LANDASAN TEORITS
A. Kebutuhan Air
Hal yang menjadi perhatian yang berkaitan dengan kuantitas air bersih adalah mengenai
pemakaian dan kebutuhan air. Pemakaian air bertitik tolak dari jumlah air yang terpakai dan
sistem yang ada walau bagaimanapun kondisinya. Pemakaian air dapat terbatas oleh karena
terbatasnya air yang tersedia pada sistem yang dipunyai dan belum tentu sesuai dengan
kebutuhannya. Pengertian kebutuhan air adalah jumlah air yang diperlukan secara wajar
untuk keperluan pokok manusia dan kegiatan-kegiatan lainnya yang memerlukan air.
Kebutuhan air menentukan besaran sistem dan ditetapkan berdasarkan pengalaman
pengalaman dan pemakaian air (Chatib, 1996:15).
Kebutuhan air bersih berbeda antara kota yang satu dengan kota yang lainnya. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan air bersih menurut Linsey and Franzini (1986)
adalah :
1. Iklim
2. Ciri-ciri penduduk
3. Masalah lingkungan hidup
4. Keberadaan industri dan perdagangan
5. Iuran air dan meteran
6. Ukuran kota
Berdasarkan standar WHO, jumlah minimal kebutuhan air adalah 60 l/jiwa/hari(Chatib,
1996:19). Kebutuhan ini akan meningkat sampai tercapai pemenuhan kebutuhan yang
memuaskan atau sampai harga air membatasi pemakaian.
B. Proyeksi Penduduk dan Proyeksi Fasilitas
Perkiraan jumlah penduduk yang akan dilayani dalam perencanaan ini disesuaikan
dengan tenggang waktu yang akan ditetapkan mengingat pada jangka waktu tertentu
kebutuhan akan berubah dengan demikian keseluruhan sistem juga akan berubah
akibat pertumbuhan penduduk.
Selain itu akan dipertimbangkan pula faktor-faktor lain misalnya migrasi, adanya
perkembangan industri-industri baru, perkembangan sosial ekonomi serta fasilitas-
fasilitas lainnya.
Beberapa metode untuk memperkirakan pertambahan penduduk yang akan
dikemukakan dalam perencanaan ini yaitu:
1. Metode Aritmetika
Metode ini biasa juga disebut metode rata-rata hitung, Metode Aritmetika
digunakan apabila data berkala menunjukkan jumlah penambahan (absolute
number) yang relatif sama tiap tahunnya.
Rumus Metode Aritmetika adalah:
Pn=P o+ n ×q (1)
Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n
Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar
q = Pertambahan penduduk rata-rata setiap tahun
P2−P1
q= (2)
T 2−T 1
Dimana:
P2 = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir
P1 = Jumlah yang diketahui pada tahun awal
T2 = Tahun terakhir yang diketahui
T1 = Tahun awal yang diketahui
2. Metode Geometrik
Pelaksanaan Metode Geometrik adalah suatu ruas eksponensial, tren
eksponensial sering digunakan untuk meramalkan data atau kejadian lain yang
perkembangan atau pertumbuhannya sangat cepat. Untuk keperluan proyeksi
penduduk, metode ini digunakan bila data jumlah penduduk menunjukkan
peningkatan yang pesat dari waktu ke waktu.
Rumus Metode Geometrik adalah:
Pn=P o ¿ (3)
Dimana:
Pn = Jumlah penduduk pada n tahun yang akan datang
Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar
r = Tingkat pertumbuhan
r =¿ (4)
Dimana:
Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar
Pt = Jumlah penduduk dalam t tahun sebelum dasar
n = Jangka waktu tahun yang akan datang
Metode ini tepat untuk diterapkan pada kasus pertumbuhan ekonominya
tinggi dan perkembangan kotanya pesat.
3. Metode Least Square
Salah satu metode peramalan dengan garis regresi sederhana adalah
dengan menggunakan Metode Least Square.
