artinya
perbuatan. Dengan begitu, bisa disimpulkan jika pengertian budi pekerti ialah sikap maupun perilaku
seseorang, prilaku keluarga, atau masyarakat yang berkaitan erat dengan norma maupun etika.
Menurut terminologi, pengertian budi pekerti ialah nilai-nilai perilaku manusia dan diukur berdasarkan
kebaikan dan keburukannya lewat ukuran norma agama, hukum, norma tata krama, serta sopan santun,
ataupun budaya/ adat istiadat sebuah masyarakat/bangsa.
Adapun pengertian budi pekerti ialah sebuah upaya pembentukan, peningkatan, pengembangan,
pemeliharaan serta perbaikan perilaku pada peserta didik supaya mau dan dapat melaksanakan tugas
hidupnya dengan selaras, serasi, dan seimbang diantara lahir batin, material spiritual, jasmani-rohani,
dan juga individusosial.
Pengertian budi pekerti Menurutnya ialah perbuatan yang dibimbing pikiran; perbuatan yang termasuk
realisasi isi pikiran; ataupun perbuatan yang dikendalikan pikiran.
Ensiklopedia Pendidikan
Berdasarkan Ensiklopedia Pendidikan, pengertian Budi Pekerti ialah kesusilaan yang mencakup dari segi-
segi kejiwaan maupun perbuatan manusia. Sementara itu, manusia susila ialah manusia yang memiliki
sikap lahiriyah serta batiniyah yang sesuai terhadap norma etik & moral.Tujuan Pendidikan Budi Pekerti
Berdasarkan pendapat Haidar Putra Dauly, budi pekerti memiliki tujuan untuk mengembangkan nilai,
perilaku, dan sikap siswa dalam melancarkan akhlak mulia ataupun budi pekerti luhur. Pendidikan budi
pekerti juga merupakan nilai-nilai yang mau dibentuk yakni tertanamnya akhlak mulia di dalam diri para
peserta didik kemudian akan diwujudkan pada tingkah lakunya.
Sebagai seorang makhluk, pastinya harus menghormati sang Pencipta. Dengan penghayatan imam, anda
akan diajak menghormati serta memuji Sang Pencipta. Perwujudan Pujian tersebut bisa berupa sikap
berbaik sangka pada seluruh makhluk ciptaannya, terutama pada diri kita sendiri.
wujud penghargaan manusia yang pertama ialah kepada wanita. Ini sangat penting karena, wanita tak
boleh didiskriminasi oleh pihak laki-laki karena kelemahannya. Perempuan dan laki-laki sama sama
bernilai dimata pencipta.
c. Menghargai Ide Orang Lain dan Ingin Hidup Bersama dengan Orang Lain
dengan sikap ini, pastinya akan membantu kita menjadi manusia yang lebih baik karena memanusiakan
orang atau manusia lainnya.
d. Sikap Tenggang Rasa, Adil, Suka Mengabdi, Setia, Ramah, Sopan dan Menepati Janji
Dengan sikap sikap diatas akan membantu seseorang dalam berelasi kepada orang lain maupun hidup
bersama dengan orang lain. Hidup adil dan bersikap tenggang rasa adalah penghargaan kepada orang
lain yang sangat baik.
Selain itu, sikap non diskriminatif maupun sikap non represif juga merupakan wujud dari sikap
demokratis.
