PENDAHULUAN
1
kepentingan saat ini maupun jangka panjang termasuk didalamnya akibat perubahan iklim dunia
(subandono, et, al, 2009). wilayah pesisir terjadi karena mekanisme bekerja dalam batas
bentang tertentu, yaitu: proses geomorfologis yang terjadi dalam rentang waktu tertentu yang
sangat lama, pola kolonisasi organisme, serta perubahan yang cirri-ciri local alam rentang waktu
yang relative pendek, baik alami maupun gangguan aktivitas manusia. Wilayah pesisir adalah
suatu bentang alam yang “ distinct”, suatu unit terukur yang ditentukan oleh kelompok ekosistem
yang saling berinteraksi dimana kelompok ini berulang, baik dalam skala ruang/luas maupun
dalam skala temporal, proses geomorfologi yang berulang, serta rezim perubahannya.
1.2 Tujuan
a. Mengidentifikasi komponen – komponen wilayah pesisir dan laut.
b. Mengidentifikasi bentuk – bentuk pemanfaatan pesisir dan laut.
c. Mengidentifikasi isu manajemen pesisir dan laut berdasarkan komponen dan
pemanfaatan yang terlihat.
d. Membuat sketsa peta sumberdaya, pemanfaatan dan permasalahan yang ada di
lokasi pemanfaatan.
e. Merumuskan rekomendasi
1.3 Manfaat
a. Mengetahui komponen – komponen wilayah pesisir dan laut.
b. Mengetahui bentuk – bentuk pemanfaatan pesisir dan laut.
2
c. Mengetahui isu manajemen pesisir dan laut berdasarkan komponen dan
pemanfaatan yang terlihat.
d. Dapat melihat gambaran sumberdaya, pemanfaatan dan permasalahan yang ada di
lokasi pemanfaatan.
e. Dapat memberikan solusi dari masalah yang ada di wilayah pesisir dan laut.
3
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA
1. Akar yang pendek dan melebar luas, dengan akar penyangga atau tudung
akar yang tumbuh dari batang dan dahan sehingga menjamin kokohnya
batang
4
Ekosistem hutan mangrove merupakan habitat bagi berbagai macam satwa liar antara lain
reptile dan ikan-ikan genangan air, yang memiliki nilai ekonomis dan biologis seperti bandeng,
belanak dan udang. Lebih daripada itu, ekosistem hutan mangrove sangat mendukung budidaya
perikanan. Manfaat dan kegunaan hutan mangrove bagi kehidupan manusia antara lain dapat
digunakan sebagai kayu bakar, bahan bangunan, pupuk, bahan baku kertas, bahan makanan,
bahan obat-obatan, teralatan rumah tangga, bahan baku tekstil dan sebagai tempat rekreasi.
Fungsi dan peran ekosistem hutan mangrove sangat penting sebagai tempat untuk
memijah, memelihara ikan, berlindung serta mencari makan bagiberbagai jenis ikan. Oleh karena
itu, kelestariannya harus dijaga. Penurunan kualitas dan kuantitas ekosistem hutan mangrove
akan mengancam kelestarian habitat tersebut dan selanjutnya akan mengancam kehidupan fauna.
Beberapa dampak kegiatan manusia yang mempengaruhi ekosistem mangrove antara lain,
(Bengen, D.G. 2000:27) :
3. Pencemaran minyak akibat terjadinya tumpahan minyak dalam jumlah besar yang
mengakibatkan kematian pohon-pohon mangrove.
5
(nursery ground) bagi larva, jentik ikan dan udang di lepas pantai, dengan
demikian mengancam regenerasi ikan dan udang tersebut.
Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wilayah
pesisir. Selain mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, tempat
pemijahan dan asuhan bagi bermacam biota,penahan abrasi, pencegah intrusi air laut, dan lain
sebagainya, hutan mangrove juga mempunyai fungsi ekonomis seperti penyedia kayu, daun
obatan, dan lain-lain (Begen, D.G. 2000: 32), segenap kegunaan sebagian besar masyarakat
pesisir di tanah air. Potensi lain dari hutan mangroveyang belum dikembangkan secara optimal,
adalah kawasan wisata alam(ecotourism). Hutan mangrove dapat hidup dengan subur kalau
wilayah pesisir tersebut memenuhi syarat :
1. Terlindungi dari gempuran ombak dan arus pasang surut yang kuat.
Hutan mangrove merupakan ekosistem yang sangat penting di wilayah pesisir sebab
memiliki fungsi ekologis dan fungsi ekonomis. Adapun fungsi ekologis dari hutan mangrove
yaitu
6
Fungsi Ekologis Hutan Mangrove Sebagai suatu ekosistem khas wilayah pesisir, hutan
mangrove memiliki beberapa fungsi ekologis penting :
1. Sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung pantai dari abrasi, penahan
lumpur dan perangkap sedimen yang diangkut oleh aliran air permukaan.
