Anda di halaman 1dari 21

MODEL POLUTAN

Oleh :

Kelompok 8

Nama : - Elisabeth Lusiana Melany Naibaho (17150131)

- Lukman Hakim Silalahi (17150136)

- Tirayun Desriani Sirait (17150152)

Group : D
Mata Kuliah : Pemodelan Matematika
Prodi : Pendidikan Matematika
Dosen Pengasuh : Yanty Marbun, M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah tentang “MODEL POLUTAN”.

Selanjutnya kami mengucapkan terimakasih kepada IBU YANTY M. MARBUN M.Pd


selaku dosen mata kuliah Pemodelan Matematika di Universitas HKBP Nommensen yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini dan tak lupa pula kami
ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

PEMATANGSIANTAR, 12 MEI 2020

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................   ii
BAB I PENDAHULUAN     
1.1 Latar Belakang................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................... 2
1.1 Tujuan Penulisan............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Model Polutan................................................................................................................. 3
2.1.1 Masalah Konsentrasi Garam Dalam Suatu Kolam Yang Tercemar............................... 3-8
2.1.2 Analisis Polutan Danau................................................................................................... 8-9
2.1.3 Model Matematika Polutan Danau................................................................................. 9
2.1.4 Analisis Polutan Dengan Grafik.....................................................................................10-11
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persamaan diferensial sering digunakan dalam penyelesaian masalah dalam
matematika terapan. Banyak hukum dan hubungan fisis secara matematis muncul
dalam bentuk persamaan ini. Salah satu contoh penggunaan persamaan diferensial
adalah masalah konsentrasi garam dalam suatu kolam yang tercemar yang dapat
dipandang sebagai masalah polutan.

Materi kegiatan belajar ini akan diawali dengan membahas tentang masalah
konsentrasi garam dalam suatu kolam yang tercemar, kemudian dilanjutkan dengan
masalah polutan di danau. Model matematika dari masalah konsentrasi garam dalam
suatu kolam yang tercemar berbentuk persamaan diferensial orde satu, sedangkan
masalah polutan berbentuk sistem persamaan diferensial orde satu, sehingga ada
kesinambungan materi dari yang sederhana meningkat ke yang lebih kompleks.

Dari penelitian-penelitian sebelumnya, penentuan konsentrasi partikel polutan


cenderung menggunakan metode analitis dengan rumus dari model gaussian yang
telah tersedia. Atau menggunakan metode numeris dengan model-model tertentu,
tetapi tanpa memperhatikan faktor-faktor lainnya yang cukup mempengaruhi.
Disamping itu belum dibandingkan antara metode numeris dan metode analitis, serta
dengan data pengukuran pencemaran di lapangan. Sehingga dicoba untuk
membandingkan kedua metode tersebut secara lengkap untuk mencari validitas serta
penyimpangannya.

Tujuan dari makalah ini adalah untuk menghitung konsentrasi partikel polutan
pada posisi tertentu menggunakan metode analitis dan metode numeris tersebut baik
metode analitis maupun metode numeris dengan data pengukuran konsentrasi partikel
polutan di lapangan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Model Polutan?
2. Bagaimana menyelesaikan Masalah Konsentrasi Garam Dalam Suatu Kolam Yang
Tercemar?
3. Bagaimana Menganalisis Polutan Danau?
4. Apa itu Model Matematika Polutan Danau?
5. Bagaimana Menganalisis Polutan Dengan Grafik?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa yang dimkasud dengan Model Polutan.
2. Untuk mengetahui penyelesaian Masalah Konsentrasi Garam Dalam Suatu Kolam
Yang Tercemar.
3. Untuk Analisis Polutan Danau.
4. Untuk mengetahui Model Matematika Polutan Danau
5. Untuk Analisis Polutan Dengan Grafik

