Anda di halaman 1dari 13

LEMBAGA PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Dibuat untuk Menyelesaikan Tugas Kelompok Mata Kuliah

Ekonomi Internasional

Dosen pengampu: Rifadli kadir S.E.I, M.E.K

Disusun oleh:

Kelompok 5

Arniati Lasoma
174012025
Sriyolanda Hasbih
174012028

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SULTAN AMAI GORONTALO

2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi menjadi penting dalam konteks perekonomian suatu


negara karena dapat menjadi salah satu ukuran dari pertumbuhan atau pencapaian
perekonomian bangsa tersebut, meskipun tidak bisa dinafikan ukuran-ukuran yang
lain. Salah satu hal yang dapat dijadikan motor penggerak bagi pertumbuhan
adalah perdagangan internasional. Salvatore menyatakan bahwa perdagangan
dapat menjadi mesin bagi pertumbuhan ( trade as engine of growth,Salvatore,
2004). Jika aktifitas perdagangan internasional adalah ekspor dan impor, maka
salah satu dari komponen tersebut atau keduaduanya dapat menjadi motor
penggerak bagi pertumbuhan. Tambunan (2005) menyatakan pada awal tahun
1980-an Indonesia menetapkan kebijakan yang berupaexport promotion. Dengan
demikian, kebijakan tersebut menjadikan ekspor sebagai motor penggerak bagi
pertumbuhan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perdagangan Internasional ?
2. Apa saja organisasi dalam perdagangan Internasional ?
3. Apa saja isi perjanjian-perjanjian perdagangan Internasional?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian perdagangan Internasional
2. Dapat mengetahui organisasi perdagangan Internasional
3. Dapat mengetahui perjanjian-perjanjian perdadangan Internasional
BAB 2

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Perdagangan atau pertukaran berarti proses tukar-menukar yang dilakukan


atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak yang terlibat. Pada
kenyataannya, dalam memenuhi kebutuhannya suatu negara belum mampu
memproduksi barang sendiri tanpa menerima bantuan dari negara lain. Seiring
dengan berkembangnya teknologi, memungkinkan suatu negara mengadakan
hubungan dagang dengan negara lain atau mengadakan kegiatan ekspor dan
impor. Oleh karena proses tukar-menukar tersebut dilakukan antarnegara, maka
disebut dengan perdagangan internasional.

Dari uraian di atas, perdagangan internasional (international trade) dapat


didefinisikan sebagai kegiatan transaksi dagang antara satu negara dengan negara
lain, baik mengenai barang ataupun jasa-jasa, dan dilakukan melewati batas
daerah suatu negara. Misalnya Indonesia mengadakan hubungan dagang dengan
Prancis, Jepang, Cina, Amerika Serkat, Singapura, Malaysia, dan lain-lain. Pada
dasarnya perdagangan dua negara meliputi Eksport dan Import :

1) Ekspor : menjual / mengirim barang keluar negeri

2) Impor : membeli / mendatangkan barang dari luar negeri.

B. ORGANISASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

1. WTO (World Trade Organization)

WTO merupakan badan atau organisasi perdagangan dunia yang


mengawasi segala bentuk aktivitas perdagangan di dunia internasional. WTO ini
didirikan pada tanggal 1 Januari 1995 sebagai ganti dari GATT. WTO merupakan
salah satu subjek hukum dan status resmi bagi para anggotanya, dengan itulah
mereka bisa melakukan perdagangan dengan skala internasional. Maksud dan
tujuan didirikannya badan atau organisasi WTO adalah untuk menciptakan
kesejahteraan bagi para anggotanya melalui perdagangan internasional yang lebih
bebas. WTO memiliki beberapa fungsi, antara lain :

Menyetujui segala bentuk perputaran barang dan jasa baik dalam lingkup
kerjasama multilateral dan plurilateral, serta bertugas untuk mengawasi
pelaksanaan komitmen akses yang ada di pasar baik di bidang tarif dan
non tarif.
Mengawasi segala praktek perdagangan internasional secara regional dan
meninjau kebijaksanaan perdagangan negara atau anggotanya melalui
prosedur notifikasi.

