mengkredit akun kas) tetapi antara sisi debit dengan sisi kredit akan tetap seimbang
dalam jumlah yang sama.
 Terdapat transaksi bisnis yang tidak di jurna (terlewatkan)
 Terdapat transaksi bisnis yang dijurnal secara ganda (double).

Ayat Jurnal Penyesuaian

Setelah ayat jurnal di posting ke buku besar, lalu disiapkanlah neraca saldo sebelum
penyesuaian(un-adjusted trial balance).Siklus akun transaksi belum selesai sampai disini .Masih
ada beberapa tahapan proses lagi yang harus dilalui hingga akhirnya diterbitkan seperangkat
laporan keuangan yang bermanfaat bagi para users.Tahapan proses tersebut diantaranya adalah
proses penyesuaian,proses penyajian neraca saldo setelah penyesuaian,proses penyajian neraca
saldo setelah penyesuaian(adjusted trial balance)dan seterusnya.

Pada akhir periode akuntansi, banyak saldo akun dalam buku besar yang dapat segera
dilaporkan dalam laporan keuangan tanpa mengalami perubahan.Akan tetapi,ada juga beberapa
akun yang perlu disesuaikan.Penyesuaian ini perlu dilakukan dengan tujuan untuk
memperbarui(updating)data laporan keuangan agar sesuai dengan konsep akrual dan konsep
penandingan yang berlaku dalam akuntansi.Sebagai contoh adalah bahwa besarnya saldo
perlengkapan yang mencerminkan: harga pokok perlengkapan yang diperoleh atau dibeli
sepanjang periode, haruslah disesuaikan dengan besarnya jumlah perlengkapan yang telah
digunakan sepanjang periode untuk mengetahui saldo akhir perlengkapan yang masih
tersisa(yang belum digunakan).Contoh lainnya adalah penyesuaian untuk akun beban gaji dan
akun utang gaji yang timbul atas jumlah gaji yang belum dibayarkan tetapi bebannya telah
terjadi: akun piutang gaji dan akun pendapatan bunga yang timbul atas jumlah bunga yang belum
diterima uangnya tetapi pendapatannya telah terjadi: akun beban dibayar muka: dan lain-lain.

Ayat jurnal yang membuat saldo akun menjadi up to date pada akhir periode akuntansi
dinamakan sebagai adjusting juornal entry.Setiap ayat jurnal penyesuain sekurang-kurangnya
xii
akan memengaruhi satu akun laporan laba rugi dan satu akun neraca. Jadi, dalam ayat jurnal
penyesuaian selalu melibatkan akun pendapatan atau akun beban dan akun aktiva atau akun
kewajiban. Apa yang akan terjadi jika seandainya akuntan lupa membuat ayat jurnal penyesuaian
terhadap akun-akun yang sesungguhnya memerlukan penyesuaian? Jawabannya adalah tentu saja
bahwa akun-akun tersebut akan menjadi tidak up to date, dalam arti akun-akun tersebut ada yang
kebesaran jumlahnya (overstated) dan ada juga yang kekecilan (understated), sehingga terjadilah
yang namanya salah saji (missstatement) dalam laporan keuangan.

Pada prinsipnya ada 4 item yang memerlukan penyesuaian, yakni:

1. Beban yang masih dibayar atau beban accrual/utang akrual (ac-crued expenses accrued
liabilities),
2. Pendapatan yang masih harus di terima/pendapatan akrual/piutang akrual (accrued
revenues or accrued assets),
3. Beban yang ditangguhkan atau biaya di bayar di muka (deferred expenses or prepaid
expenses), dan
4. Pendapatan yang di tangguhkan atau pendapatan di terima dimuka (deffered revenues or
unearned revenues).
Disamping itu, penyesuaian juga perlu di buat atas transaksi-transaksi yang melibatkan
estimasi, seperti pengakuan atass beban penyusutan dan beban piutang tak tertagih

 Accrued Expenses/Accrued Liabilities


Sepanjang periode, beban-beban tertentu mungkin telah menjadi tetapi pembayarannya
belum dilakukan sampai pada periode berikutnya. Pada akhir periode akuntansi adalah perlu
untuk menentukan dan mencatat beban-beban yang telah terjadi ini meskipun belum dibayarkan.
Dalam pencatatan beban/utang akrual ini, akun beban di debit dan akun utand di kredit.

