Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit tekanan


darah tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal. Seseorang dinyatakan mengalami penyakit hipertensi bila
tekanan sistolik mencapai di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90
mmHg (Junaidi, 2010). Pemerintah Indonesia dalam hal ini telah memberikan
perhatian serius dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular
termasuk hipertensi.
Hal tersebut dapat dilihat melalui dibentuknya Direktorat Pengendalian
Penyakit Tidak Menular berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1575
Tahun 2005 (Departemen Kesehatan RI, 2010). Di seluruh dunia terutama di
negara-negara maju dan berkembang, hipertensi merupakan masalah kesehatan
yang cukup lazim ditemukan pada usia lanjut(lansia). Di Amerika Serikat,
sekitar 18-32% penduduknya menderita hipertensi, sedangkan di Cina
persentase kasusnya lebih rendah, yaitu sekitar 13%.
Di Indonesia prevalensi hipertensi lebih tinggi jika dibandingkan dengan
Singapura yang mencapai 27,3%, Thailand dengan 22,7% dan Malaysia
mencapai 20%. Tingkat prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,
7 persen dari total jumlah penduduk dewasa (Dhuha, 2011). Salah satu faktor
resiko yang dapat dikendalikan yang bisa menyebabkan terjadinya hipertensi
adalah pola makan. Perilaku makan di Indonesia terutama pada penduduk
miskin adalah adanya kecendrungan tingginya konsumsi makanan karbohidrat
tinggi dan rendah protein, serat dan vitamin, karena karbohidrat masih
merupakan sumber energi yang murah.
Sebagian orang mengonsumsi makanan dengan porsi yang jauh lebih besar
daripada yang seharusnya, begitu pula sebaliknya (Indrawati, 2009).
Faktor makanan yang merupakan penentu dari tingginya tekanan darah adalah

1
kelebihan lemak dalam tubuh, intake garam yang tinggi dan konsumsi alkohol
berlebihan, sedangkan salah satu faktor resiko yang tidak bisa di kendalikan
yaitu usia. Seiring dengan bertambahnya usia, tekanan darah sistolik biasanya
menurun, akan tetapi tekanan darah diastolik umumnya meningkat (Vitahealth,
2005). Menua merupakan proses alami yang dihadapi oleh setiap individu
dengan adanya perubahan kondisi fisik, psikologis dan sosial yang saling
berinteraksi satu sama lain. Meningkatnya usia menyebabkan seseorang menjadi
rentan terserang berbagai macam penyakit (Departemen Kesehatan RI, 2010).

1.2.Tujuan Penelitian
1.2.1. Umum
Untuk mengetahui hubungan pola makan yang mempengaruhi
penyakit Hipertensi pada lansia.
1.2.2. Khusus
1.2.2.1. Untuk mengetahui konsep Hipertensi.
1.2.2.2. Untuk mengetahui hubungan pola makan yang menyebabkan
penyakit hipertensi pada lansia di Puskesmas Murung Pudak.
1.3.Manfaat Penelitian
1.3.1. Bagi Siswa Siswi
Agar bisa belajar bagaimana cara mengatasi pasien yang
mengalami Hipertensi dan mengetahui Hubungan pola makan dengan
tingkat kesadaran hipertensi pada lansia.
1.3.2. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan bacaan, sumber
pusaka tentang Hipertensi bagi para pelajar sekolah.
1.3.3. Bagi institusi kesehatan
Memberikan penanganan yang baik dan benar pada klien
Hipertensi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP HIPERTENSI
2.1.1. PENGERTIAN
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik
dengan konsisten diatas 140/90 mmHg. menurut WHO, penyakit hipertensi
merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmhg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar 95 mmhg.
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistolik nya diatas 140 mmhg dan tekanan diastolik nya diatas 90 mmhg.
(Smith Tom, 1995)
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan
sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmhg dan atau tekanan diastolik sama
atau lebih besar 95 mmhg. (Kodim Nasrim, 2003)
Hipertensi dikategorikan ringan Apabila tekanan diastolik nya antara 95
- 104 mmHg. hipertensi sedang jika tekanan diastolik nya antara 105 dan 114
mmHg. dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih.
pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih
serius dari peningkatan sistolik. (Smith Tom, 1995)
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran
menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada
mekanisme pengaturan tekanan darah. (Mansjoer, 2000 : 144)
hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg atau tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. diagnostik ini dapat
dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang terpisah
(FKUI, 2001 : 453) patologi utama pada hipertensi adalah peningkatan tekanan
vesikalis perifer arterior. (Mansjoer, 2000 : 144)

