Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Ukuran molekul zat warna milling agak lebih besar dibandingkan zat
warna asam celupan rata, sehingga afinitas zat warna asam milling lebih
besar dan agak sukar bermigrasi dalam serat, akibatnya agak sukar
mendapatkan kerataan hasil celup.
Tahan luntur warna hasil selupannya lebih baik dari zat warna asam
celupan rata, karena walaupun ikatan antara serat dan zat warna dengan serat
masih didominasi ikatan ionik tetapi ikatan sekunder berupa gaya Van Der
Waals-nya juga relatif mulai cukup besar(sesuai dengan makin besarnya
ukuran partikel zat warna).
Diantara seluruh jenis zat warna asam, ukuran molekulnya paling besar
(tetapi masih lebih kecil daripada ukuran molekul zat warna direk) sehingga
afinitas terhadap serat relatif besar dan sukar bermigrasi, akibatnya sukar
mendapatkan kerataan hasil celupannya, namun tahna luntur warnanya
tinggi.
Tahan luntur yang tinggi diperoleh dari adanya ikatan antara serat dan
zat warna yang berupa ikatan ionik yang didukung oleh ikatan Van der Waals
serta kemuungkinan terjadinya ikatan hidrogen. untuk pencelupan warna tua,
dapat dilakukan pada kondisi larutan celup pH 5-6, tetapi untuk warna
sedang dan muda dapat dilakukan dengan pH 6-7. Agar resiko belang
menjadi lebih kecil, biasanya tidak diperlukan penambahan NaCl (atau
jumlahnya dikurangi), karena NaCl dalam suasana celup yang kurang asam
akan berfungsi sebagai pendorong penyerapan zat warna.
3.2 Bahan
- Kain poliamida
- Zat warna asam “Erionel Yellow 3G”
p
D
n
S
m
P
c
E
u
o
y
r
g
t
e
i
v
s
a
l
V. RESEP
-
-
-
-
-
- Zat warna asam “Acid Biru”
- Pengental Tamarin
- Gliserin
- Asam asetat
- Air
: 1 g/L
: 1 g/L
: 1:20
: 60°C
: 10 menit
VIII. EVALUASI
IX. DISKUSI
Pada praktikum ini dilakukan pencapan pada kain nilon menggunakan
zat warna asam. Zat warna asam yang digunakan sama dengan yang digunakan
dalam pencelupan. Pemilihan jenis pengental merupakan faktor penting
khususnya yang tahan asam. Pengental yang digunakan untuk praktikum adalah
pengental tamarin dan CMC untuk perbandingan ketahanannya terhadap asam.
Selain itu ditambahkan pula zat higroskopis (gliserin) untuk menjaga
kelembaban pada pasta cap pada saat fiksasi.
Pada praktikum ini, dilakukan pencapan dengan variasi konsentrasi asam
asetat yaitu 0-10-20-30 gram. Pada suasana asam, serat nilon akan bermuatan
positif akibat donor asam (H+) sehingga dapat berikatan dengan zat warna asam
yang bermuatan negatif. Serat poliamida memiliki polimer dengan gugus amida
pada bagian tengahnya dan amina pada bagian ujungnya mengakibatkan gugus-
gugus ujung/ amina akan bermuatan positif terlebih dahulu sehingga dapat
berikatan dengan zat warna asam. Namun, pada saat proses fiksasi pada suhu
tinggi pori-pori serat akan terbuka lebih longgar akibat polimer-polimer
didalamnya bergerak sehingga gugus amida pada bagian tengah polimer dapat
berikatan pula dengan zat warna.
Bila pH semakin asam maka muatan positif pada serat akan semakin
banyak sehingga kesempatan terserapnya zat warna kedalam serat semakin
besar pula. Oleh karena itu, semakin banyak penambahan asam asetat pada
pasta cap maka semakin tua warna yang dihasilkan.
X. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil evaluasi praktikum pencapan poliamida dengan zat warna
asam, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
- Ketuaan warna paling baik diperoleh dari kain pencapan dengan
konsentrasi asam asetat 30 gram
- Ketahanan luntur warna paling baik terhadap gosokan basah adalah kain
pencapan dengan variasi konsentrasi asam asetat 0 gram. Sedangkan untuk
ketahanan luntur warna terhadap gosokan kering, semua kain pencapan
mendapatkan hasil yang sama-sama baik.
DAFTAR PUSTAKA
Suprapto, Agus., dkk. 2006. Bahan Ajar Teknologi Pencapan 1. Bandung : Sekolah
Tinggi Teknologi Tekstil.
Lubis, Arifin., dkk. 1998. Teknologi Pencapan Tekstil. Bandung : Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
Djufri, Rasjid., dkk. 1973. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan Dan
Pencapan. Bandung : Institute Teknologi Tekstil.