Hipertensi
Hipertensi
PENDAHULUAN
1
kelebihan lemak dalam tubuh, intake garam yang tinggi dan konsumsi alkohol
berlebihan, sedangkan salah satu faktor resiko yang tidak bisa di kendalikan
yaitu usia. Seiring dengan bertambahnya usia, tekanan darah sistolik biasanya
menurun, akan tetapi tekanan darah diastolik umumnya meningkat (Vitahealth,
2005). Menua merupakan proses alami yang dihadapi oleh setiap individu
dengan adanya perubahan kondisi fisik, psikologis dan sosial yang saling
berinteraksi satu sama lain. Meningkatnya usia menyebabkan seseorang menjadi
rentan terserang berbagai macam penyakit (Departemen Kesehatan RI, 2010).
1.2.Tujuan Penelitian
1.2.1. Umum
Untuk mengetahui hubungan pola makan yang mempengaruhi
penyakit Hipertensi pada lansia.
1.2.2. Khusus
1.2.2.1. Untuk mengetahui konsep Hipertensi.
1.2.2.2. Untuk mengetahui hubungan pola makan yang menyebabkan
penyakit hipertensi pada lansia di Puskesmas Murung Pudak.
1.3.Manfaat Penelitian
1.3.1. Bagi Siswa Siswi
Agar bisa belajar bagaimana cara mengatasi pasien yang
mengalami Hipertensi dan mengetahui Hubungan pola makan dengan
tingkat kesadaran hipertensi pada lansia.
1.3.2. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan bacaan, sumber
pusaka tentang Hipertensi bagi para pelajar sekolah.
1.3.3. Bagi institusi kesehatan
Memberikan penanganan yang baik dan benar pada klien
Hipertensi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP HIPERTENSI
2.1.1. PENGERTIAN
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik
dengan konsisten diatas 140/90 mmHg. menurut WHO, penyakit hipertensi
merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmhg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar 95 mmhg.
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistolik nya diatas 140 mmhg dan tekanan diastolik nya diatas 90 mmhg.
(Smith Tom, 1995)
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan
sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmhg dan atau tekanan diastolik sama
atau lebih besar 95 mmhg. (Kodim Nasrim, 2003)
Hipertensi dikategorikan ringan Apabila tekanan diastolik nya antara 95
- 104 mmHg. hipertensi sedang jika tekanan diastolik nya antara 105 dan 114
mmHg. dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih.
pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih
serius dari peningkatan sistolik. (Smith Tom, 1995)
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran
menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada
mekanisme pengaturan tekanan darah. (Mansjoer, 2000 : 144)
hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg atau tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. diagnostik ini dapat
dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang terpisah
(FKUI, 2001 : 453) patologi utama pada hipertensi adalah peningkatan tekanan
vesikalis perifer arterior. (Mansjoer, 2000 : 144)
3
2.1.2. ETIOLOGI
4
Penyebab Hipertensi Sekunder
Kelenjar Adrenal
2.1.3. PATOFISIOLOGI
5
ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetikolin, yang akan merangsang Serabut saraf pasca
Ganglion ke pembuluh darah, dimana Dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. berbagai faktor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respon sensitif terhadap norepinefrin,
Meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. medula adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. konteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. renin merangsang pembentukan angiotensin 1
yang kemudian diubah menjadi 2.
Suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. hormon ini menyebabkan retensi natrium dan
air oleh tubulus ginjal menyebabkan peningkatan volume infra schuler. semua
faktor ini cenderung Mencetuskan keadaan hipertensi untuk pertimbangan
gerontology. perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer
bertanggung jawab pada Perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
konsekuensinya aorta dan Arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Brunner & Suddarth, 2002).
6
7
2.1.4. TANDA DAN GEJALA
a) Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b) Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis. Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis
beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala,
pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis,
Kesadaran menurun.