Kategori Hipertensi Pada Dewasa

kategori Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik


(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prahipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi
Derajat 1 140- 159 90 – 99
Derajat 2 > 160 > 100
Sumber : Gunawan, Lany. 2001

3
2.1.2. ETIOLOGI

hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua


golongan besar yaitu :

1. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui


penyebabnya. Faktor risiko hipertensi essensial yaitu :
a) Faktor Keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah Penderita hipertensi.
b) Ciri Perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur (jika umur bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin (laki-
laki lebih tinggi dari perempuan) dan ras (ras kulit hitam lebih banyak
dari kulit putih).
c) Kebiasaan Hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr), kegemukan
atau makan berlebihan, stres dan pengaruh lain misalnya merokok,
minum alkohol, minum obat-obatan (eephedrine, prednison, dan
epineprin).
d) Usia
Pada usia lanjut, penyebab-penyebab Perubahan tekanan darah adalah
karena adanya ateroslerosis, hilangnya elastisitas pembuluh darah,
menurunnya distensi dan gaya regang pembuluh darah.
2. hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain

4
Penyebab Hipertensi Sekunder

Area Yang Terganggu Mekanisme


Ginjal

a. Penyakit parenkim a. Sering kali menyebabkan hipertensi dependen renin


ginjal atau natrium. Perubahan fisiologis dipengaruhi
(Glomerulonefritis, insufiensi ginjal
gagal ginjal) b. Berkurangnya perfusi ginjal karena aterosklerosis atau
b. Penyakit renovaskular fibrosis yang membuat arteri renalis menyempit;
menyebabkan tahanan vaskular perifer meningkat.

Kelenjar Adrenal

a. Sindrom cushing A. Meningkatnya volume darah


b. Aldosteronisme Primer B. Aldosteron menyebabkan retensi natrium dan air, yang
c. Fenokromosiltoma membuat volume darah meningkat.
C. Sekreasi yang berlebihan dari katekolamin
(norepinefrin membuat tahanan vaskular perifer
meningkat.

Koarktasi Aorta Menyebabkan tekanan darah meningkat pada


ekstemitas atas dan berkurangnya perfusi pada
akstermitas bawah.

Trauma Kepala atau Meningkatnya tekanan intrakranial akan


tumor kranial mengakibatkan perfusi serebral berkurang; iskemia
yang timbul akan merangsang pusat vasomotor medula
untuk meningkatkan tekanan darah.

Hipertensi Akibat Penyebab belum diketahui. Ada teori bahwa


Kehamilan vasospasme umum bisa menjadi faktor penyebabnya.

Sumber : Kodim, Nasrin. 2003.

2.1.3. PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak

5
ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetikolin, yang akan merangsang Serabut saraf pasca
Ganglion ke pembuluh darah, dimana Dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. berbagai faktor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respon sensitif terhadap norepinefrin,
Meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. medula adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. konteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. renin merangsang pembentukan angiotensin 1
yang kemudian diubah menjadi 2.
Suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. hormon ini menyebabkan retensi natrium dan
air oleh tubulus ginjal menyebabkan peningkatan volume infra schuler. semua
faktor ini cenderung Mencetuskan keadaan hipertensi untuk pertimbangan
gerontology. perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer
bertanggung jawab pada Perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
konsekuensinya aorta dan Arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Brunner & Suddarth, 2002).

6
7
2.1.4. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi 2 :

a) Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b) Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis. Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis
beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala,
pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis,
Kesadaran menurun.

