Anda di halaman 1dari 6

CTU151

NAMA: DHIA QISTINA BINTI AZHARI


NO.MATRIKS: 2019426794
ASSINGMENT: ANALISIS AYAT
LECTURER: ZANIRAH MUSTAFA@BUSU
Ayat 1

Surah Al- Hujurat ayat 6

۟ ‫صيب‬
‫ُوا قَوْ ۢ ًما بِ َج ٰهَلَ ٍة‬ ٌ ۢ ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ۟ا إِن َجٓا َء ُك ْم فَا ِس‬
ِ ُ‫ق بِنَبَإ ٍ فَتَبَيَّنُ ٓو ۟ا أَن ت‬
َ‫ُوا َعلَ ٰى َما فَ َع ْلتُ ْم ٰنَ ِد ِمين‬ ۟ ‫فَتُصْ بح‬
ِ

Maksud: Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kalian orang fasik dengan
membawa berita, maka telitilah berita itu agar kalian tidak memberikan keputusan kepada
suatu kaum tanpa pengetahun sehingga kalian akan menyesali diri atas apa yang telah kalian
kerjakan.

(QS al-Hujurat [49]: 6)

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa al-Harits menghadap Rasulullah Saw.. Beliau
mengajaknya untuk masuk Islam. Ia pun berikrar menyatakan diri masuk Islam. Beliau juga
mengajakanya untuk membayar zakat, ia pun menyaggupi kewajjiban itu dan berkata: “Ya
Rasulullah, aku akan pulang ke kaumku untuk mengajak mereka masuk Islam dan
menunaikan zakat. Orang-orang yang mengikuti ajakanku, akan aku kumpulkan zakatnya.
Apabila telah tiba waktunya, kirimkanlah utusan untuk mengambil zakat yang telah
kumpulkan itu.”
Ketika al-Harits telah banyak mengumpulkan zakat, dan waktu yang sudah ditetapkan pun
telah tiba, tak seorangpun utusan yang datang menemuinya. Al-Harits mengira telah terjadi
sesuatu yang menyebabkan Rasululllah marah kepadanya. Ia pun memanggil para hartawan
kaumnya dan berkata : “Sesungguhnya Rasulullah telah menetapkan waktu untuk mengutus
seseorang untuk mengambil zakat yang telah ada padaku, dan beliau tidak pernah menyalahi
janji. Akan tetapi aku tidak tahu kenapa beliau menangguhkan utusannya itu. Mungkinkah
beliau marah? Mari kita berangkat menghadap Rasulullah Saw..”
Rasulullah pada waktu yang telah ditetapkan mengutus al-Walid bin ‘Uqbah untuk
mengambil dan menerima zakat yang berada pada al-Harits. Ketika al-Walid berangkat, di
perjalanan hatinya mereasa gentar, lalu ia pun pulang sebelum sampai tempat yang dituju. Ia
melaporkan laporan palsu kepada Rasulullah Saw. Bahwa al-Harits tidak mau menyerahkan
zakat kepadanya, bahkan mengancam akan membunuhnya.
Kemudian Rasulullah Saw. Mengirikan utusan yang lain kepada al-Harits. Di tengah
perjalanan utusan tersebut berpapasan dengan al-Harits dan sahabat-sahabatnya yang sedang
menuju kepada Rasulullah saw.. setelah berhadap – hadapan, al-Harits menayai utusan itu : “
Kepada siapa engkau diutus?” Utusan itu menjawab: “Kami diutus kepadamu”. Dia
bertanya : “Mengapa?” Mereka menjawab: “Sesungguhnya Rasulullah Saw. Telah mengutus
al-Walid bin ‘Uqbah. Namun ia mengatakan bahwa engkau tidak mau menyerahkan zakat,
bahkan bermaksud membunuhnya.” Al- Harits menjawab : “Demi Allah yang telah mengutus
Muhammad dengan sebenar-benarnya, aku tidak melihatnya. Tidak ada yang datang
kepadaku.”
Ketika mereka sampai di hadapan Rasulullah Saw., bertanyalah beliau: “Mengapa engkau
menahan zakat dan akan membunuh utusanku?” Al-Harits menjawab: “Demi Allah yang
telah mengutus engkau dengan sebenar-benarnya, aku tidak berbuat demikian.” Maka
turunlah ayat keenam surah al-Hujurȃt sebagai peringatan kepada kaum mukmin agar tidak
menerima keterangan dari sebelah pihak saja. Diriwayatkan dari Ahmad dan lainya dengan
sanad yang baik, yang bersumber dari al-Harits bin Dlirar al-Khuza’i. Para perawi dalam
hadits ini sangat dapat dipercaya.
Kesimpulan daripada ayat ini, kita haruslah berhati hati dalam mempercayai sebarang khabar
berita. Malah kita harus mendengar penjelasan dri kedua belah pihak. Hal ini dikatakan
demikian kerana, tidak adil jika kita hanya mendengar sebelah pihak yang tidak menjamin
sama ada jawapan itu benar ataupun tidak. Akhir sekali, kita mestilah bersikap adil walau
dengan sesiapa sekali kita berurusan.
Ayat 2
Surah Al 'Ankabuut 45