2. AFTA (ASEAN Free Trade Area)

AFTA adalah salah satu jenis organisasi perdagangan internasional,


namun tidak seluas WTO cakupannya. Jika WTO mencakup seluruh dunia,
namun dalam AFTA anggotanya dikhususkan bagi negara-negara yang ada di
kawasan Asia Tenggara, yakni Indonesia, Vietnam, Myanmar, Singapura,
Malaysia, Thailand, Kambodja, Brunei Darussalam, Laos dan Thailand.
Organisasi ini dibentuk pada KTT ke IV di Singapura tahun 1992. AFTA
memiliki dua tujuan utama yakni :

Untuk meningkatkan daya saing ekonomi terutama dalam bidang


perdagangan dalam upaya untuk menjadikan ASEAN sebagai basis
produksi pasar dunia.
Untuk meningktkan perdagangan antar negara ASEAN dan dunia serta
menarik para investor asing untuk menanmkan modalnya di kawasan
ASEAN.
3. APEC (Asia-Pacific EconomicCooperation)

APEC merupakan salah satu organisasi yang berfokus pada kerjasama


ekonomi di Asia Pasifik yang didirikan pada tahun 1989. Berbeda dengan
organisasi perdagangan lain seperti WTO dan AFTA yang mengharuskan adanya
sebuah perjanjian atau kesepakatan, namun dalam APEC yang ditekankan adalah
komitmen dan sukarela dari para anggotanya. Keberadaan APEC bertujuan untuk
menguatkan atau mengukuhkan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi serta
mempererat komunikasi dan interaksi negara-negara di Asia Pasifik.

Selain itu APEC bisa juga disebut sebagai forum utama guna memfasilitasi
kegiatan atau aktivitas perekonomian yang dilakukan dalam upaya pertumbuhan
ekonomi, kerjasama, perdagangan dan investasi di kawasan Asia Pasifik. Pada
dasarnya APEC merupakan salah satu organisasi perdagangan di kawasan Asia
Pasifik guna untuk menjamin kemajuan dan perkembangan ekonomi guna
meningkatkan daya saing ekonomi dengan negara di kawasan lain.

4. OPEC (Organization Petroleum Exporting Countries)

Selanjutnya kita akan membahas mengenai OPEC yang merupakan salah


satu jenis organisasi perdagangan dunia yang berfokus pada ekspor minyak. Perlu
anda ketahui bahwasannya OPEC berdiri atas inisiatif atau prakarsa dari lima
negara produsen minyak terbesar di dunia yakni Irak, Iran, Kuwait, Arab, dan
Venezuela tepatnya pada tanggal 14 September 1960 bertempat di Baghdad Irak.
Saat itu kantor pusat dari OPEC terletak di Wina Austria. OPEC memiliki
beberapa tujuan antara lain :

Menyatukan kebijakan terhadap keberadaan minyak serta perdagangan


minyak, agar terjadi kesinambungan dan sinergi antar pihak sehingga
potensi minyak bisa dikembangkan dan menjadi alat pertumbuhan
ekonomi bagi negara-negara yang bersangkutan.
Memenuhi segala bentuk kebutuhan minyak bumi. Dimana hal ini menjadi
tanggung jawab penuh yang hrus diemban oleh negara-negara yang terkait.
Dimana mereka harus berupaya untuk selalu memnuhi kebutuhan akan
minyak.

5. OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development)

OECD merupakan singkatan dari Organization for Economic Cooperation


dab Development. Sesuai dengan namnya OECD merupakan salah satu organisasi
yang bergerak dan menaungi segala bentuk upaya atau kegiatan yang bertujuan
untuk kerjasama dan pegembangan perekonomian. OECD berdiri pada tahun 1948
dan dipimpin oleh seorang tokoh yang bernama Robert Marjolin. Dimana
organisasi ini bertugas untuk menjalankan Marshal Plan pada saat rekontruksi
Eropa setelah Peranf Dunia II, namun seiring berjalannya waktu tepatnya pada
tahun 1961 anggota OECD bertambah dan sudah merambah negara-negara non
Eropa. Jumlah anggota OECD kurang lebih terdiri dari 30 negara yang menerima
prinsip-prinsip demokrasi dan ekonomi pasar bebas.

6. NAFTA (North American Free Trade Agreement)

NAFTA merupakan sebuah kesepakatan atau perjanjian perdagangan bebas.


Yang menaungi negara-negara di bagian Amerika Utara. NAFTA bisa disebut
sebagai sebuah organisasi yang terdiri dari negara-negara bagian Amerika Utara
seperti Amerika Serikat, Kanada, Meksiko. Dalam sebuah piagam yang disetujui
dan diresmikan oleh seluruh anggota NAFTA berisi tentang beberapa tugas yang
harus dilaksanakan, antara lain hubungan perniagaan, komunikasi, kegiatan
kebudayaan, kewarganegaraan, paspor dan visa, kegiatan sosial dan kegiatan yang
berhubungan dengan kesehatan. Perlu anda ketahui bahwasannya markas NAFTA
berada di Washington DC, Ottawa dan Mexico City.