CHARACTER BUILDING
( PEMBANGUNAN KARAKTER)
CHARACTER BUILDING
Pembangunan Character
CHARACTER BUILDING
( PEMBANGUNAN KARAKTER)
CHARACTER BUILDING
Pembangunan Character
Pengertian Charakter Building dalam segi bahasa, Charakter Building atau membangun karakter terdiri
dari 2 suku kata yaitu membangun (to build) dan karakter (character) artinya membangun yang
mempunyai sifat memperbaiki, membina, mendirikan. Sedangkan karakter adalah tabiat, watak, aklak
atau budi pekerti yang membedakan seserang dari yang lain. Dalam konteks pendidikan (Modul Diklat
LAN RI) pengertian Membangun Karekter (character building) adalah suatu proses atau usaha yang
dilakukan untuk membina, memperbaiki dan atau membentuk tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak (budi
pekerti), insan manusia (masyarakat) sehingga menunjukkan perangai dan tingkah laku yang baik
berlandaskan nilai-nilai pancasila.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikemukakan bahwa upaya membangun karakter akan
menggambarkan hal-hal pokok sebagai berikut:
– Merupakan suatu proses yang terus menerus dilakukan untuk membentuk, tabiat, watak dan
sifat sifat kejiwaan yang berlandaskan kepada semangat pengabdian dan
kebersamaan
– Menyempurnakan karakter yang ada untuk terwujudnya karakter yang diharapkan dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan
– Membina karakter yang ada sehingga menampilkan karakter yang kondusif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dilandasi dengan nilai – nilai falsafah bangsa yaitu
Pancasila
II. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Pembentukan Karakter
Dalam membangun karakter suatu bangsa diperlukan perilaku yang baik dalam rangka melaksanakan
kegiatan berorganisasi, baik dalam organisasi pemerintahan maupun organisasi swasta dalam
bermasyarakat. Maka karakter manusia merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan
dalam rangka mewujudkan cita-cita dan perjuangan berbangsa dan bernegara guna terwujudnya
masyarakat yang adil dan makmur berlandaskan pancasila dan UUD 1945.
Karakter adalah sesuatu yang sangat penting dalam pengembangan kualitas manusia maka karakter
mempunyai makna sebuah nilai yang mendasar untuk mempengaruhi segenap pikiran, tindakan dan
perbuatan setiap insan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam hal
ini adapun nilai-nilai dalam pembangunan karakter yang dimaksud adalah
– Kejuangan
– Semangat
– Sopan Santun
– Kekeluargaan
– Tanggung jawab
Nilai-nilai seperti tersebut apabila dilihat lebih cermat dalam kondisi saat ini nampaknya cenderung
semakin luntur hal ini dilihat semakin jelas contoh diantaranya makin maraknya tawuran antar pelajar,
konflik antar masyarakat, maraknya korupsi di lingkungan pemerintah dan lain sebagainya. Kondisi yang
seharusnya tetap dijaga dan dilestarikan sebagai wujud untuk meningkatkan rasa kepedulian,
kemanusiaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara haus tetap di jaga dan dilestarikan.
Untuk itu faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam rangka menjaga nilai-nilai dalam karakter tersebut
adalah:
– Ideologi
– Politik
– Ekonomi
– Sosial Budaya
– Agama
– Normatif
– Pendidikan
– Lingkungan
– Kepemimpinan
III. Character Building dalam Rangka Membangun Karakter Bangsa yang Mandiri dan Unggul
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan sebelumnya, salah satu faktor-faktor yang membangun
karakter adalah pendidikan, untuk itu dalam rangka membangun karakter suatu bangsa salah satunya
adalah melalui pendidikan karakter, Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki
– pengendalian diri
– kepribadian
– kecerdasan
– akhlak mulia
Sedangkan Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Pembentukan Character didapatkan dan di implementasikan melalui :
Dan Karakter seseorang dapat di bangun jika kita membiasakan untuk bersifat
– Honesty
– Citizenship
– Courage
– Fairness
– Respect
– Responsibility
– Perseverance
– Caring
– Self- Discipline
Tujuan dari pembangunan karakter adalah untuk mengembangkan karakter bangsa agar mampu
mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila. Pembangunan karakter ini berfungsi untuk mengembangkan
potensi dasar agar berbaik hati, berpikiran baik, dan berperilaku baik; memperbaiki perilaku yang kurang
baik dan menguatkan perilaku yang sudah baik; serta menyaring budaya yang kurang sesuai dengan
nilai-nilai luhur Pancasila. Ruang lingkup pembangunan karakter ini mencakup keluarga, satuan
pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.
Berkenaan hal tersebut (Indrianto B, 2011) mengatakan bahwa Ada tiga lapis (layer) pendidikan karakter
yang hendak dikembangkan yaitu:
– Menumbuhkan kesadaran kita sebagai sesama makhluk Tuhan. Sebagai sesama makhluk, tidak
pantas kalau kita itu sombong, seolah-olah merasa dirinya yang paling benar. Keutamaan kita justru
terletak pada kemampuan untuk memberi manfaat bagi orang lain, termasuk memuliakan orang lain.