Persamaan yang digunakan adalah:
Y =a ×n+b (5)
Dimana:
Y = Jumlah penduduk yang akan dihitung
n = Jangka waktu tahunan (selisih tahun rencana dengan tahun dasar yang
memiliki nilai X = 0)
a, b = Koefisien yang konstan
Adapun persamaan a dan b adalah:
n× Σ XY −Σ X × Σ Y
a= (6)
n × Σ X 2−¿ ¿
Σ Y × Σ X 2−Σ X × Σ XY
b= (7)
n × Σ X 2−¿ ¿
4. Koefisien Korelasi
Untuk menentukan rumus yang akan dipakai dalam perhitungan jumlah
penduduk dari beberapa metode, maka perlu dibuat koefisien korelasinya.
Koefisien korelasi digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua
variabel. Angka korelasi yang paling besar (lebih positif) atau yang paling
kecil (lebih negatif) akan menetapkan mana dari keduanya yang akan
digunakan. Nilai dari koefisien korelasi r terletak antara -1 dan +1. Adapun
rumus yang digunakan dalam menghitung koefisien korelasi adalah sebagai
berikut:
n Σ XY −Σ X ΣY (8)
r=
¿¿¿
Dimana:
Y = Jumlah penduduk yang akan dihitung
X = Jangka waktu tahun (selisih tahun dengan tahun dasar) (Bahri
Sangadji, 2008).
5. Proyeksi Fasilitas
Untuk proyeksi fasilitas akan menggunakan rumus sebagai berikut:
Jumlah Penduduk Tahun Perencanaan× Jumlah Fasilitas yang ada sekaran
Proyeksi Fasilitas=
Jumlah Penduduk Tahun Sekarang
(9)
A. Kebutuhan Air
1. Kebutuhan Air Domestik
Kebutuhan domestik adalah kebutuhan air minum untuk rumah tangga
yang terdiri dari sambungan rumah (SR) dan hidran umum (HU). Untuk
mengetahui besarnya kebutuhan air minum domestik untuk periode
perencanaan tertentu maka dilakukan perhitungan proyeksi penduduk. Dimana
perhitungan proyeksi penduduk dilakukan dengan beberapa metode yaitu,
Metode Aritmatika, Metode Geometrik dan Metode Least Square
Kebutuhan air domestik untuk kota dibagi dalam beberapa kategori, yaitu:
a. Kota kategori I ( Metropolitan )
b. Kota kategori II ( Kota Besar )
c. Kota kategori III ( Kota Sedang )
d. Kota kategori IV ( Kota Kecil )
e. Kota kategori V ( Desa )
2. Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung koliform 51-100mg/l. Air
yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, mengairi pertanaman.
3. Air bersih kelas C kategori jelek mengandung koliform 101-1000mg/l. Air yang
peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan,mengairi pertanaman.
4. Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung koliform 1001-2400mg/l. Air
yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman.
5. Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung koliform
lebih2400mg/l.
Air baku yang berkualitas harus memenuhi syarat – syarat yang mencakup sifat– sifat
fisika dan kimia air. Syarat ini harus sesuai dengan standar yang telah dikeluarkan oleh
Depatemen Kesehatan sesuai dengan SK Menkes RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang
Syarat-syarat dan Pengawas Kualitas Air Minum.
Tabel 10 Data Kualitas Air Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
907/Menkes/SK/VII/2002
a. Kontrol pada sumber air dapat dilakukan dengan pemilihan sumber air, control
terhadap sumber polusi yang masuk ke sumber air, perbaikan kualitas sumber,
control pertumbuhan biologi.
Menurut Reynolds (1982: 1), berdasarkan fungsinya unit-unit operasi dan unit-unit
proses di teknik lingkungan dapat diklasifikasikan menjadi 3 klasifikasi, yaitu pengolahan
fisik, kimia dan biologi.
Unit-unit operasi dan proses yang biasa digunakan dalam proses pengolahan air terdiri
dari :
Diagram 3.1.Unit-unit operasi dan proses yang
biasa digunakan dalam proses pengolahan
d. Bak Pengumpul
Bak pengumpul adalah tempat yang diperuntukkan untuk
mengumpulkan air yang telah disadap oleh unit intake sebelum
dialirkan melalui pipa transmisi.
Waktu detensi pada bak pengumpul setidaknya 20 menit atau luas
area yang cukup untuk pembersihan. Dasar sumur minimal 1 meter
dibawah dasar sungai atau tergantung pada kondisi geologis wilayah
perencanaan. Kontruksi sumur disesuaikan dengan kondisi sungai dan
setidaknya terbuat dari beton dengan ketebalan minimal 20 cm atau
lebih tebal
Kriteria Desain (Al-Layla, 1978)
Waktu detensi air dalam sumuran (Td) = maksimal 20
menit
Tebal dinding saluran minimum = 20 cm
2. Koagulasi
Koagulasi adalah proses destabilisasi partikel koloid dengan cara
penambahan senyawa kimia yang disebut koagulan.