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Model Polutan


Persamaan diferensial sering digunakan dalam penyelesaian masalah dalam
matematika terapan. Banyak hukum dan hubungan fisis secara matematis muncul
dalam bentuk persamaan ini. Salah satu contoh penggunaan persamaan diferensial
adalah masalah konsentrasi garam dalam suatu kolam yang tercemar yang dapat
dipandang sebagai masalah polutan.
Materi kegiatan belajar ini akan diawali dengan membahas tentang masalah
konsentrasi garam dalam suatu kolam yang tercemar, kemudian dilanjutkan dengan
masalah polutan di danau. Model matematika dari masalah konsentrasi garam dalam
suatu kolam yang tercemar berbentuk persamaan diferensial orde satu, sedangkan
masalah polutan berbentuk sistem persamaan diferensial orde satu, sehingga ada
kesinambungan materi dari yang sederhana meningkat ke yang lebih kompleks.

2.2.1 Masalah Kosentrasi Garam Dalam Suatu Kolam Yang Tercemar


Sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari masalah campuran yang terdapat
dalam suatu tempat tertentu. Campuran terdiri dari sejumlah tertentu cairan (misalkan
air) dan kontaminan (misalkan gula dan garam) yang ditambahkan pada suatu rata-rata
tertentu. Campuran dijaga agar tetap tercampur dengan baik sepanjang waktu yang
diberikan. Hanya sedikit orang yang mengetahui bahwa masalah campuran bisa
dibentuk ke dalam persamaan diferensial, menyelesaikannya dan kemudian
memprediksi kira-kira apa yang akan terjadi setelah beberapa waktu kemudian.
Contoh 8.2:
Suatu kolam mempunyai volume awal 10.000 m 3. Diasumsikan bahwa pada saat t = 0,
air kolam dalam keadaan bersih. Kolam mempunyai dua arus yang mengalir masuk,
yaitu arus A dan B, dan satu arus mengalir keluar, yaitu arus C. Misalkan 500 m 3/hari

3
air mengalir masuk ke kolam melalui sungai A, 750 m 3/hari air mengalir masuk ke
kolam melalui sungai B, dan 1.250 m3 air mengalir ke luar kolam melalui sungai C.
Pada saat itu t = 0, air mengalir masuk ke dalam dari sungai A telah
terkontaminasi garam pada konsentrasi 5 kg/1.000 m3. Diasumsikan air dalam kolam
tercampur dengan sempurna, sehingga konsentrasi garam dalam kolam akan konstan
sepanjang waktu yang diberikan. Keadaan lebih buruk dapat terjadi, misalkan pada saat
t = 0, kolam kemasukan sampah dengan rata-rata 50 m3/hari, diasumsikan pula sampah
mengendap di dasar kolam. Untuk mengimbangi pemasukan sampah, rata-rata air yang
mengalir keluar kolam tidak sampai meluap. Masalahnya adalah bagaimana perilaku
kandungan garam dalam kolam pada saat t?
Penyelesaian:
dS
Jika diasumsikan S(t) adalah jumlah garam (kg) dalam kolam pada saat t, maka
dt
merupakan selisih antara rata-rata garam yang masuk kolam dengan rata-rata garam
yang keluar kolam. Garam yang masuk kolam hanya dari sungai A dan rata-rata yang
masuk ini adalah hasil kali dari konsentrasi garam dalam air dan rata-rata air yang
mengalir ke dalam kolam melalui sungai A. Karena konsentrasi garam 5 kh/1.000 m 3
dan rata-rata air yang mengalir ke dalam kolam melalui sungai A adalah 500 m3 per
hari, maka rata-rata garam yang masuk kolam adalah konsentrasi garam di air × rata-
5 5
rata air mengalir dari sungai A, yaitu ×500 = kg per hari.
1000 2
Diketahui bahwa volume awal kolam adalah 10.000 m 3, kemudian menurun 50 m3 per
hari, berarti volume air kolam setiap saat adalah 10.000 – 50t. dengan demikian berarti
rata-rata garam yang keluar dari kolam melalui sungai C adalah hasil kali dari
konsentrasi garam dalam kolam dan rata-rata air yang mengalir ke luar, yaitu
jumlah S garamdalam kolam
¿ ×rata−rata air yang mengalir ke luar
volume

