Anda di halaman 1dari 28

BAB III

LANDASAN TEORITS

A. Kebutuhan Air

Hal yang menjadi perhatian yang berkaitan dengan kuantitas air bersih adalah mengenai
pemakaian dan kebutuhan air. Pemakaian air bertitik tolak dari jumlah air yang terpakai dan
sistem yang ada walau bagaimanapun kondisinya. Pemakaian air dapat terbatas oleh karena
terbatasnya air yang tersedia pada sistem yang dipunyai dan belum tentu sesuai dengan
kebutuhannya. Pengertian kebutuhan air adalah jumlah air yang diperlukan secara wajar
untuk keperluan pokok manusia dan kegiatan-kegiatan lainnya yang memerlukan air.
Kebutuhan air menentukan besaran sistem dan ditetapkan berdasarkan pengalaman
pengalaman dan pemakaian air (Chatib, 1996:15).

Kebutuhan air bersih berbeda antara kota yang satu dengan kota yang lainnya. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan air bersih menurut Linsey and Franzini (1986)
adalah :

1. Iklim
2. Ciri-ciri penduduk
3. Masalah lingkungan hidup
4. Keberadaan industri dan perdagangan
5. Iuran air dan meteran
6. Ukuran kota
Berdasarkan standar WHO, jumlah minimal kebutuhan air adalah 60 l/jiwa/hari(Chatib,
1996:19). Kebutuhan ini akan meningkat sampai tercapai pemenuhan kebutuhan yang
memuaskan atau sampai harga air membatasi pemakaian.
B. Proyeksi Penduduk dan Proyeksi Fasilitas
Perkiraan jumlah penduduk yang akan dilayani dalam perencanaan ini disesuaikan
dengan tenggang waktu yang akan ditetapkan mengingat pada jangka waktu tertentu
kebutuhan akan berubah dengan demikian keseluruhan sistem juga akan berubah
akibat pertumbuhan penduduk.
Selain itu akan dipertimbangkan pula faktor-faktor lain misalnya migrasi, adanya
perkembangan industri-industri baru, perkembangan sosial ekonomi serta fasilitas-
fasilitas lainnya.
Beberapa metode untuk memperkirakan pertambahan penduduk yang akan
dikemukakan dalam perencanaan ini yaitu:
1. Metode Aritmetika
Metode ini biasa juga disebut metode rata-rata hitung, Metode Aritmetika
digunakan apabila data berkala menunjukkan jumlah penambahan (absolute
number) yang relatif sama tiap tahunnya.
Rumus Metode Aritmetika adalah:
Pn=P o+ n ×q (1)
Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n
Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar
q = Pertambahan penduduk rata-rata setiap tahun
P2−P1
q= (2)
T 2−T 1
Dimana:
P2 = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir
P1 = Jumlah yang diketahui pada tahun awal
T2 = Tahun terakhir yang diketahui
T1 = Tahun awal yang diketahui

2. Metode Geometrik
Pelaksanaan Metode Geometrik adalah suatu ruas eksponensial, tren
eksponensial sering digunakan untuk meramalkan data atau kejadian lain yang
perkembangan atau pertumbuhannya sangat cepat. Untuk keperluan proyeksi
penduduk, metode ini digunakan bila data jumlah penduduk menunjukkan
peningkatan yang pesat dari waktu ke waktu.
Rumus Metode Geometrik adalah:
Pn=P o ¿ (3)
Dimana:
Pn = Jumlah penduduk pada n tahun yang akan datang
Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar
r = Tingkat pertumbuhan
r =¿ (4)
Dimana:
Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar
Pt = Jumlah penduduk dalam t tahun sebelum dasar
n = Jangka waktu tahun yang akan datang
Metode ini tepat untuk diterapkan pada kasus pertumbuhan ekonominya
tinggi dan perkembangan kotanya pesat.
3. Metode Least Square
Salah satu metode peramalan dengan garis regresi sederhana adalah
dengan menggunakan Metode Least Square.
Persamaan yang digunakan adalah:
Y =a ×n+b (5)
Dimana:
Y = Jumlah penduduk yang akan dihitung
n = Jangka waktu tahunan (selisih tahun rencana dengan tahun dasar yang
memiliki nilai X = 0)
a, b = Koefisien yang konstan
Adapun persamaan a dan b adalah:
n× Σ XY −Σ X × Σ Y
a= (6)
n × Σ X 2−¿ ¿
Σ Y × Σ X 2−Σ X × Σ XY
b= (7)
n × Σ X 2−¿ ¿
4. Koefisien Korelasi
Untuk menentukan rumus yang akan dipakai dalam perhitungan jumlah
penduduk dari beberapa metode, maka perlu dibuat koefisien korelasinya.
Koefisien korelasi digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua
variabel. Angka korelasi yang paling besar (lebih positif) atau yang paling
kecil (lebih negatif) akan menetapkan mana dari keduanya yang akan
digunakan. Nilai dari koefisien korelasi r terletak antara -1 dan +1. Adapun
rumus yang digunakan dalam menghitung koefisien korelasi adalah sebagai
berikut:
n Σ XY −Σ X ΣY (8)
r=
¿¿¿
Dimana:
Y = Jumlah penduduk yang akan dihitung
X = Jangka waktu tahun (selisih tahun dengan tahun dasar) (Bahri
Sangadji, 2008).
5. Proyeksi Fasilitas
Untuk proyeksi fasilitas akan menggunakan rumus sebagai berikut:
Jumlah Penduduk Tahun Perencanaan× Jumlah Fasilitas yang ada sekaran
Proyeksi Fasilitas=
Jumlah Penduduk Tahun Sekarang
(9)
A. Kebutuhan Air
1. Kebutuhan Air Domestik
Kebutuhan domestik adalah kebutuhan air minum untuk rumah tangga
yang terdiri dari sambungan rumah (SR) dan hidran umum (HU). Untuk
mengetahui besarnya kebutuhan air minum domestik untuk periode
perencanaan tertentu maka dilakukan perhitungan proyeksi penduduk. Dimana
perhitungan proyeksi penduduk dilakukan dengan beberapa metode yaitu,
Metode Aritmatika, Metode Geometrik dan Metode Least Square
Kebutuhan air domestik untuk kota dibagi dalam beberapa kategori, yaitu:
a. Kota kategori I ( Metropolitan )
b. Kota kategori II ( Kota Besar )
c. Kota kategori III ( Kota Sedang )
d. Kota kategori IV ( Kota Kecil )
e. Kota kategori V ( Desa )