Destabilisasi merupakan proses dimana partikel-partikel kolid bersatu
dengan koagulan dan menjadi besar. Koagulan yang digunakan berfungsi
untuk membantu proses flokulasi agar flok dapat terbentuk lebih cepat.
Partikel kolid adalah hampir sama dengan padatan tersuspensi hanya saja
mempunyai ukuran yang lebih kecil yakni kurang dari 1 µm (mikron), dengan
kecepatan pengendapan yang sangat rendah sekali. Partikel kolid ini juga yang
menyebabkan timbulnya kekeruhan. Dengan demikian partikel-partikel kolid
yang ada pada awalnya sukar dipisahkan dari air, setelah proses koagulasi
akan menjadi kumpulan partikel yang lebih besar sehingga mudah dipisahkan
dengan cara sedimentasi, filtrasi atau proses pemisahan lainnya yang lebih
mudah (Idaman.Said Nusa,2005:153).
Koagulan
Coagulant
a. Sistem Inlet
Saluran inlet berbentuk segi empat yang merupakan saluran yang
menyalurkan air baku pipa transmisi ke V-Notch, dimana:
Kriteria desain:
Debit yang masuk ke inlet = 0.014 m3/detik
Lebar saluran inlet (w) = 0.6 meter
Panjang saluran inlet (Linlet) = 1.5 meter
b. Pelimpah (V-Notch)
Terjunan (Pelimpah) untuk unit koagulasi menggunakan V-Notch.
c. Sistem Outlet
Saluran outlet berbentuk segi empat, dimana
Debit outlet = 0.014 m3/detik
Lebar saluran outlet (w) = 0.5 meter
Panjang saluran outlet (L) = 1.5 meter
3. Flokulasi
Menurut Reynolds (1982:556), flokulasi adalah pengadukan lambat air
yang telah ditambahkan koagulan untuk mengumpulkan partikel yang sudah
dia destabilisasi sehingga dapat membentuk flok. Terbentuknya flok-flok
menjadi lebih besar sehingga berat jenisnya lebih daripada air, maka flok-flok
tersebut akan lebih mudah mengendap di unit sedimentasi.
Pengadukan lambat dapat dilakukan di unit sedimentasi.
Pengadukan lambat dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
a. Pengadukan mekanis
Merupakan metoda pengadukan menggunakan peralatan mekanis
yang terdiri atas motor, poros pengaduk (shaft), dan alat pengaduk
(impeller).
b. Pengadukan hidrolis
Merupakan metoda pengadukan yang memanfaatkan aliran air
sebagai tenaga pengadukan. Tenaga pengadukan ini dihasilkan dari
energi hidrolik yang dihasilkan dari suatu aliran hidrolik. Energi
hidrolik dapat berupa energi gesek, energi potensial (jatuhan) atau
adanya lompatan hidrolik dalam suatu aliran. Contoh pengadukan
hidrolis untuk pengadukan lambat adalah kanal bersekat (baffle
channel), perforated wall, loncatan hidrolik, gravel bed dan
sebagainya.
Secara spesifik, nilai G dan waktu detensi untuk proses flokulasi adalah
sebagai berikut:
Ga
mbar 11 Bak sedimentasi bentuk segi empat: denah (a), potongan
memanjang (b)
b. Lingkaran (circular) - center feed.
Pada bak ini, air masuk melalui pipa menuju inlet bak di bagian
tengah bak, kemudian air mengalir horisontal dari inlet menuju outlet
di sekeliling bak, sementara partikel mengendap ke bawah. Secara
tipikal bak persegi mempunyai rasio panjang : lebar antara 2 : 1 – 3 : 1.