2. Sebagai penghasil sejumlah besar detritus, terutama yang berasal dari daun dan dahan
pohon mangrove yang rontok. Sebagian dari detritus ini dapat dimanfaatkan sebagai
bahan makanan bagi para pemakan de¬tritus, dan sebagian lagi diuraikan secara
bakterial menjadi mineral-mineral hara yang berperan dalam penyuburan perairan.
3. Sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah mencari makanan (feeding ground)
dan daerah pemijahan (spawning ground) bermacam biota perairan (ikan, udang dan
kerang-kerangan) baik yang hidup di perairan pantai maupun lepas pantai.
Hutan mangrove dimanfaatkan terutama sebagai penghasil kayu untuk bahan konstruksi,
kayu bakar, bahan baku untuk membuat arang, dan juga untuk dibuat pulp. Di samping itu
ekosistem mangrove dimanfaatkan sebagai pemasok larva ikan dan udang alam.
7
2.1.2 Ekosistem Terumbu Karang
Terumbu karang adalah koloni hewan dan tumbuhan laut berukuran kecil yang disebut
polip, hidupnya menempel pada substrat batu atau dasar yang keras dan berkelompok
membentuk koloni yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanthellae
menghasilkan kalsium karbonat (CaCO3) menjadi terumbu, mempunyai warna dan bentuk
beraneka rupa. Karang termasuk kelompok hewan (bukan kelompok tumbuhan) yang tergolong
dalam Filum Cnidaria dan Ordo Scleractina, walaupun karang merupakan jenis hewan, biota ini
tidak dapat bergerak atau berpindah dan tergolong sebagai biota menetap atau sesille. (Clark, J.
1974)
Zooxanthellae adalah suatu jenis alga yang bersimbiosis dalam jaringan karang.
Zooxanthellae ini melakukan fotosintesis menghasilkan oksigen yang berguna untuk kehidupan
hewan karang. Di lain pihak, hewan karang memberikan tempat berlindung bagi zooxanthellae.
Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas terdapat di daerah tropis dan ditemukan
diseluruh perairan dunia tetapi hanya di daerah tropis terumbu karang dapat bekembang dengan
baik, terumbu karang tersusun atas beberapa jenis karang batu yang didalamnya hidup beraneka
ragam biota perairan. Kondisi alamiah yang cocok bagi pertumbuhan karang adalah perairan laut
dengan temperatur antara 18-30 OC, kedalaman air sampai 50 meter, salinitas (kadar garam)
antara 30-60 ppt (3-6% kadar garam), perairan yang jernih dan laju sedimentasi yang rendah,
pergerakan arus air yang cukup, bebas dari polusi dan ketersediaan substrat yang padat. Karang
tidak dapat hidup di air tawar atau muara sungai. (Bengen, D.G. 2000:14)
Berdasarkan proses pembentukannya, terumbu karang dibagi dalam 3 (tiga) jenis yaitu :
8
3. Terumbu karang tepi (Fringing reefs) merupakan jenis yang paling banyak ditemukan
di perairan laut Indonesia. Terumbu karang jenis ini berada di pesisir pantai yang
jaraknya mencapai 100 meter ke arah laut.
Ekosistem terumbu karang mempunyai berbagai jenis biota yang sangat tinggi, hal ini
disebabkan oleh kemampuan terumbu karang untuk menahan dan menampung sumber makanan
yang masuk Ekosistem terumbu karang terbagi atas karang yang keras dan lunak. Karang batu
adalah karang yang keras disebabkan oleh adanya zat kapur yang dihasilkan oleh binatang
karang. Melalui proses yang sangat lama, binatang karang yang kecil (polip) membentuk koloni
karang yang kental, yang sebenarnya terdiri atas ribuan individu polip. Karang batu ini menjadi
pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Walaupun terlihat sangat kuat dan kokoh, karang
sebenarnya sangat rapuh, mudah hancur dan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan.
(Romimohtarto, 2001:16) Contoh kategori jenis-jenis karang dan biota lain yan berasosiasi
dengannya berdasarkan bentuk pertumbuhannya, (English S et all, 1994 dalam Tulungen dkk
2003).
