Anda di halaman 1dari 34

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir adalah individu yang sedang bertumbuh dan baru saja
mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari
kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Bayi baru lahir normal adalah bayi
yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2500 – 4000
gram (Dewi, 2010). Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi usia 0-28 hari (Kemenkes
RI, 2010)

B. Perubahan Fisiologi Bayi Baru Lahir

1. Sistem respirasi

Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran oksigen


melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran oksigen harus terjadi melalui paru.
a. Perkembangan paru

Paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring yang bercabang
dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan
bronkus. Paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup
BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan keterbatasan
permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru, dan tidak
tercukupinya jumlah surfaktan.
b. Awal adanya nafas

Faktor – faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi


adalah :
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar
rahim yang merangsang pusat pernafasan otak.
2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru
selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam
paru secara mekanis. Interaksi antara sistem pernafasan,
kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernafasan
yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan
untuk kehidupan.

1
3) Penimbunan karbondioksida
Setelah bayi lahir, kadar karbondioksida meningkat dalam darah dan
akan merangsang pernafasan. Berkurangnya oksigen akan
mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya peningkatan
karbondioksida akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan
pernafasan janin.

2
4) Perubahan suhu  Keadaan dingin akan merangsang pernafasan.
c. Surfaktan dan upaya pernapasan

Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk


mengeluarkan cairan dalam paru dan mengembalikan jaringan
alveolus paru-paru untuk pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan (lemak
lesitin/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru. Produksi
surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya
meningkat sampai paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan).
Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru
dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak
kolaps pada akhir pernafasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveolus kolaps setiap saat
akhir pernafasan yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan
kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan
glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stress pada bayi yang
sebelumnya sudah terganggu.
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di parunya. Pada saat bayi
melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini
diperas keluar dari paru – paru. Seorang bayi yang dilahirkan secara
sectio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan
dapat menderita paru – paru basah dalam jangka waktu lebih lama.
Dengan beberapa kali tarikan nafas yang pertama udara memenuhi
ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru – paru
dikeluarkan dari paru – paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan
darah.
Selama 1 jam pertama kehidupannya, system limfe melanjutkan
pengeluaran cairan dari paru. Proses ini juga merupakan akibat
perbedaan tekanan alveoli ke jaringan interstisiil ke kapiler. Penurunan
tahanan vaskuler memungkinkan aliran cairan paru tersebut.
Pernafasan abnormal dan kegagalan pengembangan paru yang
maksimal memperlambat perpindahan cairan paru dan interstisiil ke
sirkulasi. Retensi cairan mengganggu kemampuam bayi untuk
mempertahankan oksigenasi yang adekuat. Lingkar dada ± 30-33 cm
saat lahir, sehingga fungsi respirasi bayi lebih banyak menggunakan
kontraksi diafragma ari pada costae.

3
2. Sistem Sirkulasi

Sistem sirkulasi mengalami perubahan pada saat bayi dilahirkan.


Terdapat dua perubahan yang harus terjadi untuk mendapatkan sistem
sirkulasi yang baik, yaitu menutupnya foramen ovale pada atrium dan ductus
arteriosus antara paru dan aorta. Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat
perubahan tekanan pada seluruh sistem vaskular. Oksigen menyebabkan
sistem vaskular mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau
meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.
Terdapat dua peristiwa yang dapat merubah tekanan dalam system
pembuluh darah, yaitu:
a. Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan
tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium menurun kerena
berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini
menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan. Kedua
kejadian ini membantu darah dengan sedikit kandungan oksigen mengalir
ke paru untuk menjalani proses oksigenisasi ulang.
b. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah paru
dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan. Oksigen pada pernafasan
pertama ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh
darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru mengakibatkan peningkatan
volume darah dan tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan
tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, foramen ovale
secara fungsional akan menutup.
Frekuensi nadi BBL ±120-160x/menit, kadang mengalami murmur
yang akan hilang pada usia 6 bulan. Tekanan darah bayi bervariasi ±
78/42 mmHg. Menangis menyebabkan peningkatan tekanan sistolik.
Volume darah ± 80-110 cc/kg/BB, menjadi 2x lipat pada akhir tahun
pertama

4
Perubahan yang terjadi pada sistem peredaran darah (sistem
sirkulasi) antara lain:
Struktur Sebelum Lahir Setelah Lahir
Vena umbilikus Membawa darah Menutup, menjadi
dari arteri ke hati ligamentum teres
dan hepatis
Jantung
Arteri umbilikalis Membawa darah arteri Menutup, menjadi
venosa ke placenta ligamentum vesikale
pada dinding abdominal
Anterior

