Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Otoritas Jasa Keungan No.

11/POJK.03/2020 tanggal 13 Maret 2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai

Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 dan perkembangan

penyebaran Coronavirus Disease 2019 secara global telah berdampak langsung maupun tidak

langsung terhadap kinerja dan kapasitas debitur dalam memenuhi kewajiban pembayaran kredit

yang akan meningkatkan risiko kredit yang berpotensi mengganggu kinerja perbankan.

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sesuai undang-undang perbankan merupakan salah

satu jenis bank yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kredit

(intermediasi). Kredit merupakan sumber pendapatan utama bagi BPR guna kesinambungan

usahanya, sehingga BPR harus senantiasa menjaga kualitas kreditnya.

Bahwa untuk mendorong optimalisasi kinerja PT. BPR Perbaungan Hombar Makmur

kususnya fungsi intermediasi, menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendukung pertumbuhan

ekonomi yang terganggu akibat dampak penyebaran Coronavirus Disease 2019 (Covid-19)

maka PT. BPR Perbaungan Hombar Makmur harus memiliki pedoman kebijakan yang

mendukung stimulus pertumbuhan ekonomi untuk debitur yang terkena dampak penyebaran

Covid-19.

1
B. FUNGSI DAN TUJUAN PEDOMAN KEBIJAKAN STIMULUS

PERTUMBUHAN EKONOMI

1. Fungsi

a. sebagai pedoman bagi bank dalam setiap pelaksanaan kegiatan dibidang

perkreditan yang memuat semua aspek perkreditan yang memenuhi

prinsip kehati-hatian dan asas-asas perkreditan yang sehat, antara lain

dalam proses pemberian relaksasi kredit secara individual, pemantauan

portofolio perkreditan secara keseluruhan, dan dalam pelaksanaan

penanganan kredit bermasalah.

b. sebagai standar atau ukuran dalam pelaksanaan pengawasan pemberian

relaksasi kredit pada semua tahapan proses perkreditan secara

individual.

2. Tujuan

a. agar bank menerapkan prinsip kehati-hatian dan asas-asas perkreditan

yang sehat secara konsisten dalam rangka mitigasi risiko atas setiap

pemberian relaksasi kredit.

b. untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang oleh berbagai

pihak dalam pemberian relaksasi kredit yang dapat merugikan bank.

c. untuk mencegah terjadinya praktek pemberian relaksasi kredit yang

tidak sehat.

2
BAB II

CAKUPAN STIMULUS (RELAKSASI/KERINGANAN KREDIT)

A. KEBIJAKAN RELAKSASI KREDIT

Debitur yang mendapatkan perlakuan khusus dalam kebijakan ini adalah debitur

yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajiban pada bank karena debitur atau

usaha debitur terdampak dari penyebaran COVID-19 baik secara langsung ataupun tidak

langsung.

Bentuk keringanan (relaksasi) kredit yang diberikan disesuaikan dengan kondisi

atau jenis usaha debitur. Hal ini bertujuan untuk memudahkan debitur dalam membayar

kewajibannya.

Kebijakan yang dapat diberikan bank antara lain :

1. Perpanjangan jangka waktu kredit

2. Pengaturan kembali jadwal angsuran pokok dan/atau bunga

3. Penurunan suku bunga

4. Keringanan tunggakan bunga

B. PRIORITAS DEBITUR

Dalam pemberian keringanan (relaksasi) kredit kepada debitur maka bank

menetapkan skala prioritas. Adapun prioritas debitur yang mendapatkan keringanan

kredit adalah sebagai berikut :

1. Debitur dengan nilai kredit maksimal lima ratus juta rupiah (≤ Rp 500.000.000,-)

2. Debitur tidak memiliki tunggakan kredit lebih dari sembilan puluh hari (≤90 hari)

3. Lokasi Usaha debitur berada dalam zona merah penyebaran COVID-19

3
C. KRITERIA DEBITUR DAN SEKTOR YANG TERKENA DAMPAK COVID-19

Bank menetapkan kriteria debitur dan sektor usaha yang tekena dampak

penyebaran COVID-19 sebagai berikut :

1. Debitur sebagai pekerja informal (pedagang keliling, kios makanan dan minuman,

Supir/ojek, Becak, Tukang Bangunan, dan sebagainya)

2. Debitur sebagai karyawan swasta yang mengalami penurunan penghasilan akibat

perusahaan tempat bekerja mengalami dampak penyebaran COVID-19 ( Perhotelan,

Traveling, Pariwisata, dan sebagainya)

3. Usaha debitur yang ditutup karena penyebaran COVID-19 atau karena

pemberlakukan pembatasan sosial berskala besar ( Rumah Makan/Cafe, Restoran,

Sekolah, Warnet, Wisma/Catering, Jasa foto & video dan sebagainya)

4. Volume usaha debitur yang mengalami penurunan secara signifikan akibat rantai

suplai bahan-bahan yang terganggu karena penyebaran COVID-19 atau akibat

pemberlakukan pembatasan sosial bersakla besar (Toko/ Grosir Sembako, Toko

ATK/aksesoris dan sebagainya)