S 26 S
¿ ( 10.000−50t ) ×1.300= 200−t

4
Jadi, persamaan diferensial yang mengga,barkan jumlah garam dalam kolam di setiap
dS 5 26 S
saat t adalah = -
dt 2 200−t
Model persamaan ini valid atau benar selama volume air dalam kolam 10.000 – 50t
bernilai positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan diferensial ini benar untuk
0≤t<200, sedangkan air berisi pada saat t=0 kondisi grafiknya dengan bantuan maple, liat gambar
8.10

Gambar 8.10
dS 5 26 S
Medan arah persamaan = -
dt 2 200−t

dS
Grafik medan arah ini dibatasi oleh garis 1000 - 5t – 52S = 0 yang diperoleh dari =0.
dt
Medan arah menunjukkan bahwa kondisi awal S0 akan selalu menuju ke titik (200,0).
Program maple untuk gambar 8.10 adalah sebagai berikut:
 Restart:
 With (plots):
 With (Detools):

5
 Dfieldplot ([diff (s(t), t) = (5/2 – 26*s(t) / (200-t)], [s(t)], t=0 . . 201, s=0 . . 21);

Model persamaan (8.5) dapat diitulis dalam bentuk


dS 26 S
+ = 5/2 (8.6)
dt 200−t

Penyelesaian persamaan diferensial (8.6) diawali dengan menentukan


26 S
P(t) = , q(t) = , dan faktor integrasi, yaitu
200−t 2
26
I(t) = e∫ 200−t dt = e−26 ln ⁡( 200−t)= (200-t)-26
d 5
Sehingga [ (200-t)-26S] = (200-t)-26
dt 2

Kemudian dengan mengintegralkan kedua ruas persamaan ini terhadap t diperoleh,(200-t)-25


5 (200−t)−25
(200-t)-26 S = +c (8.7)
2 25
Dengan c suatu konstanta integral.
Jadi diperoleh solusi umum (8.6) dalam bentuk
200−t
S(t) = + c(200-t)26
10

Dengan mensubsitusikan kondisi awal S(0) = 0, artinya jika t = 0, maka nilai S = 0 diperoleh
−20
c= 26 (mengapa?)
200
Jadi solusi dari masalah nilai awal adalah
dx
Merupakan bentuk persamaan diferensial linear orde satu, + p(t) x = q(t) dengan
dt
d
penyelesaian (xl) = q(x)l dan l(t) - e∫ p (t ) dt
dt
200−t 200−t 26
S(t) = – 20 ( ) (8.8)
10 200

Mendeskripsikan persamaan (8.8) untuk memahami perilaku campuran garam secara langsung
terlalu sulit, salah satu cara adalah memahami perilaku dari grafik fungsi dalam persamaan (8.8)
itu, lihat gambar 8.11.

6
Grafik dalam gambar 8.11 ini dapat dilihat kebenarannya berdasarkan perilaku medan arah dari
Gambar 8.10

Gambar 8.11
dS 5 26 S
Grafik untuk solusi dari = - dengan Kondisi Awal S(0)
dt 2 200−t
Di titik A dan Kondisi Awal S(20) = 4 di titik B

