Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No.

1, 2016

STUDI SISTEM DISPERSI PADAT IBUPROFEN – MANITOL DENGAN METODE


PELARUTAN

Rina Wahyuni2), Salman Umar1), Zulfareda Putri2)


1)
Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang
2)
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang

ABSTRACT
Study of solid dispersions of ibuprofen-manitol by solvent method had been researched. Solid dispersions
made in 4 ratio formula, F1; F2; F3 and F4 with ibuprofen-manitol ratio 3: 1, 2: 2, 1: 3, and 0.5: 3.5. Evaluation of
solid dispersions of Ibuprofen - Manitol include x-ray diffraction (XRD), FT-IR spectroscopy, scanning electron
microscopy (SEM), assay and dissolution test. Results of X-ray diffraction solid dispersion system showed a
decrease in intensity of the degree of crystalline ibuprofen. SEM characterization results indicated ibuprofen
morphological changes towards more amorphous.

Keywords : Ibuprofen, Manitol, Solid Dispersion, Solvent Method

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang studi sistem dispersi padat ibuprofen-mannitol dengan metode pelarutan. Sistem
dispersi padat dibuat dalam 4 formula, F1; F2; F3 dan F4 dengan perbandingan ibuprofen-mannitol berturut-turut
3:1, 2:2, 1:3, dan 0,5:3,5. Evaluasi sistem dispersi padat ibuprofen-mannitol meliputi difraksi sinar-X (XRD),
spektroskopi FT-IR, Scanning Electron Microscope (SEM), pentapan kadar dan uji disolusi. Hasil difraksi sinar-X
sistem dispersi padat menunjukkan adanya penurunan intensitas derajat kristalin dari ibuprofen. Hasil karakterisasi
SEM menunjukkan perubahan morfologi ibuprofen kearah yang lebih amorf. Hasil statistik efisiensi disolusi
menggunakan uji ANOVA diperoleh nilai sig. 0,000 (<0,05) menunjukkan bahwa adanya pengaruh jumlah mannitol
terhadap laju disolusi ibuprofen.

Kata Kunci : Ibuprofen, Manitol, Dispersi Padat, Metode Pelarutan

PENDAHULUAN teknologi sistem dispersi padat (Voight,


Absorbsi obat merupakan faktor 1994).
yang sangat penting dalam memilih cara Sistem dispersi padat adalah suatu
pemberian obat yang tepat dan dalam sistem dispersi satu atau lebih zat aktif
merancang bentuk sediaan yang paling dalam pembawa inert atau matriks pada
bagus, yang pada akhirnya menentukan keadaan padat yang dibuat dengan metoda
keberhasilan terapi obat (Ansel, 2008). pelarutan (solvent method), metoda
Proses absorbsi yang terjadi sangat peleburan (melting method), dan metoda
ditentukan oleh sifat fisiko kimia dari satu campuran (melting-solvent method). Sistem
molekul obat, seperti kelarutan obat. Obat- dispersi padat merupakan teknologi dengan
obat yang memiliki kelarutan kecil di dalam metoda sederhana yang dapat meningkatkan
air akan menyebabkan jumlah obat yang kecepatan melarut zat-zat yang sukar larut,
diabsorbsi menjadi kecil (Shargel & peningkatan laju disolusi dan
Andrew, 1999). Oleh karena itu, perlu bioavaibilitasnya (Chiou & Riegelman,
adanya suatu metoda yang dapat 1971; Sameer, et al., 2011). Dengan
meningkatkan kelarutan dan laju disolusi pengkajian bioavaibilitas diharapkan obat-
senyawa obat di dalam tubuh salah satu obat dalam bentuk sediaan padat yang
diantaranya adalah dengan menggunakan diberikan secara oral mendapatkan efek
sistemik (Ansel, 2008).

