Disusun Oleh:
Maulida Fu’adatus Sultoniya (1810631110085)
Azhari Ardiansyah Nur Soleh (1810631110091)
Segala puja & puji syukur hanya milik Allah SWT. Yang telah memberikan taufiq
serta hidayahnya, sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan. Sholawat
dan salam senantiasa dicurahkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dan
segenap keluarga nya serta orang-orang yang meneruskan risalahnya sampai akhir
Zaman.
Makalah yang berjudul “Proses Pendidikan“ disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam. Kami menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifat nya
membangun demi kebaikan makalah ini sangat diharapkan dari para pembaca.
Akhir kata, Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Karawang, 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses Pendidikan terdiri dari dua kata yaitu “proses” dan “pendidikan”.
Pengertian proses menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah runtunan
perubahan (peristiwa) dalam suatu perkembangan. Sedangkan Pendidikan adalah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dl usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara,
perbuatan mendidik. Pendidikan adalah suatu proses interaksi antara pendidik dan
peserta didik. Sebagai suatu proses yang direkayasa oleh manusia, pendidikan
juga merupakan proses alamiah dalam kehidupan manusia. Pendidikan sama
dengan hidup. Proses pertumbuhan dalam kehidupan manusia yang terjadi dengan
sendirinya tanpa direkayasa. Pada hakikatnya pendidikan sebagai hasil rekayasa
manusia maupun alamiah terjadi bersamaan, tidak mungkin terjadi proses
rekayasa pendidikan tanpa pengaruh alamiah dan sebaliknya proses pendidikan
tanpa ada pengaruh manusia, sekurang- kurangnya pengaruh manusia adalah
sebagai subjek.
Pendidikan adalah salah satu kegiatan dalam kehidupan manusia. Belajar
adalah suatu proses mengonstruksi pengetahuan baik yang alami maupun
manusiawi. Beberapa factor seperti pengalaman, pengetahuan yang dipunyai,
kemampuan kognitif, dan lingkungan berpengaruh terhadap hasil belajar.
Sedangkan mengajar adalah suatu proses membentu seseorang untuk membentuk
pengetahuannya sendiri. Mengajar bukanlah mentransfer pengetahuan dari orang
yang sudah tau (guru) kepada yang belum tahu (murid), melainkan membantu
seseorang agar dapat mengonstruksi sendiri pengetahuannya lewat kegiatannya
terhadap fenomena dan objek yang ingin diketahui.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Ibadah Sebagai Proses Pendidikan ?
2. Bagaimana Profesionalisme Dalam Pendidikan ?
3. Bagaimana Peningkatan Mutu Pendidikan ?
C. Tujuan Masalah
1. Memahami Ibadah Sebagai Proses Pendidikan
2. Mengetahui Profesionalisme Dalam Pendidikan
3. Mengetahui Peningkatan Mutu Pendidikan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam Islam, setiap pekarjaan harus dilakukan secara profesional. Dalam arti
harus dilakukan dengan benar. Itu hanya bisa dilakukan oleh orang ahli.
Penerapan paham profesionalisme ini akan menghasilkan efek yang berganda.
Pertama, dengan meningkatkan profesionalisme akan mendapatkan
pendidikan yang lebih bermutu. Peningkatan itu akan dinikmati oleh masyarakat
dan pada gilirannya mutu masyarakat muslim juga akan
meningkat. Kedua, karena mutu yang baik maka peminat memasuki lembaga
2
pendidikan itu juga akan meningkat. Mahasiswa atau murid akan meningkat
jumlahnya. Kesempatan mendidik umat dalam jumlah besar muncul. Ketiga, dari
mahasiswa atau murid yang banyak itu akan masuk uang yang lebih banyak. Dari
uang yang banyak itu kita dapat menggunakannya sebagian untuk lebih
meningkatkan mutu. Penerapan profesionalisme akan menimbulkan suatu sinergi
kearah lebih baik. Sinergi ini perlu dipahami karena selama ini seringkali
pengelola sekolah bingung dari mana harus dimulai untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
1. Pengertian Profesionalisme Dalam Pendidikan
Profesionalisme menurut Ahmad Tafsir (2004) adalah paham yang
mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional.
Orang yang profesional ialah orang yang memiliki profesi. Istilah profesionalisme
berasal dari profesion. Profession mengandung arti yang sama dengan
kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui
pendidikan atau latihan khusus. Dengan kata lain, profesi dapat diartikan sebagai
suatu bidang keahlian yang khusus untuk menangani lapangan kerja tertentu yang
membutuhkannya. Profesionalisme berarti suatu pandangan bahwa suatu
keahliaan tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang mana keahlian itu
hanya diperoleh melalui pendidikan khusus atau latihan khusus.