Duktus venosus Pirau darah a. ke v. kava Menutup, menjadi

Inferior ligamentum venosum


Duktus arteriosus Pirau darah a.dan Menutup, menjadi lig.
sebagian darah v. dari Arteriosum
a. pulmonalis ke aorta

Foramen ovale Menghubungkan atrium Biasanya menutup

kanan dan kiri


Paru Tidak ada udara, sedikit Berisi udara dengan
darah, berisi cairan suplai darah yang baik

Arteri pulmonalis Membawa sedikit darah Membawa banyak darah


ke paru ke paru

Aorta Menerima darah dari Menerima darah hanya


kedua ventrikel dari ventrikel kiri

Vena cava inferior Membawa darah dari Membawa darah hanya


tubuh dan darah arteri ke atrium kanan
ke plasenta

5
3. Termoregulasi

Pengendalian panas adalah cara kedua untuk menstabilkan fungsi


pernafasan dan sirkulasi bayi. Termoregulasi adalah upaya
mempertahankan keseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas.
Bayi bersifat homeothermic yang artinya berusaha menstabilkan suhu
badan internal dalam rentang yang pendek. Hipotermi dan kehilangan
panas yang berlebihan merupakan kejadian yang membahayakan.
Termogenesis pada bayi dipenuhi oleh brown fat dan meningkatkan
aktivitas metabolisme otak, jantung dan liver. Brown fat terletak diantara
kedua scapula dan axial, serta di dalam pintu masuk dada, sekitar ginjal
dan vertebra. Lemak tersebut banyak mengandung pembuluh darah dan
saraf daripada lemak biasa. Panas diproduksi dengan metabolisme dalam
lemak tersebut. Lemak tersebut ada sampai beberapa minggu setelah
kelahiran dan berkurang dengan suhu dingin. Semakin matur janin semakin
banyak brown fat.
Mekanisme kehilangan panas pada bayi meliputi :

1) Konveksi

Bayi mengalami kehilangan panas karena panas mengalir dari


permukaan tubuh ke suhu udara yang lebih dingin di sekitarnya

2) Radiasi

Bayi mengalami kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan


benda padat yang dekat dengan bayi tetapi tidak dengan kontak
langsung.
3) Evaporasi

Bayi mengalami kehilangan panas saat kulitnya basah. Kehilangan


panas terjadi oleh karena penguapan kulit tersebut.
4) Konduksi

Bayi kehilangan panas dari permukaan tubuhnya ke permukaan benda


padat yang menempel ditubuhnya.

6
Mekanisme tubuh bayi saat mengalami kedinginan yaitu :

Cold Stress

Meningkatkan frekuensi nafas karena kebutuhan oksigen meningkat akibat


konsumsi oksigen pada waktu dingin. Konsumsi oksigen dan energi yang
sebelumnya dipakai untuk mempertahankan fungsi otak, jantung dan
pertumbuhan dipakai untuk termoregulasi untuk mempertahankan hidup

Vasokonstriksi perifer Vasokonstriksi


Penurunan oksigen pada pulmoner Penurunan
jaringan uptake oksigen

Glikolisis anaerob

Asidosis
metabolik Memisahkan
Membuka right to RDS
bilirubin dari
left sunt
ikatan dengan albumin

pH darah
menurun
Hyperbilirubinemia Asidosis
4. Sistem Hemat
ologi respiratori
k

7
Saat bayi lahir, nilai rata-rata hemoglobin, SDM, dan hematokrit lebih
tinggi dari dewasa. Hemoglobin BBL berkisar antara 14,5 sampai 22,5
gram/dl. Hematokrit bervariasi dari 44% sampai 72% dan hitung SDM
berkisar antara 5 sampai 7,5 juta/mm3. WBC 18.000/mm. Hb turun 11-17
gr/dl dan RBC turun menjadi 4,2-5,3 pada akhir bulan pertama.
5. Sistem Renal

Pada kehamilan cukup bulan, ginjal menempati sebagian besar dinding


abdomen posterior. Kandung kemih berada di dekat dinding abdomen
anterior. Pada bayi baru lahir, hampir semua massa yang teraba di abdomen
berasal dari ginjal. Fungsi renal seperti orang dewasa baru dapat dipenuhi
saat bayi berusia 2 bulan. Bayi baru lahir memiliki rentang keseimbangan
kimia dan rentang keamanan yang kecil. Infeksi, diare, atau pola makan
yang tidak teratur secara cepat dapat menimbulkan asidosis dan
ketidakseimbangan cairan, seperti dehidrasi atau edema.
Ketidakseimbangan ginjal juga membatasi kemampuan bayi baru lahir untuk
mengekskresi obat. Saat lahir biasanya bayi akan BAK sedikit dan kemudian
tidak BAK selama 12-2 jam, kemudian akan BAK 6-10x/hari. Urine berwarna
kuning jernih, berjumlah 15-60 cc/kgBB/hari. Kadang- kadang ada noda
sedikit merah karena kristal urat.
6. Sistem Gastrointestinal