2.1.5. PENATALAKSANAAN

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas


akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan
penyakit hipertensi meliputi : 1. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan
sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada
hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :

a) Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :


• Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
• Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
• Penurunan berat badan
• Penurunan asupan etanol
• Menghentikan merokok
b) Latihan Fisik Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang

8
mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan
dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik
atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu.
c) Edukasi Psikologis Pemberian edukasi psikologis untuk penderita
hipertensi meliputi : Ø Tehnik Biofeedback Biofeedback adalah suatu
tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda
mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak
normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan. Ø Tehnik
relaksasi Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi
rileks Ø Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ) Tujuan pendidikan
kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2.1.5. TERAPI DENGAN OBAT


Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah
saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh
Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON
DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD
PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat
beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat

9
tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain
yang ada pada penderita. Pengobatannya meliputi :
a) Step 1 Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
b) Step 2 Alternatif yang bisa diberikan : Dosis obat pertama dinaikkan
Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama Ditambah obat ke – 2 jenis
lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker,
clonidin, reserphin, vasodilator
c) Step 3 Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-
3 jenis lain
d) Step 4 Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4 Re-
evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi Untuk
mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat,
dokter ) dengan cara pemberian

2.1.6. PENCEGAHAN HIPERTENSI

1. Menjaga berat badan ideal. Berat badan berlebih bisa membuat seseorang
lebih berisiko terserang hipertensi.
2. Berolahraga secara rutin. Seseorang yang aktif berolahraga akan lebih
terhindar dari risiko terserang hipertensi. Lakukan jalan cepat atau
bersepeda 2-3 jam setiap minggu.
3. Konsumsi makanan yang rendah lemak dan kaya serat. Misalnya, roti dari
biji-bijian utuh, beras merah, serta buah dan sayuran.
4. Kurangi garam. Batasi dalam makanan, tidak lebih dari satu sendok teh.
5. Kurangi konsumsi alkohol. Mengonsumsi lebih dari takaran alkohol yang
disarankan, bisa meningkatkan risiko hipertensi.
6. Berhenti merokok. Meski rokok tidak menyebabkan hipertensi secara
langsung, tetapi rokok bisa membuat arteri menyempit, sehingga
meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

10
7. Konsumsi kafein sesuai yang dianjurkan. Meminum lebih dari empat
cangkir kopi sehari bisa meningkatkan risiko hipertensi.

2.2 KONSEP LANJUT USIA


2.2.1. Pengertian Lanjut Usia
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lansia
apabila usianya 60 tahun ke atas,baik pria maupun wanita. Sedangkan
Departeman kesehatan RI menyebutkan seseorang dikatakan berusia
lanjut usia dimulai dari usia 55 tahun keatas. Menurut Badan Kesehatan
Dunia (WHO) usia lanjut dimulai dari usia 60 tahun ( Kushariyadi, 2010;
Indriana, 2012; Wallnce, 2007).

2.2.2. Batasan Umur Lanjut Usia


Batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia dari
pendapat berbagai ahli yang di kutip dari Nugroho (2008) :

1) Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab I pasal


1 ayat II yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun keatas”
2) Menurut WHO:
a) Usia pertengahan : 45-59 tahun

b) Lanjut usia : 60 – 74 tahun


c) Lanjut usia tua : 75- 90 tahun
d) Usia sangat tua : diatas 90 tahun (Kushariyadi, 2010).

2.2.3. Perubahan yang terjadi pada lanjut usia


Menurut Mujahidullah (2012) dan Wallace (2007), beberapa
perubahan yang akan terjadi pada lansia diantaranya :

1) Perubahan fisik
a) Sel, saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel

dalam tubuh akan berubah, seperti jumlahnya yang

menurun, ukuran lebuh besar sehingga mekanisme

11
perbaikan sel akan terganggu dan proposi protein di

otak, otot, ginjal, darah dan hati beekurang.

b) Sistem persyarafan, keadaan system persyarafan pada


lansia akan mengalami perubahan, seperti
mengecilnya syaraf panca indra. Pada indra
pendengaran akan terjadi gangguan pendengaran
seperti hilangnya kemampuan pendengaran pada
telinga. Pada indra penglihatan akan terjadi seperti
kekeruhan pada kornea, hilangnya daya akomodasi
dan menurunnya lapang pandang. Pada indra peraba
akan terjadi seperti respon terhadap nyeri menurun
dan kelenjar keringat berkurang. Pada indra pembau
akan terjadinya seperti menurunnya kekuatan otot
pernafasan, sehingga kemampuan membau juga
berkurang.
c) Sistem gastrointestinal, pada lansia akan terjadi

menurunya selara makan , seringnya terjadi

konstipasi, menurunya produksi air liur(Saliva) dan

gerak peristaltic usus juga menurun.

d) Sistem genitourinaria, pada lansia ginjal akan

mengalami pengecilan sehingga aliran darah ke ginjal

menurun.

e) Sistem musculoskeletal, pada lansia tulang akan

kehilangan cairan dan makin rapuh, keadaan tubuh

akan lebih pendek, persendian kaku dan tendon

mengerut.