 Accrued Revenues/Accrued Assets


Sepanjang periode, pendapatan tertentu mungkin telah terjadi tetapi penagihan kas belum
dilakukan sampai pada periode berikutnya. Pada akhir periode akuntansi adalah perlu untuk
menentukan dan mencatat pendapatan yang telah terjadi ini meskipun belum diterima uangnya.
Dalam pencatatan atas pendapatan akrual ini, akun aktiva di debit dan pendapatan di kredit.
 Deferred Expenses/Prepaid Expenses
xiii
Sepanjang periode, pengeluaran tertentu (yang telah di bayarkan) dicatat pada
pembukuan, namun atas barang atau jasa yang belum di gunakan. Pada akhir periode
akuntansi adalah perlu untuk menentukan secara tepat mana bagian dari pengeluaran tersebut
yang sudah dipakai/dimanfaatkan selama periode berjalan (yang telah menjadi beban) dan
mana bagian dari pengeluaran tersebut yang akan di gunakan/ditangguhkan untuk periode
berikutnya (deffered expenses). Untuk bagian dari pengeluaran yang baru akan di gunakan
dalam periode berikutnya memerlukan pengakuan sebagai aktiva (karena belum terpakai).

Metode penyesuaian untuk prepaid expenses tergantung pada bagaimana pengeluaran tadi
awalnya di catat didalam akun. Pengeluaran mungkin awalnya telah di catat sebesar debit ke
akun aktiva terlebih dahulu atau bisa juga langsung ke akun beban. Kedua metode ini jika
diterapkan secara konsisten akan menghasilkan nilai akhir yang sama, jadi kedua metode
tersebut sama-sama di perkenankan. Perusahaan akan memilih salah satu dari kedua metode
yang ada dan menerapkannya pada masing-masing periode.

Deffferead Revenues/Unearned Revenues

Pembayaran akan diterima dari pelanggan sebelum barang dikirim atau sebelum jasa
diberikan. Jumlah yang diterima dimuka akan dicatat dengan mendebit akun aktiva (kas) dan
kreditnya bisa dengan menggunakan dua akun, yaitu langsung diakui sebagai akun utang.pada
akhir periode akuntansi adalah perlu untuk menentukan bagian mana dari jumlah penerimaan
tersebut yang benar-benar telah menjadi pendapatan untuk periode berjalan dan mana bagian
dari jumlah penerimaan tersebut (yang diterima diperiode berjalan ) yang akan ditangguhkan
sebagai pendapatan untuk periode mendatang (deffered revenues).

Contoh umum dari pendapatan yang diterima dimuka dimuka adalah :penerimaan uang
langganan majalah dari pelanggan, penerimaan dimuka atas uang sewa dari si penyewa,
penerimaan uang hasil dari penjualan tiket dan lain sebagaimya.

 Mula-mula dikredit di akun pendapatan


Jika akun pendapatan mula-mula di kredit dalam ayat jurnal umum, maka ayat jurnal
penyesuaian (pada akhir periode akuntansi) mengharuskan bahwa akun utang akan di
kredit sebesar bagian dari jumlah penerimaan yang ditangguhkan sebagai pendapatan
untuk periode mendatang dan aakun pendapatan di debit.
 Mula-mula di kredit ke akun utang (pendapatan diterima dimuka)
Jika akun utang mula-mula di kredit dalam ayat jurnal umum, maka ayat jurnal
penyesuaian (pada akhir periode akuntansi) mengharuskan bahwa akun utang akan di
kredit sebesar bagian dari jumlah penerimaan yang ditangguhkan sebagai pendapatan
xiv
untuk periode mendatang dan akun pendapatan akan di debit. Akun pendapatan lalu akan
tersisa dengan saldo kredit yang menggambarkan atau menunjukkan bagian dari jumlah
penerimaan yang telah menjadi pendapatan selama periode berjalan.
 Mula-mula di kredit kea kun utang (pendapatan diterima dimuka)

