Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum KI2221 Cara Pemisahan dan Elektrometri

Semester Dua, T.A. 2019-2020

Percobaan 02

KROMATOGRAFI PLANAR DAN KROMATOGRAFI PENUKAR ION

Nama : Fifi Lifia Yulianti


NIM : 10518011
Kelompok : 08
Tanggal Percobaan : 24 Februari 2020
Tanggal Pengumpulan : 02 Maret 2020
Asisten : Wiwin dan Aria
LABORATORIUM KIMIA ANALITIK

PROGRAM STUDI SARJANA KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2020

Kromatografi Planar dan Penukar Ion

A. Tujuan Percobaan
- Menentukan nilai faktor retensi dari tiap sampel dengan menentukan jarak migrasi sampel.
- Menentukan komposisi ion logam dari larutan sampel.

B. Teori Dasar
Kromatografi adalah teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola
pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen berupa molekul yang
ada pada larutan. Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati fase diam. Molekul
yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding
molekul yang berikatan lemah. Dengan menggunakan berbagai macam tipe molekul bisa
dipisahkan berdasarkan pergerakan pada kolom. Setelah komponen terelusi dari kolom,
komponen tersebut bisa dianalisis menggunakan detektor atau bisa dikumpulkan untuk analisis
lebih lanjut. [ CITATION SiM17 \l 1033 ]
Kromatografi planar adalah salah satu bentuk kromatografi dimana fasa diam
dilapiskan ke penyangga. Kromatografi planar ada dua macam, yaitu : kromatografi kertas dan
kromatografi lapis tipis. Kromatografi kertas menggunakan fase diam kertas, yakni kandungan
selulosa di dalamnya, sedangkan untuk fase gerak yang digunakan adalah pelarut atau campuran
pelarut yang sesuai. Sedangkan pada kromatografi lapis tipis, biasanya digunakan sebuah
lempengan tipis yang terbalut gel silika atau alumina. Silika atau alumina tersebut berfungsi
sebagai fase diam. Materi lain juga bisa digunakan sebagai fase diam asalkan mampu
mengalami pendarflour (fluorescence) dalam sinar ultra violet. Sementara untuk fase gerak yang
digunakan adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.[ CITATION inf20 \l 1033 ]
Pada kromatografi planar, sejumlah tertentu larutan ditempatkan dengan cara
menotolkannya di dekat salah satu sisi kertas / pelat kromatografi. Selanjutnya dilakukan
pengelusian dengan menempatkan kertas / pelat kromatografi tersebut di dalam suatu bejana
tertutup (bejana pengembang) yang telah dijenuhkandengan uap pelarut yang akan digunakan
sebagi eluen. Keberadaan gaya kapiler akan mengakibatan pelarut bergerak ke atas sepanjang
pelat dengan membawa serta komponen-komponen terlarut sampel yang ditotolkan. Perbedaan
kecepatan migrasi pada komponen-komponen sampel menyebabkan terjadinya pemisahan.
Perbedaan jarak migrasi komponen dengan jarak migrasi eluen didefinisikan sebagai faktor
retensi (Rf).
Jarak migrasi suatukomponen
Rf =
Jarak migrasi eluen
Kromatografi Pertukaran Ion merupakan jenis kromatografi cair yang digunakan
untuk pemisahan sampel-sampel bermuatan baik kation maupun anion. Pertukaran ion yang
sangat disukai biasanya adalah bahan-bahan yang dikenal sebagai resin pertukaran ion yang
bertindak sebagai fasa diam. Resin ini dibuat dengan memasukkan gugus yang dapat diionisasi
ke dalam matriks polimer organik, yang paling umum adalah polistirena terhubung silang
sebagai adsorben. Resin diproduksi dalam bentuk manik manik bulat, biasanya berdiameter 0,1
sampai 0,5 mm, meskipun ukuran yang lain juga tersedia. [ CITATION Ant16 \l 1033 ]
Pada kromatografi penukar ion, ion terpisahkan berdasarkan gaya elektrostatiknya
membentuk grup fungsional yang bermuatan pada fase diam. Larutan ion bermuatan pada fase
gerak akan berikatan denga resin yang memiliki muatan berlawanan melalui gaya elektrostatik. [
CITATION KED17 \l 1033 ]

