Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PENYULUHAN PROMOSI KESEHATAN

WANITA “KANKER PAYUDARA”

Oleh :

DEAN REX AZRIEL TELAUMBANUA


Nim : 180204039

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA MEDAN
TAHUN 2020\
PROPOSAL PROMOSI KESEHATAN PADA WANITA “KANKER
PAYUDARA”
PADA SISWA/I SMA NEGERI 1 GUNUNGSITOLI

TAHUN 2020

LATAR BELAKANG

Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel
tidak normal/terus-menerus dan tidak terkendali yang dapat merusak jaringan
sekitarnya serta dapat menjalar ke tempat yang jauh dari asalnya yang disebut
metastasis. Sel kanker bersifat ganas dapat berasal atau tumbuh dari setiap jenis
sel di tubuh manusia (Depkes RI, 2009).

Kanker hingga saat ini menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia.
Menurut data WHO tahun 2013, insiden kanker meningkat dari 12,7 juta kasus
tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012, dengan jumlah kematian
meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012.
Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di dunia sebesar 13% setelah
penyakit kardiovaskular (Kemenkes RI, 2014a). Prevalensi kanker di Indonesia
sebesar 1,4 per 1000 penduduk, Provinsi Bali merupakan provinsi dengan
prevalensi kanker tertinggi ketiga setelah DI Yogyakarta dan Jawa Tengah sebesar
2 per 1000 penduduk. Bila dilihat dari karakteristik jenis kelamin penderita kanker
di Indonesia, perempuan sebesar 2,2 per 1000 penduduk dan laki-laki sebesar 0,6
per 1000 penduduk (Riskesdas, 2013).

Jenis kanker yang banyak diderita dan ditakuti oleh perempuan adalah kanker
payudara. Pada umumnya kanker payudara menyerang kaum wanita,
kemungkinan menyerang kaum laki-laki sangat kecil yaitu 1 : 1000 (Mulyani,
2013). Insiden kanker di Indonesia masih belum diketahui secara pasti karena
belum ada registrasi kanker berbasis populasi yang dilaksanakan. Berdasarkan
estimasi Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun
2012, kanker payudara adalah kanker 2 dengan presentase kasus baru tertinggi
(43,3%) dan presentase kematian tertinggi (12,9%) pada perempuan di dunia.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi kanker payudara
di Indonesia mencapai 0,5 per 1000 perempuan. (Kemenkes RI, 2015).

Berdasarkan data dari Sistem Informasi Rumah Sakit tahun 2010, kanker
payudara adalah jenis kanker tertinggi pada pasien rawat jalan maupun rawat inap
mencapai 12.014 orang (28,7%) (Kemenkes RI, 2014b). Berdasarkan data Subdit
Kanker Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) Kemenkes RI,
jumlah perempuan seluruh Indonesia umur 30-50 tahun adalah 36.761.000. Sejak
tahun 2007-2013 deteksi dini yang telah dilakukan oleh perempuan sebanyak
644.951 orang (1,75%) dengan penemuan suspek benjolan (tumor) payudara
1.682 orang (2,6 per 1000 penduduk) (Kemenkes RI, 2014a). Terjadinya
metastatis karsinoma belum dapat ditentukan secara pasti, namun para ahli
membuktikan bahwa ukuran tumor berkaitan dengan kejadian metastatis yaitu
semakin kecil tumor maka semakin kecil juga kejadian metastatisnya. Apabila
penyakit kanker payudara dapat dideteksi secara dini, maka proses pengobatan
lebih mudah dan murah serta peluang sembuh lebih besar dibandingkan kanker
payudara yang ditemukan pada stadium lanjut.

