Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hepatitis telah menjadi masalah global, dimana dipengaruhi oleh polamakan,
kebiasaan merokok, gaya hidup tidak sehat, penggunaan obat-obatan, bahkan tingkat
ekonomi dan pendidikan menjadi beberapa penyebab dari penyakit ini.
Penyakit hepatitis merupakan suatu kelainan berupa peradangan organ hati
yang dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain infeksi virus, gangguan
metabolisme, obat-obatan, alkohol, maupun parasit.
Hepatitis juga merupakan salah satu penyakit yang mendapatkan perhatian
serius di Indonesia, terlebih dengan jumlah penduduk yang besar serta kompleksitas
yang terkait.
Selain itu meningkatnya kasus obesitas, diabetes melitus, dan hiperlipidemia,
membawa konsekuensi bagi komplikasi hati, salah satunya hepatitis (Wening Sari,
2008). Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan
klinis, biokimia serta seluler yang khas (Bar, 2002).
Hepatitis telah menjadi masalah global. Saat ini diperkirakan 400 juta orang di
dunia terinfeksi penyakit hepatitis B kronis, bahkan sekitar 1 juta orang meninggal
setiap tahun karena penyakit tersebut. Hepatitis menjadi masalah penting di Indonesia
yang merupakan jumlah penduduk keempat terbesar di dunia (Wening Sari, 2008).
Bukan sakit hati biasa, hepatitis A merupakan penyakit yang menyerang sel-
sel hati manusia, sehingga bisa berdampak pada kemampuan hati untuk berfungsi.
Hepatitis A disebabkan oleh virus menular yang bernama virus hepatitis A. Di Asia
tenggara, penyakit ini menyerang sebanyak 400.000 orang per tahunnya dengan
angka kematian hingga 800 jiwa.
Seseorang dapat mengidap penyakit hati ini bila terkena virus hepatitis A yang
dapat menyebar dengan sangat mudah. Cara utama virus ini menyebar adalah melalui
makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi oleh tinja pengidap hepatitis A.

1
2

Sebenarnya bahaya hepatitis A tidak separah hepatitis B dan hepatitis C,


karena tidak menyebabkan gangguan hati jangka panjang (kronis) dan jarang
berakibat fatal. Namun, hepatitis A dapat menyebabkan kerusakan hati akut yang
cukup berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. Terutama pada orang yang sudah
pernah mengidap penyakit hati sebelum terkena hepatitis A dan pada pengidap
manula. Selain itu, pada sebagian kasus, hepatitis A bisa kambuh lagi.
Wabah hepatitis A merebak di Indonesia, dan selalu terulang setiap tahunnya.
Tahun 2008 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyatakan KLB hepatitis A karena
638 orang teridentifikasi positif mengidap hepatitis A melalui tes darah, dan jumlah
pasien hepatitis A yang dirawat baik inap maupun rawat jalan di salah satu rumah
sakit swasta besar di Yogyakarta sebanyak 980 kasus sepanjang Januari hingga
Agustus 2008. Dinas Kesehatan Provinsi DIY juga menyatakan 65,5% penderita
berasal dari kecamatan Depok kabupaten Sleman, yang mayoritas penduduknya
adalah mahasiswa. Sedangkan persentase mahasiswa yang menderita hepatitis A
tahun 2008 adalah 45% dari total keseluruhan kasus hepatitis A di DIY.
Tahun 2012 kabupaten Banyumas juga mengalami peningkatan kasus
hepatitis A, yaitu laporan Januari 2012 telah ditemukan 30 kasus oleh dinas kesehatan
kabupaten Banyumas. Sebagian besar pengidap adalah mahasiswa dan pelajar.
Mahasiswa memang merupakan pengidap tersering kasus hepatitis A. Hal ini diduga
akibat kebiasaan makan diluar (karena sebagian besar tinggal di kos atau asrama)
yang belum terjamin kebersihannya.
Sedangkan Hepatitis B menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2011
dalam Anna (2011) menyebutkan, hingga saat ini sekitar dua miliar orang terinfeksi
virus hepatitis B di seluruh dunia dan 350 juta orang di antaranya berlanjut jadi
infeksi hepatitis B kronis. Diperkirakan, 600.000 orang meninggal dunia per tahun
karena penyakit tersebut. Angka kejadian infeksi hepatitis B kronis di Indonesia
diperkirakan mencapai 5-10 persen dari jumlah penduduk.
3