C. PERJANJIAN-PERJANJIAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Perjanjian internasional saat ini memegang peranan yang sangat penting.


Berbagai aspek dalam perjanjian internasional sudah dijadikan beberapa acuan
terhadap perjanjian-perjanjian lainnya dan diterima secara luas oleh banyak
negara.1 Setiap negara yang mengadakan suatu perjanjian harus menjunjung tinggi
dan mentaati ketentuanketentuan yang terdapat didalamnya sesuai dengan amanat
asas Pacta sunt Servanda dalam hukum perjanjian internasional, yang bermakna
bahwa setiap perjanjian yang telah dibuat harus ditaati oleh masing-masing pihak
yang bersangkutan bagaikan undang-undang serta perumusan kerja sama yang
didasarkan pada iktikad baik atau Goog faith dari setiap pihak yang terlibat.

Sebelum adanya aturan yang mengatur tentang perjanjian internasional,


perjanjian internasional hanya ada dalam bentuk hukum kebiasaan internasional
dimana negara negara pada masa itu membuat perjanjian internasional berdaskan
kepada hukum kebiasaan yang hidup di tengah-tengah masyarakat internasional.
Dalam melakukan hubungan perjanjian internasional diperlukan suatu kondisi
yaitu keadaan yang tertib dan aman, untuk berlangsungnya keadaan yang tertib
dan aman ini diperlukan suatu tatanan norma.2 Hukum internasional telah
menyediakan suatu tatanan norma yang dijadikan dasar hukum bagi perjanjian
internasional yang dikenal sebagai Vienna Conventionon the Law of Treaties
1969 (selanjutnya disebut sebagai Konvensi Wina 1969).

Menurut Abdulkadir Muhammad (2000:225), yang dimaksud perjanjian


adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan
diri untuk melaksanakan suatu hal mengenai harta kekayaan.

Menurut R. Subekti (1982:1) bahwa perjanjian adalah suatu peristiwa di


mana ada seorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu saling berjanji
untuk melaksanakan suatu hal. Berdasarkan pengertian yang diberikan oleh R.
Subekti tersebut, dapat diartikan bahwa pengertian perjanjian merupakan suatu
hubungan hukum kekayaan antara dua orang atau lebih, yang memberikan
kekuatan hak pada suatu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus

1
Sefriani,Pengakhiran Sepihak Perjanjian Perdagangan Internasional ,PADJAJARAN
Jurnal Ilmu Hukum Volume 2 Nomor 1,tahun 2015

2
Shannondchandara, “rangkuman dari konvensi Wina 1969”
https://brainly.co.id/tugas/79315 diakses pada tanggal 24 Agustus 2017 pukul 22.00
mewajibkan kepada pihak lain untuk melaksanakan prestasi (M.Yahya Harahap,
1982:45).

Mengingat peran perjanjian internasional sangat penting, maka perlu


dibuat suatu aturan khusus yang mengatur tentang perjanjian internasional, untuk
itulah aturan-aturan yang mengatur tentang tata cara pembuatan perjanjian
internasional agar dibuat oleh negara yang ingin melakukan kerjasama
internasional. Setelah perjanjian internasional itu dibuat maka perlu pula
pengesahan dengan undangundang atau aturan-aturan lain sesuai dengan tingkat
kebutuhan suatu negara.

Indonesia memiliki dasar konstitusional tentang perjanjian internasional


yang di atur dalam Pasal 11 Undang-Undang Dasar 1945 yang dikatakan bahwa :3

1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan


perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain.

2) Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang


menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait
dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau
pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat.

3) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan


undang-undang.