َ‫صاَل ةَ تَ ْنهَى ع َِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َولَ ِذ ْك ُر هَّللا ِ أَ ْكبَ ُر َوهَّللا ُ يَ ْعلَ ُم َما تَصْ نَعُون‬ َّ ‫ب َوأَقِ ِم ال‬
َّ ‫صاَل ةَ ِإ َّن ال‬ ِ ‫ك ِمنَ ْال ِكتَا‬ ِ ُ‫ا ْت ُل َما أ‬
َ ‫وح َي إِلَ ْي‬

Maksud: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS. 29:45)

Ayat ini memerintahkan Nabi Muhammad saw agar selalu membaca. mempelajari dan
memahami Alquran yang telah diturunkan kepadanya untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Dengan demikian ia akan mengetahui rahasia dan kelemahan dirinya, sehingga ia dapat
memperbaiki, dan membina dirinya sesuai dengan tuntunan Nya. Perintah ini juga ditujukan
kepada seluruh kaum Muslimin. Penghayatan seseorang terhadap kalam Ilahi yang pernah
dibacanya itu akan nampak pengaruhnya pada sikap, tingkah laku, dan budi pekerti orang
yang membacanya itu.
Setelah Allah SWT memerintahkan membaca dan mempelajari dan melaksanakan ajaran-
ajaran Alquran, maka Allah memerintahkan pula agar kaum Muslimin mengerjakan salat
wajib, iaitu solat yang lima waktu. Solat itu hendaklah dikerjakan dengan rukun-rukun dan
syarat-syaratnya dan dikerjakan dengan penuh kekhusyukan. Sangat dianjurkan mengerjakan
solat itu lengkap dengan sunah-sunahnya. Jika solat itu dikerjakan sedemikian rupa, maka
solat itu dapat menghalangi dan mencegah orang yang mengerjakannya dari perbuatan-
perbuatan keji dan mungkar.
Mengerjakan solat adalah sebagai perwujudan dari keyakinan yang telah tertanam di dalam
hati orang yang mengerjakannya, dan menjadi bukti bahwa ia telah merasakan bahwa dirinya
sangat tergantung kepada nikmat Allah. Karena itu ia berusaha sekuat tenaga untuk
melaksanakan perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-larangan Nya, sesuai
dengan doanya kepada Allah dalam solatnya, "Tunjukanlah kepada kami (wahai Allah) jalan
yang lurus, iaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka,
bukan jalan yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat". Doa-doa yang
diucapkannya dalam solat selalu teringat olehnya, sehingga ia tidak berkeinginan sedikitpun
untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan yang keji dan mungkar.
Dalam pada itu ada pula sebagian ahli tafsir yang berpendapat bahwa yang memelihara orang
yang mengerjakan solat dari perbuatan keji dan mungkar itu ialah solat itu sendiri. Kerana
solat itu memelihara seseorang selama orang itu memelihara solatnya.
Kesimpulan yang dapat dibuat dari ayat ini adalah sebagai seorang hamba Allah yang taat,
kita mestilah menunaikan segala tuntutanNya. Dengan menunaikan segala perintah Allah
hidup kita akan lebih selesa dan diredhai olehNya. Segala beban dan masalah dapat
diselesaikan dengan mudah kerana Allah akan sentiasa Bersama kita. Diri kita juga akan
menjadi lebih baik dan disayangi oleh semua orang. Akhir sekali, jauhilah segala perbuatan
haram dan buatlah kebaikan dijalan Allah.
Ayat 3