Gambar 1. Kromatografi penukar ion


Bila gugus fungsi ionik pada resin penukar ion mempunyai gugus fungsional yang
bermuatan negatif seperti gugus sulfonat (-SO3-), maka resin dapat berfungsi sebagai penukar
kation. Sebaliknya, bila bermuatan positif, misalnya mempunyai gugus amin kuaterner (-
N(CH)3+), maka dapat berfungsi sebagai penukar anion. Kromatografi ini sangat bermanfaat
untuk memisahkan molekul – molekul bermuatan terutama ion – ion baik anion maupun kation.
[ CITATION Kro12 \l 1033 ]
C. Alat dan Bahan
C. 1. Kromatografi Planar
Alat :
1. Bejana kromatografi.
2. Alat penotol.
3. Alat penyemprot reaksi penampak noda.
4. Pemayar kromatografi planar.
5. Kertas kromatografi.
6. Alat pengering.

Bahan :

1. Larutan 5% KI.
2. Larutan 5% K2CrO4.
3. Larutan 1% difenilkarbazida.
4. Larutan 1:1 asam asetat.
5. Timbal dan raksa.
6. Larutan standar dan sampel dari ion logam perak.

C. 2. Kromatografi Penukar Ion


Alat :
1. Kolom kromatografim Erlenmeyer.
2. Buret dan peralatan gelas umum.
Bahan :
1. Resin penukar kation (telah direndam indicator metil violet).
2. Larutan 0,1 M KCl.
3. Larutan 6 M HCl.
4. Larutan baku 0,1 M NaOH.
5. Larutan indikator untuk titrasi asam-basa.

D. Cara Kerja
D. 1. Kromatografi Planar
Pertama-tama, larutan standar serta sampel Ag+, Pb2+, dan Hg2+ ditotolkan
pada kertas kromatografi dengan pola penotolan seperti gambar berikut.
Gambar 2. Pola penotolan pada kertas kromatografi
Setelah itu, kertas kromatografi dimasukkan dalam bejana tertutup yang sudah
dijenuhkan dengan eluen larutan 1:1 asam asetat dan elusi dibiarkan berjalan hingga
tanda batas yang telah ditentukan. Selanjutnya, kertas kromatografi dikeluarkan dari
dalam bejana lalu dikeringkan. Kertas kromatografi dipotong menjadi tiga bagian yang
terdiri dari jalur standar dan jalur cuplikan. Langkah berikutnya, setiap bagian kertas
disemprot dengan pereaksi penampak noda dan jarak migrasi diukur untuk ditentukan
nilai Rf nya.

D. 2. Kromatografi Penukar Ion


Pertama-tama, kolom resin kromatografi penukar ion dicuci dengan 50 mL
aqua DM lalu 25 mL larutan KCL 0.1 M dituangkan perlahan-lahan ke dalam kolom.
Selanjutnya, elusi dilakukan dengan HCL 6 M dan eluat ditampung ke dalam labu
erlenmeyer. Setelah itu, eluat dititrasi dengan larutan baku NaOH.