5. Usaha debitur yang terkena dampak akbiat terhentinya bahan baku, tenaga kerja dan

mesin/peralatan karena penyebaran COVID-19 atau akibat pemberlakukan

pembatasan sosial bersakla besar (Usaha Property, Usaha Mebel/perabot dan

sebagainya)

4
BAB III

PROSEDUR RELAKSASI (KERINGANAN KREDIT)

A. TATA CARA PENGAJUAN KERINGANAN

1. Debitur mengajukan permohonan relaksasi (keringanan) dapat dilakukan dengan

cara mengisi formulir

2. Pengembalian formulir dilakukan melalui email/petugas bank (tidak wajib

mendatangi kantor bank)

3. Persetujuan permohonan relaksasi/keringanan kredit akan diinformasikan oleh

bank melalui saluran komunikasi (telpon, WA, email)

4. Selama pengajuan relaksasi/keringanan kredit sedang diproses, diharapkan

nasabah dapat melakukan pembayaran tepat waktu sesuai perjanjian agar

terhindar dari pengenaan denda dan konsekuensi lainnya.

5. Relaksaski (keringanan) kredit akan disetujui jika sudah ada kesepakatan debitur

dan pihak bank

B. KEBIJAKAN PENETAPAN KUALITAS ASET

Kebijakan penetapan kualitas aset harus sesuai dengan ketentuan yang

ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan No.11/POJK.03/2020 antara lain :

1. Debitur yang terkena dampak penyebaran COVID-19 dengan palfond paling

banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dapat didasarkan pada

ketepatan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga.

2. Penetapan kualitas aset dilaksanakan sesuai dengan peraturan Otoritas Jasa

Keuangan No. 33/POJK.03/2018

5
3. Bank wajib menetapkan kualitas kredit yang sama terhadap beberapa

fasilitas kredit yang digunakan untuk membiayai satu (1) debitur atau proyek

yang sama.

C. KEBIJAKAN RESTRUKTURISASI KREDIT

Kebijakan restrukturisasi kredit harus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh

Otoritas Jasa Keuangan No.11/POJK.03/2020 antara lain:

1. Kualitas kredit yang direkstrukturasi ditetapkan lancar sejak dilakukan

restrukturisasi

2. Restrukturisasi kredit dapat dilakukan terhadap kredit yang diberikan

(direalisasikan) sebelum maupun setelah debitur terkena dampak penyebaran

COVID-19

3. Kredit yang direstrukturasi dikecualikan dari penerapan perlakuan akuntansi

restrukturisasi

4. Hak dan kewajiban debitur dan persyaratan lainnya dalam rangka restrukturisasi

harus dituangkan dalam perubahan (addendum) perjanjian kredit secara tertulis.

5. Perkembangan penanganan kredit yang direstrukturisasi harus dilaporkan oleh

satuan/unit kerja atau pejabat/pegawai yang ditunjuk kepada Direksi.

D. KEBIJAKAN PENILAIAN DEBITUR

Kebijakan penilaian debitur dalam rangka restrukturisasi kredit mencakup paling

kurang hal-hal sebagai berikut:

1. Direksi harus membentuk satuan/unit kerja atau menunjuk pejabat/pegawai

untuk menilai profil debitur/usaha debitur tehadap dampak penyebaran

COVID-19 dan menangani restrukturisasi kredit.

6
2. Pejabat/pegawai (Account Officer/Marketing) tidak diperbolehkan untuk

melakukan penilaian terhadap debitur/usaha debitur yang terdampak

COVID-19 apabila debitur yang dimaksud merupakan debitur yang

dikelolanya/ditanganinya sendiri tetapi penilaian terhadap debitur/usaha

debitur yang terdampak COVID-19 dialihkan kepada Account

Officer/Marketing yang lainnya

3. Pejabat/pegawai akan melakukan penilaian terhadap debitur untuk

menentukan mana nasabah yang membutuhkan restrukturisasi berat, sedang,

ringan atau bahkan tidak memerlukan restrukturisasi sama sekali.

4. Dalam hal bank tidak memiliki jumlah personil yang cukup, maka

kewenangan tersebut dapat dilaksanakan oleh Direksi.

5. Tahapan penilaian paling sedikit mencakup :

a. Kunjungan usaha untuk memastikan kelancaran usaha dan arus kas

b. Kunjungan terhadap agunan untuk memastikan kondisi angunan

6. Indikator tambahan untuk menilai kelaikan debitur menerima relaksasi

(keringanan) kredit akibat COVID-19 :

a. Apakah debitur mengalami penurunan pendapatan/penghasilan namum

masih memiliki itikad baik dan kemampuan bayar setelah diberikan

keringanan kredit

b. Apakah jenis usaha/tempat bekerja debitur terdampak langsung atau

tidak langsung penyebaran COVID-19

c. Apakah daerah usaha debitur sudah masuk wilayah terpapar COVID-19

dengan status KLB (kejadian luar biasa)

7
E. LAPORAN

Bank wajib menyampikan laporan secara berkala kepada Otoritas Jasa

Keuangan sesuai format laporan yang ditentukan dalam POJK No.

11/POJK.03/2020

Perbaungan, 09 April 2020

Dewan Diraksi,

Asbon Sinaga Mestika G. Manurung


Dir. Utama Direktur

Anda mungkin juga menyukai