Bayi baru lahir cukup bulan (aterm) sudah mampu menelan, mencerna,
memetabolisme, dan mengabsorbsi protein dan karbohidarat sederhana
serta mengemulsi lemak. Mukosa mulut basah, berwarna merah muda, pipi
penuh karena perkembangan bantalan menghisap yang baik. Bayi tidak
dapat memindahkan makanan dari bibir ke farink, oleh karena itu puting susu
harus diletakkan tepat diatas lidah dekat dengan farink. Aktivitas peristaltic
esofhagus belum terorganisasi, kemudian polanya akan menjadi teratur
sehingga bisa mulai menelan dengan baik. Tidak ada bakteri pada GIT
pada saat lahir, bakteri akan masuk setelah lahir melalui orifisium ovale
anal dan udara. Kapasitas lambung bayi 30-90 cc tergantung besarnya bayi.
Keasaman lambung lebih rendah dalam beberapa minggu sampai usia 2-3
bulan.

8
Saat lahir perut bawah dipenuhi oleh mekonium yang dibentuk setelah
janin di dalam uterus. Mekonium dibentuk dari cairan amnion, zat-zat yang
didalamnya (sel-sel epidermis, lanugo yang ditelan bayi), sekresi saluran
cerna dan pecahan sel dari mukosa. Warna hijau kehitaman dan lengket,
warna tersebut adalah akibat pigmen empedu. Keluaran mekonium yang
pertama adalah steril. Mekonium akan berganti dengan feses dalam 12-24
jam. Distensi otot abdomen mempengaruhi relaksasi dan kontraksi otot kolon
sehingga sering bayi segera BAB setelah makan.
7. Sistem Hepatika

Hati dan kandung empedu dibentuk pada minggu keempat kehamilan.


Pada bayi baru lahir, hati dapat dipalpasi sekitar 1 cm di bawah batas kanan
costae karena hati berukuran besar dan menempati sekitar 40% rongga
abdomen. Hati bertanggung jawab terhadap metabolisme billirubin. 50% bayi
aterm mengalami hyperbillirubinemia fisiologis. Ikterik neonates terjadi akibat
produksi bilirubin dengan kecepatan yang lebih besar dari dewasa dan
terdapat cukup banyak reabsorbsi bilirubin pada usus halus neonatus.
Kriteria ikterik fisiologis atara lain:

a. Bayi tampak normal

b. Pada bayi aterm, jaundice muncul setelah 24 jam lalu hilang hari ke7

c. Pada bayi preterm, jaundice muncul setelah 48 jam lalu hilang pada
hari ke-9/10
d. Jumlah bilirubin indirect < 12mg/100ml

e. Jumlah bilirubin direct <1-1,5 mg/ml

f. Peningkatan bilirubin tidak melebihi 5 mg/100ml perhari

8. Sistem Integument

Vernix caseosa, suatu lapisan putih seperti keju, menutupi kulit bayi
saat lahir, fungsinya masih belum jelas. Dalam 24 jam vernix caseosa akan
diabsorbsi kulit dan hilang seluruhnya, jadi tidak perlu dibersihkan. Kulit bayi
sangat sensitive dan mudah rusak, warnanya agak merah beberapa jam
setelah lahir. Pada wajah, bahu dan punggung ditumbuhi rambut lanugo.
Bayi baru lahir tampak montok, lemak subkutan terakumulasi sejak trimester
III.

9
9. Sistem Imunologi

Sel-sel yang menyuplai imunitas bayi berkembang pada awal


kehidupan janin, tetapi sel-sel ini tidak aktif selama beberapa bulan. Selama
tiga bulan pertama kehidupan, bayi dilindungi oleh imunitas pasif yang
diperoleh dari ibu. Barier alami, seperti asam lambung atau produksi pepsin
dan tripsin, yang tetap mempertahankan kestterilan usus halus, belum
berkembang dengan baik sampai tiga atau empat minggu. IgA tidak terdapat
pada saluran pernapasan, traktus urinarius, dan GIT. IgA aka nada pada GIT
jika bayi mendapatkan ASI. Bayi baru mensintesis IgG dan mencapai 40%
kadar IgG orang dewasa pada usia 9 bulan. IgA, IgD, dan IgE diproduksi
secara bertahap dan tidak mencapai kadar optimal pada masa kanak-kanak
dini. Bayi yang mendapatkan ASI mendapat imunitas pasif dari kolostrum
dan ASI.
10. Sistem musculoskeletal

Pertumbuhan tulang terjadi chepalocaudal. Kepala mempunyai


panjang ¼ dari panjang badan bayi, dengan lengan lebih panjang sedikit dari
kaki. Ukuran dan bentuk kepala dapat sedikit berubah akibat penyesuaian
dengan jalan lahir. Ubun-ubun (fontanel) anterior teraba lunak akan menutup
pada bulan ke 12-18. Lingkar kepala bervariasi 33-37 cm. vertebra harus
dicek adanya dimple (bengkok), mungkin berhubungan dengan spina bifida.