Hepatitis B termasuk pembunuh diam-diam karena banyak orang yang tidak


tahu dirinya terinfeksi sehingga terlambat ditangani dan terinfeksi seumur hidup.
Kebanyakan kasus infeksi hepatitis B bisa sembuh dalam waktu enam bulan, tetapi
sekitar 10 persen infeksi bisa berkembang menjadi infeksi kronis.
Infeksi kronis pada hati bisa menyebabkan terjadinya pembentukan jaringan
ikat pada hati sehingga hati berbenjol-benjol dan fungsi hati terganggu dan dalam
jangka panjang penderitanya bisa terkena sirosis serta kanker hati. Data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2007), prevalensi nasional hepatitis klinis sebesar 0,6
persen. Sebanyak 13 provinsi di Indonesia memiliki prevalensi di atas nasional.
Kasus penderita hepatitis tertinggi di provinsi Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara
Timur (NTT).
Penyakit hepatitis kronik menduduki urutan kedua berdasarkan penyebab
kematian pada golongan semua umur dari kelompok penyakit menular. “Rata-rata
penderita hepatitis antara umur 15 – 44 tahun untuk di pedesaan. Penyakit hati ini
menduduki urutan pertama sebagai penyebab kematian.
Menyinggung tentang virus Hepatitis A juga kaitannya dengan Penyakit
kuning akut dapat disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A, B, C, dan E dengan
Hepatitis A dan E sebagai penyebab utama wabah. Gejala kuning pada kasus infeksi
virus Hepatitis A (HAV) muncul pada 2−6 minggu setelah pasien terinfeksi.
Umumnya infeksi HAV tidak akan berkembang menjadi kronis, namun HAV
dapat menyebabkan wabah. Pada tahun 2013 terjadi peningkatan penyakit kuning
akut pada empat provinsi, yaitu Banten, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, dan
Kalimantan Selatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui penyebab penyakit kuning
akut yang terjadi pada kejadian luar biasa di empat provinsi tersebut.
Pengumpulan data dilakukan dari merebaknya kasus penyakit kuning akut
selama tahun 2013 di empat provinsi di Indonesia. Spesimen dikumpulkan dan
dikirim ke laboratorium Virologi di Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis
dan Teknologi Dasar Kesehatan (Puslitbang BTDK), Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Spesimen diuji antibodi IgM
4

HAV menggunakan metode enzyme immunoassay. Puslitbang BTDK menerima 102


spesimen dari tujuh kali laporan peningkatan kasus di empat provinsi, yaitu Banten,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Kepulauan Riau. Dari keseluruhan 102
spesimen, 38 spesimen (37%) positif IgM HAV, meliputi Banten 3 (2,9%),
Kalimantan Selatan 7 (6,9%), Kepulauan Riau 4 (3,9%), dan Kalimantan Barat 24
(23,5%). Lebih banyak kasus perempuan dibanding dengan laki-laki dan dominan
pada usia dewasa. Infeksi HAV adalah penyebab sindrom penyakit kuning akut di
empat provinsi di Indonesia.
Indonesia telah mengusulkan kepada WHO agar hepatitis menjadi isu dunia
dengan menetapkannya sebagai resolusi World Health Assembly (WHA) tentang
viral hepatitis. Usulan tersebut diterima WHO untuk dibahas dalam sidang WHA atau
majelis kesehatan sedunia ke-63 pada bulan Mei 2010 yang menetapkan tanggal 28
Juli sebagai hari hepatitis sedunia.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.1.1 Diperolehnya pengetahuan atau gambaran pelaksanaan Asuhan
Keperawatan pada kasus: Hepatitis Akut di PUSKESMAS HIKUN
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subyektif dan data
1.2.2.2 Menganalisa data yang diperoleh.
1.2.2.3 Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem pencernaan: hepatitis.
1.2.2.4 Membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem pencernaan: hepatitis akut.
1.2.2.5 Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang
ditentukan.
1.2.2.6 Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
5

1.2.2.7 Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan pada pasien dengan


gangguan sistem pencernaan: hepatitis akut.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Siswa Siswa
Agar bisa belajar bagai mana cara mengatasi pasien yang mengalami Hepatitis
A dan mengetahui Hubungan tentang tingkat kesadaran masyarakat mengenai
penyakit HEPATITIS A
1.3.2 Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan bacaan, sumber
pusaka tentang Hepatitis A bagi para pelajar sekolah
1.3.3 Bagi institusi kesehatan
Memberikan penanganan yang baik dan benar pada klien Hepatitis A
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hepatitis
Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap
virus, obat atau alkohol (FKAUI, 2006).
Hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,
biokimia serta seluler yang khas (Wening Sari, 2008).
Hepatitis merupakan suatu peradangan hati yang dapat disebabkan oleh
infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati (Corwn
Elizabeth J, 2001).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan
inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia
serta seluler yang khas. Hepatitis virus yang sudah teridentifikasi secara pasti adalah
hepatitis A, B, C, D dan E. Hepatitis A dan E mempunyai cara penularan yang serupa
(jalur vekal-oral) sedangkan hepatitis B, C dan D mempunyai banyak karakteristik
yang sama (Smeltzer Suzanne C 2002).
Virus hepatitis A adalah suatu penyakit dengan distribusi global. Prevalensi
infeksi yang ditandai dengan tingkatan antibody anti-HAV telah diketahui secara
universal dan erat hubungannya dengan standar sanitasi/kesehatan daerah yang
bersangkutan. Meskipun virus hepatitis A ditularkan melalui air dan makanan yang
tercemar, namun hampir sebagian besar infeksi HAV didapat melalui transmisi
endemic atau sporadic yang sifatnya tidakbegitu dramatis.Epidemiologi dan transmisi
VHA mencakup beberapa faktor sebagai berikut :
Variasi musim dan geografi. Di daerah dengan 4 musim, infeksi VHA terjadi
secarea epidemic musiman yang puncaknya biasanya terjadi pada akhir musim semi
dan awal musim dingin. Penurunan kejadian VHA akhir-akhir ini telah menunjukan
bahwa infeksi VHA terbatas pada kelompok social tertentu yaitu kelompok turis yang
7

