KELOMPOK I 1. TRI WINDI YANTI (18150082) 2. LOIS NOVITA (18150081) 3. JUNAIDA BOANG MANALU (18150085) 4. SARAH GURNING (18150086)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
TEORI BELAJAR JEROME S.BRUNER
1. Biografi J.S Bruner
Jerome Seymour Bruner ini, dilahirkan di New York City pada tanggal 1 Oktober 1915. Ia berkebangsaan Amerika. Bruner menyelesaikan pendidikan sarjana di Duke University di mana ia menerima gelar sarjananya (B.A) pada tahun 1937. Selanjutnya, Bruner belajar psikologi di Harvard University dan mendapat gelar doktornya pada tahun 1939 dan mendapat gelar Ph.D. Pada tahun 1939 dibawah bimbingan Gordon Allport.
2. Teori Belajar Bruner
Dasar pemikiran teori Bruner memandang bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya A. Proses Kognitif yang terjadi dalam belajar Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu : 1) Proses perolehan informasi baru Perolehan informasi baru dapat terjadi melalui kegiatan membaca, mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang diajarkan atau mendengarkan audiovisual dan lain-lain. Informasi ini mungkin bersifat penghalusan dari informasi sebelumnya yang telah dimiliki. 2) Proses mentransformasikan informasi yang diterima Proses transformasi pengetahuan merupakan suatu proses bagaimana kita memperlakukan pengetahuan yang sudah diterima agar sesuai dengan kebutuhan. 3) Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau masalah yang dihadapi. B. Tahap-Tahap penerapan belajar penemuan ( Metode Discovery) Bruner berpendapat bahwa belajar merupakan faktor yang menentukan dalam pembelajaran dibandingkan dengan perolehan khusus, yaitu metode penemuan (dicovery). Metode discovery learning ini mendorong siswa untuk belajar sendiri secara mandiri. Adapun tahap-tahap penerapan belajar penemuan adalah sebagai berikut : 1) Stimulasi Kegiatan belajar di mulai dengan memberikan pertanyaan yang merangsang berpikir siswa, menganjurkan dan mendorongnya untuk membaca buku dan aktivitas belajar lain yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. 2) Problem Statement (mengindentifikasi masalah) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran kemudian memilih dan merumuskan dalam bentuk hipotesa (jawaban sementara dari masalah tersebut). 3) Data collection (pengumpulan data) Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesa tersebut. 4) Data prosessing (pengolahan data) Yakni mengolah data yang telah diperoleh siswa melalui kegiatan wawancara, observasi dll. Kemudian data tersebut ditafsirkan. 5) Verifikasi Mengadakan pemerksaan secara cermat untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis yang ditetapkan dan dihubungkan dengan hasil dan processing. 6) Generalisasi Mengadakan penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan hasil verivikasi.
3. Teori Belajar Matematika Bruner
Ada dua bagian yang penting dari teori Bruner , yaitu :
A. Tahap-Tahap Dalam Proses Belajar Matematika
Dalam tahapan Belajar Matematika menurut Bruner ada 3 tahapan : a. Tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di mana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda kongkret atau menggunakan situasi yang nyata. b. Tahap Ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di mana pegetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imagery), gambar, atau diagram,yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif tersebut di atas. c. Tahap simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (Abstract symbols yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan), baik simbol-simbol verbal (Misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat) lambang-lambang matematika, maupun lambang- lambang abstrak lainnya.
Sebagai contoh, dalam mempelajari penjumlahan, pembelajaran akan
terjadi secara optimal jika mula-mula siswa mempelajari hal itu dengan menggunakan benda-benda konkret. Contoh : menggabungkan 3 pulpen dengan 2 pulpen kemudian menghitung banyaknya pulpen tersebut semuanya (tahap enaktif) Kemudian, kegiatan belajar dilanjutkan dengan menggunakan gambar atau diagram yang mewakili 3 pulpen dan 2 pulpen yang digabungkan tersebut (dan kemudian dihitung banyaknya pulpen semuanya, dengan menggunakan gambar/ilustrasi tersebut( tahap ikonik) siswa bisa melakukan penjumlahan itu dengan menggunakan pembayangan visual dari pulpen tersebut. Pada tahap berikutnya yaitu tahap simbolis, siswa melakukan penjumlahan kedua bilangan itu dengan menggunakan lambang-lambang bialngan, yaitu : 3 + 2 = 5. B. Teorema-Teorema Tentang Cara Belajar Dan Mengajar Matematika Menurut Bruner ada empat prinsip prinsip tentang cara belajar dan mengajar matematika yang disebut teorema. a. Teorema penyusun (construction theorem) Konsep dan prinsip dalam belajar matematika adalah dengan melakukan penyusunan representasinya (pemahamannya) Proses perumusan dan penyusun ide-ide, apabila anak disertai dengan bantuan benda-benda konkrit mereka lebih mudah mengingat ide-ide tersebut.. Contoh : Untuk memahami tentang konsep kubus atau balok maka guru memperhatikan benda-benda dalam kehidupan sehari-hari yang berbentuk kubus atau balok. b. Teorema Notasi Konsep yang disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif (pengetahuan) siswa. Ini berakti untuk menyatakan sebuah rumus misalnya, maka notasinya harus dapat dipahami oleh anak, tidak rumit dan mudah dimengerti. Notasi yang diberikan tahap demi tahap yang berurutan dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit. c) Teorema pengkontrasan dan keanekaragaman Konsep dengan cara menyampaikan yang dilakukan dengan menerangkan contoh dan bukan contoh dengan beranekaragam. d) Teorema pengaitan (Konektivitas) Konsep menjelaskan kaitan-kaitan tersebut pada siswa. Hal ini penting agar siswa dalam belajar matematika lebih berhasil. Dengan melihat kaitan-kaitan itu diharapkan siswa tidak beranggapan bahwa cabang-cabang dalam matematika itu sendiri berdiri sendiri-sendiri tanpa keterkaitan satu sama lainnya. 4. Alat Mengajar Menurut Jerome Bruner Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam empat macam menurut fungsinya antara lain: 1. Alat untuk menyampaikan pengalaman “vicaorus” (sebagai pengganti pengalaman yang langsung) yaitu menyajikan bahan yang sedianya tidak dapat mereka peroleh secara langsung di sekolah. Hal ini dapat dilakukan melalui film, TV, rekaman suara dan sebagainya. 2. Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala misalnya model molekul, model bangun ruang; 3. Alat dramatisasi, yakni mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh, film tentang alam, untuk memberikan pengertian tentang suatu idea atau gejala; 4. Alat automatisasi seperti teaching machine atau pelajaran berprograma yang menyajikan suatu masalah dalam urutan teratur dan memberikan balikan atau feedback tentang respon siswa. DAFTAR PUSTAKA
Newboenagin. (2013, 10). Aplikasi teori bruner dalam pembelajaran matematika
di tingkat SD. Retrieved 09 19, 2016, from https://made82math.files.wordpress.com
pendidik, I. (2014, 10). Kelebihan dan Kekurangan Teori Bruner. Retrieved 09
19, 2016, from http://www.ilmupendidik.com
Suhendi.(2013, 06 08). Teori Belajar Matematika Menurut
Bruner,Gagne,Thorndike,Skinner,Piaget. Retrieved 09 19, 2016, from https://hendisuhendi2012.wordpress.com