Anda di halaman 1dari 3

Dalam siaran pers, Jumat (27/3), Corporate Secretary Bank Mandiri Rully Setiawan

menjelaskan, relaksasi diberikan karena Bank Mandiri menilai pandemi corona memukul
sejumlah sektor ekonomi.

Pariwisata, pusat-pusat perbelanjaan, restoran, serta pelaku UMKM dan sektor informal,
merupakan beberapa pelaku usaha yang dipandang Bank Mandiri terkena langsung dampak
pandemi virus corona. Rully merinci, setidaknya ada lima kriteria penerima keringanan kredit
dari Bank Mandiri. Pertama, nasabah terdampak pandemi virus corona, dengan pinjaman kurang
dari Rp 10 miliar, mendapatkan keringanan berupa penundaan pembayaran angsuran.

Kedua, nasabah dengan pinjaman di atas Rp 10 miliar, akan diberikan penundaan, penjadwalan
ulang (rescheduling) dan pengurangan suku bunga. Hal ini merupakan bagian dari kebijakan
restrukturisasi bagi nasabah-nasabah yang setelah dievaluasi terdampak pandemi virus corona.

Keempat, pemberian relaksasi kredit kendaraan bermotor bagi pengemudi ojek online dan driver
online. Kelima, penetapan kolektibiltas kredit didasarkan pada ketepatan pembayaran angsuran.
Rully menjelaskan, kredit yang telah direstrukturisasi akan ditetapkan dengan status lancar,
terhitung sejak restrukturisasi dilakukan. Sementara, teknis implementasi relaksasi akan
dilakukan dengan mengacu pada peraturan OJK, yakni aturan stimulus untuk sektor terdampak
pandemi virus corona. Dari internal Bank Mandiri, pelaksanaan relaksasi disesuaikan dengan
profil nasabah, yang penilaiannya akan dilakukan oleh unit maupun kantor cabang Bank
Mandiri, pada saat nasabah mengajukan relaksasi. “Nanti (nasabah) koordinasi dengan agen atau
marketing mikro atau Relationship Manager, karena mereka yang bisa tahu dokumen
pendukungnya. Karena kan debitur UMKM harus mengajukan sendiri ke teman-teman di
lapangan,” kata Rully ketika dikonfirmasi oleh Katadata.co.id, Jumat (27/3).

Perlakuan khusus ini tidak berlaku bagi debitur di sektor yang sama namun tidak mengalami kerugian

terdampak virus corona

Debitur yang mendapatkan perlakuan khusus dalam POJK ini adalah debitur yang mengalami kesulitan

untuk memenuhi kewajiban pada bank, terdampak langsung maupun tidak langsung dari penyebaran

covid-19.

Ada beberapa contoh kondisi debitur yang terkena dampak.


Pertama, debitur yang terkena dampak penutupan jalur transportasi dan pariwisata dari maupun
menuju China atau negara lain yang telah terdampak covid-19 serta travel warning beberapa
negara.

Kedua, debitur yang terkena dampak dari penurunan volume ekspor impor secara signifikan
akibat keterkaitan rantai suplai dan perdagangan dengan China ataupun negara lain yang telah
terdampak virus corona.

Ketiga, debitur yang terkena dampak terhambatnya proyek pembangunan infrastruktur karena
terhentinya pasokan bahan baku, tenaga kerja, dan mesin dari Tiongkok ataupun negara lain
yang telah terdampak covid-19.

Perlu dicatat, perlakukan khusus POJK tersebut tidak dapat diterapkan bank kepada debitur yang
tidak terkena dampak covid-19, meskipun termasuk dalam sektor pariwisata, transportasi,
perhotelan, perdagangan, pengolahan, pertanian, dan pertambangan.

Sektor UMKM juga mendapatkan relaksasi berupa stimulus tersebut. Dengan catatan juga
terdampak virus corona. Pemberian perlakuan khusus tanpa melihat batasan plafon
kredit/pembiayaan.

Sektor UMKM juga mendapatkan relaksasi berupa stimulus tersebut. Dengan catatan juga
terdampak virus corona. Pemberian perlakuan khusus tanpa melihat batasan plafon
kredit/pembiayaan.

prioritas Debitur yang mendapat keringanan adalah memenuhi persyaratan minimal sebagai berikut:

a. Debitur terkena dampak Covid-19 dengan nilai kredit/leasing dibawah Rp10 Milyar untuk antara lain

pekerja informal, berpenghasilan harian, usaha mikro dan usaha kecil (Kredit UMKM dan KUR).

b. Keringanan dapat diberikan dalam periode waktu maksimum 1 tahun dalam bentuk penyesuaian

pembayaran cicilan pokok/bunga, perpanjangan waktu atau hal lain yang ditetapkan oleh bank/leasing.

c. Mengajukan kepada bank/leasing dengan menyampaikan permohonan melalui saluran komunikasi

bank/ leasing.

d. Jika dilakukan secara kolektif, misalkan melalui perusahaan, maka direksi wajib memvalidasi data yang
diberikan kepada bank/leasing.

Bagi debitur yang tidak termasuk angka 2 tersebut di atas, bank/leasing memiliki kebijakan keringanan

kredit/leasing. Dengan begitu debitur dapat berkontak langsung melalui sarana komunikasi yang selama

ini digunakan dan tetap tidak perlu hadir/tatap muka.

ementara, Bank BTPN menyebut empat prioritas debitur yang mendapatkan keringanan kredit.

Pertama, debitur yang terkena dampak langsung virus corona dengan nilai kredit di bawah Rp10
miliar untuk pekerja informal, berpenghasilan harian, dan pelaku usaha mikro dan kecil.

Kedua, debitur tidak memiliki tunggakan atau jika terdapat tunggakan tidak lebih dari 90 hari
terhitung sampai dengan 1 April 2020. 

Ketiga, keringanan diberikan maksimum satu tahun dalam bentuk penundaan pembayaran
cicilan, pengurangan bunga, perpanjangan waktu, dan atau dalam bentuk lain ditetapkan oleh
bank.

Keempat, debitur yang ingin mengajukan keringanan diminta mengunduh formulir melalui lama
resmi BTPN. Kemudian, debitur mengirimkan formulir yang sudah diisi kepada RM masing-
masing.

Anda mungkin juga menyukai