Berdasarkan grafik dalam Gambar 8.11, kita dapat mendeskripsikan kandungan garam
dalam kolam. Jika mula-mula S(0) = 0 di titik A, dalam arti pada saat t = 0 mula-mula kolam
tidak mengandung garam, maka pada saat berikutnya garam dalam kolam naik dengan cepat dan
mencapai maksimum mendekati S = 17 pada saat t ≈ 25. Setelah itu kandungan garam menurun
dengan cepat secara linear dan mencapai nol pada t ≈ 200. Demikian pula untuk S(20) = 4 di titik
B, dalam arti pada saat t = 20 satuan waktu mula-mula kandungan garam dalam kolam adalah 4
satuan massa, maka pada saat berikutnya kandungan garam dalam kolam mencapai maksimum
mendekati 15 satuan massa pada saat t ≈ 40 satuan waktu, selanjutnya kandungan garam
menurun dengan cepat secara linear dan mencapai nol pada t ≈ 200. Kesimpulannya berapa pun
Konidi Awal ysng diberikan, maka kandungan garam dalam kolam akan habis setelah kurun

7
waktu 200 satuan waktu. Hasil dari solusi ini cukup beralasan karena jika diperhatikan lagi
bahwa air kolam awalnya tidak mengandung garam kemudian dipenuhi oleh sampah yang
mengendap sehingga secara matematika kolam tidak berisi air pada saat t = 200 satuan waktu.
Program Maple untuk Gambar 8.11 adalah sebagi berikut:
 Restart:
 With(plots):
 With(Detools):
 Pers : =diff (s (t, ,t) = (5/2) – 26*S(t) / (200-t):
 SolKhusus1: =dsoive ({Pers, S(0) = 0}, S(t) ) :
 SolKhusus2: =dsoive ({Pers, S(20) = 4}, S(t) ) :
 Gambar1: =plot (rhs(SolKhusus1), t=0 . . 200, S=0 . . 18, color=blue):
 Gambar2: =plot (rhs(SolKhusus2), t=20 . . 200, S=0 . . 18, color=red):
 Teks : = tektplot ( [ [1.5,0.8, “A”] , [22,4, “B”] ], ‘align = {RIGHT}’) :
 titik : =PLOT (POINTS ( [20,4] , [0,0], SYMBOL (CIRCLE) ) ) :
 display (Gambar1, Gambar 2, titik, Teks) :

2.1.2 Analisis Polutan Danau

8
Gambar di atas menunjukkan aliran air dari Danau Erie ke Danau Ontario melalui
sebuah sungai yang memiliki air terjun Niagara. Air dari Danau Ontario bermuara
melalui Sungai ST. Lawrence.
Materi dalam kegiatan belajar ini mencoba untuk memformulasikan model
matematika adanya polutan dalam kedua danau itu. Tentu saja keberadaan danau-danau
itu dalam makalah ini hanya sebagai simbol saja. Asumsi-asumsi yang digunakan untuk
menyederhanakan masalah dalam aliran kedua danau itu adalah sebagai berikut.
1. Level air dari danau seimbang sehingga efek difusi polutan dapat diabaikan.
2. Jumlah polutan yang menglair melalui sungai (Air terjun Niagara) dan muara (Sungai
ST. Lawrence) sebanding dengan jumlah polutan di danau sumbernya:
a. Aliran polutan di sungai = 0,1 × jumlah polutan di DanaU Erie;
b. Aliran polutan di muara = 0,05 × jumlah polutan di Danau Ontario.
3. 1.000 kg polutan terkumpul di Danau Erie pada waktu t = 0 hari.

2.1.3 Model Matematika Polutan Danau


Berdasarkan asumsi-asumsi di atas dapat diperoleh model dinamika level polutan
kedua danau tersebut adalah

{
X’(t) = -0,1x(t),

(8.9)
Y’(t) = 0,1x(t) – 0,05y(t).
Yang merupakan sistem persamaan diferensial. X menyatakan model polutan dalam
Danau Erie, dan y menyatakan model polutan dalam Danau Ontario.
Dengan mencari solusi x’(t) = -0.lx(t) dan hasilnya disubsitusikan ke persamaan kedua
dari sistem (8.9) atau dengan mencari nilai eigen beserta vektor eigen dari matriks.
−0,1 0
( 0,1 −0,05 )
Dapat diperoleh solusi umum sistem (8.9), dan dengan memasukkan kondisi awal
x(0) = 1000, y(0) = 0 dapat diperoleh fungsi solusi sistem (8.9) dalam bentuk
x(t) = 1000e0,1t
y(t) = e-0,2t (-2000e-0,1t + 2000e0,05t) (8.10)