Pasal 11 Undang-Undang Dasar 1945 menjelaskan bahwa wewenang


untuk membuat perjanjian internasional dengan negara lain berada ditangan
Presiden sebagai kepala negara.4

3
Lihat Pasal 11 UUD 1945 amandemen ke-3 pada tanggal 10 November 2001.

4
Faisal Huseini Asakin, “Kepala Negara dan Kepala Pemerintah
”https://faisalhusseiniasikin.wordpress.com/2009/11/13/3/ diakses pada tanggal 25 agustus 2017
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian
Internasional menjelaskan bahwasanya perjanjian internasional dibuat secara
tertulis dengan nama tertentu yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi para
pihak yang mengikatkan diri dalam perjanjian internasional tersebut. Saat ini
perjanjian internasional sudah berkembang ke berbagai aspek salah satunya adalah
perdagangan antar negara. William J.Fox mengungkapkan bahwa perdagangan
internasional sudah lama diterima sebagai dasar fundamental bagi setiap negara
untuk ketahanan ekonomi yang lebih baik.5 Besar dan jayanya negara-negara di
dunia seperti China tidak terlepas dari keberhasilan dan aktivitas negara tersebut
di dalam perdagangan,6 oleh sebab itu perdagangan internasional menjadi penting
dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Perdagangan internasional ini dirumuskan dalam suatu perjanjian


internasional perihal perdagangan internasional (perjanjian perdagangan
internasional). Perdagangan internasional juga menjadikan perjanjian
internasional sebagai salah satu sumber hukumnya, beberapa perjanjian
internasional membentuk suatu pengaturan perdagangan yang sifatnya umum di
antara para pihak,7 dikarenakan sifat pengaturannya yang umum atau yang lebih
dikenal dengan bersifat publik, sehingga penggunaan Konvensi Wina1969
terhadap perjanjian perdagangan internasional sangat diperlukan oleh
negaranegara di dunia.

Perdagangan internasional biasanya didahului oleh perjanjian atau kontrak


dagang antara importir dengan eksportir yang disebut sales contract yang telah
disepakati bersama kemudian disahkan dengan penandatanganan oleh masing-
masing pihak antara eksportir dan importir, di dalamnya berisi dokumen yang

5
Sefriani,Pengakhiran Sepihak Perjanjian Perdagangan Internasional ,PADJAJARAN
Jurnal Ilmu Hukum Volume 2 Nomor 1,tahun 2015

6
Huala Adolf,Hukum perdagangan Internasional, Cetakan ke-2, Jakarta, P.T. Raja
Grafindo Persada, 2005, hlm. 77

7
Ibid
memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak dan cara pembayaran yang akan
dilakukan. Sehingga secara yuridis perjanjian dalam perdagangan internasional
sebagai dasar hukum para pihak yang memberi jaminan hukum atas hak dan
kewajiban akibat ditandatanganinya sales contract.

1. Pengaturan Perjanjian Perdagangan Internasional

Sales contract pada dasarnya merupakan perjanjian jual beli antara pihak
penjual dengan pihak pembeli dan tunduk pada hukum perjanjian. Di Indonesia
dasar dan sumber hukum yang mengatur kontrak adalah KUHPdt. Namun, untuk
hal-hal lain diserahkan kepada para pihak untuk mengaturnya atas dasar
kesepahaman. Menurut KUHPdt, pengertian perjanjian sebagai berikut.

a. Pasal 1313 KUHPdt mengenai batasan perjanjian


“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan antara satu orang atau lebih
yang mengikatkan diri dengan seseorang atau lebih lainnya.”

b. Pasal 1320 KUHPdt tentang sahnya perjanjian. Pasal tersebut


menentukan bahwa diperlukan empat syarat untuk sahnya perjanjian yaitu:
1) sepakat mereka yang mengikatkan diri;
2) kecakapan untuk membuat suatu perjanjian;
3) suatu hal tertentu;
4) suatu sebab yang halal.

c. Pasal 1338 KUHPdt tentang asas kebebasan berkontrak


“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian-perjanjian tersebut
tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak
atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup
untuk itu. Perjanjian-perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad
baik.”
d. Pasal 1458 KUHPdt tentang kesepakatan
“jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika
setelahnya orang-orang ini mencapai sepakat tentang kebendaan
tersebut dan harganya, meskipun kebendaan itu belum diserahkan,
maupun harganya belum dibayar.”

Setelah perjanjian jual beli memenuhi syarat-syarat sahnya kemudian


timbul kewajiban bagi pihak penjual dan pihak pembeli (Gunawan Widjaja dan
Ahmad Yani, 2001:9). Berdasarkan Pasal 1457 KUHPdt seorang penjual
mempunyai dua kewajiban yang harus dipenuhi, yaitu wajib menyerahkan barang
dan wajib menanggung pemakaian atas barang yang dijual itu. Pembeli wajib
untuk membayar harga barang yang dibeli. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam
Pasal 1513 KUHPdt. Pembeli juga wajib memikul biaya-biaya tambahan lainnya,
kecuali bila diperjanjikan sebaliknya, hal ini berdasarkan Pasal 1466 KUHPdt.