Tabel 7 Kriteria Perencanaan Air Bersih


Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk
Kota Sedang Kota Kecil Pedesaan
No Uraian Satuan
100.000 - 20.000 -
3.000 - 20.000
500.000 100.000
Konsumsi
Unit
1 Sambungan Liter/o/h 100 - 150 100 - 130 90 - 100
Rumah
Konsumsi
2 Unit Hidran Liter/o/h 30 30 30
Umum
Konsumsi
Unit Non
Domestik
3 % 25 - 30 20 - 25 10 - 20
Terhadap
Konsumsi
Domestik
Kehilangan
4 % 15 - 20 15 - 20 15 - 20
Air
Faktor Hari
5 1.1 - 1.25 1.1 - 1.25 1.1 - 1.25
Maksimum
Faktor Jam
6 1.5 - 2.0 1.5 - 2.0 1.5 - 2.0
Puncak
Jumlah
7 Jiwa 6 6 6
Jiwa per SR
Jumlah
8 Jiwa per Jiwa 100 - 200 100 - 200 100 - 200
HU
Jam
9 Jam 24 24 24
Operasi
10 SR/HU % 80 - 20 70 - 30 70 - 30
Sumber : Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996
Sesuai dengan Millenium Development Goals (MDG) pedoman yang perlu
diketahui selain proyeksi jumlah penduduk dalam memprediksi jumlah
kebutuhan air bersih adalah (Yunanto, 2007) :
a. Tingkat Pelayanan
b. Jumlah Penduduk Terlayani
Cakupan pelayanan air bersih kepada masyarakat rata-rata tingkat
nasional adalah 70 - 80% dari jumlah penduduk, persamaan cakupan
pelayanan air bersih sebagai berikut :
Cp=% x Pn (10)
Dimana
Cp : Cakupan pelayanan air bersih
Pn : Jumlah penduduk pada tahun ke-n
c. Pelayanan Sambungan Langsung (Rumah)
Jumlah penduduk yang mendapatkan air bersih melalui sambungan
rumah adalah :
Sl=% x Cp (11)
Dimana
Cp : Cakupan pelayanan air bersih
Sl : Pelayanan air dengan sambungan langsung
d. Kebutuhan Air Sambungan Langsung (Rumah)
Jumlah kebutuhan air untuk sambungan langsung, dengan
persamaan sebagai berikut :
Kebutuhan Air SR = S1 x Standar Pemakaian Air (12)
Dimana:
Kebutuhan Air SR : liter/detik
Sl (Pelayanan air sambungan langsung) : jiwa
e. Pelayanan Sambungan Tidak Langsung (Hidran Umum)
Sambungan tak langsung atau sambungan bak umum adalah
sambungan untuk melayani penduduk tidak mampu dimana sebuah bak
umum dapat melayani kurang lebih 100 jiwa atau sekitar 20 keluarga.
Jumlah penduduk yang mendapatkan air bersih melalui sambungan tak
langsung atau bak umum dihitung dengan rumus :
Sb=% x Cp (13)
Dimana
Cp : Cakupan pelayanan air bersih
Sb : Pelayanan air dengan sambungan tidak langsung
f. Kebutuhan Air Sambungan Tidak Langsung (Hidran Umum)
Jumlah kebutuhan air untuk sambungan tidak langsung, dengan
persamaan sebagai berikut :
Kebutuhan Air HU = Sb x Standar Pemakaian Air (14)
Dimana:
Kebutuhan Air HU : liter/detik
Sb (Pelayanan air sambungan tidak langsung) : jiwa
g. Kebutuhan Air Domestik (Total)
Kebutuhan air domestik (total) (liter/detik) dapat dicari dengan
menjumlahkan kebutuhan air untuk sambungan rumah dan kebutuhan
air untuk hidran umum.
2. Kebutuhan Air Non Domestik
Kebutuhan air minum non domestik adalah kebutuhan air minum untuk
fasilitas-fasilitas sosial ekonomi dan budaya yang terdapat pada suatu daerah
perencanaan. Penentuan kebutuhan air minum untuk non domestik dilakukan
dengan menggunakan standar kebutuhan air minum yang telah ditetapkan oleh
Departemen Pekerjaan Umum.
Tabel 8 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kota Kategori I, II, III, IV
Fasilitas Standar Kebutuhan
Sekolah 10 liter/murid/hari
Rumah Sakit 200 liter/tempat tidur/hari
Puskesmas 2 m³/hari
Masjid sampai 2 m³/hari
Kantor 10 liter/pegawai/hari
Pasar 12 m³/ha/hari
Hotel 150 liter/tempat tidur/hari
Rumah Makan 100 liter/tempat duduk/hari
Komplek Militer 60 liter/orang/hari
Kawasan Industri 0,2 - 0,8 liter/ha/detik
Kawasan Pariwisata 0,1 - 0,3 liter/ha/detik
Sumber : Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1998