َ ِّ‫ا ْق َر ْأ بِاس ِْم َرب‬


َ َ‫ك الَّ ِذي خَ ل‬
‫ق‬

Maksud: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan

Dalam hadist yang di riwayatkan oleh Aisyah r.a, ia berkata bahwa permulaan wahyu yang
diturunkan kepada Rasulullah saw adalah mimpi yang baik pada waktu tidur. Biasanya
mimpi yang dilihat itu jelas, sebagaimana cuaca di pagi hari. Kemudian, timbulah pada diri
beliau keinginan untuk meninggalkan keramaian. Untuk itu beliau pergi ke Gua Hira untuk
berkhalwat. Beliau melakukannya beberapa hari. Khadijah sang istri beliau menyediakan
beberapa perbekalan untuk beliau selama di Gua Hira.
Pada suatu ketika, datanglah malaikat jibril kepada beliau, malaikat itu berkata, “Iqra’
(bacalah)!” Beliau menjawab “Aku tidak pandai membaca.” Malaikat itu mendekap beliau
sehingga beliau merasa kepayahan. Kemudian malaikat itu kembali berkata, “Bacalah!”
Beliau menjawab lagi “Aku tidak bisa Membaca.” Setelah tiga kali Beliau menjawab seperti
itu, malaikat membacakan surah Al-Alaq 1-5.
Setelah selesai membacakan kelima ayat tersebut, malaikat jibril pun menghilang. Tinggal
lah beliau seorang diri dengan perasaan takut. Beliau langsung segera pulang menemui
istrinya, yakni Khadijah.
Beliau terlihat gugup sambil berkata, “Zammiluni, zammiluni (selimuti aku, selimuti aku).”
Setelah hilang rasa takut dan dinginnya, Khadijah meminta beliau untuk menjelaskan
kejadian yang Rasulullah saw alami. Setelah mendengar kisah yang dialami beliau, Khadijah
berkata kepada Rasululluah saw, ” Demi Allah, Allah tidak akan mengecewakanmu selama-
lamanya. Engkau adalah orang yang suka menghubungkan kasih sayang dan memikul yang
berat.
Khadijah segera mengajak Rasulullah untuk menemui Waraqah bin Naufal, paman Khadijah.
Dia adalah salah satu seorang pendeta nasrani yang sangat paham dengan kitab injil. Setelah
bertemu dengannya, Khadijah meminta Rasulullah saw untuk menjelaskan kejadian yang
sudah dialaminya tadi malam.
Setelah Rasulullah saw, selesai menjelaskan pengalamannya tadi malam, Waraqah berkata,
“inilah sebuah utusan, sebagaimana Allah swt pernah mengutus Nabi Musa a.s. Semoga aku
masih dikarunia hidup sampai saatnya engkau di usir dari kaum mu.” Rasulullah saw pun
bertanya, “Apakah mereka akan mengusir aku ?” Waraqah menjawab, “Benar! belum pernah
ada seorang nabi yang diberikan sebuah wahyu seperti engkau, yang tidak di musuhi orang.
Apabila aku masih mendapati engkau, pasti aku akan menolong engkau sekuat-kuatnya.”
(HR. Al-Bukhari, Bada’ ul Wahyi No.3)

Anda mungkin juga menyukai