LA Hepatitis Revisi OKE PDF
LA Hepatitis Revisi OKE PDF
PENDAHULUAN
1
2
Kebanyakan kasus infeksi hepatitis B bisa sembuh dalam waktu enam bulan, tetapi
sekitar 10 persen infeksi bisa berkembang menjadi infeksi kronis.
Infeksi kronis pada hati bisa menyebabkan terjadinya pembentukan jaringan
ikat pada hati sehingga hati berbenjol-benjol dan fungsi hati terganggu dan dalam
jangka panjang penderitanya bisa terkena sirosis serta kanker hati. Data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2007), prevalensi nasional hepatitis klinis sebesar 0,6
persen. Sebanyak 13 provinsi di Indonesia memiliki prevalensi di atas nasional.
Kasus penderita hepatitis tertinggi di provinsi Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara
Timur (NTT).
Penyakit hepatitis kronik menduduki urutan kedua berdasarkan penyebab
kematian pada golongan semua umur dari kelompok penyakit menular. “Rata-rata
penderita hepatitis antara umur 15 – 44 tahun untuk di pedesaan. Penyakit hati ini
menduduki urutan pertama sebagai penyebab kematian.
Menyinggung tentang virus Hepatitis A juga kaitannya dengan Penyakit
kuning akut dapat disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A, B, C, dan E dengan
Hepatitis A dan E sebagai penyebab utama wabah. Gejala kuning pada kasus infeksi
virus Hepatitis A (HAV) muncul pada 2−6 minggu setelah pasien terinfeksi.
Umumnya infeksi HAV tidak akan berkembang menjadi kronis, namun HAV
dapat menyebabkan wabah. Pada tahun 2013 terjadi peningkatan penyakit kuning
akut pada empat provinsi, yaitu Banten, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, dan
Kalimantan Selatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui penyebab penyakit kuning
akut yang terjadi pada kejadian luar biasa di empat provinsi tersebut.
Pengumpulan data dilakukan dari merebaknya kasus penyakit kuning akut
selama tahun 2013 di empat provinsi di Indonesia. Spesimen dikumpulkan dan
dikirim ke laboratorium Virologi di Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis
dan Teknologi Dasar Kesehatan (Puslitbang BTDK), Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Spesimen diuji antibodi IgM
HAV menggunakan metode enzyme immunoassay. Puslitbang BTDK menerima 102
spesimen dari tujuh kali laporan peningkatan kasus di empat provinsi, yaitu Banten,
4
Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Kepulauan Riau. Dari keseluruhan 102
spesimen, 38 spesimen (37%) positif IgM HAV, meliputi Banten 3 (2,9%),
Kalimantan Selatan 7 (6,9%), Kepulauan Riau 4 (3,9%), dan Kalimantan Barat 24
(23,5%). Lebih banyak kasus perempuan dibanding dengan laki-laki dan dominan
pada usia dewasa. Infeksi HAV adalah penyebab sindrom penyakit kuning akut di
empat provinsi di Indonesia.
Indonesia telah mengusulkan kepada WHO agar hepatitis menjadi isu dunia
dengan menetapkannya sebagai resolusi World Health Assembly (WHA) tentang
viral hepatitis. Usulan tersebut diterima WHO untuk dibahas dalam sidang WHA atau
majelis kesehatan sedunia ke-63 pada bulan Mei 2010 yang menetapkan tanggal 28
Juli sebagai hari hepatitis sedunia.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.1.1 Diperolehnya pengetahuan atau gambaran pelaksanaan Asuhan
Keperawatan pada kasus: Hepatitis Akut di PUSKESMAS HIKUN
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subyektif dan data
1.2.2.2 Menganalisa data yang diperoleh.
1.2.2.3 Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem pencernaan: hepatitis.
1.2.2.4 Membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem pencernaan: hepatitis akut.
1.2.2.5 Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang
ditentukan.
1.2.2.6 Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
1.2.2.7 Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem pencernaan: hepatitis akut.
5
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Siswa Siswa
Agar bisa belajar bagai mana cara mengatasi pasien yang mengalami Hepatitis
A dan mengetahui Hubungan tentang tingkat kesadaran masyarakat mengenai
penyakit HEPATITIS A
1.3.2 Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan bacaan, sumber
pusaka tentang Hepatitis A bagi para pelajar sekolah
1.3.3 Bagi institusi kesehatan
Memberikan penanganan yang baik dan benar pada klien Hepatitis A
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hepatitis
Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap
virus, obat atau alkohol (FKAUI, 2006).
Hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,
biokimia serta seluler yang khas (Wening Sari, 2008).