E. Data Pengamatan
E. 1. Kromatografi Planar
Tabel E.1
Jarak Migrasi Masing-masing Komponen

Jarak migrasi Jarak migrasi Perubahan Warna


Larutan
komponen (cm) eluen (cm) setelah disemprot
Standar Ag 11,3 Kuning keorenan
Sampel 1 - -
Standar Hg 12,5 Ungu
13,7
Sampel 2 12,6 Ungu
Standar Pb 11,6 Kuning
Sampel 3 12 Kuning
Ket : Sampel 1 = sampel yang ditotolkan di dekat Ag
Sampel 2 = sampel yang ditotolkan di dekat Hg
Sampel 3 = sampel yang ditotolkan di dekat Pb

Pb Hg Ag

Gambar 3. Hasil kromatografi kertas

E. 2. Kromatografi Penukar Ion


[NaOH] = 0,1364 M
[KCl] = 0,1 M
Volume KCl = 30 ml
Tabel E.2
Volume NaOH yang digunakan untuk Titrasi

Perubahan Warna
Titrasi Volume NaOH (ml )
Awal Akhir
1 6 Bening Pink muda
2 5,7 Bening Pink muda

F. Pengolahan Data
F. 1. Kromatografi Planar
a. Menentukan nilai Rf

 Perak (Ag)
Jarak migrasi komponen 11,3 cm
Rf standar= = =0,825
Jarak migrasi eluen 13,7 cm
Jarak migrasi komponen
Rf sampel= =¿ -
Jarak migrasi eluen
 Raksa (Hg)
Jarak migrasi komponen 12,5 cm
Rf standar= = =0,912
Jarak migrasi eluen 13,7 cm
Jarak migrasi komponen 12,6 cm
Rf sampel= = =0,919
Jarak migrasi eluen 13,7 cm
 Timbal (Pb)
Jarak migrasi komponen 11,6 cm
Rf standar= = =0,847
Jarak migrasi eluen 13,7 cm
Jarak migrasi komponen 12 cm
Rf sampel= = =0,876
Jarak migrasi eluen 13,7 cm

b. Menentukan persen galat dari nilai Rf

% Galat =¿ Nilai Rf standar−Nilai Rf sampel∨ ¿ ¿


¿ Nilai Rf standar∨¿ x 100 % ¿
 Persen galat Ag
% Galat Ag=−¿
Ket: noda sampel tidak terbentuk.
 Persen galat Hg
% Galat Hg=¿ 12,5−12,6∨ ¿ ¿
¿ 12,5∨¿ x 100 %=0,8 % ¿

 Persen galat Pb
|11,6−12|
% Galat Hg= x 100 %=3,45 %
|11,6|

F. 2. Kromatografi Penukar Ion


Reaksi yang terjadi :
H+ + NaOH  Na+ + H2O
Mol K+ yang dipertukarkan = mol H+ yang keluar dari kolom.
Karena merupakan reaksi penetralan maka,
a. Titrasi 1
 Jumlah ion K+ hasil percobaan
mol K+ = mol H+ = mol NaOH
mol K+ = [NaOH] x Vtitrasi 1x faktor pengenceran
mol K+ = 0.1364 mol/L x 6 x 10-3 L x (100 ml/30 ml)
mol K+ = 2,728 x 10-3 mol
Jumlah ion K+ = 2,728 x 10-3 mol x 6,023 x 1023 ion/mol
Jumlah ion K+ = 1,643x1021 ion
 Jumlah ion K+ awal
mol K+ awal = [K+] x VK+
mol K+ awal = 0,1 M x 30 ml
mol K+ awal = 3 mmol
mol K+ awal = 3 x 10-3 mol
Jumlah ion K+ =
3 x 10-3 mol x 6,023 x 1023 ion/mol
Jumlah ion K+ = 1,8069 x 1021 ion
 Menentukan galat
+¿awal
K
% Galat (titrasi 1) = | Jumlahion K ¿| x 100%
+¿−Jumlahion + ¿awal
¿
Jumlahion K ¿