Kesadaran sebagai makhluk Tuhan akan menumbuhkan rasa saling menghargai dan menyayangi. Tentu
juga menumbuhkan sifat jujur karena Tuhan Maha Mengetahui; kita tidak bisa berbohong.
– Membangun dan menumbuhkan karakter keilmuan. Karakter ini sangat ditentukan oleh
keingintahuan (kuriositas) intelektual. Penanaman logika ilmiah sejak dari pendidikan usia dini menjadi
langkah penting untuk dilakukan. Dalam kerangka berpikir ilmiah, segala sesuatu harus diuji coba
sebelum menjadi kesimpulan. Dari sinilah akan muncul kreativitas, inovasi, dan produktivitas yang
sangat menentukan daya saing bangsa.
– Pendidikan harus mampu menumbuhkan karakter yang mencintai dan bangga sebagai bangsa
Indonesia. Pendidikan harus mampu menginternalisasikan keempat pilar kebangsaan (Pancasila, UUD
1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI) ke dalam diri pendidik dan peserta didik. Pemahaman akan sejarah
dan falsafah keempat pilar tersebut menjadi sangat penting guna menumbuhkan rasa cinta dan bangga
sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Kecintaan dan kebanggaan yang besar akan memacu semangat
setiap warga bangsa untuk berprestasi setinggi-tingginya mengharumkan nama bangsa.
I. Personal Transformation
Hal penting dalam membangun karakter adalah membangun ikatan antara nilai tersebut dengan suara
hati manusia yang terdalam (inner voice) sehingga setiap individu menjalankan nilai tersebut bukan
karena kewajiban, dalam tataran intelektual, juga bukan karena takut pada pimpinan, dalam tataran
emosional, melainkan sebagai sebuah komitmen spiritual mereka kepada Sang Pencipta.
Bagi sebuah institusi, menanamkan nilai di dalam diri setiap individu yang terlibat di dalamnya,
sangatlah penting. Seperti kita ketahui, sebagus apapun sistem yang berlaku namun apabila individu
sebagai pelaksana sistem berperilaku menyimpang dan melanggar nilai tersebut maka akan
menimbulkan kerugian. Lebih penting lagi adalah membangun ikatan antara nilai tersebut dengan suara
hati manusia yang terdalam (inner voice) sehingga setiap individu menjalankan nilai tersebut bukan
karena kewajiban
Dalam tataran intelektual, juga bukan karena takut pada pimpinan dalam tataran emosional, melainkan
sebagai sebuah komitmen spiritual mereka kepada Sang Pencipta dan mengubah paradigma seseorang
akan arti sebuah kebahagiaan dan pekerjaan. Jika selama ini makna kebahagiaan hanya sesuatu yang
bersifat materi dan emosional maka melalui training ini peserta akan diajak menemukan kebahagiaan
lain yaitu spiritual happiness, sehingga hidup menjadi lebih bermakna dan bernilai (meaning & values).
Menanamkan nilai dan prinsip moral, sebagai panduan etika, serta meningkatkan komitmen setiap
individu untuk menjalankannya
Memberikan makna bekerja kepada setiap individu sehingga meningkatkan loyalitas dan juga
produktivitas
Mampu menemukan kebahagiaan spiritual sehingga memandang pekerjaan bukan beban melainkan
sebuah pengabdian dan panggilan jiwa
(vocation/calling)
Pentingnya sebuah penetapan misi yang terinternalisasi di dalam setiap individu sehingga mampu
mendorong sebuah keberhasilan. Kemudian, setelah menetapkan Visi – Misi, harus dilakukan
pembentukan karakter sumber daya manusia yang diperlukan agar Visi – Misi tersebut dapat
diwujudkan.
Presiden Direktur perusahaan Coca Cola Amerika, Robert Woodruff, pada 1923-1935, memiliki misi
“Kapan saja, di mana saja, minum Coca Cola”. Artinya, dimanapun Anda berada selalu minum Coca Cola.