Angka ketahanan hidup lima tahun akan semakin tinggi pada pasien kanker
payudara yang telah mendapatkan serangkaian pengobatan tepat pada stadium
awal (Mulyani, 2013). Berdasarkan Perhimpunan Onkologi Indonesia (2010)
dalam Megawati (2012), menyatakan bahwa menurut asosiasi ahli bedah onkologi
di indonesia prognosis kanker payudara berdasarkan diagnosa stadiumnya antara
lain: stadium 1 (85%); stadium II (60-70%); stadium III (30-50%); dan stadium
IV (15%). Namun di negara berkembang penderita biasanya memeriksakan diri ke
pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan stadium lanjut (stadium III-IV),
dibandingkan negara 3 maju penderita datang pada stadium awal (stadium I-II).
Kejadian keterlambatan pemeriksaan diri kanker payudara ke pelayanan kesehatan
di Indonesia mencapai lebih dari 80% sehingga ditemukan pada stadium lanjut,
yang dapat memperburuk prognosis penderita. Bila dilihat Case Fatality
Rate kasus kanker payudara yang ditemukan pada satdium awal hanya 7,2%.

TUJUAN

Tujuan Umum

Pada pertemuan ini di harapkan seluruh siswa/I SMA NEGERI 1


GUNUNGSITOLI, mampu memahami dan mengenal tentang KANKER
PAYUDARA.

Tujuan Khusus

Siswa/I SMA NEGERI 1 GUNUNGSITOLI dapat mengetahui :

1. Pengertian Kanker Payudara


2. Gejala Kanker Payudara
3. Penyebab Kanker Payudara
4. Diagnosis Kanker Payudara
5. Pengobatan Kanker Payudara
6. Pencegahan Kanker Payudara
7. Pemeriksaan Kanker Payudara

PESERTA

Seluruh Siswa/I di SMA NEGERI 1 GUNUNGSITOLI

MEDIA

1. Laptop
2. Leaflet

KEPANITIAAN

Ketua : Dean Rex Azriel Telaumbanua

Sekretaris : Rizky Yanti Sagala

Bendahara : Merry Cahyani zebua


Moderator : Markus Hulu

Penyaji : Jessy Margaretha

Notulen : Vita Listyana

MC : Ruty Tryana Tel

Doa : Kevin Alfa F. Zebua

Seksi Perlengkapan : Yogi Zega

Seksi Penerima Tamu : Theo Senpai

Seksi Konsumsi : Vebby Melisa Hura

Seksi Dokumentasi : Memo Hulu

Seksi Keamaan : Firman Agus Gea

Fasilitator : Seluruh Mahasiswa

Moderator

Tugas :

1. Membuka acara
2. Memperkenalkan kelompok
3. Menjelaskan tujuan setiap bagian kegiatan
4. Menjelaskan masalah yang didapat pada saat pengkajian berdasarkan
pengolahan data.
5. Menutup kegiatan

Penyajian data

Tugas :

1. Menyampaikan data penunjang masalah yang ditemukan pada pengolahan


data yang ditemukan.
2. Menyampaikan yang belum dipahami para Siswa/I
3. Memberikan kesempatan bagi Siswa/I untuk bertanya
4. Memberikan inforcement pada Siswa/I yang bertanya atau memberikan
pendapat dalam penyelesaian masalah.

Moderator :

Tugas :

1. Memimpin acara Tanya jawab antara Siswa/I dan penyaji


2. Menyimpulkan jawaban agar mudah dipahami Siswa/I
3. Memberi inforcement pada Siswa/I yang memberikan pendapat atau
pertanyaan.

SETTING WAKTU

WAKTU KEGIATAN KETERANGAN P. JAWAB


5 menit Pembukaan Mengucapkan salam Moderator
Menjelaskantujuanpertemuan
5 menit Kata Ketua Pelaksan Moderator
sambutan Kepalatempat penyuluhan
Dosen Pembimbing
5 menit Penyajian Menyajikan materi : Penyaji
Materi 1. Pengertian Kanker
Payudara
2. Gejala Kanker
Payudara
3. Penyebab Kanker
Payudara
4. Diagnosis Kanker
Payudara
5. Pengobatan Kanker
Payudara
6. Pencegahan Kanker
Payudara
7. Pemeriksaan Kanker
Payudara