Sistem Reproduksi

a. Wanita

1) Ovarium sudah berisi ribuan sel-sel primitive (folikel primordial).


2) Peningkatan estrogen selama kehamilan didikuti dengan
penurunan yang tiba-tiba saat kelahiran menyebabkan
terjadinya pengeluaran darah atau mucus dari vagina disebut
pseudomenstruasi.
3) Genetalia eksterna edema dan hiperpigmentasi.

4) Labia mayor dan minor sudah menutupi vestibulum.

5) Vernix caseosa terdapat dikedua labia.

10
b. Pria

1) Testis sudah turun kedalam scrotum pada 90 % bayi.

2) Spermatogenesis belum terjadi, baru terjadi saat pubertas.

3) Preputium bisa berisi smegma yaitu suatu substansi putih


seperti keju
4) Genetalia eksterna membengkak dan hiperpigmentasi sebagai
efek dari hormone ibu
5) Sering terjadi hidroceles yaitu akumulasi cairan disekitar testis,
bisa sembuh sendiri.

B. Reflex pada Bayi Baru Lahir

1. Reflek Moro

Reflek ini terjadi karena adanya reaksi miring terhadap rangsangan


mendadak. Refleksnya simetris dan terjadi pada 8 minggu pertama setelah
lahir. Tidak adanya refleks moro menandakan terjadinya kerusakan atau
ketidakmatangan otak.
2. Refleks Rooting / Refleks Dasar

Dalam memberikan reaksi terhadap belaian di pipi atau sisi mulut, bayi akan
menoleh ke arah sumber rangsangan dan membuka mulutnya siap untuk
menghisap.

3. Refleks Menyedot dan Menelan / Refleks Sucking

Berkembang dengan baik pada bayi normal dan dikoordinasikan dengan


pernafasan. Ini penting untuk pemberian makan yang aman dan gizi yang
memadai.
4. Refleks Mengedip dan Refleks
Mata Melindungi mata dari trauma.
5. Refleks Graps / Plantar

Genggaman tangan diperoleh dengan menempatkan jari atau pensil di dalam


telapak tangan bayi yang akan menggenggam dengan erat. Reaksi yang
sama dapat ditunjukkan dengan membelai bagian bawah tumit (genggam
telapak kaki).

11
6. Refleks Walking / Berjalan dan Melangkah

Jika disangga secara tegak dengan kaki menyentuh permukaan yang rata,
bayi akan terangsang untuk berjalan.

7. Refleks Tonik Neck

Pada posisi terlentang lengan disamping tubuh tempat kepala menoleh kearah
itu terulur sedangkan lengan sebelah terkulai.

C. Tahapan Bayi Baru Lahir

Menurut Varney (2007), periode transisi adalah waktu ketika bayi menjadi
stabil dan menyesuaikan diri dengan kemandirian ekstrauterin. Keberhasilan
transisi ke kehidupan ekstra uterin dievaluasi dengan skor apgar.

Tabel Sistem Penilaian Apgar

Tanda 0 1 2
Frekuensi Tidak ada Lambat di Di atas 100

jantung bawah 100


Usaha Tidak ada Lambat tidak Menangis
napas
teratur dengan baik
Tonus otot Flaksid Beberapa fleksi Gerakan aktif

ekstermitas
Reflex Tidak ada Menyeringai Menangis
mudah Kuat
terjadi
Warna Biru pucat Tubuh merah Merah muda
muda, seluruhnya
ekstermitas
biru

Periode transisi dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:

1) Periode reaktifitas pertama

Periode ini di mulai pada saat bayi baru lahir dan berlangsung selama
30 menit. Periode reaktifitas pertama setelah lahir, mata bayi baru lahir
terbuka, bayi mungkin menangis, terkejut, atau mencari putting susu

12
ibu. Selama periode terjaga setiap usaha harus dilakukan untuk
memfasilitasi kontak antara ibu dan bayi baru lahir. Banyak bayi akan
menyusu selama periode reaktifitas pertama ini. Menyusu harus
dianjurkan ketika bayi baru lahir berbeda pada tahap terjaga penuh
sebagai perlindungan terhadap hipoglikemia fisiologis yang terjadi
setelah bayi lahir. Bayi sering sekali mengeluarkan feses segera
setelah lahir dan bising usus biasanya muncul 30 menit setelah bayi
lahir. Bising usus menunjukkan sistem perencanaan mampu berfungsi.
2) Periode tidur yang tidak berespon
Tahap kedua transisi berlangsung sekitar 30 menit setelah kelahiran bayi
sampai 2 jam. Frekuensi jantung bayi baru lahir menurun selama periode ini
hingga kurang dari 140 kali permenit. Frekuensi pernapasan bayi menjadi
lebih lambat dan tenang. Bayi berada dalam tahap tidur nyenyak. Bising usus
ada, tetapi kemudian berkurang.