21 21
1,643 x 10 −1,8069 x 10
% Galat (titrasi 1) = | | x 100%
1,8069 x 1021
% Galat (titrasi 1) = 9,07 %

b. Titrasi 2
 Jumlah ion K+ hasil percobaan
mol K+ = mol H+ = mol NaOH
mol K+ = [NaOH] x Vtitrasi 2 x faktor pengenceran
mol K+ = 0.1364 mol/L x 5,7 x 10-3 L x (100 ml/30 ml)
mol K+ = 2,5916 x 10-3 mol
Jumlah ion K+ = 2,5916 x 10-3 mol x 6,023 x 1023 ion/mol
Jumlah ion K+ = 1,561x1021 ion
 Jumlah ion K+ awal
mol K+ awal = [K+] x VK+
mol K+ awal = 0,1 M x 30 ml
mol K+ awal = 3 mmol
mol K+ awal = 3 x 10-3 mol
Jumlah ion K+ =
3 x 10-3 mol x 6,023 x 1023 ion/mol
Jumlah ion K+ = 1,8069 x 1021 ion
 Menentukan galat
+¿awal
K
% Galat (titrasi 2) = | Jumlahion K ¿| x 100%
+¿−Jumlahion + ¿awal
¿
Jumlahion K ¿
1,561 x 10 21−1,8069 x 1021
% Galat (titrasi 2) = | | x 100%
1,8069 x 1021
% Galat (titrasi 2) = 13,6 %

G. Pembahasan
Pada percobaan pertama dilakukan teknik pemisahan menggunakan kromatografi
planar. Pemisahan dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan senyawa yang terdapat pada
analit campuran. Kromatografi planar yang digunakan dalam percobaan ini adalah kromatografi
kertas. Teknik pemisahan campuran pada kromatografi didasarkan atas perbedaan distribusi dari
komponen-komponen campuran diantara dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase
gerak (cair atau gas). Fasa diam yang digunakan pada kromatografi planar ini adalah air yang
terikat pada selulosa kertas sedangkan fasa geraknya adalah pelarut organik yang bersifat polar.
Dalam hal ini, pelarut yang bertindak sebagai eluen adalah larutan asam asetat dan air dengan
perbandingan 1:1. Asam asetat digunakan karena memiliki sifat mudah menguap sehingga dapat
mempercepat laju elusi dengan cara membuat suasana jenuh pada sistem tertutup dalam bejana
kromatografi. Selain itu, asam asetat juga memiliki kepolaran yang berbeda dengan selulosa
(fasa diam), dimana asam asetat bersifat polar sedangkan selulosa bersifat non polar. Perbedaan
kepolaran antara fasa diam dan fasa gerak dapat membuat analit terelusi oleh fasa gerak pada
selulosa.
Selain kromatografi kertas, terdapat juga kromatografi jenis yang lain seperti
kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP). Kromatografi
lapis tipis tergolong ke dalam sistem kromatografi cair-padat, fasa gerak berupa cairan dan fasa
diam berupa lapisan tipis (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan). Proses
pemisahan terjadi pada suatu permukaan bidang datar (planar) sehingga tergolong teknik
kromatografi planar sebagaimana kromatografi kertas. Cara melakukan kromatografi lapis tipis