Jika pendapatan utang mula-mula di kredit dalam ayat jurnal umum, maka ayat jurnal
penyesuaian (pada akhir periode akuntansi) mensyaratkan bahwa akun pendapatan akan
di kredit sebesar bagian dari jumlah penerimaan yang telah menjadi pendapatan periode
berjalan dan lawannya, yaitu akun utang akan di debit. Akun utang yang masiih tersisa
dengan saldo kredit menunjukkan bagian dari jumlah penerimaan di periode berjalan
yang akan ditangguhkan sebagai pendapatan untuk periode mendatang.

Penyusutan aktuva

Pertama kali pada saat sebuah aktiva tetap diperoleh (diakuisisi) tentu saja belum ada
penyusutan yang dicatat atau diakui dalam pembukuan perusahaan (karena belum dipakai)
nantinya pada akhir periode akuntansi setelah aktiva tetap tersebut dipakai, jurnal penyesuaian
perlu dibuat untuk mengakui bagian dari jumlah harga perolehan aktiva tetap yang sudah
menjadi beban karena pemakaian. Penyusutan dapat diartikan sebagai :

1. Menurunnya keguanaan dari suatu aktiva tetap


2. Transfer secara sistematis di priodik dari harga perolehan/ cost menjadi beban/ enxpense
atau dapat juga diartikan sebagai bagian dari harga perolehan yang telah menjadi
kedaluarsa lkarena pemakaian.

Piutang tak tertagih

Dengan menggunakan metode pencadangan, besarnya estimasi atas beban piutang yang
tak tertagih akan diakui dalam periode yang sama sebagaimana penjulan kredit yang dicatat,
tanpa harus menunggu terjadinya actual loss yang mungkin baru terjadi setelah periode
penjualan berlangsung. Besarmya estimasi ini diperoleh berdasarkan hasil pengamatan atau
pengalaman masa lampau megenai jumlah piutang usaha yang macet.

Secara teoritis, jika besarnya estimasi ataupiutag tak tertagih adalah akurat, maka akun
cadangan ini seharusnya selalu mendekati nol (akan tetapi estimasi tidak pernah nol karena
perusahaan akan terus melakukan penjualan kredit dan membuat estimasi yang baru). Akun
cadangan memiliki saldo normal di sebelah kredit, berlawanan dengan saldo normal piyang,
sehngga akun cadangan dianggap sebagai akunpengurang (cntra account) dari akun piutang
usaha.

Untuk tujuan pembukuan, metode pencadangan diharuskan menurut prinsip-prinsip


akuntansi yang berlaku umum, karena metode ini memenuhi atau sesuai dengan :

xv
 Prinsip penandingan (the matching principle) dimana besrnya estimasi atas beban piutang
tak tertagih dicatat dalam periode yang sama sebagaimana pendapatan penjualan dicatat.
 Prinsip konservatisme (the conservatis principle) dimana piutang usaha dilaporkan dalam
neraca sebesar jumlah yang lebih realistis (dan lebih rendah) sehingga mencerminkan
dengan lebih baik jumlah pitang yang sesungguhnya dapat ditagih.

