Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Grup : 3K1
Dosen : Khairul U., S.ST., MT.
Asisten : Sukirman,S.ST., MIL
Desti M., S.ST
2019
I. MAKSUD DAN TUJUAN
I.1 Maksud
Memberikan corak sesuai motif pada kain poliester menggunakan zat warna
dispersi secara tidak merata dan permanen dengan pencapan khusus metode etsa.
I.2 Tujuan
Mengetahui pengaruh konsentrasi alkali (Na2CO3) terhadap derajat putih dan
ketuaan warna hasil pencapan etsa zat warna dispersi pada kain poliester dengan
metode etsa putih dan etsa warna.
II.1 Pencapan
Sifat Parameter
Kekuatan Tarik 4,0-6,9 gram/denier
Mulur 11%-40%
Moisture Regain (RH)
0,4%
65%
Modulus Tinggi (pembebanan 1,7 g/d menyebabkan mulur 2%)
Berat Jenis 1,38 %
Titik Leleh 250oC
Morfologi Berbentuk Silinder dengan penampang bulat
Tahan asam lemah dan asam kuat dingin, tidak tahan
Sifat Kimia alkali kuat. Tahan oksidator pelarut untuk dry
cleaning. Larut dalam metakresol panas. Tahan jamur
Dalam pencapan etsa pemilihan jenis pengental dan zat warna merupakan faktor
penentu keberhasilan pencapan etsa, prinsipnya warna dasar bisa dihilangkan oleh
zat perusak dan zat warna yang ditambahkan pada pasta cap harus tahan terhadap zat
perusak. Prinsip perusakan zat warna dispersi dapat dilakukan dngan 3 cara yaitu :
a) Etsa Alkali
Kain poliester dicelup atau dicap dengan zat warna dispersi yang tidak
tahan tahan terhadap zat pengetsa (alkali) sebagai warna dasar. Zat warna untuk
motif, dilakukan dengan pencapan yang bersifat tahan terhadap zat pengetsa
(alkali). kemungkinan sebagian permukaan serat poliester rusak sebagian
(terkikis) oleh alkali. Reaksi Hidrolisa Zat Warna dispersi oleh alkali :
Dalam suasana alkali, zat warna dispersi azo yang umumnya memiliki
gugus diester ini akan bereaksi dengan alkali lalu tersabunkan dan berubah
menjadi garam natrium dari asam karboksilat yang larut pada saat fiksasi dengan
suhu tinggi. Garam dari asam karboksilat ini tidak memiliki afinitas terhadap
serat poliester yang hidrofob.
b) Reaksi Reduksi oleh pengental
Jika pengental (yang strukturnya menyerupai selulosa) terkena asam/alkali,
maka akan terjadi reaksi hidrlosisi, dan menghasilkan hidroselulosa, seperti pada
reaksi di bawah ini.
COONa
O O
O Hn
O C C
OH O
H OH
OH Aldehid
Pemutusan cincin benzena
Hn yang dihasilkan gugus aldehid akan merusak gugus azzo dan zat warna
menjadi tidak berwarna, seperti pada reaksi di bawah ini.
Hn
R1 N N R2 R1 NH2 + R2 NH2
tidak berwarna
III. ALAT DAN BAHAN
III.1Alat
- Rakel
- Screen
- Kain lap
- Pengaduk
- Gelas plastik
- Gelas ukur
- Pipet ukur
- Neraca analitik
- Mixer
- Pengering
- Mesin Stenter
- Mesin Padder
- Steamer (panci)
- Kompor
- Nampan
III.2Bahan
- Kain poliester
- Pengental alginat
- Zat warna dispersi “Terasil Rubine 2GFL”
- Zat warna dispersi “Dispersol Blue K-GSL”
- Asam asetat
- Gliserin
- Pendispersi
- Na2CO3
- Na2S2O4
- NaOH
- Teepol
IV. DIAGRAM ALIR
Drying 100ºC, 3’
Drying 100ºC, 3’
Thermofiksasi 200ºC, 1’
Drying 100ºC, 3’
Evaluasi
V. RESEP
1000 g
V.4Resep Pasta Cap Warna
1000 g
V.5Resep Pencucian Reduksi
Na2S2O4 : 4 g/L
NaOH : 2 g/L
Teepol : 2 g/L
Suhu : 80ºC
Waktu : 15 menit
V.6Resep Pencucian
Teepol : 2 g/L
Suhu : 80ºC
Waktu : 10 menit
Pengental induk dibuat dari 108 gram pengental alginat dan air 792 gram
Zw dispersi (azo)
Pendispersi
Asam asetat = pH 4
Pengental
Pendispersi
Gliserin
Na2CO3 =
-
VI.4 Pasta Cap Warna
Kebutuhan pasta cap = 80 g
Zw dispersi (antrakwinon)
Pengental
Pendispersi
Gliserin
Na2CO3 =
Na2S2O4
NaOH
Teepol
VI.6 Pencucian
Teepol
VII. FUNGSI ZAT
IX. EVALUASI
Ketuaan Warna Motif Zat
Variasi Na2co3 Derajat Putih Warna Dispersi
(Antraquinon)
0g 0 1
40 g 3 3
80 g 4 4
120 g 5 5
*Keterangan : semakin besar nilai, maka derajat putih dan ketuaan semakin baik
X. DISKUSI
Pencapan etsa atau pencapan rusak merupakan salah satu metode pencapan
khusus. Kelebihan pencapan ini adalah tidak akan terjadinya overlap/melesetnya
motif pada saat pencapan. Dengan metode ini bahan yang telah berwarna baik
dengan dicelup maupun dicap sebagai warna dasar, dicap dengan pasta cap yang
mengandung zat perusak sehingga warna putih tekstil semula akan tampak kembali
(etsa putih). Apabila pada pasta cap ditambahkan zat warna yang tahan terhadap zat
perusak, maka bahan yang dicap akan berwarna lain (etsa warna).