12
f) Sistem Kardiovaskuler, pada lansia jantung akan

mengalami pompa darah yang menurun , ukuran

jantung secara kesuruhan menurun dengan tidaknya

penyakit klinis, denyut jantung menurun , katup

jantung pada lansia akan lebih tebal dan kaku akibat

dari akumulasi lipid. Tekanan darah sistolik

meningkat pada lansia kerana hilangnya distensibility

arteri. Tekanan darah diastolic tetap sama atau

meningkat.

2) Perubahan intelektual
Menurut Hochanadel dan Kaplan dalam
Mujahidullah (2012), akibat proses penuaan juga akan
terjadi kemunduran pada kemampuan otak seperti
perubahan intelegenita Quantion ( IQ) yaitu fungsi otak
kanan mengalami penurunan sehingga lansia akan
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi nonverbal,
pemecehan masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal
wajah seseorang. Perubahan yang lain adalah perubahan
ingatan , karena penurunan kemampuan otak maka
seorang lansia akan kesulitan untuk menerima
rangsangan yang diberikan kepadanya sehingga
kemampuan untuk mengingat pada lansia juga menurun.

3) Perubahan keagamaan
Menurut Maslow dalam Mujahidin (2012), pada

umumnya lansia akan semakin teratur dalam kehidupan

keagamaannya, hal tersebut bersangkutan dengan

13
keadaan lansia yang akan meninggalkan kehidupan

dunia.

2.2.4. Tugas perkembangan pada lanjut usia

Menurut Havighurst dalam Stanley (2007), tugas perkembangan

adalah tugas yang muncul pada periode tertentu dalam keidupan suatu

individu. Ada beberapa tahapan perkembangan yang terjadi pada lansia,

yaitu :

1) Penyesuaikan diri kepada penurunan kesehatan dan kekuatan


fisik.
2) Penyesuaian diri kepada masa pension dan hilangnya
pendapatan.
3) Penyesuaaian diri kepada kematian pasangan dan orang terdekat
lainnya.
4) Pembantukan gabungan (pergelompokan) yang sesuai denganya.
5) Pemenuhan kewajiban social dan kewarganegaraan.
6) Pembentukan kepuasan pengaturan dalam kehidupan.

14
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di UPT Puskesmas Murung Pudak dari tanggal 14
Januari s/d 14 mei 2020.

3.2. Pupulasi Dan Sampel


3.2.1. Populasi
Populasi target ialah pasien hipertensi yang terdaftar di Puskesmas
Murung Pudak. Populasi terjangkau ialah pasien hipertensi yang terdaftar di
Puskesmas Murung Pudak pada tahun 2020.
3.2.2 Sampel
Saya menemukan adanya masalah tentang kurangnya upaya mengatur
pola makan dengan kejadian hipertensi pada lansia yang kebanyakan sering
terjadi berupa ketidak nyamanan di bagian kepala (Sakit kepala). Kebanyakan
lansia kurang mengetahui tentang pola makan mereka yang baik. Mereka
kebanyakan mengosumsi makanan yang mengandung makanan yang tinggi
garam, gaya hidup menjadi lebih sedentary, stress dan polusi telah menjadi
bagian dari kehidupan sehari-hari. Puskesmas sendiri berupaya mengambil
tindakan untuk meningkatkan perilaku hidup sehat salah satunya dengan
melakukan kegiatan-kegiatan sederhana seperti memberikan anjuran-anjuran
pengetahuan tentang pola makan sehat dan benar pada saat pasien berobat.

3.3.3. Besar Sampel


Jumlah pasien yang berkunjung ke Puskesmas murung pudak rata- rata
berjumlah 24 orang atau lebih yang berobat dengan keluhan penyakit
hipertensi umumnya pada pasien lansia Setiap bulannya. Pasien hipertensi
menempati urutan pertama setelah penyakit gastritis dipuskesmas untuk
jumlah kunjungan dan penderita yang datang ke puskesmas dibandingkan
dengan penyakit lainnya.