75
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

Ibuprofen atau asam 2 - (p- Japan), alat uji disolusi (Copley, Scientific
isobutilfenil) asam propionat merupakan Type NE4-COPD), Spektrofotometer UV –
salah satu obat antiinflamasi non steroid VIS (Shimadzu 1800), Scanning Electron
yang digunakan secara luas oleh masyarakat. Microscopy atau SEM (Hitachi S-3400N),
Ibuprofen praktis tidak larut dalam air. Hal Desikator vakum, Spektrofotometer Infra
ini akan mempengaruhi ketersediaan Red (Thermo Scientific), Desikator, ayakan,
hayatinya. Pada penelitiaan sebelumnya dan alat-alat yang menunjang penelitian.
telah banyak dilakukan pembuatan dispersi Bahan baku ibuprofen (Hubei Granules
padat ibuprofen menggunakan polimer Biocause Pharmaceutical CO.,LTD),
HPMC, PEG 6000, PVP K90, PVP K30, manitol (Merck), metanol (Merck), etanol
UREA, serta kombinasinya, dan didapati (Merck), kalium dihidrogen (Merck),
hasil bahwa dengan penambahan polimer natrium hidroksida (Merck) dan aquadest
tersebut dapat memperbaiki kelarutan dari (Novalindo).
ibuprofen (Hasnain & Nayak, 2012;
Retnowati & Setyawan, 2010; Xu, et al., b. Pembuatan Serbuk Sistem Dispersi
2007). Padat dan Campuran Fisik Ibuprofen
Untuk meningkatkan kelarutan – Manitol
ibuprofen dalam air dapat dilakukan dengan
menggunakan sistem dispersi padat. Tabel I. Perbandingan formula serbuk
Ibuprofen dibuat dalam bentuk dispersi dispersi padat
padat dengan menggunakan pembawa yang F1 F2 F3 F4
bersifat hidrofil. Salah satu polimer yang No Bahan
(g) (g) (g) (g)
bersifat hidrofil adalah manitol (Rowe, et
al., 2012). 1 Ibuprofen 3 2 1 0.5
Manitol dengan pemerian, serbuk
hablur atau granul mengalir bebas, putih, 2 Manitol 1 2 3 3.5
tidak berbau, rasa manis. Kelarutan mudah
larut dalam air, larut dalam larutan basa, Total 4 4 4 4
sukar larut dalam piridina, sangat sukar larut
dalam etanol, praktis tidak larut dalam eter - Pembuatan serbuk campuran fisika
(Rowe, et al., 2012). Ibuprofen dan manitol dicampur dan di
Berdasarkan hal di atas, maka pada homogenkan selama beberapa menit dengan
penelitian ini suatu sistem dispersi padat perbandingan 1:1 kemudian diayak dengan
ibuprofen - manitol dikembangkan dengan ayakan mesh 70, disimpan dalam desikator.
menggunakan metode pelarutan Sebagai
pembanding digunakan campuran fisik - Pembuatan Serbuk Dispersi Padat
ibuprofen – manitol. Sistem dispersi padat Masing-masing formula ditimbang
ibuprofen dalam manitol diharapkan dapat sesuai dengan komposisi. Sistem dispersi
meningkatkan kelarutan dan laju disolusi padat ibuprofen – manitol dibuat dengan
ibuprofen. metoda pelarutan berdasarkan perbandingan
komposisi formula di atas. Serbuk ibuprofen
METODE PENELITIAN dimasukkan ke dalam cawan penguap dan
a. Alat dan bahan dilarutkan dalam etanol 96 %, sampai
Peralatan gelas standar laboratorium, terbentuk larutan jernih. Manitol dilarutkan
Timbangan digital analitik (Precisa & B dalam aquadest hingga membentuk cairan
220A), Difraktometer sinar-X (Rigaku, jernih . Ke dalam larutan ibuprofen