Pada praktikum ini dilakukan pencapan etsa pada kain poliester dengan zat
warna dispersi. Zat pengetsa yang digunakan adalah alkali (Na2CO3) dengan zat
warna dispersi yang memiliki kromogen azo dan antraquinon. Prinsip etsa pada
pencapan ini adalah merusak zat warna dispersi dengan kromogen azo sebagai warna
dasar yang tidak tahan terhadap zat pengetsa (alkali). Sedangkan zat warna yang
digunakan untuk motif dipilih zat warna dispersi dengan kromogen antraquinon yang
memiliki struktur kuat dan lebih stabil sehingga memiliki ketahanan yang baik
terhadap alkali.
Pencapan etsa dilakukan dengan dua metode yakni etsa putih dan etsa warna.
Pencapan ini dilakukan menggunakan variasi alkali 0;40;80;120 g untuk mengetahui
ketahanan dan besarnya kerusakan zat warna dispersi azo. pada praktikum ini, kain
yang ditelah dipadding dengan zat warna dispersi azo dicap menggunakan pasta cap
yang mengandung zat pengetsa (alkali). Zat warna dipersi dapat masuk kedalam
serat poliester dengan bantuan suhu dan temperatur tinggi sehingga serat
menggembung dan zat warna dapat masuk lalu terperangkap dalam serat. Dalam
suasana alkali, zat warna dispersi azo yang umumnya memiliki gugus diester ini
akan bereaksi dengan alkali lalu tersabunkan dan berubah menjadi garam natrium
dari asam karboksilat yang larut pada saat fiksasi dengan suhu tinggi. Garam dari
asam karboksilat ini tidak memiliki afinitas terhadap serat poliester yang hidrofob.
Mekanisme reaksi kerusakan yang terjadi adalah sebagai berikut:
Berdasarkan grafik hasil evaluasi diatas, semakin tinggi konsentrasi natrium
karbonat maka semakin besar pula ketuaan warna motif zat warna dispersi azo dan
semakin baik pula derajat putih kain yang dicap dengan metode etsa putih. Pada
pencapan etsa putih, semakin tinggi konsentrasi alkali yang ditambahkan
menunjukkan semakin besar pula kerusakan zat warna dispersi azo sehingga
semakin sedikit zat warna yang dapat terfiksasi pada serat dan terhidrolisa menjadi
larut mengakibatkan motif pada kain semakin putih (seperti warna semula).
Sedangkan pada pencapan etsa warna, semakin tinggi konsentrasi alkali maka
semakin tinggi pula kerusakan zat warna dispersi azo sehingga posisi zat warna azo
didalam serat dapat digantikan oleh zat warna dispersi antraquinon yang tahan
terhadap alkali. Pada pencapan etsa tanpa menggunakan alkali/ konsentrasi 0 gram,
tidak terjadi kerusakan zat warna azo sehingga zat warna dispersi antraquinontidak
dapat masuk sebab bagian dalam serat poliester sudah terisi penuh oleh zat warna
dispersi azo.
XI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum pencapan etsa poliester dengan zat warna dispersi
metode etsa warna dan etsa putih, diperoleh kesimpulan semakin tinggi konsentrasi
alkali maka semakin besar kerusakan zat warna dispersi azo sehingga derajat putih
kain (warna asal) dan ketuaan warna zat warna dispersi antaquinon semakin baik.
DAFTAR PUSTAKA
Suprapto, Agus., dkk. 2006. Bahan Ajar Teknologi Pencapan 1. Bandung : Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
Lubis, Arifin., dkk. 1998. Teknologi Pencapan Tekstil. Bandung : Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
Djufri, Rasjid., dkk. 1973. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan Dan Pencapan.
Bandung : Institute Teknologi Tekstil.
Seoprijono, P., Poerwanti, Widayat, & Jumaeri. 1974. Serat-serat Tekstil.
Bandung: Institut Teknologi Tekstil.
Karyana, Dede. 2014. Pengantar Kimia Zat Warna untuk Pewarnaan Bahan Tekstil.
Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
Leslie W C Miles. 2003. Textile Printing. Manchester UK : Society of Dyers and
Colourist.