Nim : 014.06.0022
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kematian adalah suatu kepastian yang tak dapat dihindari oleh manusia.
Semua makhluk pasti akan mengalami kematian, tak peduli tua maupun
muda. Kematian, bagi seseorang yang telah menemui ajalnya, ini merupakan
bukanlah akhir dari segala-galanya, melainkan adalah awal bagi kehidupan
di akhirat. Sedangkan bagi yang masih hidup, ada kewajiban yang harus
dipikul terhadap orang yang telah meninggal, diantaranya; memandikan,
mengkafani, menshalaykan, dan menguburkan. Dalam makalah ini penulis
mencoba untuk mengupas segala masalah kewajiban yang harus dilakukan
oleh orang yang masih hidup terhadap jenazah.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara memandikan jenazah?
b. Bagaimana cara mengkafani jenazah?
c. Bagaimana cara menshalati jenazah?
d. Bagaimana cara menguburkan jenazah?
e. Apa itu takziah?
f. Apa itu ziarah kubur?
BAB II
PEMBAHASAN
Pengurusan Jenazah
Mengkafani Jenazah
Setelah mayat dimandikan, maka wajib bagi tiap-tiap mukmin untuk
mengkafaninya juga. Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati
syahid adalah fardhu kifayah. Mengkafani jenazah adalah menutupi atau
membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau
hanya sehelai kain. Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai berikut:
“Kami hijrah bersama Rasulullah saw. dengan mengharapkan keridhaan
Allah SWT, maka tentulah akan kami terima pahalanya dari Allah, karena
diantara kami ada yang meninggal sebelum memperoleh hasil duniawi
sedikit pun juga. Misalnya, Mash’ab bin Umair dia tewas terbunuh
diperang Uhud dan tidak ada buat kain kafannya kecuali selembar kain
burdah. Jika kepalanya ditutup, akan terbukalah kakinya dan jika kakinya
tertutup, maka tersembul kepalanya. Maka Nabi saw. menyuruh kami untuk
menutupi kepalanya dan menaruh rumput izhir pada kedua kakinya.” (HR.
Bukhari).
Dalam mengafani jenazah ada beberapa hal yang diutamakan atau
disunnahkan mengenai kain kafannya, diantaranya:
1. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih, kering
dan menutupi seluruh tubuh mayat. Dalam sebuah hadist diriwayatkan
sebagai berikut :
Artinya: “Dari Jabir berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda: “Apabila
salah seorang kamu mengkafani saudaranya, hendaklah dibaikkan kafannya
itu.” (HR. Muslim).
2. Kain kafan hendaknya berwarna putih.
3. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi
mayat perempuan 5 lapis.
4. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani
jenazah, kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
5. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.
“Janganlah kamu berlebih-lebihan (memilih kain yang mahal) untuk kafan
karena sesungguhnya kafan itu akan hancur dengan segera.”(HR. Abu
Dawud).
Catatan :
Kalau kain putih tidak ada, maka boleh mengkafani mayat dengan
kain apa saja yang dapat digunakan untuk mengkafaninya, kemudian
dishalatkannya.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Mengkafani Jenazah
3. Menshalatkan Jenazah
1. Hukum Shalat Jenazah
Shalat jenazah hukumnya fardhu kifayah. Boleh dilakukan oleh orang
laki-laki atau perempuan. Namun, selagi ada orang laki-laki, maka yang
dapat mengugurkan kewajiban adalah orang laki-laki yang baligh.
2. Tempat Shalat Jenazah
Shalat jenazah bisa dilaksanakan di mana saja asalkan di tempat yang
suci. Diutamakan bertempat di mushalla. Sedangkan pengaturannya adalah
sebagai berikut :
a. Bentuk Shaf Shalat Jenazah
Rasulullah bersabda SAW, : “Tidaklah orang muslim meninggal
kemudian ia dishalati oleh tiga shaf dari orang-orang muslim, kecuali ia
menghaki masuk surga”.(HR. Abu Daud, Ibnu Majah, At-Tirmidzi).
Dalam hal memperoleh fadhilah tiga shaf ini, ulama berbeda pendapat. Ibnu
Hajar berpendapat, satu shaf minimal 2 orang. Menurut imam Ramli satu
shaf bisa satu orang. Jadi, untuk mendapat fadhilah shaf, minimal mushalli
berjumlah 6 orang, atau 3 orang. Bentuk shaf seperti ini penting diatur bila
yang menyalati sedikit.
b. Posisi Mayit dan Orang yang Menyalati
Bila laki-laki, maka kepala mayit sunnah berada di sebelah kiri imam.