Tabel 9 Standar Kebutuhan Air Fasilitas Perkotaan


Unit Standar (liter/unit/hari)
Warung / Toko 500
Perkantoran 1.400
Bank 1.100
Kantor Koperasi 1.100
Kantor Asuransi 1.100
Penginapan 1.900
Terminal 2.000
Pendidikan Standar (liter/unit/hari)
TK 2.000
SD 2.000
SMP 2.000
SMU 2.000
Perguruan Tinggi 2.000
Kesehatan Standar (liter/unit/hari)
Balai Pengobatan 1.000
Rumah Bersalin 600
Apotik 100
Puskesmas 1.000
Rumah sakit Umum 2.000
Tempat Ibadah Standar (liter/unit/hari)
Masjid Kecamatan 800
Masjid Kelurahan 800
Langgar 500
Gereja 300
Pura 100
Vihara 100
Tempat Umum dan Rekreasi Standar (liter/unit/hari)
Bioskop 2.000
Ruang Serba Guna 1.000
Balai Pertemuan 1.000
Kantor Pos 2.000
Pos Pemadam Kebakaran 2.000
Pos Polisi 2.000
Olah Raga dan Ruang
Standar (liter/unit/hari)
Terbuka
Tempat bermain 1.000
Lapangan Olah raga 2.000
Kantor Standar (liter/unit/hari)
Kantor menengah 2.000
Kantor Kecil 2.500
Sumber : Dept. Pekerjaan Umum, 1996.
Kebutuhan air non domestik dapat dicari dengan menghitung kebutuhan
air pada tiap fasilitas (liter/detik), kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan
kebutuhan air non domestik total.
C. Kualitas Air Baku

Kualitas air bersih apabila ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya


menurutSK.Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK PKA
Tahun2000/2001,dapat dibedakan ke dalam 5 kategori sebagaiberikut :

1. Air bersih kelas A ketegori baik mengandung total koliform kurang


dari 50. Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum.

2. Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung koliform 51-100mg/l. Air
yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, mengairi pertanaman.
3. Air bersih kelas C kategori jelek mengandung koliform 101-1000mg/l. Air yang
peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan,mengairi pertanaman.

4. Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung koliform 1001-2400mg/l. Air
yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman.
5. Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung koliform
lebih2400mg/l.
Air baku yang berkualitas harus memenuhi syarat – syarat yang mencakup sifat– sifat
fisika dan kimia air. Syarat ini harus sesuai dengan standar yang telah dikeluarkan oleh
Depatemen Kesehatan sesuai dengan SK Menkes RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang
Syarat-syarat dan Pengawas Kualitas Air Minum.
Tabel 10 Data Kualitas Air Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
907/Menkes/SK/VII/2002

(Sumber : Digilib, Unpas. 2010)


Agar baku mutu air minum dapat terpenuhi, maka diperlukan berbagai usahan untuk
menjaga kualitas air, yaitu (winarni, 1996 : 17) :

a. Kontrol pada sumber air dapat dilakukan dengan pemilihan sumber air, control
terhadap sumber polusi yang masuk ke sumber air, perbaikan kualitas sumber,
control pertumbuhan biologi.

b. Instalasi pengolahan air yang tepat

c. Kontrol pada sistem transmisi dan distribusi untuk mencegah kontaminan.

C. Proses Pengolahan Air

Menurut Reynolds (1982: 1), berdasarkan fungsinya unit-unit operasi dan unit-unit
proses di teknik lingkungan dapat diklasifikasikan menjadi 3 klasifikasi, yaitu pengolahan
fisik, kimia dan biologi.