juga sama dengan kromatografi kertas. Perbedaan dengan kromatografi kertas terlihat pada fasa
diamnya, yaitu digunakan lapisan tipis adsorben halus (kromatoplat) sebagai pengganti kertas.
Adsorben dapat berupa silika gel, alumina poliamida, kieselghur atau selulosa. Alumina
seringkali digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sedikit polar, sedangkan silika
gel untuk senyawa-senyawa non polar seperti asam-asam amino dan gula. Sedangkan pada KLT
Preparatif, pemisahan dilakukan dengan menggunakan lapisan tebal sebagai pengganti lapisan
penyerap yang tipis dan berperan sebagai fase diam. Adsorben yang paling banyak digunakan
dalam KLTP adalah silika gel dan aluminium oksida sama seperti KLT pada umumnya.
Perbedaan dengan kromatografi kertas adalah penotolan cuplikan yang akan dipisahkan berupa
garis pada salah satu sisi pelat lapisan besar dan dikembangkan secara tegak lurus pada garis
cuplikan sehingga campuran akan terpisah menjadi beberapa pita. Berbeda dengan kromatografi
kertas yang dilakukan dengan penotolan satu titik melalui mikropipet atau pipa kapiler pada
garis cuplikan. Pada KLTP, penyerap yang mengandung senyawa pita dikerok dari pelat kaca.
Kemudian cuplikan dielusi dari penyerap dengan pelarut polar. Cara ini berguna untuk
memisahkan campuran reaksi sehingga diperoleh senyawa murni. Oleh karena itu, pada KLTP
senyawa yang murni dapat diambil untuk dianalisis lebih lanjut berbeda dengan kromatografi
kertas yang hanya dapat memberi hasil apakah zat yang diidentifikasi sudah murni atau belum
tanpa bisa dilakukan pemisahan terhadap senyawa murninya.
Elusi dihentikan ketika eluen telah mencapai garis batas. Namun jarak migrasi
komponen pada sampel dan standar sulit untuk ditentukan karena warna larutan yang ditotolkan
pada kertas berwarna bening. Oleh karena itu, penyemprotan larutan pemayar pada kertas
kromatografi berfungsi untuk membentuk kompleks dengan ion-ion logam yang ada pada
sampel dan standar. Sebelum dilakukan penyemprotan, ion-ion logam membentuk kompleks
dengan asetat dari fasa geraknya. Senyawa kompleks akan memberikan warna tertentu pada
setiap logam untuk mempermudah proses pengidentifikasian. Pada bagian kertas yang
mengandung raksa (Hg) disemprot dengan larutan difenilkarbazida 1% , bagian kertas yang
mengandung timbal (Pb) disemprot dengan larutan KI 5%, sedangkan bagian kertas yang
mengandung perak (Ag) disemprot dengan larutan kalium dikromat 5%. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:
−¿ (aq )→ Pb I2 (s) ¿