Pengaturan perjanjian perdagangan internasional selain diatur dalam KUH


Perdata, diatur pula dalam Uniform Custom and Practice for Documentary Credit
(UCP) yaitu dalam Articel 2 yang menyatakan bahwa “suatu perjanjian dengan
nama apapun atau bagaimanapun dideskripsikan, yang bersifat irrevocable dan
merupakan janji bayar issuing bank atas penyerahan dokumen yang sesuai dan
memenuhi persyaratan”.

Dalam pelaksanaannya, perjanjian perdagangan internasional harus


mengadopsi dan menerapkan ketentuan-ketentuan universal yang telah diakui
keberadaannya. Hal ini menimbulkan konsekuensi bahwa pentingnya alasan untuk
memahami hukum masing-masing pihak lebih dahulu sebelum meratifikasi
transaksi perjanjian perdagangan internasional. Sehingga sejauh mungkin dapat
dihindari perbedaan hukum atau kesalahan penafsiran antara para pihak.

2. Asas-Asas Perjanjian Perdagangan Internasional

Adapun beberapa asas penting dalam hukum perjanjian yang merupakan


dasar kehendak pihak-pihak dalam mencapai tujuan sebagai berikut.
a) Asas terbuka (open system), artinya bahwa setiap orang boleh
mengadakan perjanjian apa saja, walaupun belum atau tidak diatur dalam
undang-undang(asas kebebasan berkontrak). Kebebasan ini meliputi
kebebasan untuk melakukan jenis-jenis dari kontrak yang para pihak
sepakati, termasuk untuk memilih forum penyelesaian sengketa dagangnya
dan untuk memilih hukum yang berlaku terhadap kontraknya. Tetapi
kebebasan tersebut dibatasi oleh tiga hal yaitu tidak dilarang oleh undang-
undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum, dan tidak
bertentangan dengan kesusilaan;
b) Asas pelengkap (optional), artinya pasal-pasal dalam undang-undang
boleh dikesampingkan, apabila pihak-pihak yang membuat perjanjian
menghendaki dan membuat peraturan sendiri. Tetapi apabila dalam
perjanjian yang mereka buat tidak ditentukan, maka yang berlaku undang-
undang;
c) Asas konsensual, artinya perjanjian itu terjadi (ada) sejak saat tercapainya
kata sepakat antara pihak penjual dan pembeli mengenai pokok perjanjian
sehingga dapat disetujui bahwa perjanjian yang dibuat itu dapat secara
lisan saja dan dapat dituangkan pula dalam bentuk tulisan berupa akta jual
beli, jika dikehendaki sebagai alat bukti;
d) Asas obligatoir, artinya perjanjian yang dibuat oleh para pihak itu baru
dalam taraf menimbulkan hak dan kewajiban saja,belum memindahkan
hak milik. (Abdulkadir Muhammad, 2000 : 225)

Berdasarkan asas-asas tersebut pada dasarnya para pihak dalam


perdagangan internasional mengutamakan asas kesepahaman dan terpenuhinya
unsur saling menguntungkan, sesuai dengan asas konsensualisme sales contract
sudah dilahirkan pada saat tercapainya kata sepakat mengenai harga dan barang
sehingga lahirlah perjanjian jual beli yang sah. Sifat konsensualisme sales contract
tersebut ditentukan dalam Pasal 1458 KUHPdt.
DAFTAR PUSTAKA

Faisal Huseini Asakin, “Kepala Negara dan Kepala Pemerintah”


https://faisalhusseiniasikin.wordpress.com/2009/11/13/3/ diakses pada
tanggal 25 agustus 2017

Huala Adolf, 2005. Hukum perdagangan Internasional, Cetakan ke-2, Jakarta:


P.T. Raja Grafindo Persada

Pasal 11 UUD 1945 amandemen ke-3 pada tanggal 10 November 2001.

Sefriani, 2015 Pengakhiran Sepihak Perjanjian Perdagangan Internasional


PADJAJARAN” Jurnal Ilmu Hukum Volume 2 Nomor 1

Shannondchandara, “rangkuman dari konvensi Wina 1969”


https://brainly.co.id/tugas/79315 diakses pada tanggal 24 Agustus 2017
pukul 22.00

Anda mungkin juga menyukai