2.1.5. PENATALAKSANAAN
8
mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan
dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik
atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu.
c) Edukasi Psikologis Pemberian edukasi psikologis untuk penderita
hipertensi meliputi : Ø Tehnik Biofeedback Biofeedback adalah suatu
tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda
mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak
normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan. Ø Tehnik
relaksasi Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi
rileks Ø Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ) Tujuan pendidikan
kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
9
tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain
yang ada pada penderita. Pengobatannya meliputi :
a) Step 1 Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
b) Step 2 Alternatif yang bisa diberikan : Dosis obat pertama dinaikkan
Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama Ditambah obat ke – 2 jenis
lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker,
clonidin, reserphin, vasodilator
c) Step 3 Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-
3 jenis lain
d) Step 4 Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4 Re-
evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi Untuk
mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat,
dokter ) dengan cara pemberian
1. Menjaga berat badan ideal. Berat badan berlebih bisa membuat seseorang
lebih berisiko terserang hipertensi.
2. Berolahraga secara rutin. Seseorang yang aktif berolahraga akan lebih
terhindar dari risiko terserang hipertensi. Lakukan jalan cepat atau
bersepeda 2-3 jam setiap minggu.
3. Konsumsi makanan yang rendah lemak dan kaya serat. Misalnya, roti dari
biji-bijian utuh, beras merah, serta buah dan sayuran.
4. Kurangi garam. Batasi dalam makanan, tidak lebih dari satu sendok teh.
5. Kurangi konsumsi alkohol. Mengonsumsi lebih dari takaran alkohol yang
disarankan, bisa meningkatkan risiko hipertensi.
6. Berhenti merokok. Meski rokok tidak menyebabkan hipertensi secara
langsung, tetapi rokok bisa membuat arteri menyempit, sehingga
meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.
10
7. Konsumsi kafein sesuai yang dianjurkan. Meminum lebih dari empat
cangkir kopi sehari bisa meningkatkan risiko hipertensi.
1) Perubahan fisik
a) Sel, saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel
11
perbaikan sel akan terganggu dan proposi protein di
menurun.
mengerut.
12
f) Sistem Kardiovaskuler, pada lansia jantung akan
meningkat.
2) Perubahan intelektual
Menurut Hochanadel dan Kaplan dalam
Mujahidullah (2012), akibat proses penuaan juga akan
terjadi kemunduran pada kemampuan otak seperti
perubahan intelegenita Quantion ( IQ) yaitu fungsi otak
kanan mengalami penurunan sehingga lansia akan
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi nonverbal,
pemecehan masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal
wajah seseorang. Perubahan yang lain adalah perubahan
ingatan , karena penurunan kemampuan otak maka
seorang lansia akan kesulitan untuk menerima
rangsangan yang diberikan kepadanya sehingga
kemampuan untuk mengingat pada lansia juga menurun.
3) Perubahan keagamaan
Menurut Maslow dalam Mujahidin (2012), pada
13
keadaan lansia yang akan meninggalkan kehidupan
dunia.
adalah tugas yang muncul pada periode tertentu dalam keidupan suatu
yaitu :
14
BAB III
METODE PENELITIAN
15
Adapun simple yang saya ambil sebanyak 10 orang. Berikut data pasien yang
terkena hipertensi dapat dilihat dibawah ini :
Tabel 3.3.1
Data Pasien
No Nama Alamat Keluhan
Sakit kepala, Penglihatan
1 Ny. S Pandan Sari
kabur.
Sakit dada, Kepala seperti
2 Ny. M Assyuhada
berat.
Mudah lelah, Pusing, Rasa
3 Ny. R Kapar
sakit dada.
Sakit kepala, Jantung
4 Tn. K Belimbing Raya
berdebar – debar.
5 Ny. R Belimbing Raya Mual, Kepala sakit.
Telinga berdenging, Sakit
6 Ny. J Masukau
kepala.
7 Ny. W Wayau Nyeri dada, Pusing.
Sakit kepala, Penglihatan
8 Ny. M Belimbing Raya
buram
9 Ny. N Bangun Sari Mual, Sulit bernafas.
10 Tn. F Pembataan Mimisan, Sakit kepala.
Dari tabel 3.3.1 diatas dapat dijelaskan bahwa rata – rata pasien
mengeluh sakit kepala, pusing, dan mual. Sebagian juga ada mengeluh
penglihatan kabur dan nyeri dada.