Hepatitis merupakan suatu peradangan hati yang dapat disebabkan oleh
infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati (Corwn
Elizabeth J, 2001).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan
inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia
serta seluler yang khas. Hepatitis virus yang sudah teridentifikasi secara pasti adalah
hepatitis A, B, C, D dan E. Hepatitis A dan E mempunyai cara penularan yang serupa
(jalur vekal-oral) sedangkan hepatitis B, C dan D mempunyai banyak karakteristik
yang sama (Smeltzer Suzanne C 2002).
Virus hepatitis A adalah suatu penyakit dengan distribusi global. Prevalensi
infeksi yang ditandai dengan tingkatan antibody anti-HAV telah diketahui secara
universal dan erat hubungannya dengan standar sanitasi/kesehatan daerah yang
bersangkutan. Meskipun virus hepatitis A ditularkan melalui air dan makanan yang
tercemar, namun hampir sebagian besar infeksi HAV didapat melalui transmisi
endemic atau sporadic yang sifatnya tidakbegitu dramatis.Epidemiologi dan transmisi
VHA mencakup beberapa faktor sebagai berikut :
Variasi musim dan geografi. Di daerah dengan 4 musim, infeksi VHA terjadi
secarea epidemic musiman yang puncaknya biasanya terjadi pada akhir musim semi
dan awal musim dingin. Penurunan kejadian VHA akhir-akhir ini telah menunjukan
bahwa infeksi VHA terbatas pada kelompok social tertentu yaitu kelompok turis yang
6
7
sering bepergian, sehingga variasi musiman sudah tidak begitu menonjol lagi.
Di daerah tropis puncak insiden yang pernah dilaporkan cenderung untuk terjadi
selama musim hujan dan pola epidemic siklik berulang setiap 5-10 tahun sekali, yang
mirip dengan penyakit virus lain.
Usia Insidens. Semua kelompok umur secara umum rawan terhadap infeksi
VHA. Insidens tertinggi pada populasi orang sipil, anak sekolah, tetapi dibanyak
negara di Eropa Utara dan Amerika Utara ternyata sebagian kasus terjadi pada orang
dewasa. Di negara berkembang dimana kondisi hygiene dan sanitasi sangat rendah,
paparan universal terhadap VHA teridentifikasi dengan adanya prevalensi anti-VHA
yang sangat tinggi pada tahun pertama kehidupan dan tentu saja gambaran usia
prevalensi anti-HAV benar-benar tergantung pada kondisi-kondisi sosio-ekonomi
sebelumnya. Peningkatan prevalensi anti-HAV yang berhubungan dengan umur
mulai terjadi dan lebih nyata di daerah dengan kondisi kesehatan dibawah standar.
Di negara-negara yang maju secara kontras diketahui bahwa insidens infeksi
virus hepatitis A telah menurun dalam beberapa tahun terakhir ini dan telah beralih ke
usia yang lebih tua, hal ini disebabkan kondisi secara social dan ekonomi lebih baik,
begitu pula hygiene dan sanitasi. Seperti di negara-negara lain di dunia di Indonesia
pun hepatitis A merupakan masalah kesehatan. Berdasarkan data yang berasal dari
rumah sakit, hepatitis A masih merupakan bagian terbesar dari kasus-kasus hepatitis
akut yang dirawat yaitu berkisar dari 39,8%-68,3 kemudan disusul oleh hepatitis non
A-non B sekitar 15,5%-46,4% dan hepatitis B 6,4%-25,9%.
Itulah beberapa definisi mengenai Hepatitis dan Hepatitis A, yang dapat
dirangkum. Pada umumnya Hepatitis adalah merupakan Virus.
2.2 Etiologi
2.2.1 Hepatitis A
Hepatitis A dengan Nama virusnya HAV/Hepatitis infeksiosa dengan agen
virus RNA untai tunggal dan disebabkan oleh virus RNA dari famili enterovirus
serta dapat terjadi pada usia anak-anak & dewasa muda. Cara penularan fekal-
8
oral, makanan, penularan melalui air, parenteral (jarang), seksual (mungkin) dan
penularan melalui darah. Masa inkubasi 15-45 hari, rata-rata 30 hari pada usia
anak-anak dan dewasa muda. Resiko penularan pada sanitasi buruk, daerah padat
seperti rumah sakit, pengguna obat, hubungan seksual dengan orang terinfeksi
dan daerah endemis. Tanda dan gejala dapat terjadi dengan atau tanpa gejala,
sakit mirip flu.
Virus ini merupakan virus RNA kecil berdiameter 27 nm yang dapat
dideteksi didalam feses pada masa inkubasi dan fase praikterik. Awalnya kadar
antibodi IgM anti-HAV meningkat tajam, sehingga memudahkan untuk
mendiagnosis secara tepat adanya suatu inveksi HAV. Setelah masa akut antibodi
IgG anti-HAV menjadi dominan dan bertahan seterusnya hingga menunjukkan
bahwa penderita pernah mengalami infeksi HAV di masa lampau da memiliki
imunitas sedangkan keadaan karier tidak pernah ditemukan.