Karang Keras
9
Karang Lunak
10
Sumber: Panduan Pemantauan Terumbu Karang
Berbasis – Masyarakat dengan Metode Manta Tow
Faktor lingkungan yang mempengaruhi ekosistem terumbu karang adalah :
1. Kecerahan,
6. Sedimentasi.
Terumbu karang merupakan ekosistem yang amat peka dan sensitif sekali. Jangankan
dirusak, diambil sebagian saja, maka rusaklah keutuhannya. Ini dikarenakan kehidupan di
terumbu karang di dasari oleh hubungan saling tergantung antara ribuan makhluk, rantai
makanan pun adalah salah satu dari bentuk hubungan tersebut. Tidak cuma itu proses terciptanya
pun tidak mudah. Terumbu karang membutuhkan waktu berjuta tahun hingga dapat tercipta
secara utuh dan indah. (Romimohtarto, 2001:18). dan yang ada di perairan Indonesia saat ini
paling tidak mulai terbentuk sejak berjuta - juta tahun silam. Sebagai ekosistem, terumbu karang
11
sangat kompleks dan produktif memiliki variasi bentuk pertumbuhannya di Indonesia sehingga
bisa ditumbuhi oleh jenis biota lain.
Indonesia yang terletak di sepanjang garis khatulistiwa, mempunyai terumbu karang terluas
di dunia yang tersebar mulai dari Sabang (Aceh) sampai ke Merauke (Papua). Dengan jumlah
penduduk lebih dari 212 juta jiwa, 60 % penduduk Indonesia tinggal di daerah pesisir, maka
terumbu karang merupakan tumpuan sumber penghidupan utama. Disamping sebagai sumber
perikanan, terumbu karang juga merupakan sumber penghasilan dan devisa bagi negara,
termasuk usaha pariwisata yang dikelola oleh masyarakat setempat dan para pengusaha
pariwisata bahari.
Hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang merupakan tiga eksosistem penting di
daerah pesisir. Hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang berperan penting dalam
melindungi pantai dari ancaman abrasi dan erosi serta tempat pembenihan bagi hewan-hewan
penghuni laut lainnya. Terumbu karang merupakan rumah bagi banyak biota laut. Diperkirakan
lebih dari 3.000 spesies dapat dijumpai pada terumbu karang yang hidup di Asia Tenggara.
Kelangsungan hidup biota pada ekosistem terumbu karang sangat tergantung dari kesadaran
manusia dalam mengelola lingkungannya. BeberapaDampak Kegiatan Manusia yang dapat
mempengaruhi ekosistem terumbu karang antara lain :
3. Penggundulan hutan di lahan atas (upland) mengakibatkan sedimen hasil erosi yang
berlebihan dapat mencapai terumbu karang yang letaknya di sekitar muara sungai
sehingga menimbulkan kekeruhan air dan menghambat fungsi zooxanthellae yang
selanjutnya menghambat pertumbuhan terumbu karang.
Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas terdapat di daerah tropis. Meskipun
terumbu terdapat di seluruh perairan di dunia, tetapi hanya di daerah tropis terumbu karang dapat
12
berkembang dengan baik. Terumbu karang terbentuk dari endapan-endapan kalsium karbonat
yang dihasilkan oleh organisme karang, alga berkapur, dan organisme-organisme lain yang
menghasilakan kalsium karbonat. Indonesia memiliki kurang lebih 50.000 km2 ekosistem
terumbu karang yang tersebar di seluruh wilayah pesisir dan lautan (Dahuri et al. 2001)
Terumbu karang mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrient bagi biota perairan,
pelindung fisik, tempat pemijahan, tempat bermain dan asuhan berbagai biota; terumbu karang
juga menghasilkan berbagai produk yang mempunyai nilai ekonomi penting seperit karang untuk
konstruksi. Dari segi estetika, terumbu karang dapat menampilkan pemandangan yang sangat
indah. Terbentuknya ekosistem terumbu karang tergantung pada faktor sebagai berikut :
Fungsi ekologi terumbu karang yaitu : penyedia nutrien bagi biota perairan, dan
tempat berkembang biaknya biota perairan.
Fungsi ekonomi terumbu karang yai udang, alga, teripang, dan kerang mutiara,
Bahan bangunan dan jalan, serta bahan industri. Dan Bahan baku cinderamata dan
bahan perhiasan.