Inilah yang memberikan kekuatan dan dorongan kepada jajaran direksi, manajemen hingga ke tingkat
karyawan terendah mereka untuk merambah dunia.
Contoh tersebut menunjukkan pentingnya sebuah penetapan misi yang terinternalisasi di dalam setiap
individu sehingga mampu mendorong sebuah keberhasilan. Kemudian, setelah menetapkan Visi – Misi,
harus dilakukan pembentukan karakter sumber daya manusia yang diperlukan agar Visi – Misi tersebut
dapat diwujudkan.
I ntegrasikan misi kehidupan yang seringkali terpisah: antara pribadi dengan insitusi tempat
bekerja, antara dunia dengan akhirat, antara pribadi dengan pasangan dan keluarga. Selain itu, training
ini juga akan membentuk karakter yang tangguh dengan cara mengubah paradigma dalam melihat
sebuah masalah, bukan lagi sebagai sebuah beban melainkan kesempatan untuk menempa diri.
Mampu menyelaraskan Visi – Misi pribadi dengan Visi – Misi Perusahaan sehingga bekerja bukan lagi
sebuah beban
Mampu menyelaraskan Visi – Misi pribadi dengan Visi – Misi Pasangan serta Keluarga sehingga
keharmonisan dalam lingkungan pribadi akan
Mampu memaknai setiap tantangan sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri sehingga dapat
bekerja dalam tekanan/stress
Kelemahan yang tidak terkontrol dapat menjadi sumber runtuhnya sebuah institusi begitu pula dengan
kekuatan yang tidak sinergis.
Setelah membangkitkan visi-misi dan membangun karakter, langkah selanjutnya adalah mengelola
kelemahan agar potensi yang dimiliki dapat dikeluarkan serta membangun kolaborasi antar individu
maupun antar bagian. Mengapa pengelolaan kelemahan dan kekuatan serta kolaborasi menjadi sangat
penting? Karena kelemahan yang tidak terkontrol dapat menjadi sumber runtuhnya sebuah institusi
begitu pula dengan kekuatan yang tidak sinergis.
Arie de Geus dalam bukunya The Living Company menyebutkan bahwa sepertiga dari perusahaan yang
terdaftar dalam Fortune 500 pada tahun 1970 akhirnya lenyap pada tahun 1983. Sebagian besar
diantara perusahaan tersebut mengalami permasalahan internal seperti: perilaku malas, kurang disiplin,
kerap bolos dan egoistis dalam bekerjasama.
Mampu mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan diri sehingga dapat senantiasa dapat mengendalikan
emosi
Mampu meminimalisir sifat negatif dan mengeluarkan sifat positif sehingga dapat bekerjasama dengan
baik, dalam sebuah tim
Semua persyaratan bagi sebuah institusi untuk maju telah terpenuhi, namun mengapa target masih
belum tercapai? Jawabannya adalah kesenjangan eksekusi.
Visi telah ditetapkan, Misi telah ditentukan, Nilai telah terinternalisasi kokoh ke dalam karakter yang
komit untuk menghadapi segala ujian & tantangan. Lebih lanjut, seluruh potensi dan kelemahan telah
diidentifikasi dan masing-masing bagian telah berkolaborasi secara strategis. Semua persyaratan bagi
sebuah institusi untuk maju telah terpenuhi, namun mengapa target masih belum tercapai? Jawabannya
adalah kesenjangan eksekusi.
Kesenjangan eksekusi terjadi karena pelaksanaan di lapangan tidak sesuai dengan rencana strategis yang
sudah ditentukan, baik itu dari segi waktu maupun kualitas pekerjaannya. Tanamkan sebuah kesadaran
bahwa waktu yang dimiliki untuk mewujudkan visi, sangat terbatas dan kesempatan tidak datang untuk
kedua kali. Oleh karena itu, setiap individu harus disiplin dan konsisten dalam menjalankan tugas serta
rencana.
Mampu memahami bahwa tidak ada kesempatan kedua sehingga senantiasa melakukan yang terbaik
Mampu memahami bahwa waktu terbatas sehingga disiplin dalam menjalankan rencana kerja