76
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

ditambahkan larutan manitol secara pola diperoleh dengan menggunakan lebar


perlahan-lahan sambil di aduk. Kemudian tahapan 0,04° dengan resolusi detektor pada
campuran larutan yang dihasilkan diuapkan 2α (sudut difraksi) antara 10° dan 80° pada
dan dikeringkan dalam desikator sampai temperatur ruangan (Chiou & Riegelman,
kering. Padatan yang dihasilkan dikerok dan 1971; Hasnain, et al., 2012). Kemudiaan
digerus dalam mortir, kemudian dilewatkan dibandingkan dengan ibuprofen murni.
pada ayakan mesh 70 dan disimpan di dalam
desikator.(Sekharan, et al., 2014 ; Octavia, Analisa Distribusi Ukuran Partikel
et al., 2015). Mikroskop sebelum digunakan
dikalibrasi terlebih dahulu dengan
c. Evaluasi Serbuk Sistem Dispersi Padat mikrometer pentas. Lalu sejumlah serbuk
Dan Campuran Fisik Ibuprofen - didispersikan dalam parafin cair dan
Manitol diteteskan pada gelas objek. Kemudian
Analisa Spektrofotometer Inframerah diletakkan di bawah mikroskop, amati
Uji dilakukan terhadap sampel yang telah ukuran partikel serbuk dan hitung jumlah
disiapkan dengan metoda cakram KBr, dan partikelnya sebanyak 1000 partikel
telah dianalisa pada bilangan gelombang (Swarbrick & Boylan, 1991).
antara 4000 – 450 cm-1 dengan
spektrofotometer FT-IR (Xu, et al., 2007; d. Penentuan profil disolusi dari
British Pharmacopoeia, 2009). Sampel campuran fisik dan serbuk dispersi
digerus sampai menjadi serbuk dengan KBr, padat
lalu dipindahkan ke cetakan die dan sampel - Pembuatan larutan dapar fosfat pH 7,2
tersebut kemudian dikempa kedalam suatu Kalium dihidrogen posfat ditimbang
cakram pada kondisi hampa udara (Watson, sebanyak 27,218 g dilarutkan dalam
2009). aquadest bebas CO2 dalam labu ukur 1000
mL. NaOH 0,2 N ditimbang sebanyak 8 g
Analisa Scanning Electron Microscopy dilarutkan dalam aquadest bebas CO2 dalam
(SEM) labu ukur 1000 mL, dari larutan kalium
Tujuan dari penggunaan Scanning dihidrogen posfat 0,2 M 1000 mL diambil
Electron Microscope adalah untuk 250 mL dan dari larutan NaOH 0,2 N 1000
memperoleh karakterisasi topografi farmasi mL diambil 173,5 mL kemudian dikocok
melalui penggunaan mikroskop elektron. homogen dalam labu ukur 1000 mL.
Analisa SEM dilakukan terhadap senyawa Medium disolusi diukur dengan pHmeter
ibuprofen murni dan sediaan dispersi padat sampai pH 7,2, kemudian dicukupkan
ibuprofen. Sampel dilapisi dengan lapisan dengan aquadest bebas CO2 hingga 1000
tipis dari palladium-emas sebelum mL.
dianalisis. SEM bekerja menggunakan
kecepatan sinar 3kV. - Penentuan panjang gelombang
maksimum ibuprofen dalam medium
Analisa pola difraksi sinar X (XRD) disolusi dapar fosfat pH 7,2
Pola XRD bubuk diselusuri Larutan induk ibuprofen dibuat dengan
menggunakan difraksi sinar-x untuk sampel- melarutkan 50 mg ibuprofen dalam 100 mL
sampel, menggunakan radiasi Ni-disaring larutan dapar fosfat pH 7,2 di dalam labu
Cu-K, voltase 40kV, arus 30mA radiasi ukur 100 mL dan didapatkan larutan
disebar dalam wilayah kristal sampel, yang induk dengan konsentrasi 500 µg/mL.
diukur dengan goniometer vertikal. Pola- Larutan induk dipipet 18 mL dimasukkan