Rumput laut tumbuh pada perairan yang memiliki substrat keras yang kokoh untuk tempat
melekat. Tumbuhan rumput laut hanya dapat hidup pada perairan dimana tumbuhan muda yang
kecil mendapat cukup sinar matahari. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rumput laut yaitu
:
13
2. Suhu perairan sejuk.
Rumput laut di perairan Indonesia tersebar hampir di seluruh provinsi. Oleh masyarakat yang
hidup di daerah pesisir rumput laut ini dimanfaatkan sebagai bahan makanan misalnya untuk
lalapan, sayur, manisan, dan kue. Rumput laut juga dimafaatkan dalam bidang industri kosmetik
sebagai bahan pembuat sabun, krim, lotion, dan sampo. Dalam industri farmasi digunakan untuk
membuat tablet, salep, dan kapsul.
Potensi rumput laut (alga) di perairan Indonesia mencakup areal seluas 26.700 ha dengan
potensi produksi sebesar 482.400 ton/tahun. Pemanfaatan rumput laut untuk industri terutama
pada senyawa kimia yang terkandung di dalamnya, khususnya karegenan, agar, dan algin
(Nontji, 1987).
Melihat besarnya potensi pemanfaatan alga, terutama untuk ekspor, maka saat ini telah
diupayakan untuk dibudidayakan. Misalnya budidaya Euchema spp telah di coba di Kepulauan
Seribu (Jakarta), Bali, Pulau Samaringa (Sulawesi Tengah), Pulau Telang (Riau), dan Teluk
Lampung (Dahuri et al 2001).
Usaha budidaya rumput laut telah banyak dilakukan dan masih bisa ditingkatkan.
Keterlibatan semua pihak dalam teknologi pembudidayaan dan pemasaran merupakan faktor
yang menentukan dalam menggairahkan masyarakat dalam mengembangkan usaha budidaya
rumput laut. Peranan pemerintah regulasi dalam penentuan daerah budidaya, bantuan dari
badanbadan peneliti untuk memperbaiki mutu produksi serta jaminan harga yang baik dari
pembeli/eksportir rumput laut sangat menentukan kesinambungan usaha budidaya komoditi ini.
Potensi sumber daya perikanan laut di Indonesia terdiri dari sumber daya perikanan
pelagis besar (451.830 ton/tahun) dan pelagis kecil (2.423.000 ton/tahun), sumber daya
perikanan demersal 3.163.630 ton/tahun, udang (100.720 ton/tahun), ikan karang (80.082
14
ton/tahun. dengan demikian secara nasional potensi lestari perikanan laut sebesar 6,7 juta
ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan mencapai 48% (DirjenPerikanan 1995).
Data pada tahun 1998 menunjukkan bahwa produksi ikan la adalah 3.616.140 ton dan hal
ini menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan potensi laut baru mencapai 57,0% (Ditjen
Perikanan 1999 Sedangkan potensi lahan pertambakan diperkirakan seluas 866.550 Ha dan baru
dimanfaatkan seluas 344.759 H demikian masih terbuka peluang untuk peningkatan produksi dan
produktivitas lahan.
Hal lain yang perlu dilakukan adalah memberi pengertian pada masyarakat nelayan
tentang bahaya penangkapan yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bahan peledak
atau penggunaan racun. Pada bidang pertambakan, disamping dilakukan secara ekstensifikasi,
usaha peningkatan hasil pertambakan dalam bentuk intensifikasi. Hal ini jika dihubungkan
dengan pengelolaan tambak di Indonesia pada umumnya masih tradisional.
Dengan hasil produksi pertambakan Indonesia tahun 1998 berjumlah 585.900 ton yang
merupakan nilai lebih dari 50% hasil kegiatan budidaya perikanan (Susilo 1999 dalam Ditjen
Perikanan 1999). Keterlibatan masyarakat dalam bentuk pertambakan inti rakyat dimana
perusahaan sebagai intinya dan masyarakat petambak sebagai plasma merupakan suatu konsep
yang baik meskipun kadangkala dalam pelaksanaannya banyak mengalami kendala. Hubungan
lainnya seperti kemitraan antara masyarakat petambak dengan pengusaha penyedia sarana
produksi juga adalah salah satu model kemitraan yang perlu dikembangkan dan disempurnakan
dimasa yang akan datang.