9
2.1.4 Analisis Polutan Dengan Grafik
Persamaan (8.10) merupakan dari perilaku polutan dalam Danau Erie dan Danau
Ontario. Dari persamaan (8.10) ini, kemudian diplot grafiknya untuk menganalisis
perilaku polutannya.

Gambar 8.12
Tampilan Level Polutan pada Kedua Danau
Keterangan:
1. Berdasarkan grafik x(t) polutan di Danau Erie awalnya ada 1000 kg polutan, akan
tetapi polutan mengalami penurunan terus-menerus sehingga mendekati titik nol
pada saat t = ± 55 hari.
2. Grafik y(t) polutan di Danau Ontario awalmya tidak ada polutan di dalamnya,
berhubung ada air yang mengandung polutan dari Danau Erie dan mengalir ke
dalam Danau Ontario, akibatnya air di Danau Ontario juga tercemar polutan.
Terlihat bahwa polutan di Danau Ontario mencapai maksimum pada hari ± ke 19

10
sebesar ± 500kg. Selanjutnya kandungan polutan mulai menurun hingga mendekati
nol pada hari ± ke 120
3. Kesimpulannya pada hari ke 120 kedua danau sudah tidak mengandung polutan.
Program Maple untuk Gambar 8.12 adalah sebagai berikut.
 Restart:
 With(plots)
 With (Detools):
 Sistem: =diff (x (t) , t) = -0,1*x(t) , diff (y (t) , t) = 0,1*x(t) – 0.05*y(t):
 Fcns : = {x (t) , y (t) }:
 Solus: = dsolve ({Sistem, x(0) = 1000, y(0) = 0}, fcns, type=numeric,method=classical) :
 P1 : =odeplot (solus , [ [t.x(t) ] ], 0 . . 150, numpoints=500, color=blue) :
 P11: =textplot ( [40, 80, “x(t)”] , ‘align={RIGHT} ‘) :
 P2 : =odeplot (solus , [ [t.y(t) ] ], 0 . . 150, numpoints=500) :
 P21: =textplot ( [100, 30, “y(t)”] , ‘align={ABOVE,RIGHT} ‘) :
 Display (P1, P11, P2, P21);

LATIHAN
Untuk memeperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan
berikut!
200−t −20
1) Tunjukkan jika S(t) = + c(200-t)26 dengan S(0) = 0 diperoleh c=
10 20026
2) Tunjukkan bahwa sistem

{
X’(t) = -0,1x(t),

Y’(t) = 0,1x(t) – 0,05y(t).

Dengan kondisi awal x(0) = 1000, y(0) = 0 mempunyai solusi partikulir

x(t) = 1000e-0,1t, y(t) = -2000e-0,1t + 2000e-0,05t.

3) Misalkan sebuah tangki yang mempunyai volume 10 galon berisi air bersih sebanyak 4
gakon. Pada tangki tersebut, dimasukkan gula dengan rata-rata penambahan 0,25 pon

11
permenit dimulai pada saat t = 0. Pada tangki itu juga dituangkan air bersih dengan
penambahan rata-rata 2 galon per menit yang dimuali bersamaan dengan penambahan
gula. Pencampuran air dan gula pada tangki tersebut kita namakan larutan gula yang
membentuk konsentrasi. Jika bagian bawah dari tangki tersebut dilubangi sehingga
larutan gula pada tangki mengalir sebanyak 1 galon permenit, berapakah konsentrasi gula
ketika larutan gula mulai memenuhi semua volume tangki tersebut?
4) Dari soal nomor 3) hitung konsentrasi gula yang ditambahkan ke dalam tabung
seluruhnya.
5) Dari soal nomor 3) hitung jumlah gula yang keluar