3) Periode reaktifitas kedua

Selama periode reaktifitas kedua dimulai dari usia 2 sampai 6 jam,


frekuensi jantung bayi labil dan perubahan warna terjadi dengan cepat,
hal ini dikaitkan dengan stimulus lingkungan. Frekuensi pernapasan
bervariasi dan tergantung aktifitas. Frekuensi napas harus tetap di
bawah 60 kali permenit dan seharusnya tidak lagi ada ronkhi.
Pemberian makan segera sangat penting untuk mencegah hipoglikemia
sehingga dapat menstimulasi pengeluaran feses untuk mencegah
ikterus.

D. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir

1. Asuhan Bayi Baru Lahir

Menurut Kemenkes RI (2010: 20-21), asuhan bayi baru lahir, meliputi :

a) Pencegahan infeksi (PI)

Pencegahan infeksi adalah bagian terpenting dari setiap komponen


keperawatan bayi batu lahir yang sangat rentan terhadap infeksi karena
sistem imunnya yang masih belum sempurna.
b) Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi

Nilai apgar merupakan metode yang obyektif dan cepat untuk menilai
kondisi bayi baru lahir, berguna untuk memberikan informasi mengenai
13
keadaan bayi secara menyeluruh dan untuk mengevaluasi keberhasilan
tindakan resusitasi.
c) Pemotongan dan perawatan tali pusat

Banyak pendapat tentang cara terbaik dalam merawat tali pusat.


Telah dilaksanakan beberapa uji klinis untuk membandingkan cara
perawatan tali pusat agar tidak terjadi peningkatan infeksi, yaitu
dengan membiarkan luka tali pusat terbuka dan membersihkan luka
hanya dengan air bersih.
Menurut jurnal yang diterbitkan oleh Cochrane pada tahun 2007
yang berjudul Topical Umbilical cord care at birth. Tujuan dari
penelitian adalah untuk menilai kefektifan perawatan tali pusat jika
menggunakan obat topical jika dibandingkan dengan perawatan tali
pusat tanpa apapun.
Hasil dari penelitian menunjukan tidak adanya bukti yang cukup
apakah dengan menggunakan antiseptic atau antibiotik akan
memberikan keuntungan yang lebih agar tali pusat bersih dan kering.
Pelepasan tali pusat lebih cepat terjadi tanpa obat topical

Dari penelitian ini menunjukan tidak ada bukti perawatan tali


pusat yang terbaik untuk bayi yang berada di lingkungan yang
beresiko tinggi terkontaminasi bakteri. Penelitian ini
merekomendasikan apabila bayi berada dilingkungan yang beresiko
tinggi terjadi kontaminasi bakteri disarankan menggunakan antiseptic
topical. Akan tetapi bukti tersebut tidak merekomendasikan antiseptic
atau regimen yang terbaik untuk perawatan tali pusat.
d) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Manfaat dilakukan IMD yaitu mencegah hipotermi, bounding


(ikatan kasih sayang) antara ibu dan bayi akan terjalin dengan lebih
baik, bayi mendapatkan ASI kolostrum pertama kali dan bayi yang
diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui eksklusif dan
akan lebih lama disusui (Roesli, 2008). Sedangkan menurut penelitian
yang dilakukan oleh Hutagaol, dkk (2014), bahwa terdapat pengaruh
IMD terhadap suhu aksila pada bayi setelah satu jam kelahiran. Suhu
kulit berbeda dengan suhu inti, dapat naik dan turun sesuai dengan
suhu lingkungan. Suhu inti cenderung dipertahankan selalu konstan.
Suhu kulit merupakan suhu yang penting apabila merujuk pada
kemampuan kulit untuk melepaskan panas ke lingkungan, sehingga

14
bila terjadi perubahan pada suhu lingkungan eksternal maka tubuh
akan melakukan pengaturan untuk mempertahankan keseimbangan
suhu. Kontak kulit ke kulit pada bayi baru lahir sama efektifnya
dengan pemanas bayi yang dapat mencegah kehilangan panas pada
bayi baru lahir aterm.
e) Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam,
kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi.
Tindakan seperti membuka baju bayi, kontak kulit dengan udara dan
menyabuni bayi saat mandi berhubungan dengan kehilangan panas
secara radiasi, konveksi dan evaporasi.
f) Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis
tunggal di paha kiri.