P b2+ ¿ (aq )+2 I ¿

2−¿ (aq ) → A g 2 Cr O4( s) ¿


+¿ ( aq ) +Cr O4 ¿
2Ag

H g 2+¿ ( aq ) +DFC (aq )→ Hg ( DFC ) (s)¿ 2

Pada reaksi Pb2+ dengan larutan KI menghasilkan suatu padatan timbal (II) iodida yang
berwarna kuning. Reaksi antara Ag+ dengan K2CrO4 menghasilkan endapan perak dikromat
dengan warna kuning keorenan. Sedangkan reaksi antara Hg 2+ dengan difenikarbazida
menghasilkan endapan dengan warna ungu.
Nilai Rf yang diperoleh pada pengujian Pb dan Hg memiliki perbedaan yang sangat
kecil antara standar dengan sampelnya. Hal ini menunjukkan bahwa pada sampel terdapat ion-
ion tersebut. Namun untuk pengujian Ag, noda sampel tidak tampak pada hasil kromatografi.
Hal ini dapat terjadi karena adanya eluen yang terlarut dalam sampel atau adanya sedikit zat
pengotor. Selain itu, dapat pula disebabkan karena sampel yang ditotol pada kromatogram
terlalu sedikit sehingga berperngaruh pada kapilaritas kertas yang tidak terlalu maksimal.
Selain tiga penampak noda yang telah disebutkan, penampak noda lain yang juga
dapat digunakan adalah Ammonium sulfat, dimana reaksi yang berlangsung adalah sebagai
berikut:
2Ag+( aq )+ SO42- ( aq ) →Ag2SO4 ( s )
Pb2+ ( aq )+ SO42- ( aq ) → PbSO4 ( s )
Hg2+ ( aq )+ SO42- ( aq ) → Hg(SO4) ( s )
Ketiga produk pada reaksi di atas akan menghasilkan endapan Ag 2SO4 , PbSO4 , dan Hg(SO4)
yang masing-masing berwarna putih dan tampak pada kertas kromatografi.
Deteksi senyawa menjadi mudah ketika senyawa secara alami dapat berwarna atau
berfluoresensi atau menyerap sinar UV. Zat yang dapat dianalisis menggunakan
spektrofotometri UV adalah zat dalam bentuk larutan dan zat tersebut tidak tampak berwarna.
Selain itu, larutan-larutan tidak berwarna yang dianalisis menggunakan spektrofotometer UV
tidak boleh mengandung partikel koloid ataupun suspensi. Karena adanya partikel-partikel
koloid ataupun suspensi akan memperbesar absorbansi yang membuat konsentrasi zat yang
dianalisis makin besar dan apabila digunakan untuk penentuan struktur suatu senyawa maka pita
pada spektrum akan melebar dari yang sesungguhnya.
Selanjutnya, pada percobaan kedua dilakukan teknik pemisahan menggunakan
kromatografi penukar ion. Kromatografi penukar ion digunakan untuk menukarkan ion yanga
ada dalam suatu larutan. Pada kromatografi ini, fasa diam yang digunakan berupa resin yang
terdapat dalam kolom yang berbentuk seperti buret. Resin yang digunakan tersusun atas suatu
polimer yang mempunyai gugus ionik dan berfungsi untuk mempertukarkan kation. Permukaan
resin memiliki muatan baik positif ataupun negatif yang dapat menimbulkan gaya tarik
elektrostatik antar lawan muatan. Adapun fasa gerak yang digunakan adalah air yang bersifat
polar. Krena resin yang digunakan juga bersifat polar, maka kromatografi ini disebut
kromatografi polar-polar.
Pada percobaan yang dilakukan, resin yang digunakan merupakan resin yang
memiliki gugus sulfonat dan terikat pada polimer polistiren divinilbenzen (PSDVB) dengan
struktur sebagai berikut,
.
Gambar 4. Struktur dari polimer polistiren divinilbenzen (PSDVB)
Resin penukar ion berupa sulfonat digunakan karena molekul yang diinginkan adalah kation K +,
mengingat resin penukar ion mempunyai gugus fungsional yang bermuatan negatif seperti
gugus sulfonat (-SO3-) yang dapat berfungsi sebagai penukar kation.
Sebelum percobaan dilakukan, Resin dicuci terlebih dahulu dengan air yang
bertujuan sebagai proses pencucian resin. Hal ini karena resin tidak boleh kering, jika resin
kering maka resin akan menjadi garam dan tidak aktif lagi dalam menukar ion. Setelah itu,
kolom diregenerasi terlebih dahulu dengan penambahan HCl 6 M ke dalam kolom. Regenerasi
bertujuan untuk mendorong dan mengganti ion-ion yang ada pada resin sekaligus
menghilangkan ion K+ yang kemungkinan masih tersisa dalam resin penukar ion dengan cara
substitusi melalui ion H+ yang dihasilkan oleh HCl. Dengan begitu, HCl dapat berperan untuk
aktivasi resin polimer pada kolom. Setelah itu, dimasukkan 30 ml larutan KCl 0,1 M ke dalam
resin. Ketika larutan KCl dimasukkan ke dalam kolom, pertukaran ion akan terjadi. Pertukaran
ion terjadi antara ion H+ yang menempel pada P-SO3- dengan ion K+ dari larutan KCl. Hal ini
membuat terbentuknya P-SO3K pada resin. Adapun persamaan reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut,
+ ¿¿