Jawaban Latihan:

1) Karena S(0) = 0, berarti pada saat t = 0 nilai S = 0 sehingga diperoleh persamaan


200−0
0= + c(200-0)26
10
−20
Dari persamaan ini diperoleh c=
20026
dx 1 dx
2) = -0,1x merupakan persamaan terpisah = -0,1. Dengan mengintegralkan kedua
dt x dt
persamaan ini terhadap t, diperoleh
ln x = -0,1t + C
↔ x(t) = Ce-0,1t

Karena x(0) = 1000, berarti pada saat t = 0 nilai x = 1000 sehingga di peroleh persamaan

1000 = Ce-0,1(0)

↔ C = 1000.

Dengan demikian, bentuk x (t) adalah x (t) = 1000e-0,1t.

Selanjutnya, subsitusikan persamaan ini ke y’(t) = 0,1x(t) – 0,05y(t) diperoleh sebagai


berikut.

dy
= 0,1 x(t) – 0,05 y(t)
dt

100e-0,1t – 0,05 y(t)

dy
↔ + 0,05 y(t) = 100e-0,1t
dt

p(t) = 0,05

12
q(t) = 100e-0,1t

l(t) = e∫ 0,05 dt = e0,05t

d 0,05t
(e y) = 100e-0,1t e0,05t = 100e-0,05t
dt

e0,05t y = -2000e-0,05t + C

y = -2000e-0,1t + Ce0,05t

Dengan kondisi awal y(0)=0, maka di dapat

0 = -2000 + C ↔ C = 2000.

Jadi, bentuk y(t) = -2000e-0,1t + Ce0,05t

3) Diketahui:
Misalkan S(t) merupakan jumlah gula dalam tangki pada saat n rata-rata perubahan S
ditentukan oleh rata-rata gula yang masuk tangki (suku bertanda positif), dan rata-rata
gula yang keluar dari tangki (suku bertanda negatif). Pada kasus ini rata-rata gula yang
masuk tangki konstan, yaitu 0,25 pon per menit, tetapi rata-rta gula yang keluar dari
kolam tergantung pada konsentrasi. Pada saat, konsentrasi nya adalah perbandingan
jumlah totoal gula S(t) dalam tangki dengan volume total cairan dalam tangki sehingga
apabila air jkeluar dari tangki berarti,
Jumlah S ( t ) dari gula dalam tangki
Rata-rata gula yang keluar =
Volume total dari cairan dalam tangki
S
= 4+ t

Volume total dari cairan dalam tangki 4 + t karena tangki sudah terisi air 4 galon
(kapasitas maksimum tangki adalah 10 galon), sedangkan tambahan, karena dituangkan
juga air 2 galon per menit bersamaan dengan penambahan gula dan juga larutan gula
pada tangki mengalir keluar sebanyak 1 galon per menit jadi (2 – 1) t = t. Oleh karen itu,
persamaan diferensial yang dibangun dari perubahan banyaknya gula dalam tangki
adalah,

dS
= Rata-rata gula masuk ke tangki – rata-rata gula keluar tangki.
dt

dS S
Jadi, = 0,25 - (i)
dt 4+ t

13
Larutan gula akan tumpah dari tangki (meluber) pada saat 4 + t = 10, yaitu pada saat t =6.
Oleh karen aitu, akan ditentukan konsentrasi pada saat t = 6 dengan nilai awal S(0) = 0.
Misalkan C(t) menyatakan konsentrasi pada saat t dalam satuan pon/galon.