Unit-unit operasi dan proses yang biasa digunakan dalam proses pengolahan air terdiri

dari :
Diagram 3.1.Unit-unit operasi dan proses yang
biasa digunakan dalam proses pengolahan

(Sumber: Rahman, 2005)


D. Unit-Unit Pengolahan Air Minum
1. Intake
Intake merupakan bangunan yang diletakkan di sumber air yang fungsinya
untuk menangkap air baku untuk kemudian dialirkan melalui pipa transmisi
menuju bangunan pengolahan.
Secara umum terdapat beberapa fungsi dari bangunan intake, diantaranya:
a. Mengumpulkan air dari sumber untuk menjaga kuantitas debit air yang
dibutuhkan oleh instalasi.
b. Menyaring benda-benda kasar dengan menggunakan bar screen.
c. Mengambil air baku sesuai debit yang diperlukan instalasi pengolahan
yang direncanakan demi menjaga kontinuitas penyediaan dan
pengambilan air dari sumbernya.
Kualitas air yang dimanfaatkan untuk pengolahan pada bangunan intake
biasanya kurang baik namun secara kuantitas airnya cukup banyak. Dalam
menentukan titik pengambilan air didasarkan pada variasi kualitas air
permukaan dimana terdapat adanya variasi yang konstan (tidak berfluktuasi).
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun sistem intake ini
adalah:
a. Ditempatkan pada tempat yang tidak ada arus/aliran yang merusak,
sehingga tidak akan terjadi gangguan dalam penyediaan air baku dan
sedekat mungkin dengan instalasi pengolahan.
b. Tanah disekitar intake harus stabil, diharapkan tidak akan terkena erosi
akibat arus pada sungai, jika intake diletakkan dekat belokan sungai,
bagian terbaik untuk meletakkannya adalah di lingkungan sungai di
bagian luuar, bila intake diletakkan di lengkungan bagian dalam maka
dinding sungai akan tergerus oleh air sehingga ketinggian air akan
berkurang, banyak terdapat pasir dan tumpukan sampah.
c. Tersedianya jalan yang bebas rintangan menuju intake.
d. Mulut intake harus berada di bawah muka air sungai guna mencegah
masuknya bahan-bahan terbawanya pasir atau endapan kasar.
e. Mempunyai jarak dari pinggir sungai guna mencegah terjadinya
kontaminasi tercampurnya padatan (tanah) dengan air yang akan
ditangkap
f. Intake harus diletakkan di hulu sungai.
g. Dipasang saringan untuk menahan sampah dan plastik
h. Harus mudah dibersihkan, misalnya pengambilan lumut dan endapan
pasir.
Menurut Susumu Kawamura 1991, pemilihan lokasi intake harus
berdasarkan pada:
a. Mendapatkan air dengan kualitas terbaik setelah melewati prosedur-
prosedur tertentu guna menghindari pencemaran sumber air.
b. Perkiraan kemungkinan perubahan yang terjadi.
c. Minimisasi efek-efek yang diakibatkan oleh banjir dan sampah.
d. Memungkinkan terjadinya pertumbuhan fasilitas dimasa mendatang.
e. Minimisasi efek keberadaan sistem intake terhadap kehidupan akuatik
yang ada.
f. Mendapatkan kondisi geologi yang baik.
g. Peletakan intake tidak boleh mengganggu atau menimbulkan konflik
program-program peningkatan sungai dikemudian hari.

Gambar 3 Perletakan Intake


Bangunan intake memiliki tipe yang bermacam-macam diantaranya
adalah:
a. Direct Intake
Dugunakan untuk sumber air yang dalam seperti sungai atau danau
dengan kedalaman yang cukup tinggi. Intake jenis ini memungkinkan
terjadinya erosi pada erosi pada dinding dan pengendapan di bagian
dasarnya.
b. Indirect Intake
 River Intake
Menggunakan pipa penyadap dalam bentuk sumur
pengumpul. Intake ini lebih ekonomis untuk air sungai yang
mempunyai perbedaan level muka air pada musim hujan dan
musim kemarau yang cukup tinggi.
 Canal Intake
Digunakan untuk air yang berasal dari kanal. Dinding
chamber sebagian terbuka ke arah kanal dan dilengkapi dengan
pipa pengolahan selanjutnya.
 Reservoir Intake
Dugunakan untuk air yang berasal dari dam dengan mudah
menggunakan menara intake. Menara intake dengan dam dibuat
terpisah dan diletakkan di bagian hulu. Untuk mengatasi
fluktuasi level muka air. Inlet dengan beberapa level diletakkan
pada menara.
c. Spring Intake
Digunakan untuk air baku dari mata air/air tanah.
d. Intake Tower
Digunakan untuk air permukaan dengan kedalaman air berada
dalam level tertentu.
e. Gate Intake
Berfungsi sebagai screen dan merupakan pintu air pada
prasedimentasi.
Unit intake terdiri dari beberapa bagian yaitu:
a. Pintu Air
Pintu air dalam saluran intake diperlukan:
 Untuk mengatur jumlah aliran air yang akan masuk ke saluran
pipa pembawa.
 Muka air pada sumber mengalami fluktuasi sedangkan
pengaliran yang berlebiham dapat memperlambat aliran
sehingga perlu dilakukan pembukaan pintu air agar dicapai
debit pengaliran yang diinginkan.
Kriteria Desain:
 Debit pengolahan = 14.0049 liter/detik
= 0.014 m3/detik
 Tinggi maksimum muka air = 2 meter
 Kecepatan aliran = 0.3 – 0.6 meter/detik
b. Bar Screen
Bar Screen berfungsi untuk menyisihkan benda-benda kasar yang
melayang, sehingga tidak mengganggu pengoperasian unit pengolahan
selanjutnya. Contoh benda-benda kasar yaitu daun, plastik, kayu, kain,
botol plastik, bangkai binatang, dan sebagainya. Screening biasanya
menjadi bagian dari suatu bangunan penyadap air yang terdiri atas
batang-batang besi yang disusun berjajar/paralel (selanjutnya disebut
screen) Screening juga sering ditempatkan pada saluran terbuka yang
menghubungkan sungai (sumber air) menuju ke bak pengumpul.