Virus dengan ukuran diameter 27 nanometer dengan bentuk kubus simetrik
tergolong virus hepatitis terkecil, termasuk golongan pikornavirus. Ternyata
hanya terdapat satu serotype yang dapat menimbulkan hepatitis pada manusia.
Dengan mikroskop electron terlihat virus tidak memiliki mantel, hanya memiliki
suatu nukleokapsid yang merupakan ciri khas dari antigen virus hepatitis A.
Seuntai molekul RNA terdapat dalam kapsid, satu ujung dari RNA ini
disebut viral protein genomik (VPg) yang berfungsi menyerang ribosom
sitoplasma sel hati. Virus hepatitis A bisa dibiak dalam kultur jaringan. Replikasi
dalam tubuh dapat terjadi dalam sel epitel usus dan epitel hati.
Virus hepatitis A yang ditemukan ditinja berasal dari empedu yang
dieksresikan dari sel-sel hati setelah replikasinya, melalui sel saluran empedu dan
dari sel epitel usus. Virus hepatitis A sangat stabil dan tidak rusak dengan
perebusan singkat dan tahan terhadap panas pada suhu 60ºC selama ± 1 jam.
Stabil pada suhu udara dan pH yang rendah. Tahan terhadap pH asam dan asam
empedu memungkinkan VHA melalui lambung dan dikeluarkan dari tubuh
melalui saluran empedu.
9
Manifestasi kliniknya banyak pasien tidak tampak ikterik dan tanpa gejala.
Ketika gejalanya muncul bentuknya berupa infeksi saluran nafas atas dan
anoreksia yang terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak atau akibat
kegagalan sel hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang
abnormal. Gejala dispepsia dapat ditandai dengan rasa nyeri epigastium,mual,
nyeri ulu hati dan flatulensi. Semua gejala akan hilang setelah fase ikterus.
2.2.2 Hepatitis B
Hepatitis B dengan nama virus HBV/Hepatitis serum dengan agen virus
DNA berselubung ganda yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularannya
parenteral (fekal-oral) terutama melalui darah, kontak langsung, kontak seksual,
oral-oral dan perinatal. Masa inkubasinya 50-180 hari dengan rata-rata 60-90
hari. Resiko penularan pada aktivitas homoseksual, pasangan seksual multipel,
pengguna obat melalui suntikan IV, hemodialisis kronis, pekerja layanan
kesehatan, tranfusi darah dan bayi lahir dengan ibu terinfeksi. Bisa terjadi tanpa
gejala akan tetapi bisa timbul atralgia dan ruam. Dapat juga mengalami
penurunan selera makan, dispepsia, nyeri abdomen, pegal-pegal menyeluruh,
tidak enak badan dan lemah. Apabila ikterus akan disertai dengan tinja berwarna
cerah dan urin berwarna gelap. Hati penderita akan terasa nyeri tekan dan
membesar hingga panjangnya mencapai 12-14 cm, limpa membesar dan kelenjar
limfe servikal posterior juga membesar.
Virus hepatitis B merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel
HbcAg, HbsAg, HbeAg dan HbxAg. Virus ini mengadakan replikasi dalam hati
dan tetap berada dalam serum selama periode yang relatif lama sehingga
memungkinkan penularan virus tersebut.
2.2.3 Hepatitis C
Hepatitis C dengan nama virusnya RNA HCV/sebelumnya NANBH
dengan agen virus RNA untai tunggal yang dapat terjadi pada semua usia. Cara
penularan terutama melalui darah hubungan seksual dan perinatal. Masa
inkubasinya 15-160 hari dengan rata-rata 50 hari. Resiko penularannya pada
10
2.3 Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitisA dapat disebabkan olehinfeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan- bahan kimia.8nit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memilikisuplai
darah sendiri. Seiring dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, polanormal pada
hepar terganggu. gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini
menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah le&atmasanya, sel-sel
hepar yang men'adi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistemimun dan digantikan
oleh sel-sel hepar baru yang sehat. oleh karenanya, sebagian besar klien yang
mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar, karena invasi virus akan menyebabkan peningkatansuhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memi"u timbulnya perasaan tidak nyaman
pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanyarasa mual dan
nyeri di ulu hati. Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Ataupun
12
jumlah bilirubin yang belum mengalami kon'ugasi masuk ke dalam hati tetap
normal,tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik,
makater'adi kesukaran pengangkutan bilirubin tersebut di dalam hati.