15
Adapun simple yang saya ambil sebanyak 10 orang. Berikut data pasien yang
terkena hipertensi dapat dilihat dibawah ini :

Tabel 3.3.1
Data Pasien
No Nama Alamat Keluhan
Sakit kepala, Penglihatan
1 Ny. S Pandan Sari
kabur.
Sakit dada, Kepala seperti
2 Ny. M Assyuhada
berat.
Mudah lelah, Pusing, Rasa
3 Ny. R Kapar
sakit dada.
Sakit kepala, Jantung
4 Tn. K Belimbing Raya
berdebar – debar.
5 Ny. R Belimbing Raya Mual, Kepala sakit.
Telinga berdenging, Sakit
6 Ny. J Masukau
kepala.
7 Ny. W Wayau Nyeri dada, Pusing.
Sakit kepala, Penglihatan
8 Ny. M Belimbing Raya
buram
9 Ny. N Bangun Sari Mual, Sulit bernafas.
10 Tn. F Pembataan Mimisan, Sakit kepala.

Dari tabel 3.3.1 diatas dapat dijelaskan bahwa rata – rata pasien
mengeluh sakit kepala, pusing, dan mual. Sebagian juga ada mengeluh
penglihatan kabur dan nyeri dada.

16
Tabel 3.3.2
Pola Makan
Pola Makan
No Nama
Teratur Tidak Teratur
1 Ny. S
2 Ny. M
3 Ny. R
4 Tn. K
5 Ny. R
6 Ny. J
7 Ny. W
8 Ny. M
9 Ny. N
10 Tn. F

1. Ny. S Mengatakan bahwa pola makannya tidak teratur.


2. Ny. M Menyatakan bahwa pola makannya teratur tetapi sering
mengosumsi makanan yang banyak mengandung garam.
3. Ny. R Menyatakan bahwa pola makannya tidak teratur dikarenakan
banyak pikiran (stress).
4. Tn. K Mengatakan bahwa pola makannya teratur tetapi makan yang
berlemak.
5. Ny. R Mengatakan bahwa pola makannya teratur tetapi banyak makan –
makanan yang asin.
6. Ny. J Mengatakan bahwa pola makanya teratur tetapi terlalu berlebihan
memakan daging.
7. Ny. W Mengatakan bahwa pola makannya tidak teratur.
8. Ny. M Mengatakan bahwa pola makannya teratur tetapi makan yang
berlemak.
9. Ny. N Mengatakan bahwa pola makannya tidak teratur.

17
10. Tn. F Mengatakan bahwa pola makannya teratur tetapi sering
mengosumsi ikan asin berlebihan.

Tindakan petugas saat pasien hipertensi yang disertai sakit kepala,


pusing, mual, nyeri dada, penglihatan kabur berobat ke puskesmas
dilakukan seperti biasa, atau sama dengan saat melayani pasien lainnya,
ketika pasien menunggu obat pasien pun diperlukan secara sama di
Puskesmas kebanyakan terpasang poster contoh-contoh dalam menjaga
pola makan dan pola hidup yang sehat gambar-gambar makanan yang
bergizi seperti 4 sehat 5 sempurna agar masyarakat tahu dan mengerti.

Saat pasien hipertensi berobat di Puskesmas Murung pudak petugas


tidak melakukan kegiatan mengevaluasi pasien hipertensi yang disertai
sakit kepala pusing, mual, karena kebanyakan pasien hipertensi yang
berobat ke Puskesmas Murung Pudak. Selain mengubah pola makan,
Puskesmas juga telah berupaya melakukan pemberantasan penyakit
hipertensi yaitu dengan melakukan kegiatan seperti penyuluhan hipertensi
secara sederhana kepada pasien lansia. tanda dan gejala pasien hipertensi
petugas Puskesmas juga menganjurkan kepada pasien lansia meliputi:
• luangkan waktu yang cukup untuk makan.
• hindari pikiran yang membuat stres
• pasien harus menjaga pola makannya
• rajin memeriksa tekanan darahnya misal dalam seminggu 1 kali atau
dua kali mengunjungi Puskesmas

18
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 HIPERTENSI
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi umum di mana
cairan darah dalam tubuh menekan dinding arteri dengan cukup kuat hingga
akhirnya menyebabkan masalah kesehatan, seperti penyakit jantung. Tekanan
darah ditentukan dengan jumlah darah yang dipompa jantung dan jumlah
resistensi terhadap aliran darah pada arteri. Semakin banyak darah dipompa
jantung dan arteri menyempit maka tekanan darah akan meningkat (Harjana,
2013). Dalam hal ini akan dibahas mengenai penyakit hipertensi dengan teori
health belief model (HBM). Dalam teori HBM ada 4 persepsi yang berfungsi
sebagai konstruksi utama , yaitu : keseriusan dirasakan, kerentanan yang
dirasakan, manfaat yang dirasakan, dan hambatan yang dirasakan. Masing-
masing persepsi dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku kesehatan dalam
penyakit hipertensi.