Menurut petunjuk teknis pemberian vitamin K1 pada BBL yang diterbitkan oleh Depkes
(2011), tujuan umum diberikan injeksi Vitamin K1 adalah menurunkan angka kesakitan,
kecatatan dan kematian bayi akibat perdarahan akibat defisiensi Vitamin K. Cara
pemberiananya adalah masukkan vitamin K1 ke dalam semprit sekali pakai steril 1ml,
kemudian disuntikkan secara intramuskular di paha kiri bayi bagian anterolateral sebanyak 1mg
dosis tunggal, diberikan paling lambat 2 jam setelah lahir.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Izzah dan Syarif (2008), didapatkan hasil bahwa
defisiensi vitamin K menyebabkan rendahnya kadar faktor pembekuan darah yang tergantung
pada vitamin K, dimana hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya pedarahan intra kranial
pada bayi yang biasanya dihubungkan dengan Hemorhagic disease of the newborn (HDN).
a) Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB O)

Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan


sebanyak 0,5 cc secara IM setelah penyuntikan Vitamin K1 yang
bertujuan untuk encegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke
bayi yang berakibat menimbulkan kerusakan pada hati. Pemberian
Hb0 idealnya diberikan dalam 24 jam setelah lahir atau selambat-
lambatnya satu minggu setelah lahir.
b) Pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep mata antibiotika
dosis tunggal.
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata
diberikan segera setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu,
sebaiknya 1 jam setelah lahir. Pencegahan infeksi mata dianjurkan
menggunakan salep mata antibiotik tetrasiklin 1% (Kemenkes RI,
2010).

15
c) Pemeriksaan bayi baru lahir dan pemberian ASI Esklusif

Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin


kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam
pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan
sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24
jam pertama (Kemenkes RI, 2010: 23).2.
2. Kunjungan Neonatal

Menurut Kemenkes (2010), kunjungan neonatal adalah pelayanan


kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3 kali yaitu kunjungan neonatal I
(KN1) pada 6 jam sampai dengan 48 jam setelah lahir, kunjungan
neonatal II (KN2) pada hari ke 3 sampai dengan 7 hari dan kunjungan
neonatal III (KN3) pada hari ke 8-28 hari.
Setelah bayi dilahirkan dan berhasil melalui adaptasi dari intra ke
ekstra uterin, perawatan neonatal esensial yang dilakukan yaitu menjaga
bayi tetap hangat dengan memakaikan pakaian yang lembut, hangat,
kering dan bersih, bila perlu bayi memakai tutup kepala, sarung tangan
dan kaos kaki. Menjaga ruangan tetap hangat juga diperlukan agar bayi
tetap hangat. Selain itu sebaiknya bayi tidur dengan ibu untuk
memudahkan ibu menyusui bayinya.
Pemeriksaan bayi setelah lahir perlu dilakukan untuk mengetahui
apakah seorang bayi baru lahir dalam keadaan sehat atau sakit.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan memeriksa tanda dan gejala
utama pada bayi. Berdasarkan tanda dan gejala tersebut kemudian
diklasifikasikan kemungkinan penyakit yang diderita.
Perawatan metode kanguru merupakan salah satu cara agar BBLR
terpenuhi kebutuhan khusus mereka terutama dalam mempertahankan
kehangatan suhu tubuh dan nutrisi dari ASI. Satu cara untuk menolong
bayi mendapatkan kebutuhan ini adalah menjaga bayi tetap kontak kulit
dengan kulit ibunya.
Memeriksa status penyuntikan vitamin K dan status imunisasi pada
bayi muda merupakan hal yang harus dilakukan dalam kunjungan
neonatal. Selain itu konseling bagi ibu tentang jadwal kunjungan dan
tanda bahaya bayi baru lahir juga perlu untuk disampaikan kepada ibu
sebelum meninggalkan klinik.

Petugas kesehatan memberikan nasehat kepada ibu tentang cara

16
pemberian ASI. Disamping itu anjurkan kepada ibu untuk memberikan
ASI eksklusif kepada bayinya, mengajari ibu cara menyusui yang benar,
cara meningkatkan produksi ASI, mengatasi masalah pemberian ASI,
perawatan payudara, cara memerah ASI, dan cara menyimpan ASI serta
mengajari ibu cara merawat tali pusat.
Menurut Kemenkes (2010), bayi yang lahir di fasilitas kesehatan
seharusnya dipulangkan minimal 24 jam setelah lahir apabila selama
pengawasan tidak dijumpai kelainan.