77
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

kedalam labu ukur 25 mL dilarutkan dengan Kemudian serbuk dispersi padat setara
larutan dapar fosfat pH 7,2 cukupkan sampai dengan 200 mg dimasukkan kedalam wadah
tanda batas labu ukur sehingga diperoleh keranjang dan diputar dengan kecepatan 100
larutan dengan konsentrasi 360 µg/mL.
RPM (Almeida, et al., 2012). Larutan
Serapan maksimum ibuprofen dalam larutan
dapar diukur pada panjang gelombang 200 - disolusi di pipet 5 mL pada menit ke 5, 10,
400 nm, diperoleh panjang gelombang 15, 30, 45, dan 60 (Retnowati & Setyawan,
maksimum ibuprofen 264,2 nm. 2010). Pada setiap pemipetan diganti dengan
medium disolusi (volume dan suhu yang
- Pembuatan kurva kalibrasi ibuprofen sama pada saat pemipetan). Serapan larutan
dalam medium dapar fosfat pH 7,2 yang telah dipipet dari medium disolusi
Dari larutan induk dilakukan pengenceran
diukur pada panjang gelombang serapan
ibuprofen dalam dapar fosfat pH 7,2 dengan
konsentrasi 120; 200; 240; 280; 320 dan 360 maksimum. Kadar ibuprofen yang
μg/mL ibuprofen. terdisolusi pada setiap waktu dapat dihitung
dengan menggunakan kurva kalibrasi.
- Uji disolusi
Penentuan profil disolusi ibuprofen e. Analisis Data
berdasarkan USP XXXII menggunakan alat Data yang diperoleh diolah secara
disolusi tipe I dengan metode keranjang statistik. Analisa yang dilakukan yaitu
(rotating basket apparatus) dengan medium menggunakan uji ANOVA satu arah dan uji
larutan dapar fosfat pH 7,2 sebanyak 900 lanjutan Duncan.
mL dan suhu diatur 37o C ± 0,5oC.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Evaluasi serbuk dispersi padat
Spektrofotometer IR

Gambar 1. Spektrum ibuprofen

78
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

Gambar 2. Spektrum manitol

Gambar 3. Spektrum campuran Fisika

Gambar 4. Spektrum formula 1

79
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

Gambar 5. Spektrum formula 2

Gambar 6. Spekrum formula 3

Gambar 7. Spektrum formula 4

Gambar 1 Menunjukkan spektrum dari ibuprofen yang lebih dominan adanya


inframerah ibuprofen, terlihat adanya gugus puncak yang lebar pada bilangan gelombang
fungsi C-H, C=O dan C-C. Spektrum FT-IR 819,75 cm-1. Puncak-puncak yang muncul
manitol menunjukkan puncak yang lebar identik dengan gugus fungsi yang dimiliki
menunjukkan adanya gugus fungsi O-H. ibuprofen, hanya saja terjadi sedikit
Pada campuran fisik menunjukkan adanya pergeseran bilangan gelombang karena
gugus fungsi dari ibuprofen, juga terdapat interaksi fisika dari kedua komponen
puncak yang menunjukkan adanya gugus penyusun yang menunjukkan bahwa tidak
fungsi manitol, sedangkan pada dispersi terdapat interaksi kimia antara ibuprofen dan
padat menunjukkan adanya gugus fungsi manitol.