15
Lamun (seagrass) merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang
memiliki rhizoma, daun dan akar sejati yang hidup terendam di dalam laut. Lamun umumnya
membentuk padang lamun yang luas di dasar laut yang masih dapat dijangkau oleh cahaya
matahari yang memadai bagi pertumbuhannya. Lamun hidup di perairan yang dangkal dan
jernih, dengan sirkulasi air yang baik. Air yang bersirkulasi diperlukan untuk menghantarkan zat-
zat hara dan oksigen, serta mengangkut hasil metabolisme lamun ke luar daerah padang lamun,
(Bengen, D.G. 2000:39). Hampir semua tipe substrat dapat ditumbuhi lamun, mulai dari substrat
berlumpur sampai berbatu. Namun padang lamun yang luas lebih sering ditemukan di substrat
lumpur-berpasir yang tebal antara hutan rawa mangrove dan terumbu karang.
Kedalaman tidak lebih dari 10 meter, sehingga sinar matahari dapat menembus.
Temperatur antara 20
Kadar garam 25
16
Fungsi Padang Lamun
Mengikat sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak, dengan sistem perakaran
yang padat dan saling menyilang.
Sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar, dan memijah bagi
beberapa jenis biota laut, terutama yang mellewati masa dewasa lingkungan ini.
Sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang lamun dari sengatan
matahari.
Menurut Yuwono dalam Laporan Akhir Zonasi Wilayah Pesisir Kab. Pemalang (2011),
menyebutkan bahwa prinsip keterpaduan dalam pengelolaan wilayah pesisir meliputi :
Daerah pesisir dan laut merupakan salah satu dari lingkungan perairan yang mudah
terpengaruh dengan adanya buangan limbah dari darat. Wilayah pesisir yang meliputi daratan
dan perairan pesisir sangat penting artinya bagi bangsa dan ekonomi Indonesia. Wilayah ini
bukan hanya merupakan sumber pangan yang diusahakan melalui kegiatan perikanan dan
pertanian, tetapi merupakan pula lokasi bermacam sumber daya alam, seperti mineral, gas dan
minyak bumi serta pemandangan alam yang indah, yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan
manusia, perairan pesisir juga penting artinya sebagai alur pelayaran.
18
dilakukan di daerah pesisir oleh karena itu perlu diperhatikan agar kegiatan yang
beranekaragaman dapat berlangsung secara serasi.
Suatu kegiatan dapat menghasilkan hasil samping yang dapat merugikan kegiatan lain.
Misalnya limbah industri yang langsung dibuang ke lingkungan pesisir, tanpa mengalami
pengolahan tertentu sebelumnya dapat merusak sumber daya hayati akuatik, dan dengan
demikian merugikan perikanan. Lingkungan pesisir terdiri dari bermacam ekosistem yang
berbeda kondisi dan sifatnya.
Pada umumnya ekosistem kompleks dan peka terhadap gangguan. dapat dikatakan bahwa
setiap kegiatan pemanfaatan dan pengembangannya di manapun juga di wilayah pesisir secara
potensial dapat menjadi sumber kerusakan bagi ekosistem di wilayah tersebut. rusaknya
ekosistem berarti rusak pula sumber daya di dalamnya.
Secara garis besar gejala kerusakan lingkungan yang mengancam kelestarian sumber
daya pesisir dan lautan di Indonesia yaitu : pencemaran, degradasi fisik habitat, over eksploitasi
sumber daya alam, abrasi pantai, konservasi kawasan lindung menjadi peruntukan pembangunan
lainnya dan bencana alam. Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan wilayah pesisir dan
laut, khususnya di Indonesia yaitu pemanfaatan ganda, pemanfaatan tak seimbang, pengaruh
kegiatan manusia, dan pencemaran wilayah pesisir.
Kerusakan yang diakibatkan oleh faktor alam adalah gempa, tsunami, badai, banjir, el-
Nino, pemanasan predator, erosi. Kerusakan yang diakibatkan oleh faktor alam dapat terjadi
secara alami ataupun akibat campur tangan manusia hingga mengakibatkan bencana alam.
Bencana alam berupa tsunami sering memakan korban yang tidak sedikit dan menimbulkan
19
kerusakan di daerah pesisir akibat gelombang laut yang ditimbulkan oleh suatu gangguan
impulsif yang terjadi pada medium laut.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Metode
20
Metode yang digunakan adalah observasi langsung dilapangan. Mahasiswa melakukan
pengamatan dan pencatatan, komponen Abiotic (tipe pantai, substrat dominan, kondisi pantai
sebagai habitat), komponen biotic ( kehadiran jenis-jenis biota pantai yang terlihat), dan kondisi
eksiting lain yang terlihat sehubungan dengan aktivitas atau bentuk-bentuk pemanfaatan.