Tanya Jawab
10 menit Penyaji Demonstrasi kegiatan Penyaji

5 menit Moderator Menyimpulkan hasil kegiatan Moderator

5 menit Penutup Do’a Mahasiswa

SETTING TEMPAT
Keterangan :

: Ketua panitia, kepala sekolah, wakil kepsek, Guru, dan dosen


pembimbing

: Penyaji, Moderator

: Seluruh Siswa/I SMA NEGERI 1 GUNUNGSITOLI

: Mahasiswa/fasilitator

SUSUNAN ACARA

a. Kata sambutan yang akan dibawakan oleh:


1. Ketua Panitia Pelaksana : Dean Rex Azriel Telaumbanua
2. Perwakilan Kepala sekolah yang akan dilakukan penyuluhan
3. Dosen Pembimbing Akademik Oleh Ns.Galvani Volta
Simanjuntak ,M.Kep
b. Penyajian penyampaian materi KANKER PAYUDARA Oleh Jessy
Margaretha
c. Do’a yang akan dibawakan oleh Kevin Alfa F. Zebua
d. Penutup dan jedah

EVALUASI

Evaluasi Struktur

1. Undangan telah diberikan 1 hari sebelum acara


2. Persiapan dilakukan satu hari sebelum kegiatan, termasuk izin
menggunakan tempat sudah dipersiapkan 1 hari sebelumnya
3. Telah dilakukan diskusi kelompok untuk pembagian tugas masing-masing
4. Laporan tersedia dan sudah mendapat persetujuan dari pembimbing
LANDASAN TEORI

1. PENGERTIAN
Kanker payudara adalah kondisi ketika sel kanker terbentuk di jaringan
payudara. Kanker bisa terbentuk di kelenjar yang menghasilkan susu (lobulus),
atau di saluran (duktus) yang membawa air susu dari kelenjar ke puting payudara.
Kanker juga bisa terbentuk di jaringan lemak atau jaringan ikat di dalam
payudara.

Kanker payudara terbentuk saat sel-sel di dalam payudara tumbuh tidak


normal dan tidak terkendali. Sel tersebut umumnya membentuk tumor yang terasa
seperti benjolan. Meski biasanya terjadi pada wanita, kanker payudara juga bisa
menyerang pria.

2. GEJALA

Kanker payudara mungkin tidak memperlihatkan gejala di tahap awal. Pada


sebagian kasus, tumor mungkin tidak terasa karena terlalu kecil, namun bisa
diketahui melalui pemeriksaan mamografi. Jika tumor cukup besar, akan teraba
sebagai benjolan pada payudara. Meski demikian, tidak semua benjolan berarti
kanker.

Gejala kanker payudara bisa bervariasi, bisa sama bisa juga tidak, di antaranya:

 Adanya benjolan di payudara atau penebalan jaringan yang terasa berbeda


dari jaringan di sekitarnya.
 Perubahan pada bentuk dan ukuran payudara.
 Kulit payudara memerah.
 Pengelupasan kulit areola dan kulit payudara.
 Nyeri dan pembengkakan pada payudara.
 Darah ke luar dari puting payudara.
 Benjolan atau pembengkakan di bawah ketiak.
 Puting tertarik masuk ke dalam.
Seseorang yang mengalami gejala di atas bukan berarti menderita kanker
payudara. Nyeri atau benjolan di payudara bisa juga tanda kista payudara. Karena
itu, penting untuk memeriksakan diri ke dokter jika muncul gejala di atas, agar
bisa diketahui penyebabnya.

3. PENYEBAB

Kanker payudara terjadi karena sel-sel di payudara tumbuh tidak normal dan
tidak terkendali. Sel-sel ini membelah dengan cepat dan berkumpul membentuk
benjolan, lalu bisa menyebar ke kelenjar getah bening atau ke organ lain.

Belum diketahui apa penyebab sel-sel tersebut berubah menjadi sel kanker,
namun para ahli menduga adanya interaksi antara faktor genetik dengan gaya
hidup, lingkungan, dan hormon, sehingga sel menjadi abnormal dan tumbuh tidak
terkendali.