80
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

Scanning Electrone Microscopy (SEM)

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

(g)

Gambar 8. (a) ibuprofen (b) manitol (c) Campuran Fisika (d) formula 1 (e) formula 2
(f) formula 3 (g) formula 4

81
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

Gambar 8. menunjukan permukaan melalui metode pelarutan yang dapat


dispersi padat ibuprofen – manitol mempengaruhi morfologi kristal masing-
dengan metode pelarutan perbesaran 250 masing zat. Dimana habit ibuprofen tunggal
kali terlihat secara jelas bahwa, hasil SEM sudah berbeda dengan habit ibuprofen dalam
ini sekaligus menunjukkan bahwa terjadi sistem dispersi padat ibuprofen – manitol.
interaksi fisika antara ibuprofen dan manitol Analisis pola Difraksi Sinar X (XRD)

Gambar 9. Overlay difraktrogram sinar x ibuprofen, campuran fisik dan serbuk dispersi padat.

Analisis difraksi sinar - X digunakan difraktogram sinar - X yang berbeda dari


untuk mengevaluasi pengaruh perubahan campuran fisika kedua komponen. Analisis
derajat kristalinitas senyawa padat obat difraksi sinar - X ini juga digunakan untuk
ibuprofen pada serbuk dispersi padat. mengevaluasi pengaruh pelarutan terhadap
Analisa difraksi sinar - X serbuk merupakan fase padat dan perubahan derajat kristalinitas
metode yang handal untuk karakterisasi senyawa padat obat ibuprofen setelah
interaksi padatan antara dua komponen dibentuk dispersi padat yang dibuat dengan
padat, apakah terbentuk fase kristalin baru metode pelarutan. Senyawa ibuprofen murni
atau tidak. Jika terbentuk fase kristalin baru menunjukkan padatan kristalin karena
dari hasil interaksi antar kedua komponen difraktogram menunjukkan puncak
maka akan teramati secara nyata dari interferensi yang khas dan tajam pada sudut

82
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

2Theta: 22,31º yaitu 18.948. Difraktogram formula 3 dengan perbandingan 1:3 terlihat
manitol juga menunjukkan karakteristik penurunan derajat kristalin ibuprofen
kristalin yang terlihat jelas pada sudut terutama pada sudut 2theta: 22,33 yaitu
2Theta: (19,51º, dan 36,1001º) yaitu 2226,4, begitupun dengan formula 4 juga
8634,62 dan 7353,86. terjadi penurunan kristalin pada sudut yang
Pada difraktogram campuran fisika sama yaitu 1353. Hal ini menunjukkan
puncak kristalin ibuprofen terlihat jelas pada semakin banyak manitol yang dimasukkan
sudut 2theta: 22,33º. Difraktogram ini juga atau ditambahkan maka perubahan derajat
menunjukkan terjadinya perubahan derajat kristalin ibuprofen semakin turun.
kristalinitas ibuprofen yaitu menjadi
5996,41. Hasil difraktogram ini Analisa distribusi ukuran partikel
menunjukkan terjadinya tumpang tindih Penentuan distribusi ukuran partikel
sesama difraktogram ibuprofen dan manitol. menggunakan mikroskop yang dihubungkan
Difraktogram serbuk ibuprofen hasil dengan perangkat digital optilab dan laptop.
dispersi padat dengan gabungan manitol Pemeriksaan distribusi ukuran partikel ini
menunjukkan penurunan intensitas puncak - dilakukan dengan menghitung partikel
puncak interferensi fase kristalin ibuprofen. sebanyak 1000 buah yang bertujuan untuk
Pada dispersi padat formula 1 dengan mendapatkan hasil yang lebih spesifik
perbandingan 3:1 dapat dilihat pada (Swarbick & Boylan, 1991). Terlihat jelas
difraktogram menunjukkan penurunan bahwa serbuk dispersi padat memiliki
puncak interferensi yang tidak terlalu jauh ukuran partikel yang lebih kecil
dari campuran fisik, dari hasil difraktogram dibandingkan dengan campuran fisika. Akan
dispersi padat formula 1 terlihat puncak tetapi, campuran fisika memiliki ukuran
kristalin ibuprofen pada sudut 2theta: 22,33º partikel yang lebih kecil dibandingkan
yaitu 3871,84, difraktogram ini juga dengan ibuprofen murni. Hal ini disebabkan
menunjukkan terjadinya penurunan derajat karena ibuprofen dan manitol dalam
kristalinitas ibuprofen terutama pada sudut 2 pembuatan serbuk dispersi padat
theta: 19,51º yaitu 3327,4. Sedangkan terhomogen secara molekular kemudian
dispersi padat formula 2 dengan mengalami penggabungan dan membentuk
perbandingan 2:2 terlihat penurunan derajat ukuran partikel yang lebih kecil
kristalin ibuprofen terutama pada sudut dibandingkan dengan pembuatan campuran
2theta: 22,33 yaitu 2883. Pada dispersi padat fisika.