sering bepergian, sehingga variasi musiman sudah tidak begitu menonjol lagi.
Di daerah tropis puncak insiden yang pernah dilaporkan cenderung untuk terjadi
selama musim hujan dan pola epidemic siklik berulang setiap 5-10 tahun sekali, yang
mirip dengan penyakit virus lain.
Usia Insidens. Semua kelompok umur secara umum rawan terhadap infeksi
VHA. Insidens tertinggi pada populasi orang sipil, anak sekolah, tetapi dibanyak
negara di Eropa Utara dan Amerika Utara ternyata sebagian kasus terjadi pada orang
dewasa. Di negara berkembang dimana kondisi hygiene dan sanitasi sangat rendah,
paparan universal terhadap VHA teridentifikasi dengan adanya prevalensi anti-VHA
yang sangat tinggi pada tahun pertama kehidupan dan tentu saja gambaran usia
prevalensi anti-HAV benar-benar tergantung pada kondisi-kondisi sosio-ekonomi
sebelumnya. Peningkatan prevalensi anti-HAV yang berhubungan dengan umur
mulai terjadi dan lebih nyata di daerah dengan kondisi kesehatan dibawah standar.
Di negara-negara yang maju secara kontras diketahui bahwa insidens infeksi
virus hepatitis A telah menurun dalam beberapa tahun terakhir ini dan telah beralih ke
usia yang lebih tua, hal ini disebabkan kondisi secara social dan ekonomi lebih baik,
begitu pula hygiene dan sanitasi. Seperti di negara-negara lain di dunia di Indonesia
pun hepatitis A merupakan masalah kesehatan. Berdasarkan data yang berasal dari
rumah sakit, hepatitis A masih merupakan bagian terbesar dari kasus-kasus hepatitis
akut yang dirawat yaitu berkisar dari 39,8%-68,3 kemudan disusul oleh hepatitis non
A-non B sekitar 15,5%-46,4% dan hepatitis B 6,4%-25,9%.
Itulah beberapa definisi mengenai Hepatitis dan Hepatitis A, yang dapat
dirangkum. Pada umumnya Hepatitis adalah merupakan Virus.

2.2 Etiologi
2.2.1 Hepatitis A
Hepatitis A dengan Nama virusnya HAV/Hepatitis infeksiosa dengan agen
virus RNA untai tunggal dan disebabkan oleh virus RNA dari famili enterovirus
serta dapat terjadi pada usia anak-anak & dewasa muda. Cara penularan fekal-
8

oral, makanan, penularan melalui air, parenteral (jarang), seksual (mungkin) dan
penularan melalui darah. Masa inkubasi 15-45 hari, rata-rata 30 hari pada usia
anak-anak dan dewasa muda. Resiko penularan pada sanitasi buruk, daerah padat
seperti rumah sakit, pengguna obat, hubungan seksual dengan orang terinfeksi
dan daerah endemis. Tanda dan gejala dapat terjadi dengan atau tanpa gejala,
sakit mirip flu.
Virus ini merupakan virus RNA kecil berdiameter 27 nm yang dapat
dideteksi didalam feses pada masa inkubasi dan fase praikterik. Awalnya kadar
antibodi IgM anti-HAV meningkat tajam, sehingga memudahkan untuk
mendiagnosis secara tepat adanya suatu inveksi HAV. Setelah masa akut antibodi
IgG anti-HAV menjadi dominan dan bertahan seterusnya hingga menunjukkan
bahwa penderita pernah mengalami infeksi HAV di masa lampau da memiliki
imunitas sedangkan keadaan karier tidak pernah ditemukan.
Virus dengan ukuran diameter 27 nanometer dengan bentuk kubus simetrik
tergolong virus hepatitis terkecil, termasuk golongan pikornavirus. Ternyata
hanya terdapat satu serotype yang dapat menimbulkan hepatitis pada manusia.
Dengan mikroskop electron terlihat virus tidak memiliki mantel, hanya memiliki
suatu nukleokapsid yang merupakan ciri khas dari antigen virus hepatitis A.
Seuntai molekul RNA terdapat dalam kapsid, satu ujung dari RNA ini
disebut viral protein genomik (VPg) yang berfungsi menyerang ribosom
sitoplasma sel hati. Virus hepatitis A bisa dibiak dalam kultur jaringan. Replikasi
dalam tubuh dapat terjadi dalam sel epitel usus dan epitel hati.
Virus hepatitis A yang ditemukan ditinja berasal dari empedu yang
dieksresikan dari sel-sel hati setelah replikasinya, melalui sel saluran empedu dan
dari sel epitel usus. Virus hepatitis A sangat stabil dan tidak rusak dengan
perebusan singkat dan tahan terhadap panas pada suhu 60ºC selama ± 1 jam.
Stabil pada suhu udara dan pH yang rendah. Tahan terhadap pH asam dan asam
empedu memungkinkan VHA melalui lambung dan dikeluarkan dari tubuh
melalui saluran empedu.
9