 Faktor Risiko Kanker Payudara

Beberapa faktor diketahui bisa meningkatkan risiko kanker payudara. Namun


demikian, seseorang dengan sejumlah faktor risiko belum tentu terserang kanker
payudara, sebaliknya seseorang tanpa faktor risiko dapat terkena kanker.
Seseorang yang pernah terserang kanker di satu payudara memiliki risiko tinggi
terkena kanker pada payudara yang lain.

Faktor lain yang bisa meningkatkan risiko kanker payudara antara lain:

 Usia. Risiko kanker payudara akan meningkat seiring usia bertambah.


 Jenis kelamin. Wanita lebih rentan terserang kanker payudara
dibanding pria.
 Paparan radiasi. Seseorang yang pernah menjalani radioterapi, rentan
mengalami kanker payudara.
 Obesitas. Berat badan yang berlebih meningkatkan risiko terserang
kanker payudara.
 Belum pernah hamil. Wanita yang pernah hamil dan menyusui
memiliki risiko kanker payudara lebih kecil dibanding wanita yang
belum pernah hamil dan menyusui.
 Melahirkan pada usia tua. Wanita yang baru memiliki anak di atas usia
30 tahun lebih berisiko mengalami kanker payudara.
 Konsumsi alkohol. Studi terbaru menunjukkan, konsumsi alkohol
dalam jumlah sedikit tetap meningkatkan risiko kanker payudara.
 Terapi pengganti hormon. Setelah menopause, wanita yang mendapat
terapi pengganti hormon dengan estrogen dan progesterone lebih
berisiko terkena kanker payudara.
 Mulai menstruasi terlalu muda. Wanita yang mengalami menstruasi di
bawah usia 12 tahun diketahui lebih berisiko mengalami kanker
payudara.
 Telat menopause. Wanita yang belum mengalami menopause hingga
usia 55 tahun juga berisiko mengalami kanker payudara.
 Riwayat kanker payudara pada keluarga. Mutasi pada gen BRCA1 dan
BRCA2 juga bisa membuat kanker payudara diturunkan dari orang tua
ke anaknya. Selain itu, seseorang yang memiliki anggota keluarga
dekat yang menderita kanker payudara, juga lebih berisiko
mengalaminya.

4. DIAGNOSIS
Dokter akan menjalankan pemeriksaan fisik pada kedua payudara dan kelenjar
getah bening di ketiak untuk mengetahui adanya benjolan atau kelainan lain.
Sejumlah tes penunjang juga bisa menjadi pilihan untuk mendiagnosis kanker
payudara.

Tes mammografi adalah tes yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis kanker


payudara, khususnya pada stadium awal. Meski umumnya tes ini bisa mendeteksi
benjolan pada payudara ganas atau tidak, namun tetap bisa terjadi kesalahan 10
hingga 15 persen, karena mammografi bukan merupakan tes untuk memastikan
kanker payudara. Tes lain yang umum dijalankan untuk kanker payudara
adalah USG mammae. Pada tes ini, gelombang suara akan menghasilkan
gambaran di dalam payudara, sehingga diketahui apakah benjolan yang muncul
berupa struktur padat atau kista yang berisi cairan. Jika diperlukan, tes MRI bisa
dilakukan untuk memberi gambaran yang lebih jelas daripada hasil yang
didapatkan dari tes mammografi atau USG.

Untuk mengetahui secara pasti apakah pasien menderita kanker payudara,


dokter akan melakukan biopsi yaitu, yaitu dengan memeriksa sampel jaringan di
laboratorium. Sampel akan diteliti untuk mengetahui jenis sel yang menyebabkan
benjolan atau kanker, tingkat agresifitas kanker, dan apakah sel tersebut
mengandung reseptor hormon atau protein (ER, PR, dan HER2).

Stadium Kanker Payudara

Setelah hasil biopsi menunjukkan jaringan tersebut merupakan kanker


payudara, dokter akan menentukan stadium kanker pada pasien. Stadium ini
diklasifikasikan berdasarkan seberapa luas area penyebaran kanker payudara.
Klasifikasi ini membantu dokter menentukan jenis pengobatan yang akan dipilih.