Pendekatan atau metode wawancara juga digunakan dalam rangka mengembangkan informasi
seputar bentuk pemanfaatan atau kebijakan yang berlaku saat ini dilokasi pengamatan.
21
Lembaran data
Kamera
Buku tulis
22
BAB IV
Kelompok 1
23
6 Astri Tuarita SMA 29 Penduduk Asli 5 Orang
Pekerjaan
Pendapatan
Petani/Peternak Nelayan Wirasuasta PNS Tukang Ojek Sopir Kepala Desa Lainnya
Rp. 500.000,00 -
√ (Suami) Ibu rumah tangga
Rp. 1.000.000,00
Mahasiswa
Rp. 500.000,00 -
√
Rp. 1.000.000,00
24
√ > Rp. 1.500.00,00
Rp. 500.000,00 -
Penjual Kue
Rp. 1.000.000,00
Isu dan
Komponen Bentuk Pemanfatan Dampak Rekomendasi
Permasalahan
Penetapan Aturan dan Pembuatan
Batu karang dan Pasir Pembuatan Rumah Adanya Pengikisan Longsor dan Abrasi Pantai
talut
Penetapan Aturan dan Pembuatan
Ikan, moluska gastro dijual/dikomsusmsi Biota berkurang Penurunan Pedapatan
talut
25
Ikan dijual/dikomsusmsi
Penetapan Aturan dan Pembuatan
Pasir Bahan Pembuatan Bangunan Adanya Pengikisan Abrasi
talut
dikomsumsi/dijual dan Bahan Penetapan Aturan dan Pembuatan
Ikan, Pasir Pengikisan Abrasi
Bagunan talut
Kelompok 2
Jumlah
Pendidikan
No Nama Umur Kependudukan Anggota Pekerjaan Pendapatan
Terakhir
Keluarga
26
Kadir
1 SMP 71 tahun Penduduk Asli 8 orang Petani/Peternak Rp500.000,00
Tuasamu
Abdul Rahman
5 SMP 64 tahun Penduduk Asli 5 orang Tidak Bekerja -
Takulei
27
6 Awal Tuasamu SD 43 tahun Penduduk Asli 6 orang Wiraswasta Rp3.000.000,00
10 Marwa Tuarita SMA 48 tahun Penduduk Asli 4 orang Ibu Rumah Tangga -
Pasir Dikeruk untuk pembangunan Pasir terkikis Abrasi pantai Diberlakukan aturan
Pantai Untuk parawisata Kurang terawat Wisatawan kurang Dikelola dengan baik
Hasil tangkapan
Moluska/Ikan Diambil/ditangkap Habitat yang terdegradasi Pengelolaan pesisir yang baik
berkurang
Pasir Dikeruk untuk pembangunan Pasir terkikis Abrasi pantai Pelarangan pengambilan pasir
Hasil tangkapan
Moluska/Ikan Diambil/ditangkap Habitat yang terdegradasi Rehabilitasi wilayah pesisir
berkurang
28
Hasil tangkapan
Moluska/Ikan Diambil/ditangkap Habitat yang terdegradasi Pengelolaan pesisir yang baik
berkurang
29
Hasil tangkapan
Moluska/Ikan Diambil/ditangkap Habitat yang terdegradasi Pengelolaan pesisir yang baik
berkurang
Hasil tangkapan
Moluska/Ikan Diambil/ditangkap Habitat yang terdegradasi Pengelolaan pesisir yang baik
berkurang
Hasil tangkapan
Moluska/Ikan Diambil/ditangkap Habitat yang terdegradasi Pengelolaan pesisir yang baik
berkurang
Hasil tangkapan
Moluska/Ikan Diambil/ditangkap Habitat yang terdegradasi Pengelolaan pesisir yang baik
berkurang
Kelompok 3 dan 4
Jumlah
Pendidikan
No NAMA Umur Kependudukan Anggota Pekerjaan Pendapatan
Terakhir
Keluarga
30
Rp. 1.500.000 -
6 Nur Ida Lestaluhu SMA 41 Penduduk Asli 4 orang Wiraswasta
2.500.000
Petani dan Rp. 1.500.000 -
7 Mira Seknum SMP 38 Penduduk Asli 6 orang
Wiraswasta 2.500.000
Rp. 500.000-
8 Atfan Tolobessy S1 28 Penduduk Asli 5 orang Nelayan
1.000.000
Pendatang (5 Rp. 500.000 -
9 Ahmad Koda SD 20 5 orang Nelayan
tahun) 1.000.000
Rp. 1.500.000 -
10 Zanib Jeni Zaniba S1 32 Penduduk Asli 3 orang Wiraswasta
2.500.000
Rp. 1.500.000 -
11 Ishaka Rolobessy S1 49 Penduduk Asli 4 orang Guru
2.500.000
Rp. 1.500.000 -
13 Mariam Lestaluhu S1 45 Penduduk Asli 6 orang PNS
2.500.000
Rp. 1.500.000 -
14 Umar Rolobessy SMA 50 Penduduk Asli 4 Orang Wiraswasta
2.500.000
31
Pendatang 7 Rp. 1.500.000 -
17 Fatima Baria S1 32 3 orang Guru
Tahun 2.500.000
Abdul Karim
