Anda di halaman 1dari 6

Konfigurasi Belitan Transformator 3 Phasa

Umumnya transformator 3 phasa dikenal 3 cara untuk merangkainya, yaitu


hubung bintang, hubung delta, dan hubung zig-zag. Kombinasi cara menghubugkan
transformator ini dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu:
1. Transformator 3 phasa tanpa belitan tersier: primer-sekunder
2. Transformator 3 phasa dengan khusus
3. Transformtor 3 phasa dengan belitan tersier: primer-sekunder-tersier
Huruf menunjukkan konfigurasi dari phasa kumparan. Di sistem 3 phasa,
hubungan belitan dikategorikan oleh Delta (D, d), Star atau Wye (Y, y),
interconnected star atau zig-zag (Z, z). Huruf kapital menunjukkan ke belitan
tegangan tinggi (HV), dan tegangan rendah (LV).
Jenis konfigurasi transformator 3 phasa tanpa belitan tersier sebagai berikut:
1. Transformator 3 phasa hubung Wye-Wye (Y-Y)
Pada jenis ini ujung ujung pada masing-masing terminal dihubungkan
secara bintang atau wye. Titik netral digabungkan menjadi satu. Hubungan
dari tipe ini lebih ekonomis untuk arus nominal yang kecil, pada
transformator tegangan tinggi.
Gambar transformator 3 phasa hubung Wye-Wye.

Gambar diagram phasor transformator hubung Wye-Wye.

2. Transformator 3 phasa hubung Delta-Delta (∆-∆)


Pada jenis ini ujung fasa dihubungkan dengan ujung netral kumparan
lain yang secara keseluruhan akan terbentuk delta atau segitiga. Hubungan ini
umumnya digunakan pada sistem yang menyalurkan arus besar pada tegangan
rendah dan yang paling utama saat keberlangsungan dari pelayanan harus
dipelihara meskipun salah satu fasa mengalami kegagalan.
Gambar 3. Transformator 3 phasa hubung Delta-Delta.

Gambar 4. Diagram phasor transformator hubung Delta-Delta.

3. Transformator 3 phasa hubung Wye-Delta (Y-∆)


Pada hubung ini, kumparan pada sisi primer dirangkai secara bintang
(wye) dan sisi sekundernya dirangkai segitiga (delta). Pada umumnya
digunakan untuk jaringan transmisi dimana tegangan nantinya akan
diturunkan (step-down). Perbandingan tegangan jala-jala 1/√3 kali
perbandingan lilitan transformator. Tegangan sekunder tertinggal 300 dari
tegangan primer.
Gambar 5. Transformator 3 phasa hubung Wye-Delta.

Gambar 6. Diagram phasor transformator hubung Wye-Delta.

4. Transformator 3 phasa hubung Delta-Wye (∆-Y)


Pada hubung ini, sisi primer trafo dirangkai secara delta sedangkan
pada sisi sekundernya merupakan rangkaian bintang sehingga pada sisi
sekundernya terdapat titik netral. Biasanya digunakan untuk menaikkan
tegangan (step-up) pada awal sistem transmisi tegangan tinggi. Dalam
hubungan ini perbandingan tegangan 3 kali perbandingan lilitan transformator
dan tegangan sekunder mendahului sebesar 30o dari tegangan primernya.
Gambar 7. Transformator 3 phasa hubung Delta-Wye.

Gambar 8. Phasor diagram transformator hubung Delta-Wye.

5. Transformator 3 phasa hubung zig-zag


Kebanyakan transformator distribusi selalu dihubungkan bintang, salah
satu syarat yang harus dipenuhi oleh transformator tersebut adalah ketiga
fasanya harus diusahakan seimbang. Apabila beban tidak seimbang akan
menyebabkan timbulnya tegangan titik bintang yang tidak diinginkan, karena
tegangan pada peralatan yang digunakan pemakai akan berbeda-beda. Untuk
menghindari terjadinya tegangan titik bintang, diantaranya adalah dengan
menghubungkan sisi sekunder dalam hubungan zig-zag. Dalam hubungan zig-
zag sisi sekunder terdiri atas enam kumparan yang dihubungkan secara
khusus.
Gambar 5. Transformator 3 phasa hubung zig-zag.
Ujung-ujung dari kumparan sekunder disambungkan sedemikian rupa,
supaya arah aliran arus didalam tiap-tiap kumparan menjadi bertentangan.
Karena e1 tersambung secara berlawanan dengan gulungan e2, sehingga
jumlah vektor dari tegangan itu menjadi:
eZ1 = e1 – e2
eZ2 = e2 – e3
eZ3 = e3- e1
eZ1 + eZ2 + eZ3 = 0 = 3 eb
tegangan titik bintang
eb = 0
e1 = e/2
nilai tegangan fasa
ez = e/2 √3
sedangkan tegangan jala-jala
Ez = ez √3 = e/2 √3

Anda mungkin juga menyukai