3
jadi unsur transenden ini dapat menjadikan pengalaman profesi dalam islam lebih
tinggi nilai pengabdiannya dibandingkan dengan pengalaman profesi yang tidak
didasari oleh keyakian iman kepada Tuhan. Dalam islam, setiap pekerjaan harus
dilakukan secara profesional, dalam arti harus dilakukan secara benar. Itu hanya
mungkin dilakukan oleh orang yang ahli. Rasulullah SAW, mengatakan bahwa: “
bila suatu urusan dikerjakan oleh orang yang tidak ahli, maka tunggulah
kehancuran”. “Kehancuran” dalam hadits ini dapat diartikan secara terbatas dan
dapat diartikan secara luas.Bila seorang guru mengajar tidak dengan keahlian,
maka yang “hancur” adalah muridnya.Ini dalam pengertian yang terbatas. Murid-
murid itu kelak mempunyai murid lagi dan murid-murid itu kelak berkarya,
kedua-duanya dilakukan dengan tidak benar (karena telah dididik tidak benar),
maka akan timbullah “kehancuran”. Kehancuran apa? Ya, kehancuran orang-
orang yaitu murid-murid itu, dan kehancuran sistem ini kebenaran karena mereka
mengajarkan pengetahuan yang dapat saja tidak benar.Ini kehancuran dalam arti
luas. Maka benarlah apa yang diajarkan Nabi: Setiap pekerjaan (urusan) harus
dilakukan oleh orang yang ahli. “Karena Allah” saja tidaklah cukup untuk
melakukan suatu pekerjaan.Yang mencukupi ialah “karena Allah” dan “keahlian”.
Dengan uraian yang singkat itu jelaslah pandangan islam tentang profesi, bahkan
juga pandangan islam tentang profesionalisme. Islam mementingkan
profesionalisme. Akan tetapi, bagaimana penerapan profesionalisme ini dalam
masyarakat islam sekarang, khususnya dalam bidang pengelolaan sekolah.
4
Biasanya sekolah berada di bawah pengelolaan dan tanggung jawab
yayasan. Yayasan tidak hanya mengurus sekolah, kadang-kadang yayasan
juga membuat kegiatan lain, yaitu sebuah yayasan mengurus rumah sakit,
rumah anak-anak yatim, koperasi sekolah, dan lain-lain. Dalam hal ini,
pengurus yayasan cukup memenuhi syarat satu saja yaitu rasa pengabdian
yang besar kepada masyarakat. Oleh karena itu, ia senang berbuat untuk
masyarakat. Dalam hal seperti ini maka yayasan harus menudaskan
seseorang yang profesional untuk setiap bidang garapan.
Untuk mengelola sekolah harus ada paling sedikit satu orang yang
memiliki profesi pendidikan (tegasnya sekolah) yang duduk pada tingkat
yayasan. Orang ini sebaiknya tidak merangkap jabatan sebagai salah
seorang seorang pengurus yayasan dan kepala sekolah, cukup mengurusi
sekolah saja. Mengapa demikian? Karena ia harus memikirkan
perkembangan sekolah, dari suatu sekolah menjadi banyak sekolah. Jadi,
pikirannya tidak boleh hanya tertuju pada satu sekolah. Hubungan
kerjanya lebih banyak dengan pengurus lengkap yayasan dan dengan
masyarakat, sekolah hanya salah satu titik saja dalam pemikirannya dan
pemikirannya akan lebih luas, tidak terlibat dalam persoalan-persoalan
rutin yang biasanya selalu ada setiap sekolah.
5
ganti guru yang tidak profesionalisme itu Kebijakan yang sangat
keliru.Kenyataannya ialah memecat guru tidaklah semudah itu.
Yang dapat diteorikan ialah bahwa tata usaha sekolah harus mampu
memberikan pelayanan selengkap-lengkapnya terhadap kepala sekolah, guru,
murid, orang tua murid. Maka, tugas tata usaha sekolah adalah melakukan semua
tugas yang diperintahkan oleh kepala sekolah, yang mana kepala sekolah harus
orang yang profesional. Hambatan utama untuk menerapkan profesionalisme
dalam pengelolaan sekolah ialah kekurangan biaya, demikian pendapat umum di
kalangan pengelola sekolah islam. Oleh karena itu, sekolah islam banyak yang
rendah mutunya. Pendapat ini umum dianut dan kelihatannya banyak sekali orang
yang percaya pada pendapat seperti itu.