16
Tabel 3.3.2
Pola Makan
Pola Makan
No Nama
Teratur Tidak Teratur
1 Ny. S
2 Ny. M
3 Ny. R
4 Tn. K
5 Ny. R
6 Ny. J
7 Ny. W
8 Ny. M
9 Ny. N
10 Tn. F
17
10. Tn. F Mengatakan bahwa pola makannya teratur tetapi sering
mengosumsi ikan asin berlebihan.
18
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 HIPERTENSI
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi umum di mana
cairan darah dalam tubuh menekan dinding arteri dengan cukup kuat hingga
akhirnya menyebabkan masalah kesehatan, seperti penyakit jantung. Tekanan
darah ditentukan dengan jumlah darah yang dipompa jantung dan jumlah
resistensi terhadap aliran darah pada arteri. Semakin banyak darah dipompa
jantung dan arteri menyempit maka tekanan darah akan meningkat (Harjana,
2013). Dalam hal ini akan dibahas mengenai penyakit hipertensi dengan teori
health belief model (HBM). Dalam teori HBM ada 4 persepsi yang berfungsi
sebagai konstruksi utama , yaitu : keseriusan dirasakan, kerentanan yang
dirasakan, manfaat yang dirasakan, dan hambatan yang dirasakan. Masing-
masing persepsi dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku kesehatan dalam
penyakit hipertensi.
19
Walaupun salah satu factor munculnya hipertensi adalah usia, tapi tidak
menutup kemungkinan bahwa hipertensi menyerang lebih cepat karena ada
factor lain yang lebih rentan memunculkan hipertensi. Untuk beberapa kasus
hipertensi pada anak, tekanan darah tinggi disebabkkan oleh masalah pada jantung
dan hati. Tetapi bagi sebagian anak-anak, kebiasaan gaya hidup hidup yang buruk
(seperti diet yang tidak sehat dan kurangnya olahraga) berkontibusi terhadap
tekanan darah tinggi.
ketika orang percaya bahwa mereka berada pada risiko untuk
hipertensi, mereka akan lebih mungkin untuk melakukan sesuatu untuk
mencegah hal itu terjadi. Dengan gaya hidup sehat, rutin berolah raga,
menghindari makanan – makanan beresiko dan tetap menjaga keadaan tetap
baik. Tetapi apa yang terlihat sejauh ini adalah meningkatnya kerentanan atau
risiko terkait dengan perilaku tidak sehat, dan penurunan kerentanan terhadap
perilaku sehat.
4.1.3. Manfaat yang dirasakan
Bagaimana cara mengenali tekanan darah tinggi?
Tekanan darah tinggi adalah “bahaya diam-diam” karena tidak ada
gejala khas yang mengirimkan tanda-tanda peringatan dini. Sebaliknya, banyak
orang merasa sehat dan energik walaupun memiliki tekanan darah tinggi.
Hanya ada satu cara untuk menemukan apakah tekanan darah anda normal,
yaitu dengan memeriksanya. Dengan rutin memeriksakan kita akan terhindar
dari kemungkinan – kemungkinan hipertensi juga munculnya penyakit lain.
4.1.4. Hambatan yang dirasakan
Beberapa hambatan termasuk kesulitan dengan memulai perilaku baru
atau mengembangkan kebiasaan baru, takut tidak mampu melakukan
pemeriksaan dengan benar, rasa menyerah untuk melakukan deteksi dini, dan
malu (Umeh & Rogan-Gibson, 2001). Hambatan yang umumnya dirasakan
oleh sebagian penderita hipertensi dalam pencegahan adalah pada mengatur
pola makan. Dewasa ini banyak sekali variasi – variasi makanan yang sangat
menggoda. Umumnya adalah dari golongan junk food. Padahal seperti yang
kita ketahui bahwa makanan jenis tersebut adalah penyebab berbagai penyakit.
20
Rutin dalam berolah raga juga menjadi kendala dalam pencegahan hipertensi.
Banyak orang berkata tak sempat untuk olahraga, tak ada waktu. Semuanya
sibuk dengan pekerjaan yang menumpuk.
21