4.1.1. Keseriusan yang dirasakan


sebagian besar dari kita melihat hipertensi sebagai penyakit relatif berat
yang menempati peringkat pertama penyebab stroke dan serangan jantung..
Beberapa dari kita mengerti cara perawatannya, mengurangi konsumsi Na,
mengatur emosi, menjaga gaya hidup sehat dan menjaga kondisi tubuh agar
tetap baik. Dalam hal ini, persepsi kita tentang hipertensi mungkin itu adalah
penyakit serius. Penyakit yang membuat kita harus ekstra hati – hati dalam
melakukan kegiatan, dalam aktivitas makan, dan lain sebagainya. Penyakit
tersebut dalam persepsi beberapa orang adalah suatu penyakit yang
menyeramkan karena dapat merenggut nyawa penderitanya sewaktu – waktu.

4.1.2. Kerentanan yang dirasakan


Ini persis seperti yang telah ditemukan dengan orang yang umurnya
relatif muda dan perilaku pencegahan hipertensi. Karena orang yang umurnya
relatif muda umumnya tidak menganggap mereka beresiko penyakit hipertensi,
banyak yang tidak menjaga pola makan, aktivitas dan gaya hidupnya.

19
Walaupun salah satu factor munculnya hipertensi adalah usia, tapi tidak
menutup kemungkinan bahwa hipertensi menyerang lebih cepat karena ada
factor lain yang lebih rentan memunculkan hipertensi. Untuk beberapa kasus
hipertensi pada anak, tekanan darah tinggi disebabkkan oleh masalah pada jantung
dan hati. Tetapi bagi sebagian anak-anak, kebiasaan gaya hidup hidup yang buruk
(seperti diet yang tidak sehat dan kurangnya olahraga) berkontibusi terhadap
tekanan darah tinggi.
ketika orang percaya bahwa mereka berada pada risiko untuk
hipertensi, mereka akan lebih mungkin untuk melakukan sesuatu untuk
mencegah hal itu terjadi. Dengan gaya hidup sehat, rutin berolah raga,
menghindari makanan – makanan beresiko dan tetap menjaga keadaan tetap
baik. Tetapi apa yang terlihat sejauh ini adalah meningkatnya kerentanan atau
risiko terkait dengan perilaku tidak sehat, dan penurunan kerentanan terhadap
perilaku sehat.
4.1.3. Manfaat yang dirasakan
Bagaimana cara mengenali tekanan darah tinggi?
Tekanan darah tinggi adalah “bahaya diam-diam” karena tidak ada
gejala khas yang mengirimkan tanda-tanda peringatan dini. Sebaliknya, banyak
orang merasa sehat dan energik walaupun memiliki tekanan darah tinggi.
Hanya ada satu cara untuk menemukan apakah tekanan darah anda normal,
yaitu dengan memeriksanya. Dengan rutin memeriksakan kita akan terhindar
dari kemungkinan – kemungkinan hipertensi juga munculnya penyakit lain.
4.1.4. Hambatan yang dirasakan
Beberapa hambatan termasuk kesulitan dengan memulai perilaku baru
atau mengembangkan kebiasaan baru, takut tidak mampu melakukan
pemeriksaan dengan benar, rasa menyerah untuk melakukan deteksi dini, dan
malu (Umeh & Rogan-Gibson, 2001). Hambatan yang umumnya dirasakan
oleh sebagian penderita hipertensi dalam pencegahan adalah pada mengatur
pola makan. Dewasa ini banyak sekali variasi – variasi makanan yang sangat
menggoda. Umumnya adalah dari golongan junk food. Padahal seperti yang
kita ketahui bahwa makanan jenis tersebut adalah penyebab berbagai penyakit.

20
Rutin dalam berolah raga juga menjadi kendala dalam pencegahan hipertensi.
Banyak orang berkata tak sempat untuk olahraga, tak ada waktu. Semuanya
sibuk dengan pekerjaan yang menumpuk.

21

Anda mungkin juga menyukai