Neraca Saldo Setelah Penyesuaian dan Menyiapkan Laporan

Seluruh data transaksi yang telah dicatatat dalam jurnal lalu akan dipindahkan bukukan
kedalam buku besar sesuai dengan klasifikasi masing-masing akun terkait. Proses akuntansi yang
diawali dengan menganalisis dan menjurnal transaksi, dan yang diakhir dengan membuat laporan
dinamakan sebagai siklus akuntansi (accounting cycle). Produk akhir dari siklus akuntansi ini
adalah laporan keuangan. Secara rinci, tahapan dalam siklus akuntansi dapat diurutkan sebagai
berikut :

1. Mula-mula dokumen pendukung transaksi sianalisis dan informasi yang terkandung


dalam dokumen tersebut tercatat dalam jurnal.
2. Lalu data akuntansi yang ada dalam jurnal di- posting ke buku besar.
3. Seluruh saldo akhir yang terdapat pada masing-masing buku besar akun ‘’didaftar”
(dipindahkan) ke neraca saldo untuk membuktikan kecocokan antara keseluruhan nilai
akun yang bersaldo normal kredit.
4. Menganalisi data penyesuaian dan membuat ayat jurnal penyesuain
5. Memposting data jurnal penyesuaian ke masing-masing buku besar akun yang terkait.
6. Dengan menggunakan pilihan (optional) bantuan neraca lajur sebagai kertas kerja (work
sheet), neraca saldo setelah penyesuain (adjusted trial balance) dan laporan keuangan
disiapkan.
7. Membuat ayat jurnal penutup (closing entries)
8. Memposting data jurnal penutup ke masing-masing buku besar yang terkait.
9. Menyiapkan neraca saldo setelah penutupan (post-closing trial balance)
10. Membuat ayat jurnal pembalik (reversing entries)
Untuk perusahaan yang telah memiliki system computerisasi akauntansi yaitu sebuah
perangkat lunak yang memuat program pemrosesan data dan pelaporan akuntansi, akan
secara otomatis mem-posting jurnal kebuku besar, hingga menghasilkan laporan
keuangan dan berbagai laporan lainyya yang dibutuhkan perusahaan.

Penggunaan Neraca Lajur

Akuntan sering kali menggunakan kertas kerja (work sheet) berupa neraca lajur unrtuk
mengumpulkan dan meringkas data yang mereka butuhkan dalam rangka menyiapkan laporan
keuangan. Kertas kerja ini berbetuk multikolom, yang memuat kolom neraca saldo sebelum
penyesuaian , kolom neraca saldo setelah penyesuaian, kolom laba rugi, dan kolom neraca.

xvi
Fungsi kertas kerja hanya sebagai alat bantu untuk mempermudah proses penyusunan
laporan keuangan yang dilakukan manual.kertas kerja juga sesungguhnya berguna sebagai alat
bantu untuk memahami alur data akuntansi, mulai dari neraca saldo sebelim penyesuaian
hinggga menghasilkan laporan keuangan sebagai produk akhir dari siklus akuntansi.sabagai alat
bantu, kertas kerja ini merupakan catatan akuntansi yang sifatntya tidak permanen oleh sebab itu
tidak termasuk sebagai bagian dari catatan akuntansi formal lainnya, seperti jurnal dan buku
besar yang memang dibutuhkan sebagai bagian dari system akuntansi.

Kertas kerja menjadi tidak diperlukan terutama bagi perusahaan yang sudah memiliki
system komputerisasi akuntansi yang baik dan memadai. Ketas kerja ini juga tidak diperlukan
lagi dalam perusahaan kecil yang dimana hanya memiliki sedikit trannsaksi, sedikit akun dan
penyesuaiannya. Pada perusahaan kecil, laporan keuangan dapat disipkan langsung dari neraca
saldo setelah penyesuaian tanpa menggunakan alat bantu neraca lajur sebagai kertas kerja.