Stadium 0

Kanker tidak berkembang lebih jauh dari tempat tumbuhnya di duktus atau
lobulus, dan belum menyebar ke jaringan di sekitarnya. Kondisi ini disebut in situ.

Stadium 1
- Stadium 1a – Tumor berukuran hingga 20 mm dan belum menyebar ke
kelenjar getah bening di ketiak.
- Stadium 1b – Kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di ketiak,
dengan ukuran lebih besar dari 0,2 mm namun kurang dari 2 mm.
Sedangkan pada payudara terdapat tumor dengan ukuran tidak lebih dari
20 mm atau bisa tidak nampak tumor.

Stadium 2

Stadium 2a – Kanker payudara sudah masuk pada stadium ini jika:

 Kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di ketiak dengan ukuran


2 mm atau lebih, dengan tumor di payudara tidak lebih dari 20 mm atau
tidak tampak tumor di payudara.

 Ukuran tumor lebih besar dari 20 mm, namun tidak lebih besar dari 50
mm, tetapi belum menyebar ke kelenjar getah bening di ketiak.

Stadium 2b – Stadium ini ditandai dengan:

 Ukuran tumor lebih besar dari 20 mm, namun tidak lebih besar dari 50
mm, dan sudah menyebar ke 1 hingga 3 kelenjar getah bening di ketiak.

 Ukuran tumor lebih besar dari 50 mm, namun tidak menyebar ke kelenjar
getah bening.

Stadium 3

Kanker semakin membesar dan menyebar ke dinding payudara atau ke


kulit di sekitar payudara. Sel kanker juga menyebar ke lebih banyak kelenjar getah
bening.

Stadium 3a – Kanker payudara sudah masuk pada stadium ini jika:

 Kanker sudah menyebar ke 4 hingga 9 kelenjar getah bening di ketiak atau


kelenjar getah bening di dalam payudara, dengan ukuran tumor di
payudara hingga 50 mm. Bisa juga tidak ada tumor di payudara.
 Ukuran tumor lebih besar dari 50 mm, dan sudah menyebar ke 1 hingga 3
kelenjar getah bening di ketiak.

Stadium 3b – Tumor sudah menyebar ke kulit dinding payudara.

Stadium 3c – Ukuran tumor bisa bervariasi, dan telah menyebar hingga ke 10
kelenjar getah bening atau lebih di ketiak, atau sudah menyebar ke kelenjar getah
bening di dalam payudara dan leher.

Stadium 4

Pada stadium ini, ukuran tumor bisa bervariasi, dan telah menyebar jauh ke
organ lain, seperti tulang, paru-paru, hati, atau otak.

5. PENGOBATAN

Pengobatan kanker payudara bisa dengan prosedur bedah, kemoterapi,


radioterapi, atau terapi hormon. Pada sejumlah kasus, dua atau lebih prosedur
dikombinasikan untuk mengobati kanker payudara. Pengobatan yang dipilih
tergantung pada tipe, stadium, dan tingkat sel kanker.

Bedah Lumpektomi

Bedah lumpektomi dilakukan untuk mengangkat tumor yang tidak terlalu


besar beserta sebagian kecil jaringan sehat di sekitarnya. Prosedur ini umumnya
diikuti radioterapi untuk mematikan sel kanker yang mungkin tertinggal di
jaringan payudara. Pasien dengan tumor yang besar bisa menjalani kemoterapi
terlebih dahulu untuk menyusutkan ukuran tumor, sehingga tumor bisa
dihilangkan dengan lumpektomi.