Selain itu 'ugater'adi kesulitan dalam hal kon'ugasi. Akibatnya bilirubin tidak
sempurnadikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena ter'adi retensi (akibat
kerusakan selekskresi dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami
kon'ugasi(bilirubin indirek.;adi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan
karenakesukaran dalam pengangkutan, kon'ugasi dan ekskresi bilirubin.:in'a
mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tin'a tampak pu"at(abolis. arena
bilirubin kon'ugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat di ekskresi ke dalam kemih,
sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih ber&arna gelap. meningkatan kadar
bilirubin terkon'ugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah
yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
2.6 Pencegahan
Berdasarkan Buku Pedoman Penaggulangan Hepatitis A (Kemenkes, 2012),
Hepatitis A memang seringkali tidak berbahaya, namun lamanya masa penyembuhan
dapat memberikan kerugian ekonomi dan sosial. Penyakit ini juga tidak memiliki
pengobatan spesifik yang dapat mengurangi lama penyakit, sehingga dalam
penatalaksanaan Hepatitis A, tindakan pencegahan adalah yang paling diutamakan.
Pencegahan Hepatitis A dapat dilakukan baik dengan pencegahan non- spesifik
(perubahan perilaku) maupun dengan pencegahan spesifik (imunisasi).
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
3.1 Populasi
Populasi adalah jumlah data keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-
individu yang akan di teliti yaitu Penanganan Pasien Terpapar Virus Hepatitis A
di Puskesmas Hikun. Jumlah populasi yang saya teliti selama prakerin di
Puskesmas Hikun 10 populasi.
3.2 Sampel
Sampel adalah jumlah pasien yang akan di teliti. Sampel yang saya ambil
berjumlah 10 orang. Berikut merupakan table sampel Penanganan Pasien
Terpapar Virus Hepatitis A.
Tabel 3.1
Data Pasien
No Nama Umur Alamat Pekerjaan
1 Tn. A 20 Murung Pudak Mahasiswa
2 Bpk. L 25 Hikun Swasta
3 Nn. C 17 Kapar Pelajar
4 Ny. R 28 Kalahang PNS
5 Tn. S 17 Padang Lumbu Pelajar
6 Nn. S 22 Kalahang Mahasiswi
7 Ny. F 30 Agung Ibu rumah tangga
8 Ny. D 33 Garunggung Petani
9 Nn. E 18 Juai Pelajar
10 Nn. G 16 Murung Pudak Pelajar
14
15
Dari tabel 3.2 dapat diketahui berdasarkan usia >16 memiliki persentase
99% dan usia <17 memiliki presentase 1%, berdasarkan jenis kelamin, Laki-laki
yang terinfeksi memiliki presentase 30% dan Perempuan 70%.
BAB IV
PEMBAHASAN
16
17
− Nutrition Monitoring
− BB pasien dalam batas normal
− Monitor adanya penurunan berat
badan
− Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
− Monitor lingkungan selama makan
22
Temperature regulation
− Monitor suhu minimal tiap 2 jam
− Monitor tanda-tanda hipertermi
dan hipotermi
− Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
Activity Therapy
5.1 Kesimpulan
Dari laporan yang saya buat dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit
Hepatitis adalah gejala peradangan pada ulu hati. Hepatitis umumnya disebabkan
oleh infeksi virus dan juga dapat disebabkankan oleh faktor lain.
5.2 Saran
5.2.1 Untuk Puskesmas
Saran saya untuk Puskesmas Hikun, dari laporan ini adalah, kepada
petugas agar dapat memberikan pelayanan dan penanganan sebaik mungkin,
tidak hanya dengan pengobatan saja tetapi dengan pendidikan kesehatan dan
penyuluhan, karena sangat diperlukan demi upaya mengurangi penderita
penyakit Hepatitis yang ada di puskesmas.
5.2.2 Bagi Siswa(i)
Peneliti menyarankan agar remaja lebih memperhatikan kebersihan alat
makan di kantin sekolah, salah satunya sedotan, karena sedotan dapat menjadi
salah satu cara penularan penyakit Hepatitis tersebut.
5.2.3 Bagi Sekolah
Para guru dapat menyarankan kepada siswa(i) agar membawa tempat
makan dan minum masing-masing untuk mencegah penularan penyakit
Hepatitis di lingkungan sekolah.
28
DAFTAR PUSTAKA
E, Ririn., (2013). “Hepatitis akut disebabkan oleh virus hepatitis A”. Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung; Lampung.
Fitriani, Lia., (2016). Laporan Pendahuluan Hepatitis di Ruang Perawatan Safir RS.
Dr. Moch Ansari Saleh Banjarmasin. Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia Banjarmasin.
Fitness for Men, (2017). Ini Ancaman Paling Bahaya dari Penyakit Hepatitis,
http://www.fitnessformen.co.id/article/8/2017/4516-Ini-Ancaman-Paling-Bahaya-dari-Penyakit-
Hepatitis diakses pada 07 Mei 2020
29