18 SMA 35 Penduduk Asli 5 orang Petani Rp.500.000-sekian
Rolobessy
Pendatang 5
20 Ramlan Fakaubun S1 55 4 orang Wiraswasta Rp.500.000-sekian
tahun
- - - - -
Untuk Membangun
Batu dan Pasir Adanya Pengikisan Abrasi Pantai Pembuatan Talut
Rumah
- - - - -
- - - - -
Untuk Membangun
Adanya Pengikisan Abrasi Pantai Pembuatan Talut
Pasir Rumah
32
- - - - -
Untuk Membangun
Batu dan Pasir Adanya Pengikisan Abrasi Pantai Pembuatan Talut
Rumah
- - - - -
- - - - -
- - - -
- - - -
- - - -
Untuk Membangun Pembuatan Talut dan dilakukannya
Pasir dan Batu Adanya Pengikisan Abrasi Pantai
Rumah Sosialisasi
- - - -
- - - -
33
- - - -
Untuk Membangun Pembuatan Talut dan dilakukannya
Pasir
Rumah Adanya Pengikisan Abrasi Pantai Sosialisasi
-
Untuk Membangun Pembuatan Talut dan dilakukannya
Pasir dan Batu Adanya Pengikisan Abrasi Pantai
Rumah Sosialisasi
Kelompok 5
Pasir untuk pembangunan rumah Pasir Terkikis Erosi, dan Abrasi Pantai Diberlakukan aturan
Dan dijual
35
Potas untuk Menangkap Ikan dan sanksi
Pantai Untuk pariwisata Kurang Peduli kurang Wisatawan Dikelola dengan Baik
Karang Dilestarikan
Moluska Dikonsumsi
Lamun Dilestarikan
Mangrove Dilestarikan
Kelompok 6
36
3 Mila tuarita SMA 57 Tahun Penduduk Asli 9 Wiraswasta Rp.1000.000,00
37
6 Sapia Rolobessy D3 32 Tahun Penduduk Asli 8 Ibu Rumah Rp.1000.000,00
Tangga
38
Haji Ali SMP 82 Tahun Penduduk Asli 7 Wiraswasta Rp.1000.000,00
10
Ikan, Pasir Ikan Untuk Konsumsi, Pengambilan lebih dekat, hemat Abrasi Pantai Adanya Sosialisasi dan
pasir untuk pembuatan dana dan waktu Pembuatan Talud
batako
Pasir dan Batuan Pantai Membangun Rumah Pengambilan lebih dekat, hemat Abrasi Pantai Adanya Sosialisasi dan
dana dan waktu Pembuatan Talud
Pasir dan Batuan Pantai Membangun Rumah Pengambilan lebih dekat, hemat Abrasi Pantai Adanya Sosialisasi dan
dana dan waktu Pembuatan Talud
39
Pasir Membangun Rumah Pengambilan lebih dekat, hemat Abrasi Pantai Adanya Sosialisasi dan
dana dan waktu Pembuatan Talud
Pasir Membangun Rumah Pengambilan lebih dekat, hemat Abrasi Pantai Adanya Sosialisasi dan
dana dan waktu Pembuatan Talud
Ikan, Moluska Untuk dikonsumsi dan Pengambilan lebih dekat, hemat Abrasi Pantai Adanya Sosialisasi dan
dijual dana dan waktu Pembuatan Talud
40
Pasir Membangun Rumah Pengambilan lebih dekat, hemat Abrasi Pantai Adanya Sosialisasi dan
dana dan waktu Pembuatan Talud
Pasir dan Batuan Pantai Membangun Rumah Pengambilan lebih dekat, hemat Abrasi Pantai Adanya Sosialisasi dan
dana dan waktu Pembuatan Talud
Pasir Dan Batuan Pantai Membangun Rumah Pengambilan lebih dekat, hemat Abrasi Pantai Adanya Sosialisasi dan
dana dan waktu Pembuatan Talud
Pasir dan Batuan Pantai Membangun Rumah Pengambilan lebih dekat, hemat Abrasi Pantai Adanya Sosialisasi dan
dana dan waktu Pembuatan Talud
41
4.1.1 Tabel Data Kuisioner
4.2 Pembahasan
Berdasarkan data yang kita dapatkan yang merupakan warga asli atau yang benar-benar berasal dari desa Tial adalah warga
yang memiliki marga (Nama belakang) yaitu: Tuarita, Rolobessy, dan Tatuhey sedangkan masyarakat lain yang memiliki marga yang
berbeda merupakan masyarakat pendatang yang tinggal dan menetap pada desa Tial dikarenakan menikah dengan masyarakat
setempat tetapi ada juga masyarakat yang sudah tinggal sejak lama pada zaman dahulu (tete-nenek moyang) pada daerah tersebut dan
sudah menjadi masyarakat disana tetapi desa Tial hanya memiliki tiga marga asli yaitu Tuarita, Rolobessy, dan Tatuhey.