C. Peningkatan Mutu Pendidikan
1. Pengertian dan Faktor Peningkatan Mutu Pendidikan
Peningkatan memiliki kata dasar “tingkat” dengan arti proses, cara,
perbuatan meningkatkan sesuatu untuk kemajuan. Mutu adalah (ukuran) baik
buruk suatu benda, kadar, taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan dsb) atau
bisa di sebut dengan kualitas. Jadi, peningkatan mutu
pendidikan adalah suatu upaya mengembangkan kemampuan, sikap yang berahlak
disegala bidang untuk keberhasilan pendidikan yang sehingga meningkatkan
kualitas ataupun mutu pendidikan.
6
Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, Sudarwan Danim
(2007:56) mengatakan bahwa jika sebuah institusi hendak meningkatkan mutu
pendidikannya maka minimal harus melibatkan lima faktor yang dominan, yaitu:
a. Kepemimpinan Kepala sekolah; kepala sekolah harus memiliki dan
memahami visi kerja secara jelas, mampu dan mau bekerja keras,
mempunyai dorongan kerja yang tinggi, tekun dan tabah dalam bekerja,
memberikan layananyang optimal, dan disiplin kerja yang kuat.
b. Guru; pelibatan guru secara maksimal, dengan meningkatkan kompetensi
dan profesi kerja guru dalam kegiatan seminar, lokakarya serta pelatihan
sehingga hasil dari kegiatan tersebut diterapkan disekolah.
c. Siswa; pendekatan yang harus dilakukan adalah “anak sebagai pusat“
sehingga kompetensi dan kemampuan siswa dapat digali sehingga sekolah
dapat menginventarisir kekuatan yang ada pada siswa.
d. Kurikulum; adanya kurikulum yang konsisten, dinamis, dan terpadu dapat
memungkinkan dan memudahkan standar mutu yang diharapkan sehingga
goals (tujuan ) dapat dicapai secara maksimal.
e. Jaringan Kerjasama ; jaringan kerjasama tidak hanya terbatas dengan pada
lingkungan sekolah dan masyarakat semata (orang tua dan masyarakat)
tetapi dengan organisasi lain, seperti perusahaan atau instansi pemerintah
sehingga output dari sekolah dapat terserap didalam dunia kerja.
2. Cara Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia
Di Bawah ini akan diuraikan cara untuk meningkatkan mutu
pendidikan, tersebut ada beberapa hal yang bisa dilakukan diantaranya:
a. Perubahan kurikulum belajar
Kurikulum merupakan dasar atau jadwal pendidikan yang akan diajarkan
oleh guru kepada peserta didiknya. Perubahan kulikulum ini bisa
meningkatkan pendidikan namun dengan perubahan kurikulum ini kadang
menimbulkan kontroversi bagi semua orang.Perubahan kurikulum ini
harus dipertimbangkan dengan matang agar peserta didik dan pendidik
bisa melaksanakannya dengan baik.
7
b. Peningkatan mutu guru
Peningkatan mutu guru bisa dilakukan dengan penyeleksian guru pendidik
sebelum mereka mengajar pada suatu sekolah.Dengan adanya seleksi yang
tepat ini diharapkan guru benar-benar merupakan tenaga pilihan yang bisa
membimbing muridnya dengan baik. Dan Insan Pendidikan Patut
Mendapatkan Penghargaan Karena itu Berikanlah
Penghargaan, “Manajemen Sumber Daya Manusia” mengatakan,
penghargaan diberikan untuk menarik dan mempertahankan SDM karena
diperlukan untuk mencapai saran-saran organisasi. Staf (guru) akan
termotivasi jika diberikan penghargaan ekstrinsik (gaji, tunjangan, bonus
dan komisi) maupun penghargaan instrinsik (pujian, tantangan,
pengakuan, tanggung jawab, kesempatan dan pengembangan karir).