Manifestasi kliniknya banyak pasien tidak tampak ikterik dan tanpa gejala.
Ketika gejalanya muncul bentuknya berupa infeksi saluran nafas atas dan
anoreksia yang terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak atau akibat
kegagalan sel hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang
abnormal. Gejala dispepsia dapat ditandai dengan rasa nyeri epigastium,mual,
nyeri ulu hati dan flatulensi. Semua gejala akan hilang setelah fase ikterus.
2.2.2 Hepatitis B
Hepatitis B dengan nama virus HBV/Hepatitis serum dengan agen virus
DNA berselubung ganda yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularannya
parenteral (fekal-oral) terutama melalui darah, kontak langsung, kontak seksual,
oral-oral dan perinatal. Masa inkubasinya 50-180 hari dengan rata-rata 60-90
hari. Resiko penularan pada aktivitas homoseksual, pasangan seksual multipel,
pengguna obat melalui suntikan IV, hemodialisis kronis, pekerja layanan
kesehatan, tranfusi darah dan bayi lahir dengan ibu terinfeksi. Bisa terjadi tanpa
gejala akan tetapi bisa timbul atralgia dan ruam. Dapat juga mengalami
penurunan selera makan, dispepsia, nyeri abdomen, pegal-pegal menyeluruh,
tidak enak badan dan lemah. Apabila ikterus akan disertai dengan tinja berwarna
cerah dan urin berwarna gelap. Hati penderita akan terasa nyeri tekan dan
membesar hingga panjangnya mencapai 12-14 cm, limpa membesar dan kelenjar
limfe servikal posterior juga membesar.
Virus hepatitis B merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel
HbcAg, HbsAg, HbeAg dan HbxAg. Virus ini mengadakan replikasi dalam hati
dan tetap berada dalam serum selama periode yang relatif lama sehingga
memungkinkan penularan virus tersebut.
2.2.3 Hepatitis C
Hepatitis C dengan nama virusnya RNA HCV/sebelumnya NANBH
dengan agen virus RNA untai tunggal yang dapat terjadi pada semua usia. Cara
penularan terutama melalui darah hubungan seksual dan perinatal. Masa
inkubasinya 15-160 hari dengan rata-rata 50 hari. Resiko penularannya pada
10

pengguna obat suntik, pasien hemodialisis, pekerja layanan keehatan, hubungan


seksual, resipien infeksi sebelum Juli 1992, resipien faktor pembekuan sebelum
tahun 1987 dan bayi yang lahir dari ibu terinfeksi.
HCV merupakan virus RNA rantai tunggal, linear berdiameter 50-60 nm.
Pemeriksaan imun enzim untuk mendeteksi antibodi terhadap HCV banyak
menghasilkan negatif-palsu sehingga digunakan pemeriksaan rekombinan
suplemental (recombinant assay, RIBA).
2.2.4 Hepatitis D
Nama virusnya RNA HDV/agen delta atau HDV (delta) dengan agen virus
RNA untai tunggal, dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama darah
tapi sebagian melalui hubungan seksual dan parenteral. Masa inkubasinya 30-60
hari, 21-140 hari rata-rata 40 hari yang terjadi pada semua usia. Resiko penularan
pada pengguna obat IV, penderita hemovilia dan resipien konsentrat faktor
pembekuan.
Hepatitis D terdapat pada beberapa kasus hepatitis B. Karena memerlukan
antigen permukaan hepatitis B untuk replikasinya, maka hanya penderita
hepatitis B yang beresiko terkenahepatitis D. Antibodi anti-delta dengan adanya
BBAg pada pemeriksaan laboratorium memastikan diagnosis tersebut.  Gejala
hepatitis D serupa hepatitis B kecuali pasiennya lebih cenderung untuk menderita
hepatitis fulminan dan berlanjut menjadi hepatitis aktif yang kronis serta sirosis
hati.
2.2.5 Hepatitis E
Hepatitis E dengan nama virusnya RNA HEV/agen penyebab utama untuk
NANBH dengan agen virus RNA untai tunggal tak berkapsul. Cara penularan
fekal-oral dan melali air, bisa terjadi pada dewasa muda hingga pertengahan.
Masa inkubasinya 15-60 hari, rata-rata 40 hari. Resiko penularannya pada air
minum terkontaminasi dan wisatawan pada daerah endemis.
HEV merupakan suatu virus rantai tunggal yang kecil berdiameterkurang
lebih 32-34 nm dan tidak berkapsul. HEV adalah jenis hepatitis non-A, non-B,
11

pemeriksaan serologis untuk HEV menggunakan pemeriksaan imun enzim yang


dikodekan khusus.
2.2.6 Hepatitis Toksik
Mendapat riwayat pajanan atau kontak dengan zat-zat kimia, obat atau
preparat lain yang bersifat hepatotoksik. Gejala yang dijumpai adalah anoreksia,
mual dan muntah. Pemulihan cepat apabila hepatotoksin dikenali dandihilangkan
secara dini atau kontak dengan penyebabnya terbatas. Terapi ditujukan pada
tindakan untuk memulihkan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit, penggantian darah, memberikan rasa nyaman dan tindakan pendukung.
2.2.7 Hepatitis yang Ditimbulkan oleh Obat
Setiap obat dapat mempengaruhi fungsi hati namun obat yang paling
berkaitan denagn cedera hati tidak terbatas pada obat anastesi tapi mencakup
obat-obat yang dipakai untuk mengobati penakit rematik seta muskuloskletal,
obat anti depresan, psikotropik, antikonvulsan dan antituberkulosis.