Masyarakat yang hidup disana rata-rata memiliki tingkat pendidikan yaitu SMA tetapi ada juga yang menempuh sampai pada
tingkat Universiatas (sarjana), pekerjaan yang digeluti oleh masyarakat disana adalah sebagai Nelayan, petani, wiraswasta, pedagang
kecil (Kios), maupun penjual kue. Pendapatan yang mereka dapati juga tidak menentu setiap bulannya tergantung kepada musim
maupun keberuntungan mereka nah dengan pendapatan mereka yang tidak menentu ini mereka harus menghidupkan kurang lebih 5
orang anak per kepala keluarga yang tinggal disana.
Sebagian besar masyarakat yang tinggal di daerah pesisir ini bermata pencaharian sebagai nelayan, nah bagaimana cara mereka
untuk tetap menjaga pesisir agar kebutuhan mereka tetap bisa terpenuhi? Mereka menyadari bahwa laut sangat penting untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka untuk itu komponen sumberdaya yang ada tidak mereka manfaatkan secara sembarangan,
misalnya pasir dan batu karang mereka ambil hanya untuk membangun rumah tetapi hanya di ambil sesuai kebutuhan saja tidak boleh
secara berlebihan dan tidak diperbolehkan untuk dijual. Tetapi apabila salah satu keluarga mengambil batu dan pasir untuk
membangun rumah maka apabila dikalikan dengan sekian banyak keluarga yang tinggal disana lama kelamaan daerah peisisir akan
terancam keberadaannya lebih tepat akan mengalami erosi dan abrasi pantai nah untuk itu pemerintah harus lebih memperhatikan hal
42
ini misalnya untuk sementara dibuat larangan untuk mengambil sumberdaya tersebut dan apabila memang telah terjadi abrasi maka
pemerintah harus membuat talut agar hempasan ombak yang datang tidak sampai merugikan masyarakat sekitar, bukan hanya itu
adapunbeberapa
43
Sumberdaya yang dimanfaatkan masyarakat seperti ikan, cumi-cumi dan gastropoda, ikan
biasanya dicari untuk dijual karena masyarakat disana memiliki perlengkapan untuk menangkap
ikan seperti Perahu, zero dan bodi. Jenis ikan yang biasanya ditangkap oleh Masyarakat ialah
jenis ikan Tuna sedangkan untuk gastropoda biasanya masyarakat mengambilnya untuk
dimakan sebagai pengganti ikan atau biasanya disebut oleh masyarakat disana ialah kegiatan
Bameti daerah pesisir juga dimanfaatkan masyarakat untuk mencuci karena pada wilayah pesisir
terdapat sumber air tawar yang apabila air laut bergerak surut air tawar tersebut akan keluar dan
di manfaatkan masyarakat sebagai tempat untuk mencuci pakaian.
44
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Perlunya perhatian pemerintah dan lembaga adat (kewang) untuk menjaga lingkungan
pesisir dan laut karena yang kita ketahui bahwa lingkungan ini memiliki manfaaat yang besar
bagi masyarakat sekitar untuk tetap memenuhi kebutuhan hidup mereka, apalagi yang bermata
pencaharian sebagai nelayan
45
DAFTAR PUSATAK A
file:///C:/Users/Simbadda/Documents/bab123.pdf
46
LAMPIRAN:
47
48