17
BAB II

TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

Prinsip pendokumentasian manajemen kebidanan ada dua, yaitu :

A. Konsep Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan
metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis
kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Muslihatun, dkk, 2010: 112).
Menurut Varney dalam Muslihatun, dkk (2010: 114), proses manajemen kebidanan terdiri
dari tujuh langkah yang berurutan dan setiap langkah disempurnakna secara periodik. Langkah-
langkah tersebut adalah:
1. Langkah I : Pengumpulan data dasar

Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang
diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya, meninjau catatan terbaru atau catatan
sebelumnya, dan meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi.
Dalam melakukan pengkajian data dasar pasien kita sebagai bidan harus tahu alasan
tau rasionalisasi pengkajian data tersebut. Berikut ini rasionalisasi/alasan pengkajian pada
asuhan kebidanan :

1) Identitas ibu, terdiri dari

a) Nama

Mengkaji nama untuk mengenal ibu dan membantu menjalin


keakraban dengan ibu serta melengkapi identitas ibu.
b) Umur

Untuk deteksi dini komplikasi pada usia ibu. Apakah termasuk


rentang usia reproduksi sehat atau tidak, yaitu pada usia
terlalu tua atau terlalu muda.
c) Pendidikan

Data ini digunakan agar bidan dapat mengetahui tingkat


intelektual ibu karena tingkat pendidikan mempengaruhi
perilaku kesehatan seseorang dan menyesuaikan pemberian
konseling pada ibu dengan menggunakan bahasa yang sesuai
dengan tingkat pengetahuan ibu.

18
d) Pekerjaan

Untuk mengetahui beban aktivitas ibu sehari-hari (apakah ibu


beraktivitas diluar rumah, berapa banyak ia berjalan,
membawa beban berat atau tidak, aktivitas tersebut akan
mempengaruhi kehamilannya atau tidak) serta untuk
menentukan apakah ada keseimbangan antara beban fisik dari
pekerjaan ibu dengan istirahat yang ibu lakukan dengan
asupan makanan ibu.
e) Agama

Untuk menentukan dukungan spiritual yang akan diberikan


bidan, mengetahui perintah atau larangan dalam agama yang
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan ibu. Data ini
juga dapat digunakan untuk melakukan pendekatan dalam
asuhan kebidanan yang diberikan.
f) Suku bangsa

Untuk mengetahui adat istiadat/kebiasaan yang dilaksanakan


oleh ibu, apakah kebiasaan itu membahayakan untuk ibu dan
janin.

g) Identitas suami

Digunakan untuk mengenal suami dan memudahkan dalam


melibatkan suami dalam pemberian asuhan kebidanan.
h) Alamat

Data ini dapat digunakan untuk mengukur jarak dari tempat


tinggal ibu ke pelayanan kesehatan dan untuk mengetahui
lingkungan tempat tinggal ibu.
2) Keluhan utama

Data ini digunakan untuk mengetahui keluhan yang dirasakan


ibu secara fisik maupun psikologis sehingga klien datang ke tenaga
kesehatan, mengidentifikasi keluhan tersebut fisiologis/patologis,
dan mendeteksi adanya tanda bahaya atau komplikasi yang
mungkin muncul.
3) Riwayat kesehatan

Data ini dapat digunakan untuk mengetahui status kesehatan


ibu. Apakah ibu sedang menderita penyakit tertentu yang dapat
19
berpengaruh terhadap kondisi ibu.
4) Riwayat kehamilan sekarang

a) HPHT

Untuk mengetahui umur kehamilan dan kapan tanggal


perkiraan lahir.
b) Tanda bahaya

Untuk membantu menentukan diagnosa/masalah potensial


yang kemungkinan terjadi pada ibu.
c) Imunisasi TT

Untuk mengetahui apakah ibu sudah mendapatkan proteksi


dari penyakit tetanus.
d) Kekhawatiran khusus

Digunakan untuk mellihat apakah klien


mengalami kekhawatiran tertentu yang berakibat pada diri
dan janinnya, serta membantu bidan dalam memberikan
konseling yang tepat sesuai dengan kebutuhan ibu.
5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

a) Jumlah kehamilan

Untuk mengetahui apakah kehamilan ibu termasuk kehamilan


beresiko atau tidak.
b) Jenis persalinan

Untuk menentukan apakah ibu termasuk golongan resiko tinggi


atau tidak. Dan menentukan asuhan yang akan diberikan.
c) Berat bayi

Untuk membantu menentukan riwayat kesehatan ibu dalam


kehamilan yang lalu misalnya apakah ibu menderita DM atau
tidak.
6) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

Pengkajian pada pola nutrisi sangat penting untuk mengetahui


gambaran bagaimana ibu mencukupi asupan gizinya selama hamil
dan nifas serta untuk mengetahui apakah ibu berpantang makan
tau tidak. Sehingga membantu bidan dalam menentukan asuhan
yang diberikan.
20
7) Riwayat psikososial