P−S O 3 H+ K +¿⇌ P−S O 3 K +H ¿

Ion H+ akan berikatan dengan Cl- dari KCl membentuk senyawa HCl. Senyawa HCl ini akan
turun melewati kolom. Hal ini terjadi karena H+ memiliki densitas muatan yang yang lebih kecil
dibandingkan dengan K+. Karena K+ memiliki densitas muatan yang lebih besar, maka ion ini
akan lebih terikat pada resin. Setelah proses elusi selesai, jumlah mol HCl yang diperoleh pada
eluat memiliki nilai yang sebanding dengan jumlah mol H + yang juga sebanding dengan mol K+.
Untuk mengetahui jumlah ion K+ yang telah dipertukarkan, eluat dititrasi dengan larutan NaOH
menggunakan indikator fenolftalein. Indikator fenolftalein digunakan karena memiliki sifat
optimum untuk pH basa dalam reaksi penetralan.Ketika titik ekivalen dicapai, warna larutan
akan berubah dari bening menjadi merah muda. Adapun, reaksi titrasi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Dari persamaan reaksi diatas, mol NaOH yang digunakan untuk titrasi akan sama dengan mol
HCl yang tepat bereaksi. Dengan mengetahui mol HCl, maka mol KCl dan jumlah ionnya dapat
ditentukan.
Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh volume NaOH untuk titrasi percobaan
pertama sebanyak 6 ml. Melalui perhitungan, ion Kalium yang dipertukarkan sejumlah
1,643x1021 ion dengan perolehan galat sebesar 9,07. Sedangkan pada percobaan kedua diperoleh
volume NaOH untuk titrasi sebanyak 5,7 ml. Dan berdasarkan pada perhitungan, ion Kalium
yang dipertukarkan sejumlah 1,561x1021 dengan galat yang diperoleh sebesar 13,6 %.
Galat yang diperoleh pada percobaaan ini dapat diakibatkan karena beberapa faktor
yaitu adanya kation lain dalam resin walaupun sudah dilakukan regenerasi terlebih dahulu oleh
H+. Hal ini membuat H+ yang tersubstitusi oleh K+ lebih sedikit dari yang seharusnya dan
membuat volume titrasi lebih kecil yang mengakibatkan galat. Selain itu, kesalahan paralaks
berupa pembacaan titik akhir titrasi yang kurang teliti juga dapat berpengaruh. Faktor lainnya
adalah proses elusi KCl yang tidak sempurna oleh aqua dm dimana KCl masih ada di dalam
kolom namun penetesan eluat dari kolom sudah dihentikan. Di sisi lain, Ion H + yang masih
tersisa pada kolom juga dapat membuat jumlah ion K + yang terdeteksi menjadi lebih kecil dari
seharusnya.

H. Kesimpulan
- Nilai Rf dari larutan standar dan larutan sampel adalah

Rf (Retency Factor)
Zat Ag Hg Pb

Standar 0,825 0,912 0,847

Sampel - 0,919 0,876

- Terdapat ion Kalium sebanyak 1,643x1021 ion pada percobaan titrasi pertama dengan galat
9,07 % dan 1,561x1021 ion pada percobaan titrasi kedua dengan galat 13,6% terhadap 30 ml
larutan KCl 0,1 M.

I. Daftar Pustaka
Febrian, A. (2016). Kromatografi Penukar Ion. Retrieved from SlidePlayer:
https://slideplayer.info/slide/3664782/

Harvey, D. (2000). Modern Analytical Chemistry. New York: McGraw-Hill Companies.p.482-486

informasitips.com. (n.d.). Kromatografi : Pengertian dan Jenisnya. Retrieved Februari 27, 2020,
from Informasitips (Informasi&Tips Gaya Hidup): https://informasitips.com/kromatografi-
pengertian-dan-jenisnya

KEDAISAINS. (2017, Mei 2). Kromatografi, Jenis-jenis, dan Cara Kerja Kromatografi. Retrieved
from Daily Science and Technology: http://kedaisains.blogspot.com/2017/05/cara-kerja-
kromatografi.html

Kromatografi Penukar Ion. (2012, Maret 16). Retrieved from Klephone's File: http://klephone-
file.blogspot.com/2012/03/kromatografi-penukar-ion.html

Manis, S. (2017, September 3). Pengertian Kromatografi, Jenis Kromatografi, dan Penjelasan
Lengkap. Retrieved from Pelajaran.co.id: https://www.pelajaran.co.id/2017/03/pengertian-
kromatografi-jenis-kromatografi-dan-penjelasan.html

Pryde, S. (1979). Application of High Performance Liquid Chromatography. New York: Chapman
and Hall.p.48-54

Anda mungkin juga menyukai