Gambar 4 Screen di intake (atas), potongan memanjang saluran dan


screen dalam suatu saluran
Banyaknya kotoran yang tertahan pada bar screen akan
meningkatkan kehilangan tekanan sehingga perlu dibersihkan
pembersihan dapat dilakukan secara manual maupun mekanis.
Pembersihan secara manual merupakan pembersihan yang
menggunakan tenaga manusia dengan cara mengambil (menggaruk)
benda yang tersangkut di screen dibawa ke atas atau disingkarkan dari
screen. Pembersihan ini dilakukan secara berkala dan tidak boleh
melebihi kondisi setengah tersumbat karena dikhawatirkan
headlossnya melebihi batas yang ditentukan sehingga air tidak
mengalir ke unit pengolahan berikutnya.
Pembersihan mekanik mengandalkan tenaga mekanis, yaitu alat
pengambil (penggaruk) benda yang tersankut di screen yang berjalan
terus-menerus dengan digerakkan oleh motor. Pemilihan tergantung
dari beban yang diterima, jika beban berat dapat menggunakan
peralatan mekanis yang bekerja secara otomatis, sedangkan beban
yang relatif ringan dapat dilakukan secara manual.

Gambar 5 Pembersihan screen secara manual

Gambar 6 Pembersihan screen secara mekanis


Kriteria desain untuk bar screen adalah:
 Tinggi dan kemiringan screen harus memenuhi pada saat tinggi
air maksimum dan tinggi air minimum dengan head loss ≤ 15
cm (Al-Layla, 1978).
 Bukaan antara screen/jarak antar kisi : 25 – 50
mm (Babbit, 1967).
 Sudut antar kisi-kisi dengan bidang horizontal (α) : 45º - 60º
 Lebar penampang batang (w) : 5 – 15
mm
 Kecepatan aliran air (V) : 0.3 – 0.6
meter/detik
 Lebar saluran pembawa : 75 cm
 Panjang penampang batang (p) : 25 – 75
mm
 Kecepatan melalui bar screen (Vs) : 0.9
meter/detik
 Faktor Kirschmer
Tabel 11 Faktor Kirschmer
Kriteria
No Keterangan
Desain
1 Faktor Kirschmer (ß)  
  - Bentuk bulat lingkaran 1.79
- Persegi dengan sisi depan (upstream) dan
  belakang (downstream) setengah lingkaran 1.67
- Persegi dengan sisi depan (upstream)
  setengah lingkaran 1.83
  - Persegi 2.42
  - Bulat telur 10.76
Sumber: Syed. R. Qasim, 1985
c. Saluran Pembawa
Saluran pembawa dibuat untuk membawa air baku dari pintu air
menuju ke bak pengumpul.

d. Bak Pengumpul
Bak pengumpul adalah tempat yang diperuntukkan untuk
mengumpulkan air yang telah disadap oleh unit intake sebelum
dialirkan melalui pipa transmisi.
Waktu detensi pada bak pengumpul setidaknya 20 menit atau luas
area yang cukup untuk pembersihan. Dasar sumur minimal 1 meter
dibawah dasar sungai atau tergantung pada kondisi geologis wilayah
perencanaan. Kontruksi sumur disesuaikan dengan kondisi sungai dan
setidaknya terbuat dari beton dengan ketebalan minimal 20 cm atau
lebih tebal
Kriteria Desain (Al-Layla, 1978)
 Waktu detensi air dalam sumuran (Td) = maksimal 20
menit
 Tebal dinding saluran minimum = 20 cm
2. Koagulasi
Koagulasi adalah proses destabilisasi partikel koloid dengan cara
penambahan senyawa kimia yang disebut koagulan.
Destabilisasi merupakan proses dimana partikel-partikel kolid bersatu
dengan koagulan dan menjadi besar. Koagulan yang digunakan berfungsi
untuk membantu proses flokulasi agar flok dapat terbentuk lebih cepat.
Partikel kolid adalah hampir sama dengan padatan tersuspensi hanya saja
mempunyai ukuran yang lebih kecil yakni kurang dari 1 µm (mikron), dengan
kecepatan pengendapan yang sangat rendah sekali. Partikel kolid ini juga yang
menyebabkan timbulnya kekeruhan. Dengan demikian partikel-partikel kolid
yang ada pada awalnya sukar dipisahkan dari air, setelah proses koagulasi
akan menjadi kumpulan partikel yang lebih besar sehingga mudah dipisahkan
dengan cara sedimentasi, filtrasi atau proses pemisahan lainnya yang lebih
mudah (Idaman.Said Nusa,2005:153).
Koagulan