Gam
bar 13 Bak sedimentasi bentuk lingkaran – periferal feed: denah (a),
potongan melintang (b)
Bagian-bagian bak sedimentasi:
a. Zona Inlet atau struktrur influent: tempat air masuk ke dalam bak. Zona
inlet mendistribusikan aliran air secara merata pada bak sedimentasi
dan menyebarkan kecepatan aliran yang baru masuk. Jika dua fungsi
ini dicapai, karakteristik aliran hidrolik dari bak akan lebih mendekati
kondisi bak ideal dan menghasilkan efisiensi yang lebih baik. Zona
influen didesain secara berbeda untuk kolam rectangular dan circular.
Khusus dalam pengolahan air, bak sedimentasi rectangular dibangun
menjadi satu dengan bak flokulasi. Sebuah baffle atau dinding
memisahkan dua kolam dan sekaligus sebagai inlet bak sedimentasi.
Disain dinding pemisah sangat penting, karena kemampuan bak
sedimentasi tergantung pada kualitas flok.
b. Zona pengendapan: tempat flok/partikel mengalami proses
pengendapan. Dalam zona ini, air mengalir pelan secara horisontal ke
arah outlet, dalam zona ini terjadi proses pengendapan. Lintasan
partikel tergantung pada besarnya kecepatan pengendapan.
c. Zona lumpur: tempat lumpur mengumpul sebelum diambil ke luar bak.
Kadang dilengkapi dengan sludge collector/scrapper. Dalam zona ini
lumpur terakumulasi. Sekali lumpur masuk area ini ia akan tetap
disana.
d. Zona Outlet atau struktur efluent: tempat di mana air akan
meninggalkan bak, biasanya berbentuk pelimpah (weir). Seperti zona
inlet, zona outlet mempunyai pengaruh besar dalam mempengaruhi
pola aliran dan karakteristik pengendapan flok pada bak sedimentasi.
Biasanya weir/pelimpah dan bak penampung limpahan digunakan
untuk mengontrol outlet pada bak sedimentasi. Selain itu, pelimpah
tipe V-notch atau orifice terendam biasanya juga dipakai. Diantara
keduanya, orifice terendam yang lebih baik karena memiliki
kecenderungan pecahnya sisa flok lebih kecil selama pengaliran dari
bak sedimentasi menuju filtrasi.
Gambar 14 Bagian-bagian bak sedimentasi
Selain bagian-bagian utama di atas, sering bak sedimentasi dilengkapi
dengan settler. Settler dipasang pada zona pengendapan dengan tujuan untuk
meningkatkan efisiensi pengendapan.
Gamba
r 15 settler pada bak sedimentasi
Beberapa kriteria desain untuk bak sedimentasi adalah sebagai berikut:
Kriteria Desain:
Jarak antar plate (w) =
(5 – 10) cm
Bilangan Reynold (Nre) = <
2000
Bilangan Froud (NFr) = >
10-5
Efisiensi penyisihan =
(90 – 95) %
Kecepatan mengendap awal untuk mendapatkan flok (vo) =
(0.2 – 0.9) mm/detik = (0.002 – 0.009) meter/detik
Sudut kemiringan plate sttler (α) =
(45 – 75)º
Ratio panjang : lebar =
(4 -6) : 1
Ratio lebar : tinggi =
(3 – 6) : 1
Lebar zone inlet =
25% panjang zone pengendapan
Beban pelimpah =
(250 – 500) m3/m2/hari
Waktu detensi (td) dalam plate settler =
minimum 4 menit
5. Filtrasi
Proses yang terjadi pada unit filter adalah penyaringan (filtrasi). Filtrasi
merupakan proses alami yang terjadi di dalam tanah, yaitu air tanah melewati
media berbutir dalam tanah dan terjadi proses penyaringan. Dengan meniru
proses alam ini, dikembangkan rekayasa dalam bentuk unit filter.
Tujuan filtrasi adalah untuk menghilangkan partikel yang tersuspensi dan
koloidal dengan cara menyaringnya dengan media filter. Selain itu, filtrasi
dapat menghilangkan bakteri secara efektif dan juga membantu penyisihan
warna, rasa, bau, besi dan mangan.
Berdasarkan kecepatan alirannya, filtrasi dibagi menjadi:
a. Slow sand filter (saringan pasir lambat)
Filter ini merupakan penyaringan partikel yang tidak didahului
proses pengolahan kimiawi (koagulasi). Kecepatan aliran dalam media
pasir ini kecil karena ukuran media pasir lebih kecil. Saringan pasir
lambat lebih menyerupai penyaringan air secara alami.