2.3 Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitisA dapat disebabkan olehinfeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan- bahan kimia.8nit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memilikisuplai
darah sendiri. Seiring dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, polanormal pada
hepar terganggu. gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini
menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah le&atmasanya, sel-sel
hepar yang men'adi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistemimun dan digantikan
oleh sel-sel hepar baru yang sehat. oleh karenanya, sebagian besar klien yang
mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar, karena invasi virus akan menyebabkan peningkatansuhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memi"u timbulnya perasaan tidak nyaman
pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanyarasa mual dan
nyeri di ulu hati. Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Ataupun
12

jumlah bilirubin yang belum mengalami kon'ugasi masuk ke dalam hati tetap
normal,tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik,
makater'adi kesukaran pengangkutan bilirubin tersebut di dalam hati.
Selain itu 'ugater'adi kesulitan dalam hal kon'ugasi. Akibatnya bilirubin tidak
sempurnadikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena ter'adi retensi (akibat
kerusakan selekskresi dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami
kon'ugasi(bilirubin indirek.;adi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan
karenakesukaran dalam pengangkutan, kon'ugasi dan ekskresi bilirubin.:in'a
mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tin'a tampak pu"at(abolis. arena
bilirubin kon'ugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat di ekskresi ke dalam kemih,
sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih ber&arna gelap. meningkatan kadar
bilirubin terkon'ugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah
yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

2.4 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala awal infeksi virus Hepatitis A sangat bervariasi dan bersifat
tidak spesifik. Demam, kelelahan, anoreksia (tidak nafsu makan) dan gangguan
pencernaan (mual, muntah, kembung) dapat ditemukan pada awal penyakit. Dalam
waktu 1 minggu, beberapa penderita dapat mengalami gejala kuning disertai gatal
(ikterus), buang air kecil berwarna seperti teh, dan tinja berwarna pucat. Infeksi pada
anak berusia di bawah 5 tahun umumnya tidak memberikan gejala yang jelas dan
hanya 10% yang akan memberikan gejala ikterus.
Pada anak yang lebih tua dan dewasa, gejala yang muncul biasanya lebih berat
dan ikterus terjadi pada lebih dari 70% penderita. Masa inkubasi 15-50 hari, rata-rata
28-30 hari (Kemenkes, 2012). Menurut Wicaksono (2014) gejala hepatitis akut
terbagi dalam 4 tahap yaitu fase inkubasi, fase prodromal (pra ikterik), fase ikterus,
dan fase konvalesen (penyembuhan).
13

2.5 Penatalaksanaan Hepatitis A


Penatalaksanaan hepatitis A virus sebagian besar adalah terapi suportif, yang
terdiri dari bed rest sampai dengan ikterus mereda, diet tinggi kalori, penghentian dari
pengobatan yang beresiko hepatotoxic, dan pembatasan dari konsumsi alkohol.
Sebagian besar dari kasus hepatitis A virus tidak memerlukan rawat inap. Rawat inap
direkomendasikan untuk pasien dengan usia lanjut, malnutrisi, kehamilan, terapi
imunosupresif, pengobatan yang mengandung obat hepatotoxic, pasien muntah
berlebih tanpa diimbangi dengan asupan cairan yang adekuat, penyakit hati
kronis/didasari oleh kondisi medis yang serius, dan apabila pada pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang didapatkan gejala-gejala dari hepatitis fulminan

2.6 Pencegahan
Berdasarkan Buku Pedoman Penaggulangan Hepatitis A (Kemenkes, 2012),
Hepatitis A memang seringkali tidak berbahaya, namun lamanya masa penyembuhan
dapat memberikan kerugian ekonomi dan sosial. Penyakit ini juga tidak memiliki
pengobatan spesifik yang dapat mengurangi lama penyakit, sehingga dalam
penatalaksanaan Hepatitis A, tindakan pencegahan adalah yang paling diutamakan.
Pencegahan Hepatitis A dapat dilakukan baik dengan pencegahan non- spesifik
(perubahan perilaku) maupun dengan pencegahan spesifik (imunisasi).
BAB III
TINJAUAN KHUSUS

3.1 Populasi
Populasi adalah jumlah data keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-
individu yang akan di teliti yaitu Penanganan Pasien Terpapar Virus Hepatitis A
di Puskesmas Hikun. Jumlah populasi yang saya teliti selama prakerin di
Puskesmas Hikun 10 populasi.

3.2 Sampel
Sampel adalah jumlah pasien yang akan di teliti. Sampel yang saya ambil
berjumlah 10 orang. Berikut merupakan table sampel Penanganan Pasien
Terpapar Virus Hepatitis A.
Tabel 3.1
Data Pasien
No Nama Umur Alamat Pekerjaan

1 Tn. A 20 Murung Pudak Mahasiswa

2 Bpk. L 25 Hikun Swasta

3 Nn. C 17 Kapar Pelajar

4 Ny. R 28 Kalahang PNS

5 Tn. S 17 Padang Lumbu Pelajar

6 Nn. S 22 Kalahang Mahasiswi

7 Ny. F 30 Agung Ibu rumah tangga

8 Ny. D 33 Garunggung Petani

9 Nn. E 18 Juai Pelajar

10 Nn. G 16 Murung Pudak Pelajar

14
15

Saya melakukan penelitian di Puskesmas Hikun, pada 10 orang dengan


masalah terpapar Virus Hepatitis.
3.2 Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Tabel 3.2
Distribusi frekuensi berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Berdasarkan Usia dan Jenis Jumlah Persentase
Kelamin