Coagulant

Gambar 7 Proses Koagulasi


Bagian integral dari proses koagulasi adalah pengadukan dan pencampuran
cepat (flash mixing). Tujuannya untuk mencampur dan mendistribusikan
bahan kimia ke seluruh bagian air baku secara merata. Pengadukan dan
pencampuran cepat dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu mekanis,
hidrolis, dan pneumatis.
a. Pengadukan mekanis adalah metoda pengadukan menggunakan alat
pengaduk berupa impeller yang digerakkan dengan motor bertenaga
listrik. Umumnya pengadukan mekanis terdiri dari motor, poros
pengaduk, dan gayung pengaduk (impeller).
Gambar 8 Pengadukan cepat dengan alat pengaduk
b. Pengadukan hidrolis adalah pengadukan yang memanfaatkan gerakan
air sebagai tenaga pengadukan. Sistem pengadukan ini menggunakan
energi hidrolik yang dihasilkan dari suatu aliran hidrolik. Energi
hidrolik dapat berupa energi gesek, energi potensial (jatuhan) atau
adanya lompatan hidrolik dalam suatu aliran.

Gambar 9 Pengadukan cepat dengan terjunan


c. Pengadukan pneumatis adalah pengadukan yang menggunakan udara
(gas) berbentuk gelembung yang dimasukkan ke dalam air sehingga
menimbulkan gerakan pengadukan pada air. Injeksi udara bertekanan
ke dalam suatu badan air akan menimbulkan turbulensi, akibat
lepasnya gelembung udara ke permukaan air. Makin besar tekanan
udara, kecepatan gelembung udara yang dihasilkan makin besar dan
diperoleh turbulensi yang makin besar pula.

Gambar 10 Pengadukan cepat secara pneumatis

a. Sistem Inlet
Saluran inlet berbentuk segi empat yang merupakan saluran yang
menyalurkan air baku pipa transmisi ke V-Notch, dimana:
Kriteria desain:
 Debit yang masuk ke inlet = 0.014 m3/detik
 Lebar saluran inlet (w) = 0.6 meter
 Panjang saluran inlet (Linlet) = 1.5 meter
b. Pelimpah (V-Notch)
Terjunan (Pelimpah) untuk unit koagulasi menggunakan V-Notch.
c. Sistem Outlet
Saluran outlet berbentuk segi empat, dimana
 Debit outlet = 0.014 m3/detik
 Lebar saluran outlet (w) = 0.5 meter
 Panjang saluran outlet (L) = 1.5 meter
3. Flokulasi
Menurut Reynolds (1982:556), flokulasi adalah pengadukan lambat air
yang telah ditambahkan koagulan untuk mengumpulkan partikel yang sudah
dia destabilisasi sehingga dapat membentuk flok. Terbentuknya flok-flok
menjadi lebih besar sehingga berat jenisnya lebih daripada air, maka flok-flok
tersebut akan lebih mudah mengendap di unit sedimentasi.
Pengadukan lambat dapat dilakukan di unit sedimentasi.
Pengadukan lambat dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
a. Pengadukan mekanis
Merupakan metoda pengadukan menggunakan peralatan mekanis
yang terdiri atas motor, poros pengaduk (shaft), dan alat pengaduk
(impeller).
b. Pengadukan hidrolis
Merupakan metoda pengadukan yang memanfaatkan aliran air
sebagai tenaga pengadukan. Tenaga pengadukan ini dihasilkan dari
energi hidrolik yang dihasilkan dari suatu aliran hidrolik. Energi
hidrolik dapat berupa energi gesek, energi potensial (jatuhan) atau
adanya lompatan hidrolik dalam suatu aliran. Contoh pengadukan
hidrolis untuk pengadukan lambat adalah kanal bersekat (baffle
channel), perforated wall, loncatan hidrolik, gravel bed dan
sebagainya.
Secara spesifik, nilai G dan waktu detensi untuk proses flokulasi adalah
sebagai berikut:

a. Untuk air sungai:


Td = minimum 20 menit
G = 10 – 50 detik-1
b. Untuk air waduk:
Td = 30 menit
G = 10 – 75 detik-1
c. Untuk air keruh:
Td dan G lebih rendah
d. Bila menggunakan garam besi sebagai koagulan:
G tidak lebih dari 50 detik-1
e. Untuk penurunan kesadahan (pelarut kapur/soda):
Td = minimum 30 menit
f. Untuk presipitasi kimia (penurunan fosfat, logam berat, dan lain-lain):
Td = 15 – 30 menit
G = 20 – 75 detik-1
Gtd =10000 – 100000
4. Sedimentasi
Sedimentasi atau pengendapan adalah suatu unit operasi untuk
menghilangkan materi tersuspensi atau flok kimia secara gravitasi. Proses
sedimentasi pada pengolahan air bersih umumnya untuk menghilangkan
padatan tersuspensi sebelum dilakukan proses pengolahan selanjutnya
(Said.Nusa.Idaman,2005).
Jenis pengendapan partikel pada sedimentasi dapat dibedakan menjadi 2
jenis pengendapan, yaitu:
a. Pengendapan partikel Discrete, pengendapan yang terjadi akibat gaya
gravitasi dan mempunyai kecepatan pengendapan yang relatif konstan
tanpa dipengaruhi oleh adanya perubahan partikel dan berat jenis.
b. Pengendapan partikel Flocculant, yaitu pengendapan yang terjadi
akibat gaya gravitasi dan mempunyai percepatan pengendap per satuan
waktu sesuai dengan pertambahan ukuran partikel flocculant.