Bedah Mastektomi

Pilihan prosedur bedah yang lain adalah mastektomi, yaitu bedah yang


dilakukan oleh dokter bedah onkologi untuk mengangkat seluruh jaringan di
payudara. Mastektomi dilakukan jika pasien tidak bisa ditangani dengan
lumpektomi. Ada beberapa tipe bedah mastektomi, yaitu:

 Simple/total mastectomy – Dokter mengangkat seluruh payudara,


termasuk putting, areola, dan kulit yang menutupi Pada beberapa kondisi,
beberapa kelenjar getah bening bisa ikut diangkat.
 Skin-sparing mastectomy – Dokter hanya mengangkat kelenjar payudara,
putting, dan areola. Jaringan dari bagian tubuh lain akan digunakan untuk
merekonstruksi ulang payudara.
 Nipple-sparing mastectomy – Jaringan payudara diangkat, tanpa
menyertakan kulit payudara dan puting. Namun jika ditemukan kanker
pada jaringan di bawah puting dan areola, maka puting payudara juga akan
diangkat.
 Modified radical mastectomy – Prosedur ini mengombinasikan simple
mastectomy dan pengangkatan seluruh kelenjar getah bening di ketiak.
 Radical mastectomy – Dokter mengangkat seluruh payudara, kelenjar
getah bening di ketiak, dan otot dada (pectoral).
 Double mastectomy – Prosedur ini dilakukan sebagai pencegahan pada
wanita yang berisiko tinggi terserang kanker payudara dengan mengangkat
kedua payudara.

Bedah Pengangkatan Kelenjar Getah Bening

Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah kanker sudah


tersebar ke kelenjar getah bening di ketiak. Pemeriksaan ini juga untuk
menentukan stadium kanker yang dialami pasien. Pengangkatan kelenjar getah
bening dapat dilakukan bersamaan dengan operasi pengangkatan tumor di
payudara, atau dilakukan secara terpisah. Dua jenis pembedahan untuk
mengangkat kelenjar getah bening adalah:

 Sentinel lymph node biopsy (SLNB). Dokter hanya mengangkat kelenjar


getah bening di ketiak yang kemungkinan akan terlebih dulu terkena
kanker.
 Axillary lymph node dissection (ALND). Dokter mengangkat lebih dari 20
kelenjar getah bening di ketiak.

Komplikasi yang timbul dari bedah untuk kanker payudara tergantung dari
prosedur yang dilakukan. Secara umum, prosedur bedah bisa menyebabkan
pendarahan, nyeri, dan pembengkakan lengan (limfedema).

Radioterapi

Pilihan pengobatan lain bagi pasien kanker payudara adalah radioterapi


atau terapi radiasi dengan menggunakan sinar berkekuatan tinggi, seperti sinar-X
dan proton. Radioterapi bisa dilakukan dengan menembakkan sinar ke tubuh
pasien menggunakan mesin (radioterapi eksternal), atau dengan menempatkan
material radioaktif ke dalam tubuh pasien (brachytherapy)

Radioterapi eksternal biasanya dijalankan setelah pasien selesai menjalani


lumpektomi, sedangkan brachytherapy dilakukan jika kecil risikonya untuk
muncul kanker payudara kembali. Dokter juga bisa menyarankan pasien untuk
menjalani radioterapi pada payudara setelah mastektomi, untuk kasus kanker
payudara yang lebih besar dan telah menyebar ke kelenjar getah bening.

Radioterapi atau terapi radiasi pada kanker payudara dapat berlangsung


selama 3 hari hingga 6 minggu, tergantung dari jenis terapi yang dilakukan.
Radioterapi bisa menimbulkan komplikasi seperti kemerahan pada area yang
disinari, serta payudara juga mungkin dapat menjadi keras dan membengkak.

Terapi Hormon

Pada kasus kanker yang dipengaruhi hormon estrogen dan progesteron,


dokter bisa menyarankan pasien menggunakan penghambat estrogen,
seperti tamoxifen. Obat ini bisa diberikan pada pasien selama 5 tahun. Sedangkan
obat penghambat aromatase, seperti anastrozole, letrozole, dan exemestane,
diresepkan dokter untuk menghambat produksi hormon estrogen pada wanita
yang telah melewati masa menopause.
Pada wanita yang belum mencapai menopause, hormon pelepas
gonadotropin, seperti goserelin, bisa digunakan untuk mengurangi kadar estrogen
pada rahim. Pilihan lain adalah dengan mengangkat indung telur atau
menghancurkannya dengan radioterapi agar hormon tidak terbentuk.