(nisbat negara Indonesia : arah selatan). Bila mayit perempuan, kepala mayit
diletakkan di sebelah kanan imam (utara). Posisi imam, bila mayit laki-laki,
maka berada didekat kepala mayit. Bila mayit perempuan, maka didekat
pantatnya.
c. Makmum masbuq
Adalah makmum yang tidak mengikuti bacaan surat al-Fatihah bersama
imam. Semisal kita baru takbiratul ihram, sedangkan imam sudah
melakukan takbir yang ketiga. Maka, kita harus langsung membaca surat al-
Fatihah. Bila imam melakukan takbir keempat, maka kita langsung takbir
juga, sekalipun bacaan al-Fatihah belum selesai. Bila imam mengucapkan
salam, maka kita melanjutkan shalat dengan takbir ketiga dan seterusnya
dengan mengikuti rukun dan bacaan yang sudah ada.
3. Menshalatkan Jenazah
:Untuk Laki-laki
ْه
وعافه وا ْعفُ َ عنُ اللهمَاغفرلُه َْْ
وارح ُمه َِِ َْ ُ ِْ
َ َ َ َّ
:Untuk Perempuan
ْ اغفرلهاَْوارحمهاَِ وعافها وا ْعَف
ُ َعنها ْ َُ ِْْاللهم
َ َ َ َ َ ََ َّ
الخَطايَا َكما ُينَّقى واغسْلهُ بالما ِءَّْوالثلج ْ والَب ِْرد ونَقِه ِمنَ ْ َ
ِ ووسْع ْمْدخَ لْهُ
وأكرم نزلهَُ ِ َُُ َْ
َ َ َِ َِ َ َ َ ََ َ ِْ
َْ ِمن أ ِهلِه َو ْزوجً ا ْ
واهال خَ ًْْيًHرا داره َْ ًْ وا ْب ِدلهُ َدارً ا خَ يْرً اِْمن َ ِ الثوبُ ْاأل ْبَيَضُ ِ منَ َّ الدن ِ
َس َّ ْ
َ ِ َ ِ
ْ ْ َ ْ ْ َ َ ْ
وأدخلهُ الجنة وأعذه ْمن عَذاب الَقبْر و ْمن فتنَته و ْمن عَذابَّالنار خَ يْرا ْمن َزوجه ْ
ِ ِ َ َِ ِ َِِِ ِ ِ َّ َِ ُِ َ ِ َِِْ ً ِ
: Jika mayit anak kecil ditambah dengan do’a
ُ ْ َ ُ ً ا لُ ْ ْ
ذخِرا َوث ْقل به )هاَ( ُ لُه )هاَ( ً
َلهما ْ واجْهع)هاَ(َلهما َُ َسلًفا َ واجْ ع َ اللهم اجْ ع لُه )هاَ(َ لهما ِفرط
ِ َ َ َ َ َ َ َ ََ َّ َ
ره )ها(َ رمهما َ ْ ُُ َْ
َ تحْ ُْ أجْ ُ وال َ تف ْت ُِ
نهما بعدََْهُ)هاَ( َ
وال وأفرغ الصبَْرعلىْقلوبهما َ
ُ موازِنَهماَّ H
َ ِ َ َ َ ََِِ َ ٰ ََِ ََ ِ
.d : Sesudah takbir keempat sebelum salam sunnah membaca
َّْ َ َ َ
والَت ِفتناَ ْب َعدُه )هَا( )هَا( أللهم الَتحْ رْ منَا أجْ رُه
َ َ ِ َُّ
ْ َّ
ِ فى باإليْمانَوالَتجْ علْ ُ
َسَب ْقونَا الِذيْنَ َ ولُه َ )لها( ْ
وإلخوانِنَا ْ َِ
واغ ْفرلنَا
َ َ ِِ َ ِ َ َ َ َ ِ َ
َّ ُ ًَّّ ُُ
قلوبنَا ِغالِللِذيْنَ آمنوا ربنَا إنكَ رُؤوف رحي ِْم
ٌ َ ٌَّ ََّْ ِ ِْ
Menguburkan Jenazah .4
Pemberangkatan Jenazah .1
Minimal jenazah dibawa dengan cara yang tidak mengandung arti
: penghinaan pada mayit. Adapun cara membawa yang sempurna adalah
.aKetika mayit siap diberangkatkan, memberi kesaksian bahwa mayit adalah
orang baik. Namun tidak semua mayit boleh disaksikan baik. Untuk mayit
.yang jelas fasiq, maka tidak boleh disaksikan baik
b. Mayit dibawa dengan memakai keranda (Madura : kathél), dan dibawa oleh
beberapa orang sesuai dengan kebutuhan, minimal dua orang. Diutamakan
yang membawanya berjumlah ganjil.
c. Seperti halnya saat dilahirkan, mayit diberangkat-kan dengan kepala di
depan (menghadap ke arah tujuan).
d. Sunnah mempercepat langkah kaki lebih dari sekedar berjalan biasa. Namun
tidak dengan berlari.
e. Membawa mayit hendaknya dengan sopan dan penuh penghormatan.
f. Hukum mengantar jenazah ke kuburan sunnah bagi laki-laki, makruh bagi
perempuan.