83
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

60 % Frekuensi

50

40

% Frekuensi
30

20

10

0
0 5 10 15 20 25
-10
Diameter rata-rata (μm)

ZA CF F1 F2 F3 F4

Gambar 10. Kurva % frekuensi distribusi ukuran partikel

% Frekuensi Kumulatif
120

100 ZA
% Frekuensi kumulatif

80
CF

60
F1

40

F2
20

0 F3

0 5 10 15 20 25
-20
Diameter rata-rata (μm) F4

Gambar 11. Kurva % frekuensi kumulatif distribusi ukuran partikel

84
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

B. Uji Disolusi
KURVA DISOLUSI

90

80

70
ZA
% TERDISOLUSI 60
CF
50
F1
40
F2
30
F3
20
F4
10

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

Waktu (menit)

Gambar 12. Kurva disolusi ibuprofen, campuran fisik, dan dispersi padat.

Pada penentuan profil disolusi dari campuran fisika dan dispersi padat itu
serbuk dispersi padat, campuran fisika dan adalah berbeda nyata.
ibuprofen menunjukkan bahwa pada serbuk Hasil uji lanjut dengan uji duncan
campuran fisika dan dispersi padat terjadi menunjukkan bahwa rata- rata efisiensi
peningkatan laju disolusi dari semua disolusi terbagi atas 6 subset, dari hasil uji
formula. Peningkatan laju disolusi tersebut lanjut dengan uji Duncan menyatakan bahwa
dikarenakan pengaruh dari penambahan terdapat perbedaan efisiensi disolusi yang
manitol pada uji disolusi, ini terlihat bahwa signifikan antara ibuprofen, campuran fisik
pada sistem dispersi padat terjadi dan dipersi padat, yang berarti bahwa
peningkatan laju disolusi dari formula 1 penambahan manitol memberikan pengaruh
sampai 4. Persen terdisolusi dari keempat terhadap laju disolusi dari ibuprofen.
formula dispersi padat pada menit ke 60 rata
– rata adalah sebagai berikut: DP F 1: KESIMPULAN
74,972 %, DP F 2 : 79,779 % dan DP F 3 : Berdasarkan penelitian yang dilakukan
80,448 %, DP F 4 : 81,102 % . dapat diambil kesimpulan bahwa sistem
dispersi padat ibuprofen-manitol
H. Analisis Data menggunakan metode pelarutan dapat
Analisis statistik dari efisiensi disolusi meningkatkan laju disolusi dari ibuprofen:
ibuprofen - manitol dilakukan dengan uji 1. Evaluasi sifat fisikokimia pada serbuk
ANOVA satu arah menggunakan SPSS 17. sistem dispersi padat dan campuran fisik
Hasil perhitungan ANOVA menunjukkan meliputi: analisis pola difraksi sinar - X,
bahwa nilai F hitung = 8218,694 dengan analisis spektroskopi FT - IR, dan SEM.
Sig. = 0,000 (< 0,05), yang berarti Ho Secara umum diperoleh bahwa serbuk
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa rata- sistem dispersi padat dapat
rata efisiensi disolusi dari ibuprofen,

85
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

memperbaiki sifat - sifat fisikokimia Retnowati, D., Setyawan, D., (2010).