Obat lain pada kanker ER positif atau PR positif adalah everolimus, yang


menghambat fungsi protein mTOR agar sel kanker tidak bertumbuh dan
membentuk pembuluh darah baru. Efek samping dari everolimus antara lain
adalah diare dan muntah, bahkan bisa meningkatkan kadar kolesterol, trigliserida,
dan gula dalam darah.

Kemoterapi

Kemoterapi yang dilakukan setelah bedah (adjuvant chemotherapy),


bertujuan untuk membunuh sel kanker yang mungkin tertinggal saat prosedur
bedah, atau sel kanker sudah menyebar namun tidak terlihat meski dengan tes
pemindaian. Sel kanker yang tertinggal tersebut bisa tumbuh dan membentuk
tumor baru di organ lain.

Sedangkan kemoterapi yang dilakukan sebelum bedah (neoadjuvant


chemotherapy) bertujuan untuk menyusutkan ukuran tumor agar bisa diangkat
dengan pembedahan. Kemoterapi jenis ini biasanya dilakukan untuk menangani
kanker yang ukurannya terlalu besar untuk dibuang melalui operasi.

Jenis obat yang umum digunakan pada adjuvant


chemotherapy dan neoadjuvant
chemotherapy adalah anthracylines (doxorubicin dan epirubicin), taxanes (paclita
xel dan docetaxel), cyclophosphamide, carboplatin, dan 5-fluorouracil. Umumnya
dokter mengombinasikan 2 atau 3 obat di atas.

Kemoterapi juga bisa digunakan pada kanker stadium lanjut, terutama


pada wanita dengan kanker yang telah menyebar hingga ke area ketiak. Lama
terapi tergantung pada seberapa baik respon pasien. Jenis obat yang umumnya
digunakan adalah vinorelbine, capecitabine, dan gemcitabine. Untuk kanker
stadium lanjut, dokter bisa menggunakan satu obat, atau mengombinasikan dua
obat.

Obat kemoterapi umumnya diberikan secara intravena, bisa dengan


suntikan atau dengan infus. Pasien diberikan obat dalam siklus yang diikuti masa
istirahat untuk memulihkan diri dari efek yang ditimbulkan obat. Siklus ini
biasanya berlangsung dalam 2 hingga 3 minggu, dengan jadwal pemberian
tergantung pada jenis obatnya.

Efek samping yang timbul dari kemoterapi tergantung dari obat yang
digunakan, namun umumnya pasien mengalami kerontokan rambut, infeksi, mual,
dan muntah. Dalam beberapa kasus, kemoterapi bisa menyebabkan menopause
yang terlalu dini, kerusakan saraf, kemandulan, serta kerusakan jantung dan hati.
Meski sangat jarang terjadi, kemoterapi juga bisa menyebabkan kanker darah.

Terapi Target

Terapi lain untuk pasien kanker payudara adalah terapi target. Terapi ini
menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker, tanpa merusak sel-sel yang
sehat.

Terapi target umumnya diterapkan pada kanker HER2 positif. Obat yang
digunakan pada terapi target ditujukan untuk menghambat perkembangan protein
HER2, yang membantu sel kanker tumbuh lebih agresif. Beberapa obat yang
digunakan dalam terapi target adalah trastuzumab, pertuzumab, dan lapatinib.
Obat-obat tersebut ada yang diberikan secara oral atau melalui suntikan, dan bisa
digunakan untuk mengobati kanker stadium awal maupun stadium lanjut.