2. Bentuk lubang kubur
Bentuk lubang kubur ada 2 macam :
a. Apabila tanahnya keras, maka lebih baik berbentuk liang lahad. Yaitu,
menggali bagian sisi barat dari lubang kubur, sekitar cukup untuk tempat
membaringkan mayit.
b. Apabila tanahnya lunak (mudah longsor) atau berpasir, maka berbentuk
liang cempuri. Yaitu, menggali sisi tengah dari lubang kubur, dengan ukuran
bisa membaringkan mayit, dan di sisi kanan kirinya diberi batu bata.
ِ َالجبَليْنِ ال
) عليهHعظ ْي َميْنِ (متفق ْ
َ
Artinya : “Barang siapa yang ikut menyaksikan jenazah terus menyalatinya
maka ia mendapat pahala satu qirath. Jika sampai menyaksikan
penguburannya, maka mendapat pahala dua qirath. Nabi ditanyakan apa
maksud dua qirath? Nabi menjawab satu qirath seperti dua gunung yang
.besar”. (HR. Imam Bukhari-Muslim)
Tazkiah.5
2. Hikmah Takziah
· Dapat meringankan beban keluarga si mayat, terutama dari segi mental,
sehingga merasa sedikit terhibur.
· Tugas dan kewajiban keluarga yang ditinggalkan terbantu.
· Dapat mengingatkan akan kematian
· Penghormatan terakhir pada almarhum/ah
· Ikut mendoakan almarhum/ah
· Mempererat tali persaudaraan umat muslim
6. Ziarah kubur
Ziarah kubur adalah datang ke makam keluarga atau bukan
keluargadengan maksud untuk mendoakan agar diterima amalnya dan
diampuni dosanya oleh Allah SWT. Ziarah kubur adalah sunah bagi laki-
laki, sedangkan bagi perempuan adalah makruh. Alasannya dikhawatirkan
.perempuan akan menambah perasaan sedih
Ziarah kubur hukumnya disunnahkan, hikmahnya adalah agar menjadi
peringatan dan menyadari bahwa setiap jiwa pasti akan mati serta mengingat
.akan adanya alam akhirat
: Sedangkan tatacara ziarah kubur
.1 : sebelum duduk dianjurkan mengucapkan salam
ِم
ْ والمْسِْلمات َْالمْسلميْن َن أهلَْ ال ِديار …ْ ِمةال ْمرحُو/يا حضْ رةَ ْال ْمرحُوم َُ ْكم َ َّ َ ا
ِ Hِ ِ ِْHِ َ يا لسالم علي
َ ُ َ ُ َِ َ َْ َ ِْ َ َََ ْ َ ُ
َُ ُ
َت وإنا إن شَآء هلالُبكم الحقونْHِ وال ْمؤمنيْنََّوال ْمؤمنَا ْْ
ِْ ِْ َ ِ َِ ِ ُ َ ُِِ َ
.2 kemudian membaca al-Qur’an atau Tahlil, serta memohon kepada
,Allah agar pahala bacaannya disampaikan pada si mayit. Dan jangan lupa
: dalam do’a tersebut disisipi kalimat
… ثواب ماقَْرأنَاه إلى
َ أوصْ ل
َ َّ اللهم
ُِٰ َََ َ َُِّْ
.3 Pada saat berziarah kubur, bersikap sopan dan berhati -hati, jangan duduk
diatas kuburan atau bergurau , bermain-main atau yang tidak sesuai dengan
.suasana ziarah kubur
.4 ,Ziarah kubur orangtuanya atau orang lain bukan untuk meminta sesuatu
tetapi mendoakan kepada ahli kubur agar mendapat pengampunan dari Allah
.SWT
Hikmah ziarah kubur diantaranya:
1. Ziarah kubur dapat mengingatkan akan akhirat, maka akan menambah
tebalnya iman kepada Allah SWT dan memperbanyak amal saleh.
2. Kita dapat melakukan kontak batin dengan arwah almarhumah, sekalipun
dengan alam yang berbeda melalui doa.
3. Ziarah kubur adalah perbuatan ibadah karena sunah Rasulullah. Dengan
melihat nisan sebagai saksi bisu akan tumbuh rasa takut kepada Allah SWT.
Pada awalnya ziarah kubur dilarang oleh Rasulullah karena
dikhawatirkan menimbulkan syirik (meminta pada leluhurnya) akantetapi
setelah Rasulullah SAW menilai bahwa tingkat keimanan umat sudah kuat,
maka Rasullulah pun memerintahkan untuk berziarah kubur. Selain itu
berziarah kubur banyak lagi hikmah yang dapat digali.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia
sebagi makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati
kemuliannya itu perlu mendapat perhatian khusus dalam hal
penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah seorang
muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini
dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan
oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf. Adapun 4
perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:
a. Memandikan
b. Mengkafani
c. Menshalatkan
d. Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara
lain:
a. Memperoleh pahala yang besar.
b. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
c. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan
belasungkawa atas musibah yang dideritanya.
d. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati
dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
e. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga
apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan
sebaik-baiknya menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.
Daftar Pustaka