>16 9 Orang 99%

<17 1 Orang 1%

Total 10 Orang 100%

Laki-Laki 3 Orang 30%

Perempuan 7 Orang 70%

Total 10 100%

Dari tabel 3.2 dapat diketahui berdasarkan usia >16 memiliki persentase
99% dan usia <17 memiliki presentase 1%, berdasarkan jenis kelamin, Laki-laki
yang terinfeksi memiliki presentase 30% dan Perempuan 70%.
16
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Penderita Hepatitis


Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan
inflamasi pada sel- sel hati yang menghasilakan kumpulan perubahan klinis, biokimia
serta seluler yang khas. Sampai saat ini telah teridentifikasi lima tipe hepatitis virus
yang pasti: hepatitis A, B, C, D, E. Hepatitis A dan E mempunyai cara penularan
yang serupa ( jalur fekal – oral ) sedangkan hepatitis B, C, dan D memilki banyak
karateristik yang sama.
Hepatitis kemungkinan terjadi sebagai infeksi sekunder selama perjalanan
infeksi dengan virus-virus lainnya, seperti :
 Cytomegalovirus
 Virus Epstein-Barr
 Virus Herpes simplex
 Virus Varicella-zoster
Klien biasanya sembuh secara total dari hepatitis, tetapi kemungkinan mempunyai
penyakit liver residu. Meskipun angka kematian hepatitis relatif lama, pada hepatitis
virus akut bisa berakhir dengan kematian.
Hepatitis merupakan virus yang dapat menyebar melalui bermacam-macam
cara sesuai dengan jenisnya. Dalam hal ini bermacam faktor pun menjadi penyebab,
dimulai dari makanan yang kurang bersih, peralatan makan yang digunakan secara
bersama-sama, dari hubungan intim, dari keringat dan air liur.
Virus ini juga dapat menyerang jika daya tahan tubuh melemah. Pemicu daya
tahan tubuh melemah bisa disebabkan oleh pikiran yang menumpuk, stres karena
pekerjaan dan lainnya sehingga hal itu dapat memicu melemahnya daya tahan tubuh.
Disebutkan bahwa usia tidak menjadi pengecualian, karena hepatitis
merupakan virus dapat menyerang siapa saja tidak pandang usia.

17
18

4.2 Hubungan Antara Usia dan Penyakit Hepatitis


Telah disebutkan bahwa usia tidak menjadi pengecualian seseorang terserang
penyakit hepatitis. Hepatitis yang merupakan virus dapat menyerang siapa saja.
Imunitas yang menurun adalah penyebab yang sangat sering orang terpapar penyakit
terutama virus (Fenny, dalam wawancara).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia responden adalah 50 persen


(kategori dewasa). Secara teori, umur seseorang akan berpengaruh pada kedewasaan
seseorang sehingga akan berdampak pula pada perilaku yang dihasilkan. Hal ini
sesuai dengan teori Notoatmodjo (2007) yang menyebutkan bahwa salah satu faktor
penentu perilaku seseorang adalah usia dan kedewasaan.
Bentuk kedewasaan ini terlihat sebanyak 98 (89,1%) responden berperilaku
baik dalam pencegahan hepatitis. Ini membuktikan bahwa responden telah mampu
untuk mengambil keputusan dalam berperilaku. Notoatmodjo (2007) mengemukaan
bahwa bentuk kedewasaan seseorang adalah mampu untuk mengambil keputusan
terhadap dirinya sendiri terutama dalam peningkatan kesehatan.
Hal diatas juga tidak menutup kemungkinan semakin dewasa seseorang
semakin banyak hal yang perlu dipikirkan, semisal dalam menata hidup. Di dalam
menata hidup banyak sekali rintangan yang harus dilalui, hal itu adalah salah satu
pemicu seseorang menjadi stres dan fikiran yang jarang sekali terkendali. Bukan
hanya orang dewasa, remaja dan anak kecil pun juga rentan terpapar jika kurang
perhatian dan tidak menjaga kesehatan dengan baik. Hal ini sangat jelas sekali bahwa
usia adalah bukan pengecualian seseorang terpapar virus.

4.3 Bahaya Hepatitis


Hepatitis merupakan penyakit yang membuat kualitas hidup seorang menurun
drastis dan bahkan mendatangkan kematian. Di antara tiga kelompok hepatitis,
19

umumnya virus hepatitis B dan C menyebabkan kerusakan hati secara masif dan
sistematis.