Manusia mempunyai sejumlah kebutuhan yang memiliki lima tingkatan
(hierarchy of needs) yakni, mulai dari kebutuhan fisiologis (pangan,
sandang dan papan), kebutuhan rasa aman ( terhindar dari rasa takut akan
gangguan keamanan), kebutuhan sosial (bermasyarakat), kebutuhan yang
mencerminkan harga diri, dan kebutuhan mengaktualisasikan diri di
tengah masyarakat. Pendidik dan pengajar sebagai manusia yang
diharapkan sebagai ujung tombak meningkatkan mutu berhasrat
mengangkat harkat dan martabatnya.Jasanya yang besar dalam dunia
pendidikan pantas untuk mendapatkan penghargaan intrinsik dan
ekstrinsik agar tidak termarjinalkan dalam kehidupan masyarakat.
c. Bantuan Operasional Sekolah ( BOS )
Pada intinya bantuan ini dirancang pemerintah untuk membantu sekolah
yang tidak mampu agar bisa menyediakan sarana dan prasarana
pendidikan yng layak dan dibutuhkan siswa didiknya.Namun kadang
program ini disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab
sehingga penyampaiannya masih belum optimal.
d. Bantuan Khusus Murid (BKM)
Program pemerintah ini khusus untuk membantu biaya bagi murid yang
tidak mampu agar bisa mengenyam pendidikan sama seperti anak lainnya.
8
e. Sarana dan prasarana pendidikan yang maju dan layak
Bila mutu pendidikan di negara kita ingin maju maka sarana dan
prasarana dari pendidikan tersebut harus ditingkatkan lebih baik lagi.Bila
sarana pendidikan bagus dan modern maka siswa bisa melaksanakan
pendidikan dengan nyaman. Kenyamanan mereka itulah yang menjadi
kunci kesuksesan dalam proses belajar. Dengan diberlakukannya
kurikulum 2004 (KBK), kini guru lebih dituntut untuk
mengkontekstualkan pembelajarannya dengan dunia nyata, atau minimal
siswa mendapat gambaran miniatur tentang dunia nyata.Harapan itu tidak
mungkin tercapai tanpa bantuan alat-alat pembelajaran (sarana dan
prasarana pendidikan).
f. Pemerataan pendidikan
Pendidikan tidak hanya untuk mereka yang berada di kota namun didaerah
terpencil juga harus mendapatkan pendidikan yang layak. Inilah yang
menjadi tugas pemerintah untuk pemerataan pendidikan di semua wilayah.
g. Kurangi dan Berantas Korupsi
Korupsi dalam dunia pendidikan dilakukan secara bersama-sama (Amin
Rais menyebutnya korupsi berjamaah) dalam berbagai jenjang mulai
tingkat sekolah, dinas, sampai departemen. Pelakunya mulai dari guru,
kepala sekolah, kepala dinas, dan seterusnya masuk dalam jaringan
korupsi. Sekolah yang diharapkan menjadi benteng pertahanan yang
menjunjung nilai-nilai kejujuran justru mempertotonkan praktik korupsi
kepada peserta didik.
9
standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan
sebagainya.Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung
sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan
sebagainya.
b. Rendahnya kualitas guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan.Kebanyakan guru
belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan
tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan,
melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.
Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu
keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral
pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar
memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi
tanggung jawabnya.Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga
dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
c. Rendahnya kesejahteraan guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat
rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Kesenjangan kesejahteraan guru
swasta dan negeri menjadi masalah lain yang muncul. Di lingkungan
pendidikan swasta, masalah kesejahteraan masih sulit mencapai taraf ideal.
d. Kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat
Sekolah. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan
pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.
e. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan
Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang
menganggur. Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya
sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup
sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya
10
ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini
disebabkan kurikulum yang materinya kurang fungsional terhadap
keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
pendidikan ibadah adalah proses membimbing dan mengarahkan segala potensi
insan (manusia) yang ada pada anak terutama potensi kehambaan pada Allah,
sehingga akan menimbulkan ketaatan yang tertanam kuat dalam hati sebagai
pegangan dan landasan hidup di dunia dan di akherat. Sehingga dengan pendidikan
ibadah tersebut seseorang dalam bertindak dan bertingkah laku didasari atas
ketaatan kepada Allah.
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1-2004-
ismawatini-1530-bab3_319-3.pdf
Ahmad Tafsir. 2008. Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Ahmad Tafsir, 2008, Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya), Hlm: 107
Ahmad Tafsir, 2008, Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya), Hlm: 113.
jsh Jurnal Sosial Humaniora, Vol 5 No. 2, November 2012
depdiknas. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah; Buku 1.
Koonsep Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Nanang, F. 2000. Manajemen Berbasis Sekolah; Pemberdayaan sekolah dalam
rangka Peningkatan Mutu dan Kemandirian Sekolah. Bandung: CV Andira.
13