1. menyiapkan neraca saldo sebelum penyesuaian (un-adjusted trail balance) ke dalam


kertas kerja. Hal ini dilakukan dengan cara memindadhkan (to list) seluruh saldo akhir
yang terdapat pada masing-masing buku besar akun (saldo akhir sebelum penyesuaian)
ke dalam kolom neraca saldo sebelum penyesuaian yang ada dalam kertas kerja.
2. Memasukkan data jurnal penyesuaian ke kolom penyesuaian yang ada didalam kertas
kerja. Hal ini dilakukan dengan cata memindahkan besarnya tiap-tiap nilai penyesuaian
akun yang ada didalam ayat jurnal penyesuaian ke dalam kolom penyesuaian sesuai
dengan posis[ nilai debit dan kredit masing-masing akun. Jika nama akun yang di
gunakan dalam ayat jurnal penyesuaian ternyata belum terdapat dalam neraca saldo (yang
telah disiapkan pada tahapan pertama di atas), maka tambahan akun baru tersebut akan
disisipkan tepat di bawah total jumlah neraca saldo.
3. Memasukkan saldo yang telah disesuaikan ke dalam kolom neraca saldo setelah
penyesuaian (adjusted trial balance) yang ada dalam kertas kerja. Kolom neraca saldo
setelah penyesuaian ini merupakan hasil golongan antara data yang terdapat dalam kolom
neraca saldo sebelum penyesuaian dengan data yang ada dalam kolom penyesuaian.
4. Memindahkan tiap saldo masing-masing akun yang ada dalam kolom neraca saldo
setelah penyesuaian kedalam kolom laporan keuangan. Hal ini dilakukan dengan cara
memilah-milah secara tepat, akun mana yang akan ditransfer ke dalam kolom neraca.
Sebagai contoh, saldo akun kas yang ada dalam kolom neraca saldo setelah penyesuaian
akan di transfer ke kolom neraca dengan saldo debit, saldo akun utang usaha yang ada
dalam kolom neraca saldo setelah penyesuaian akan di transfer ke kolom neraca dengan
saldo kredit, saldo akun pendapatan yang ada dalam kolom neraca saldo setelah
penyesuaian akan di transfer ke kolom laba rugi dengan saldo kredit, saldo akun beban
yang ada dalam kolom neraca saldo setelah penyesuaian akan di transfer ke kolom laba
rugi dengan saldo debit,dan seterusnya. Saldo akun yang terdapat dalam kolom laba rugi
dan kolom neraca inilah yang nantinya akan dipakai dalam penyusunan laporan
keuangan.
5. Untuk masing-masing kolom (baik kolom laba rugi maupun kolom neraca), hitunglah
total saldo debit dan total saldo kreditnya dengan cara menjumlahkan seluruh saldo akun
xvii
dari atas sampai kebawah sesuai dengan saldo akun yang ada pada masing-masing
kolom. Besarnya selisih antara total saldo debit dengan total saldo kredit untuk kolom
laba rugi harus sama dengan bersarnya selisih antara total saldo debit dengan total saldo
kredit untuk kolom neraca, hanya saja posisi untuk masing-masing selisih tersebut akan
saling berlawanan antara kolom laba rugi dengan kolom neraca.
ayat jurnal penutup

Jurnal penutup dilakukan dengan cara:

1. Mentranfer seluruh akun komponen laba/rugi yang memiliki saldo normal kredit
kesebelah debit, dan kemudian mengkredit akun ikhtisar laba rugi (income summary)
2. Mentransfer seluruh akun komponen laba/rugi yang memiliki saldo normal debit
kesebelah kredit dan kemudian mendebit akun ikhtisar laba rugi.
3. Mentransfer saldo laba bersih atau rugi bersih ke akun modal atau laba di tahan,
dengan ketentuan bahwa jika laba bersih maka akun modal atau laba ditahan akan di
kredit (debitnya adalah akun ikhtisar laba rugi) dan sebaliknya jika rugi bersih, maka
akun modal atau laba ditahan akan di debit (kreditnya adalah akun ikhtisar laba rugi).
4. Mentransfer akun prive atau dividen yang memiliki saldo normal debit kesebelah
kredit dan kemudian mendebit akun modal atau laba ditahan. Prive akan mengurangi
saldo modal (dalam perusahaan perorangan maupun firma) sedangkann dividen akan
mengurangi saldo laba di tahan (dalam perusahaan perseroan)
Sebagai kesimpulan, bahwa pada setiap akhir periode akuntansi setelah laporan
keuangan disusun, bagian akuntansi perusahaan perlu menyiapkam ayat jurnal
penutup (closing entries). Hal ini dilakukan dengan cara mentransfer seluruh akun
yang sifatnya sementara (temporary/nominal accounts) ke akun yang sifatnya
permanen (permanent/real account) yaitu akun modal (laba ditahan). Akun ikhtisar
laba rugi sesungguhnya merupakan akun sementara dari akun modal atau laba
ditahan.

neraca saldo setelah penutupan

Laporan ini hanyalah beris saldo akhir dari masing-masing akun neraca (kas, piutang
usaha, perlengkapan, utang usaha, dan seterusnya) yang akan di bawa sebagai saldo awal untuk
periode akuntansi berikutnya. Jadi, dalam neraca saldo setelah penutupan ini sudah tidak ada lagi
saldo akun prive atau deviden dan saldo akun-akun laporan laba rugi,karena memang telah di
tutup lewat ayat jurnal penutup sebagai bersaldo nol.

Neraca saldo setelah penutupan ini sesungguhnya dapat digunakan sebagai alat untuk
membuktikan bahwa proses penjurnalan dan pemostingan ayat jurnal penutup telah di lakukan
secara tepat dan lengkap. Neraca saldo setelah penutupan ini juga dibuat untuk membuktikan
bahwa keseimbangan dalam persamaan akuntansi tetap terpenuhi pada akhir periode akuntansi
setelah melewati berbagai tahapan siklus akuntansi.

xviii
ayat jurnal pembalik

Dalam akuntansi, pembuatan ayat jurnal pembalik (reversing entries) adalah sifatnya
pilihan (optinal). Ayat jurnal pembalik biasanya akan dibuat pada setiap awal periode akuntansi
dengan cara membalik ayat jurnal penyesuaian yang telah di buat pada akhir periode akuntansi
sebelumnya. Ada 4 hal (item) yang perlu di buatkan ayat jurnal pembalik, yaitu:

1. ayat jurnal penyesuaian atas beban yang masih harus dibayar/beban akrual/utang akrual.
Seperti beban upah yang masih harus di bayar (utang upah) dan beban bunga yang masih
harus dibayar (utang bunga).
2. Ayat jurnal penyesuaian atas pendapatan yang masih harus di terima/pendapatan
akrual/piutang akrual, seperti pendapatan bunga yang masih harus di terima (piutang
bunga).
3. Ayat jurnal penyesuaian atas biaya di bayar dimuka yang mula-mula di catat langsung
sebagai beban bukan sebagai aktiva/prepaid, seperti biaya sewa di bayar di muka (prepaid
rent) yang mula-mula dicatat sebagai beban sewa (rent expense), biaya iklan di bayar
dimuka (prepaid advertising) yang mula-mula di catat sebagai beban iklan (advertising
expense) dan biaya asuransi di bayar dimuka (prepaid insurance) yang mula-mula di catat
sebagai beban asuransi (insurance expense).
4. Ayat jurnal penyesuaian atas pendapatan diterima dimuka yang mula-mula di catat
langsung sebagai pendapatan bukan sebagai utang, sebagai pendapatan sewa diterima
dimuka (unearned rent revenue) yang mula-mula di catat sebagai pendapatan sewa (rent
revenue), dan lain-lain. Ingat kembali bahwa unearned rent revenue merupakan
komponen dari neraca, yaitu sebagai utang, sedangkan rent revenue merupakan
komponen dari laporan laba rugi, yaitu sebagai pendapatan lain-lain (other income).
Jurnal untuk periode berikutnya,, yang terkait dengan 4 item di atas, tentu saja akan
dipengaruhi oleh ada tidaknya ayat jurnal pembalik yang dibuat pada awal periode
tersebut.