Menurut ahli gastroenterologi dari Gleneagles Hospital Singapura, Dr. Ooi


Choon Jin, seseorang yang sudah terdiagnosa terkena hepatitis mereka harus
mendapatkan pengobatan intensif dari dokter spesialis. Sebab, jika tak ditangani
dengan cepat dan tak tepat, penyakitnya berkembang dan jadi sulit diobati.
“Bila sudah dalam masa kronis – di atas enam bulan, penyakit itu jadi
penyakit yang sulit disembuhkan. Imbas dari kerusakan ini ialah menganggu sistem
metabolisme tubuh, ketidakmampuan menetralisir racun, dan berpotensi berkembang
menjadi kanker,” ungkapnya, kepada Fitness for Men, belum lama ini .
Kronologi kerusakannya, lanjut dr Ooi, dimulai muncul benjolan-benjolan
pada bagian luar hati, peradangan, berkembang menjadi fibrosis, hingga akhirnya
masuk ke tahap sirosis atau pengerasan jaringan sel hati.
Di fase sirosis, kerap terjadi jaringan parut di hampir semua bagian hati.
Dalam kondisi ini, sel-sel hati tak lagi berfungsi dan tanpa penanganan yang serius,
perlahan namun pasti kerusakan sel itu akan menjangkiti seluruh organ liver – seiring
dengan penurunan kinerja liver yang ditandai dengan kenaikan kadar bilirubin dalam
tubuh.
“Menurut data WHO tahun 2013, angka penderita penyakit liver di Indonesia
diperkirakan mencapai 28 juta orang. Artinya, di setiap 10 orang Indonesia, terdapat
lebih dari satu orang penderita penyakit liver,” kata dr. Ooi. “Sekitar 70 persen dari
jumlah tersebut adalah penderita Hepatitis B, sedangkan 10 juta di antaranya
merupakan penderita fibrosis hati, serta 3 - 5 juta dari populasi tersebut terkena
sirosis hati,” tambahnya.
Tak sebatas itu, penyakit ini pun sering disebut sillent killer karena
kemungkinan tak timbulnya gejala. Oleh sebab itu, pencegahan dini melalui
melakukan skrining ialah cara terbaik.
20

4.4 Diagnosa Keperawatan


NO Diagnosa NOC NIC
keperawatan

1 Nyeri akut NOC : NIC :


berhubungan denganv  Pain Level, Pain Management
angen injuri biologisv  Pain control,
v  Comfort level
 Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif termasuk
Kriteria Hasil :
lokasi, karakteristik, durasi,
 Mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan faktor
nyeri (tahu presipitasi
penyebab nyeri,  Observasi reaksi nonverbal dari
mampu ketidaknyamanan
menggunakan  Gunakan teknik komunikasi
tehnik terapeutik untuk mengetahui
nonfarmakologi pengalaman nyeri pasien
untuk mengurangi  Kaji kultur yang mempengaruhi
nyeri, mencari respon nyeri
bantuan)  Evaluasi pengalaman nyeri masa
 Melaporkan bahwa lampau
nyeri berkurang  Evaluasi bersama pasien dan tim
dengan kesehatan lain tentang
menggunakan ketidakefektifan kontrol nyeri
manajemen nyeri masa lampau
 Mampu mengenali  Bantu pasien dan keluarga untuk
21

nyeri (skala, mencari dan menemukan


intensitas, dukungan
frekuensi dan tanda  Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri) mempengaruhi nyeri seperti
 Menyatakan rasa suhu ruangan, pencahayaan dan
nyaman setelah kebisingan
nyeri berkurang  Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Tanda vital dalam  Pilih dan lakukan penanganan
rentang normal nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
 Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri

2 Ketidakseimbangan NOC : NIC :


nutrisi kurang dari Nutritional Status ; Nutrition Management
kebutuhan tubuh
22

berhubungan dengan food and fluid intake


tidak mampu dalam
 Kaji adanya alergi makanan
memasukkan, Kriteria Hasil :
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
mencerna,
menentukan jumlah kalori dan
mengabsorbsi
 Adanya nutrisi yangdibutuhkan pasien
makanan karena
penngkatan berat  Anjurkan pasien untuk
faktor biologi.
badan sesuai meningkatkan intake Fe
dengan tujuan  Anjurkan pasien untuk
 Berat badan ideal meningkatkan protein da vitamin C
sesuai dengan  Berikan substansi gula
tinggi badan  Yakinkan diet yang dimakan
 Mampu mengandung tinggi serat untuk
mengidentifikasi mencegah konstipasi
kebutuhan nutrisi  Berikan makanan yang terpilih
 Tidak ada tanda-  Ajarkan pasien bagaimana membuat
tanda malnutrisi catatan makaan harian
 Tidak terjadi  Monitor julahnutrisi dan kandungan
penurunan berat kalori
badan yang berarti  Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
 Kaji kemampuanpasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

 Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas normal
 Monitor adanya penurunan berat
23

badan
 Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
 Monitor lingkungan selama makan
 Jadwalkan pengobatan datindakan
tidak selama jam makan
 Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, rambut kusam
dan mudah patah
 Monitor mual dan muntah
 Monitor kadar albumin, total
protein, Hb dan kadar Ht
 Montor makanan esukaan
 Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
 Monitor pucat, kemerahan dan
kekeringan jaringan konjungtiva
 Monitor kalori dan intake nutrisi
 Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oral
 Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet

3 Hipertermia NOC : NIC :


berhubungan dengan
24

proses penyakit Thermoregulation Fever treatment

Kriteria Hasil :
 Monitor suhu sesering mungkin
 Suhu tubuh dalam  Monitor IWL
rentang normal  Monitor warna dan suhu kulit
 Nadi dan RR  Monitor tekanan darah, nadi dan
dalam rentang RR
normal  Monitor penurunan tingkat
 Tidak ada kesadaran
perubahan warna  Monitor intake dan output
kulit dan tidak ada  Berikan cairan intravena
pusing, merasa
 Kompres pasien pada lipat paha
nyaman
dan aksila
 Tingkatkan sirkulasi udara