S
Jadi, C = ↔ (4 + t) C = S (ii)
4+ t

Untuk mencari persamaan diferensial konsentrasi yang baru, kita difrensialkan persamaan
(ii), diperoleh:

dC dS
(4 + t) +C= (iii)
dt dt

Dari persamaan (i) ke persamaan (iii), diperoleh:

dC S
(4 + t) + C = 0,25 -
dt 4+ t

= 0,25 – C ,

atau

dC 0,25−2 C
= (iv)
dt 4+t

Persamaan (iv) merupakan persamaan terpisah, sehingga

1 1
dC = dt (v)
(0,25−2C ) (4+t)

Pada persamaan (v) kedua ruas diintegralkan, diperoleh:

−1
ln (0,25 – 2C) = ln (4+t) + k,
2

Dengan k konstanta integral.

Karena air dalam tangki tidak mengandung gula pada saat t = 0, maka kondisi awal C(0)
= 0 memberikan

−1
ln (0,25) = ln (4) + k,
2

−1
Diperoleh k= ln (0,25) - ln (4)
2
−1
= ln (0,25) 2 + ln 4-1

14
= ln 2 + ln 0,25

1
K = ln 2( )

Maka konsentrasi C dapat diperoleh dengan

1
−1
2
ln (0,25 – 2C) = ln (4+t) + ln
2
( )
Persamaan ini memberikan bentuk

t
ln (0,25 – 2C) = ln [(2 + 2 )-2]
dengan mengeksponenkan, diperoleh

t
(
0,25 – 2C = 2 + 2 )-2

C=
1 −1
8 2
(
2+
t
2
)-2
Pada saat t = 6, diperoleh C = 0,105.

Jadi konsentrasi gula pada saat larutan mulai memenuhi tangki adalah 0,105 pon per
galon, sehingga volume total adalah

0,105 × 10 = 1,05 galon.

4) Konsentrasi gula yang ditambahkan ke dalam tangki seluruhnya adalah


0,25 × 6 = 1,5 gram.
5) Sehingga gula yang keluar adalah
1,5 – 1,05 = 0,45 pon (total keseluruhan),

atau

0,25 – 0,105 = 0,045 pon per menit.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam pemdodelan dari masalah pada modul ini
diberikan agar permasalahannya menjadi sedehana. Sebagaimana dalam pemodelan dari air
kolam yang tercampur dengan air garam. Diasumsikan volume terbatas (1000 m 3 dan
seterusnya), sehingga dapat diperoleh persamaan diferensial yang menggambarkan jumlah garam
dalam kolam di setiap saat t adalah

dS 5 26 S
= -
dt 2 200−t

Perilaku campuran garam dalam kolam dapat dianalisis berdasarkan solusi dari persamaan ini,
yaitu:

200−t
S(t) = + c(200-t)26.
10
Sedangkan polutan dalam dua danau sesuai dengan asumsi-asumsi yang telah dirumuskan
di atas, dapat diperoleh model dinamika level polutan kedua danau dalam bentuk sistem
persamaan diferensial, yaitu

{
X’(t) = -0,1x(t),

Y’(t) = 0,1x(t) – 0,05y(t).

Pemberian kondisi awal x(0) = 1000, y(0) dapat diperoleh fungsi solusi sistem ini dalam bentuk

x (t) = 1000e-0,1t.

y(t) = -2000e-0,1t + Ce0,05t

16
Analisis campuran air garam maupun polutan dalam danau memerlukan komputer karena
kita sulit untuk menggambarkan fungsi solusi secara manual.

17
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, Arif dan Maria


U, 2003, “Laporan
Penelitian: Visualisasi
Konsentrasi Partikel Polutan
dari
- Chimney dengan Pemrograman Visual Basic 6.0”, Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.
- Sediawan,Wahyudi B .dan Agus P, 1997, “Pemodelan Matematis dan Penyelesaian
Numeris dalam Teknik Kimia”, Penerbit Andi, Yogyakarta.
- Smith G.D., 1996, “Numerical Solution of Differential Partial Equation Finite
Difference Methods”, Oxford Clarendon Press.

18

Anda mungkin juga menyukai