Bentuk-bentuk bak sedimentasi:

a. Segi empat (rectangular)


Pada bak ini, air mengalir horisontal dari inlet menuju outlet,
sementara partikel mengendap ke bawah

Ga
mbar 11 Bak sedimentasi bentuk segi empat: denah (a), potongan
memanjang (b)
b. Lingkaran (circular) - center feed.
Pada bak ini, air masuk melalui pipa menuju inlet bak di bagian
tengah bak, kemudian air mengalir horisontal dari inlet menuju outlet
di sekeliling bak, sementara partikel mengendap ke bawah. Secara
tipikal bak persegi mempunyai rasio panjang : lebar antara 2 : 1 – 3 : 1.

Gambar 12 Bak sedimentasi bentuk lingkaran - center feed: denah


(a), potongan melintang (b)
c. Lingkaran (circular) - periferal feed.
Pada bak ini, air masuk melalui sekeliling lingkaran dan secara
horisontal mengalir menuju ke outlet di bagian tengah lingkaran,
sementara partikel mengendap ke bawah

Gam
bar 13 Bak sedimentasi bentuk lingkaran – periferal feed: denah (a),
potongan melintang (b)
Bagian-bagian bak sedimentasi:
a. Zona Inlet atau struktrur influent: tempat air masuk ke dalam bak. Zona
inlet mendistribusikan aliran air secara merata pada bak sedimentasi
dan menyebarkan kecepatan aliran yang baru masuk. Jika dua fungsi
ini dicapai, karakteristik aliran hidrolik dari bak akan lebih mendekati
kondisi bak ideal dan menghasilkan efisiensi yang lebih baik. Zona
influen didesain secara berbeda untuk kolam rectangular dan circular.
Khusus dalam pengolahan air, bak sedimentasi rectangular dibangun
menjadi satu dengan bak flokulasi. Sebuah baffle atau dinding
memisahkan dua kolam dan sekaligus sebagai inlet bak sedimentasi.
Disain dinding pemisah sangat penting, karena kemampuan bak
sedimentasi tergantung pada kualitas flok.
b. Zona pengendapan: tempat flok/partikel mengalami proses
pengendapan. Dalam zona ini, air mengalir pelan secara horisontal ke
arah outlet, dalam zona ini terjadi proses pengendapan. Lintasan
partikel tergantung pada besarnya kecepatan pengendapan.
c. Zona lumpur: tempat lumpur mengumpul sebelum diambil ke luar bak.
Kadang dilengkapi dengan sludge collector/scrapper. Dalam zona ini
lumpur terakumulasi. Sekali lumpur masuk area ini ia akan tetap
disana.
d. Zona Outlet atau struktur efluent: tempat di mana air akan
meninggalkan bak, biasanya berbentuk pelimpah (weir). Seperti zona
inlet, zona outlet mempunyai pengaruh besar dalam mempengaruhi
pola aliran dan karakteristik pengendapan flok pada bak sedimentasi.
Biasanya weir/pelimpah dan bak penampung limpahan digunakan
untuk mengontrol outlet pada bak sedimentasi. Selain itu, pelimpah
tipe V-notch atau orifice terendam biasanya juga dipakai. Diantara
keduanya, orifice terendam yang lebih baik karena memiliki
kecenderungan pecahnya sisa flok lebih kecil selama pengaliran dari
bak sedimentasi menuju filtrasi.
Gambar 14 Bagian-bagian bak sedimentasi
Selain bagian-bagian utama di atas, sering bak sedimentasi dilengkapi
dengan settler. Settler dipasang pada zona pengendapan dengan tujuan untuk
meningkatkan efisiensi pengendapan.