Temperature regulation

 Monitor suhu minimal tiap 2 jam


 Monitor tanda-tanda hipertermi
dan hipotermi
 Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi

Vital sign Monitoring

 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR


 Catat adanya fluktuasi tekanan
25

darah
 Monitor Vital Sign saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

4 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


berhubungan denganv  Energy conservation Energy Management
kelelahan v  Self Care : ADLs

 Observasi adanya pembatasan klien


Kriteria Hasil :
dalam melakukan aktivitas
26

 Dorong anal untuk mengungkapkan


perasaan terhadap keterbatasan
 Berpartisipasi
 Kaji adanya factor yang
dalam aktivitas
menyebabkan kelelahan
fisik tanpa disertai
 Monitor nutrisi  dan sumber energi
peningkatan
tangadekuat
tekanan darah,
nadi dan RR  Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi secara
 Mampu
berlebihan
melakukan
aktivitas sehari  Monitor respon kardivaskuler 
hari (ADLs) terhadap aktivitas

secara mandiri  Monitor pola tidur dan lamanya


tidur/istirahat pasien

Activity Therapy

 Kolaborasikan dengan Tenaga


Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan progran terapi
yang tepat.
 Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
 Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
social
27

 Bantu untuk mengidentifikasi dan


mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
 Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi roda,
krek
 Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
 Monitor respon fisik, emoi, social
dan spiritual

5 Resiko kerusakan NOC : NIC :


integritas kulit Tissue Integrity : Pressure Management
berhubungan dengan Skin and Mucous
pruritus Membranes
 Anjurkan pasien untuk
28

Batasan menggunakan pakaian yang


karakteristik : Kriteria Hasil : longgar
 Hindari kerutan padaa tempat tidur
 Gangguan pada
bagian tubuh  Jaga kebersihan kulit agar tetap
 Integritas kulit
 Kerusakan bersih dan kering
yang baik bisa
lapisan kulit  Mobilisasi pasien (ubah posisi
dipertahankan
(dermis) pasien) setiap dua jam sekali
 Melaporkan
 Monitor kulit akan adanya
adanya gangguan
kemerahan
 Gangguan sensasi atau nyeri
permukaan kulit pada daerah kulit  Oleskan lotion atau minyak/baby
(epidermis) yang mengalami oil pada derah yang tertekan

gangguan  Monitor aktivitas dan mobilisasi


 Menunjukkan pasien

pemahaman dalam  Monitor status nutrisi pasien


proses perbaikan  Memandikan pasien dengan sabun
kulit dan dan air hangat
mencegah
terjadinya sedera
berulang
 Mampumelindung
i kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami
29
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari laporan yang saya buat dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit
Hepatitis adalah gejala peradangan pada ulu hati. Hepatitis umumnya disebabkan
oleh infeksi virus dan juga dapat disebabkankan oleh faktor lain.

5.2 Saran
5.2.1 Untuk Puskesmas
Saran saya untuk Puskesmas Hikun, dari laporan ini adalah, kepada
petugas agar dapat memberikan pelayanan dan penanganan sebaik mungkin,
tidak hanya dengan pengobatan saja tetapi dengan pendidikan kesehatan dan
penyuluhan, karena sangat diperlukan demi upaya mengurangi penderita
penyakit Hepatitis yang ada di puskesmas.
5.2.2 Bagi Siswa(i)
Peneliti menyarankan agar remaja lebih memperhatikan kebersihan alat
makan di kantin sekolah, salah satunya sedotan, karena sedotan dapat menjadi
salah satu cara penularan penyakit Hepatitis tersebut.
5.2.3 Bagi Sekolah
Para guru dapat menyarankan kepada siswa(i) agar membawa tempat
makan dan minum masing-masing untuk mencegah penularan penyakit
Hepatitis di lingkungan sekolah.

30
DAFTAR PUSTAKA

E, Ririn., (2013). “Hepatitis akut disebabkan oleh virus hepatitis A”. Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung; Lampung.

Fitriani, Lia., (2016). Laporan Pendahuluan Hepatitis di Ruang Perawatan Safir RS.
Dr. Moch Ansari Saleh Banjarmasin. Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia Banjarmasin.

Halo doc, (2018). Ketahui Bahaya Hepatitis A dan Cara Mengatasinya,


https://www.halodoc.com/ketahui-bahaya-hepatitis-a-dan-cara-mengatasinya diakses
pada 05 Mei 2020

Fitness for Men, (2017). Ini Ancaman Paling Bahaya dari Penyakit Hepatitis,
http://www.fitnessformen.co.id/article/8/2017/4516-Ini-Ancaman-Paling-Bahaya-dari-Penyakit-
Hepatitis diakses pada 07 Mei 2020

Pratiwi, Eka., Soekarso, Triyani., Adam, Kindi., Setiawaty, Vivi., (2013).


“Identifikasi Virus Hepatitis A pada Sindrom Penyakit Kuning Akut di
Beberapa Provinsi di Indonesia” dalam Global Medical and Health
Communication, Vol. 5 No. 3 Tahun 2017. Jakarta Pusat: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Rian, Silvia. Scribd. Makalah Folio dan Hepatitis,


https://id.scribd.com/document/371136857/MAKALAH-FOLIO-DAN-HEPATITIS-docx-docx
diakses pada 05 Mei 2020

31

Anda mungkin juga menyukai