ibuprofen. Peningkatan Disolusi Ibuprofen
2. Pembentukan sistem dispersi padat Dengan Sistem Dispersi Padat
ibuprofen - manitol yang dibuat dengan Ibuprofen-PVP K90, Majalah
metode pelarutan dapat meningkatkan Farmasi Airlangga., 88, (1), 24-28.
laju disolusi ibuprofen. Ditunjukkan
oleh persentase kadar ibuprofen yang Rowe, R. C., Sheskey, P.J & Quinn, M.E.
terdisolusi pada menit ke-60 untuk F 1, (2012). Handbook of
F 2, F 3, F 4 berturut-turut adalah Pharmaceutical Excipients (7th
74,972 %; 79,779 %,; 80,448 % dan ed). London: Pharmaceutical
81,102 %. Formula terbaik ditunjukkan Press and American Pharmacist
oleh dispersi padat formula 4 dengan Association.
persentase terdisolusi tertinggi
81,102%. Sameerr, S., Raviraj S, B., & Lalit, Y.
(2011), A Review On Solid
DAFTAR PUSTAKA Dispersion, Int. J. Pharm & Life
Sciences. 2, (9), 1078-1095.
Almeida, H., Amaral, M. H., & Laboa, P.
(2012). Comparatitive Study Of Sekharan, T, R., Muthumari, M., Gopal, L.,
Sustained-Release Lipid & Esakiyammal, A. (2014),
Microparticles And Solid Dissolution Improvement Of
Dispersion Containing Ibuprofen. Etodolac Using Manitol By Solid
Brazilian Journal Of Dispersion Method, World Journal
Pharmaceutical Sciences, 48, (3), Of Pharmacy And Pharmaceutical
530-536. Sciences. 3, (8), 1206-1216.

Ansel, H. C. (2008). Pengantar Bentuk Shargel, L & Andrew, B. (1999).


Sediaan Farmasi (Edisi IV). Biofarmasetika Dan
Penerjemah: F. Ibrahim. Jakarta: Farmakokinetika Terapan (Edisi
Universitas Indonesia. II). Penerjemah: Fasich dan Siti
Sjamsiah. Surabaya: Airlangga
Hasnain, M. S., Nayak, A, K,. (2012), University Press.
Solubility And Dissolution
Enhanchement Of Ibuprofen By Swarbick, J., & Boylan, J. C. (1991).
Solid Dispersion Technique Using Encyclopedia of Pharmaceutical
PEG 6000 - PVP K30 Combination Technology (Volume 5). New York
Carrier. Chemistry Bulgarian and Bassel: Marcell Dekker Inc.
Journal Science Education, 21, (1),
118-132. The Department Of Health. (2009). British
Pharmacopoeiea. London: The
Octavia, M, D., Halim, A., Zaini, E. (2015), Stationery Office.
Preparation Of Simvastatin-Β-
Cyclodextrin Inclusion Using Co-
Evaporation Technique, Journal Of
Chemical And Pharmaceutical
Research, 7, (2), 740-747.

86
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

Voight, R. (1994). Buku Pelajaran


Teknologi Farmasi, (Edisi V),
Penerjemah Soewandi Noerono,
Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Watson, D. G. (2009). Analisis Farmasi
Buku Ajar. (Edisi 2). Penerjemah:
Winny R. Syarief. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran ECG

Whalley, W. B., & Langway, C. C. (1979).


A Scanning Electron Microscopy
Examination Of Subglacial Quartz
Grains From Camp Century Core.
Journal of Galciology. 25,(91),
171-207.

Xu, L., Li, S. M., & Sunada, H. (2007).


Preparation And Evaluation Of
Ibuprofen Solid Dispersion Systems
With Kollidon Particles Using A
Pulse Combustion Dryer System.
Chem Pharm Bull, 55, (11), 1545-
1550.

87

Anda mungkin juga menyukai