Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PRAKTIKUM FITOKIMIA
INFUNDASI
A. TUJUAN PERCOBAAN
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL
C. DASAR TEORI
1. Uraian Tumbuhan
a. Klasifikasi
b. Morfologi
Tanaman sirih merupakan tanaman yang tumbuh memanjat, tinggi 5 cm-15 cm.
Helaian daun berbentuk bundar telur atau bundar telur lonjong. Pada bagian
pangkal berbentuk jantung atau agak bundar, tulang daun bagian bawah gundul
atau berbulu sangat pendek, tebal berwarnaputih, panjang 5-18 cm, lebar 2,5 - 10,5
cm. Daun pelindung berbentuk lingkaran, bundar telur sungsang atau lonjong
panjang kira-kira 1 mm. Perbungaan berupa bulir, sendiri-sendiri di ujung cabang
dan berhadapan dengan daun. Bulir bunga jantan, panjang gaggang 1,5 - 3 cm,
benang sari sangat pendek. Bulir bunga betina, panjang gaggang 2,5 – 6 cm,
kepala putik 3 – 5. Buah Buni, bulat dengan ujung gundul. Bulir masak berbulu
kelabu, rapat, tebal 1– 1,5 cm. Biji berbentuk bulat (Syamsuhidayat dan Hutapea,
1991).
c. Kandungan Senyawa
Daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri dari chaficol paralyphenol atau
betlephenol. Daun sirih mengandung zat – zat yaitu atsiri yang terdiri dari fenol
dan sebagian besar chavicol. Chavicol memiliki daya antiseptik lima kali daripada
fenol biasa. Daun sirih mengandung antiseptik berupa senyawa senyawa fenolik
seperti eugenol, chavicol 7,2 – 16,7 %, alilpyrolcatekol, dan chavibetol 2,7 – 6,2%
(Kusdarwati, 2013). Daun sirih juga mengandung kadinen 2,4-15,8%, estragol,
terpenoid, sesquiterpen, fenil propane, tanin, diastase, pati dan gula (Achmad dan
Suryana, 2009).
d. Manfaat
2. Ektraksi
1) Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara dingin yaitu meserisasi
dan perkolasi.
2) Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara dingin yaitu refluks,
sokletasi, digesti, infundasi dan dekok.
3) Ekstraksi Cair-Cair
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu
campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis
dalam skala besar misalnya untuk memperoleh vitamin, antibiotika, bahan-bahan
penyedap, produk-produk minyak bumi dan garam-garam logam. Proses ini pun
digunakan untuk membersihkan air limbah dan larutan ekstrak hasil ekstraksi
padat cair (Rohman, 2009).
Pada ekstraksi tidak terjadi pemisahan segera dari bahan-bahan yang akan
diperoleh (ekstrak), melainkan mula-mula hanya terjadi pengumpulan ekstrak
(dalam pelarut). Suatu proses ekstraksi biasanya melibatkan tahap-tahap berikut:
1. Mencampurkan bahan ekstrak dengan pelarut dan membiarkannya saling
kontak. Dalam hal ini terjadi perpindahan massa dengan cara difusi pada
bidang antar muka bahan ekstraksi dan pelarut. Dengan demikian terjadi
ekstraksi yang sebenarnya, yaitu pelarut ekstrak.
2. Memisahkan larutan ekstrak dari refinat, kebanyakan dengan cara penjernihan
atau filtrasi.
3. Mengisolasi ekstrak dari larutan ekstrak dan mendapatkan kembali pelarut.
Umumnya dilakukan dengan mendapatkan kembali pelarut. Larutan ekstrak
langsung dapat diolah lebih lanjut atau diolah setelah dipekatkan (Gandjar,
2007).
4) Infundasi
Infus atau rebusan obat adalah sediaan cair yang dibuat dengan
mengekstraksi simplisia nabati dengan air suhu 90◦C selama 15 menit, yang mana
ekstraksinya dilakukan secara infundasi. Penyarian adalah peristiwa memindahkan
zat aktif yang semula didalam sel ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif
larut dalam cairan penyari. Secara umum penyarian akan bertambah baik apabila
permukaan simplisia yang bersentuhan semakin luas (Ansel, 1989).
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati
dengan air pada 90◦C - 98◦C selama 15 menit. Umumnya infus selalu dibuat dari
simplisia yang mempunyai jaringan lunak, yan mengandung minyak atsiri dan zat
– zat yang tidak tahan pemanasan lama (Depkes RI, 1979).
1. Membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air 2 kali bobot bahan, untuk
bunga 4 kali bobot bahan dan untuk karagen 10 kali bobot bahan.
2. Bahan baku ditambah denga air dan dipanaskan selama 15 menit pada suhu
90⁰-98⁰C. Umumnya untuk 100 bagian sari diperlukan 10 bagian bahan.
Hal ini disebabkan karena :
a. Kandungan simplisia kelarutannya terbatas, misalnya kulit kina
digunakan 6 bagian
b. Disesuaikan dengan cara penggunaannya dalam pengobatan, misalnya
daun kumis kucing, sekali minum infus 100 cc, karena itu
diambil 1/2 bagian.
c. Berlendir, misalnya karagen digunakan 1/2 bagian.
d. Daya kerjanya keras, misalnya digitalis digunakan 1/2 bagian.
3. Untuk memindahkan penyaringan kadang-kadang perlu ditambah bahan
kimia misalnya :
a. Asam sitrat untuk infus ikan.
b. Kalium atau Natrium karbonat untuk infus kelembak.
4. Penyaringan dilakukan pada saat cairan masih panas, kecuali bahan yang
mengandung bahan yang mudah menguap.
a. Keuntungan
1) Unit alat yang dipakai sederhana,
2) Biaya operasionalnya relatif rendah
b. Kerugian
1) Zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap
kembali,apabila kelarutannya sudah mendingin.(lewat jenuh)
2) Hilangnya zat-zat atsiri
3) Adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama,dismping itu simplisia
yang mengandung zat-zat albumin tentunya zat ini akan menggumpal
dan menyukarkan penarikan zat-zat berkhasiat tersebut
5. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Parameter pada KLT yang digunakan untuk identifikasi adalah nilai Rf. Rf
dikarakterisasi dengan jarak migrasi solut terhadap jarak ujung fase geraknya.
Faktor retardasi solut (Rf) didefinisikan sebagai:
Jarak yang ditempuh solut
Rf =
Jarak yang ditempuh fase gerak
ALAT BAHAN
Kompor Methanol
Termometer Kloroform
Panci
Kain fanel
Chamber
Plat silika
Pipa kapiler
Pipet tetes
Oven
Kertas Saring
E. CARA KERJA
1. Pembuatan Ekstrak
Panci dimasukkan ke dalam panic yang lebih besar dan telah berisi air dan
dipanaskan pada suhu 90oC selama 15 menit
Infus disaring dalam keadaan panas menggunakan kain fanel dan jika
volume kurang dari 100 ml, maka ditambahkan dengan air hangat melalui
residu infusa hingga volumenya mencapai 100ml
b. Rendemen Ekstrak
Diambil ekstrak yang diperoleh
Selanjutnya larutan uji dan pembanding ditotolkan pada garis awal dengan
menggunakan pipa kapiler, biarkan beberapa saat hingga pelarutnya
menguap
Amati pola kromatografi dibawah lampu UV 254 dan 366 nm dan hitung
Rf setiap bercak yang teramati