Gamba
r 15 settler pada bak sedimentasi
Beberapa kriteria desain untuk bak sedimentasi adalah sebagai berikut:
Kriteria Desain:
 Jarak antar plate (w) =
(5 – 10) cm
 Bilangan Reynold (Nre) = <
2000
 Bilangan Froud (NFr) = >
10-5
 Efisiensi penyisihan =
(90 – 95) %
 Kecepatan mengendap awal untuk mendapatkan flok (vo) =
(0.2 – 0.9) mm/detik = (0.002 – 0.009) meter/detik
 Sudut kemiringan plate sttler (α) =
(45 – 75)º
 Ratio panjang : lebar =
(4 -6) : 1
 Ratio lebar : tinggi =
(3 – 6) : 1
 Lebar zone inlet =
25% panjang zone pengendapan
 Beban pelimpah =
(250 – 500) m3/m2/hari
 Waktu detensi (td) dalam plate settler =
minimum 4 menit
5. Filtrasi
Proses yang terjadi pada unit filter adalah penyaringan (filtrasi). Filtrasi
merupakan proses alami yang terjadi di dalam tanah, yaitu air tanah melewati
media berbutir dalam tanah dan terjadi proses penyaringan. Dengan meniru
proses alam ini, dikembangkan rekayasa dalam bentuk unit filter.
Tujuan filtrasi adalah untuk menghilangkan partikel yang tersuspensi dan
koloidal dengan cara menyaringnya dengan media filter. Selain itu, filtrasi
dapat menghilangkan bakteri secara efektif dan juga membantu penyisihan
warna, rasa, bau, besi dan mangan.
Berdasarkan kecepatan alirannya, filtrasi dibagi menjadi:
a. Slow sand filter (saringan pasir lambat)
Filter ini merupakan penyaringan partikel yang tidak didahului
proses pengolahan kimiawi (koagulasi). Kecepatan aliran dalam media
pasir ini kecil karena ukuran media pasir lebih kecil. Saringan pasir
lambat lebih menyerupai penyaringan air secara alami.

b. Rapid sand filter (saringan pasir cepat)


Filter ini merupakan penyaringan partikel yang didahului proses
pengolahan kimiawi (koagulasi). Kecepatan aliran air dalam media
pasir lebih besar karena ukuran media pasir lebih besar. Filter ini
digunakan untuk menyaring partikel yang tidak terendapkan di bak
sedimentasi.
Kriteria desain:
a. Debit pengolahan (Q) = 0.2 m3/detik
b. Dimensi bak dan media filter
 Kecepatan filtrasi (vf) = 5 – 7.5
meter/jam
 Kecepatan permukaan backwash (vbw) = 4 – 30
liter/detik/m2
 Luas permukaan filter (A) = 10 -20 m2
 Ukuran media
o Ukuran pasir efektif (Es) d10 = 0.5 – 0.65 mm
o Ukuran pasir efektif (Es) d60 = 0.15 – 0.75 mm
o Koefisien uniformitas (Uc) = 1.4 – 1.7
o Tebal media penyaring = 0.45 1 meter
o Tebal media penyangga = 0.15 – 0.65
meter
c. Underdrain
 Area orifice : area filter = 1.5 – 0.005 : 1
 Area lateral : area orifice =2–4:1
 Area manifold : area lateral = 1.5 – 3 : 1
 Diameter orifice = 0.25 – 0.75 inch
 Jarak antar pusat orifice terdekat = 3 – 12 inch
 Jarak antar lateral terdekat = 3 – 12 inch
d. Pengaturan aliran
 Kecepatan dalam saluran inlet (Vinlet) = 0.6 – 1.8
meter/detik
 Kecepatan dalam saluran outlet (Voutlet) = 0.9 – 1.8
meter/detik
 Kecepatan dalam saluran pencuci (Vp) = 1.5 – 3.7
meter/detik
 Kecepatan dalam saluran pembuang (Vb) = 1.2 – 2.5
meter/detik
e. Headloss backwash = 10 meter
f. Ketinggian freeboard = > 0.2 meter
6. Desinfeksi
Desinfeksi merupakan proses untuk membebaskan air minum dari
mikroorganisme patogen dengan cara memutuskan rantai manusia dengan
bibit penyakit melalui media iar. Metoda desinfeksi, secara umum ada dua,
yaitu cara fisik dan cara kimiawi. Desinfeksi secara fisik adalah perlakuan
fisik terhadap mikroorganisme, yaitu panas dan cahaya yang mengakibatkan
matinya mikroorganisme akibat perlakuan fisik tersebut. Air panas hingga titik
didihnya akan merusak sebagian besar bakteri. Sinar matahari mempunyai
sinar ultra violet yang cukup berperan dalam mematikan mikroorganisme.
Dsenfeksi secara kimiawi adalah memberikan bahan kimia ke dalam air
sehingga terjadi kontak antara bahan tersebut dengan mikroorganisme yang
berakibat matinya mikroorganisme. Beberapa bahan kimia untuk desinfeksi
yang umum adalah klor dan senyawanya, brom, iodine, ozone, fenol dan
senyawa fenolat, alkohol, logam berat dan senyawa yang berkaitan, bahan
pewarna, sabun dan deterjen sintetis, senyawa ammonium kuarter, hidrogen
peroksida dan beberapa basa dan asam. Dari bahan-bahan kimia diatas, klor
dan ozone yang paling umum digunakan dalam desinfeksi air minum.
Bahan yang akan digunakan untuk desinfeksi harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Dapat membunuh berbagai jenis dan populasi patogen di dalam air
pada waktu dan suhu tertentu
b. Tidak bersifat racun terhadap manusia dan makhluk hidup lain
c. Murah, metode penyimpanan serta pembubuhan mudah dan aman
d. Mudah dianalisa dan dideteksi
e. Menyisakan sejumlah kadar tertentu dalam air

Anda mungkin juga menyukai