akuntansi dasar kas vs. akuntansi dasar akrual

Untuk menentukan besarnnya jumlah pendapatan dan beban secata tepat dalam periode
yang tepat, ada dua pilihan yang tersedia yang dapat dijadikan sebagai dasar pencatatan oleh
akuntan, yaitu cash basis dan accrual basis.

Apabila dasar pencatatan akuntansi yang digunakan adalah cash basis, maka pendapatan
dan beban akan dilaporkan dalam laporan laba rugi dalam periode dimana uang kas diterima
(uang pendapatan) atau uang kas dibayarkan (uang beban). Jadi, dapat disimpulkan disini bahwa
transaksi pendapatan dan beban yang akan dilaporkan dalam laporan laba rugi adalah transaksi
yang melibatkan arus uang kas masuk (untuk pendapatan) ataupun arus uang kas keluar (untuk
beban). Besarnya laba bersih atau rugi bersih yang diihasilkan dari selisih antara pendapatan
dengan beban akan mencerminkan jumlah bersih uang kas yang dihasilkan (untuk laba bersih)
atau jumlah bersih uang kas yang dikeluarkan (untuk rugi bersih).
xix
Adapun apabila dasar pencatatan akuntansi yang digunakan adalah accrual basis, maka
baik untuk mendapatkan maupun beban akan dilaporkan dalam laporan laba rugi dalam periode
dimana pendapatan dan beban tersebut terjadi, tanpa memerhatikan arus uang kas masuk ataupun
arus uang kas keluar.

Dasar pencatatan cash basis pada umumnya masih diterapkan pada perusahaan yang
tergolong kecil, diamana kepemilikan modalnya hanya dimiliki oleh satu atau beberapa orang
saja. Sedangkan untuk perusahaan yang tergolong menengah ke atas, khususnya untuk
perusahaan yang modalnya dimiliki oleh banyak investor ((pemegang saham), diharuskan oleh
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk menerapkan accrual basis sebagai dasar
pencatatan akuntansinya. Ini dapat dimengerti bahwa penerapan dasar akrual diharapkan bias
memberikan transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan kepada para investor selaku
pemilik dana/modal. Dengan dasar pencatatan akrual ini juga memungkinkan bagi para pemakai
laporan keuangan untuk memperoleh gambaran mengenai kinerja dan kondisi keuangan
perusahaan secara lebih memadai dibanding dasar pencatatan dengan menggunakan cash basis.
Ingat kembali, FASB dalam kerangka kerja konseptualnya menyatakan bahwa informasi
mengenai laba perusahaan, yang diukur dengan accrual accounting, pada umumnya memberikan
dasar yang lebih baik dalam hal memprediksi kinerja perusahaan di masa depan dari pada
informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas.

xx
BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Sistem informasi akuntansi merupakan serangkaian sistem yang dapat membantu manajemen
perusahaan untuk mengambil suatu keputusan yang memberikan pengaruh pada perusahaan sehingga
perusahaan mampu menghadapi tantangan dari perusahaan-perusahaan yang sejenis. Sistem informasi
akuntansi mampu memberikan perubahan yang begitu besar terhadap perusahaan yang menggunakan
sistem informasi akuntansi.

B.   Saran

Diharapkan pembaca dapat memahami dan mengerti tentang isi materi yang kami sajikan
dan juga dapat mengetahui materi-materi yang mencakup didalam nya.

xxi
Daftar Pustaka

www.academiaedu.co.id
https://www.researhgate.net
hery. 2018. Teori akuntansi. Jakarta. Prenadamedia Group

xxii

Anda mungkin juga menyukai