Efek samping yang mungkin muncul dari terapi target pada kanker HER2
positif bisa ringan atau berat, di antaranya kerusakan jantung yang bisa
berkembang ke gagal jantung. Risiko gangguan jantung bisa meningkat jika obat
terapi target dikombinasikan dengan kemoterapi. Efek samping lain yang
mungkin timbul adalah pembengkakan pada tungkai, sesak napas, dan diare.
Penting untuk diingat, obat ini tidak disarankan untuk mengobati kanker payudara
pada wanita hamil, karena bisa menyebabkan keguguran.
6. PENCEGAHAN

Kanker payudara bisa dicegah melalui beberapa hal berikut ini:

 Rutin melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Dengan


rutin melakukan SADARI, seorang wanita akan semakin mengenali
payudaranya sendiri, sehingga bila terdapat kelainan seperti perubahan
bentuk atau muncul benjolan, dapat segera memeriksakan diri ke dokter.
SADARI baik dilakukan setiap bulan di hari ke 7-10 setelah haid pertama.

 Rutin melakukan pemeriksaan payudara klinis


(SADANIS). SADANIS merupakan pemeriksaan payudara yang
dilakukan oleh petugas medis. Diskusikan dengan dokter mengenai kapan
waktu yang tepat memulai SADANIS dan pemeriksaan penyaring kanker
payudara, yaitu foto Rontgen payudara (mammografi), serta risiko dan
manfaatnya.

 Olahraga rutin. Lakukan olahraga 30 menit setiap hari.

 Berhati-hati dalam melakukan terapi pengganti hormon pasca


menopause. Kombinasi terapi hormon bisa meningkatkan risiko kanker
payudara. Konsultasikan dengan dokter manfaat dan risiko terapi
pengganti hormon.
 Pertahankan berat badan ideal. Bila memiliki berat badan berlebih,
konsultasikan dengan dokter mengenai strategi untuk menurunkan berat
badan dan agar berat badan tetap

 Hentikan konsumsi alkohol.

Pada wanita yang berisiko tinggi terkena kanker payudara, pencegahan bisa
dilakukan dengan obat-obatan atau dengan prosedur bedah.

Obat penghambat estrogen, seperti penghambat enzim aromatase dan selective


estrogen receptor modulators, bisa digunakan untuk mencegah kanker payudara
pada wanita yang berisiko tinggi terkena penyakit ini.

Sedangkan untuk pencegahan dengan metode bedah, dokter bisa melakukan


bedah pengangkatan payudara (prophylactic mastectomy) atau bedah untuk
mengangkat indung telur (prophylactic oophorectomy).

7. PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Sebagai Pencegahan Kanker Payudara

Kanker payudara dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan dini. Jika


kanker payudara terdeteksi pada stadium awal, peluang untuk sembuh total akan
semakin tinggi. Kemungkinan untuk menjalani mastektomi atau kemoterapi juga
akan menurun.

Mamografi adalah pemeriksaan yang paling sering dianjurkan untuk


mendeteksi kanker payudara sejak dini. Meski kanker payudara lebih jarang
terjadi pada wanita di atas usia 70 tahun, pemeriksaan mamografi tetap perlu
dilakukan, sekali dalam 3-5 tahun. Pada wanita usia 40-54 tahun, disarankan
menjalani pemeriksaan mamografi satu kali tiap tahun. Sedangkan pada wanita
usia 55 tahun ke atas, disarankan untuk menjalani mamografi 1-2 kali tiap tahun.

Bagi wanita yang berisiko tinggi terkena kanker payudara, disarankan


menjalani MRI atau mamografi tahunan sebelum mencapai usia 50 tahun.
Pemeriksaan MRI lebih akurat untuk mendeteksi kanker pada jaringan payudara
yang padat.

Pemeriksaan lain untuk deteksi dini kanker payudara adalah dengan


pemeriksaan genetika lewat tes darah. Pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya
mutasi gen BRCA1 dan BRCA2. Mutasi pada salah satu dari dua gen ini bisa
meningkatkan risiko kanker payudara.
LAPORAN HASIL PELAKSANAAN PENYULUHAN PADA SISWA/I

SMA NEGERI 1 GUNUNGSITOLI

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

12 APRIL 2020

Anda mungkin juga menyukai