Untuk membantu bidan mendapatkan gambaran psikologis ibu dan


membantu dalam memberikan asuhan serta untuk mempersiapkan
persalinan yang aman untuk ibu.
i. Langkah II : Interpretasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis
yang spesifik. Standar nomenklatur diagnosis kebidanan tersebut adalah
diakui dan telah disyahkan oleh profesi, berhubungan langsung dengan
praktis kebidanan, memiliki ciri khas kebidanan, didukung oleh clinical
8) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

Pengkajian pada pola nutrisi sangat penting untuk mengetahui


gambaran bagaimana ibu mencukupi asupan gizinya selama hamil
dan nifas serta untuk mengetahui apakah ibu berpantang makan
tau tidak. Sehingga membantu bidan dalam menentukan asuhan
yang diberikan.
9) Riwayat psikososial

Untuk membantu bidan mendapatkan gambaran psikologis ibu dan


membantu dalam memberikan asuhan serta untuk mempersiapkan
persalinan yang aman untuk ibu.
ii. Langkah II : Interpretasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap


diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis
yang spesifik. Standar nomenklatur diagnosis kebidanan tersebut adalah
diakui dan telah disyahkan oleh profesi, berhubungan langsung dengan
praktis kebidanan, memiliki ciri khas kebidanan, didukung oleh clinical

judgement dalam praktek kebidanan, dan dapat diselesaikan dengan


pendekatan manajemen kebidanan.
iii. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial

Pada langkah ini dilakukan identifikasi masalah atau diagnosis

21
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosis/ masalah potensial ini benar-benar terjadi.
iv. Langkah IV : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera
Dalam langkah ini diperlukan tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan/ atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kebutuhan klien. Data baru mungkin saja
dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi
yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan
keselamatan ibu dan anak.
v. Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan


langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi,
pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus
rasional dan benar-benar valid berdasarkan teori yang up to date serta
sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan
klien.
vi. Langkah VI : Melaksanakan perencanaan

Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah ke


lima harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau anggota tim kesehatan lain.
Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dari asuhan klien.

vii. Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefktifan dari asuhan yang


sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar- benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi didalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut lebih efektif sedang
sebagian belum efektif.

22
b. Pendokumentasian SOAP

Menurut Mushlihatun (2010), dokumentasi SOAP adalah catatan tentang interaksi


antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien, dan tim kesehatan tentang hasil
pemeriksaan, prosedur tindakan, pengobatan pada pasien, pendidikan pasien, dan respon
pasien terhadap semua asuhan yang telah diberikan. Pendokumentasian yang benar adalah
pendokumentasian mengenai asuhan yang telah dan akan dilakukan pada seorang pasien, di
dalamnya tersirat proses berfikir bidan yang simetris dalam menghadapi seseorang pasien
sesuai langkah-langkah manajemen kebidanan. Prinsip dari metode SOAP merupakan proses
pemikiran penatalaksanaan manajemen yaitu:
a. Data Subjektif (S)

Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney


langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui annamnesis. Data
subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien
mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan
yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Data subjektif ini nantinya akan
menguatkan diagnosis yang akan di susun.

b. Data Objektif (O)

Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney


pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan diagnostik lainnya. Catatan
medik di informasi dari keluarga atau orang lain dapat di masukkan dalam data objektif ini. Data
ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien data fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
c. Analisa (A)

Analisa merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah


kedua, ketiga, dan keempat sehingga mencakup hal-hal sebagai berikut: diagnosis/ masalah
kebidanan, diagnosis/ masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan
segera untuk antisipasi diagnosis/ masalah potensial.
d. Penatalaksanaan (P)

Pendokumentasian menurut Helen Varney langkah kelima, keenam, dan ketujuh.


Pendokumetasian P dalam SOAP ini adalah pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang telah di
susun sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien.

23
DAFTAR PUSTAKA

Dewi V. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika Izzah &
Syarif. 2015. Perdarahan Intrakranial pada Bayi di Rumah Sakit M.Djamil .

Diakses dari www.Jurnalmka.fk.unand.ac.id pada tanggal 13 Juli 2017

Kemenkes RI. 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta: Kementrian
Kesehatan

Lowdermilk et al. 2012. Maternity and Women’s Health care. USA : Mosby Muslihatun W,
Mufdlilah & Nanik S. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya; 2010.

Roesli, Utami.2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda

Saifuddin, Abdul Bari. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009.

Varney H, Jan M. K & Carolyn L. G. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed. 4 Volume 1.

Jakarta: EGC; 2007.

Zupan. 2004. Topical Umbilical Cord Care at Birth. Diakses dari www.ncbi.nlm.nih.gov tanggal
23 Juli 2017 jam 20.00 WIB

24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

Anda mungkin juga menyukai