MAKALAH
DisusunOleh:
Isofa Zulfania Wilansyah (2130720076)
Nur Habibah Lisiana Mukhlis (2130720082)
Khafidoh (2130720084)
Lailatul Fadilah (2130720095)
Misbahuddin (2130720096)
KATA PENGANTAR
Dengan nama ALLAH Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur
penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat dan karunia-NYA penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah Strategi Pembelajaran Matematika yang membahas “Pembelajaran
Pemecahan Masalah Matematika atau PBL”
Selama penyusunan makalah ini, penulis telah memperoleh bantuan, bimbingan, petunjuk
serta saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengahaturkan rasa syukur dan terima kasih kepada:
1. Allah SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan kesempatan bagi penulis
untuk menyelesaikan makalah ini dengan keadaan sehat.
2. Orang tua penulis yang telah memberi do’a dan dukungan baik moril maupun materil yang tak
terhingga kepada penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
3. Bapak Anis Fuady, M.Pd, selaku guru pembimbing matakuliah Perencanaan Pembelajaran
Matematika yang telah banyak memberikan bantuan dan arahan kepada penulis dalam proses
belajar mengajar hingga tersusunnya makalah ini.
4. Tidak lupa kepada kru yang bertugas menyelesaikan makalah ini.
Penulis sangat menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai bahan masukan
dan bahan pertimbangan bagi kami dalam menyelesaikan tugas-tugas berikutnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Pendidikan merupakan suatu sarana strategis untuk meningkatkan kualitas bangsa karenanya
kemajuan suatu bangsa dan kemajuan pendidikan adalah suatu kebanggaan sendiri bagi negara
tersebut. Suatu negara harus dapat mengembangkan mutu pendidikan dengan mengikuti
perkembangan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) agar dapat bersaing dengan
negara-negara lain. Seiring dengan perkembangan tersebut, maka masalah-masalah
kehidupanpun bermunculan satu persatu dan semakin kompleks. Perkembangan zaman tersebut
menuntut kita untuk berkompetisi dalam memenuhi segala kebutuhan hidup. Oleh karena itu,
untuk dapat mengatasi permasalahan kehidupan tersebut harus didukung dengan mutu kualitas
pendidikan yang baik.
Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional tahun 2003 disebutkan bahwa:Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembankan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecenderungan, kecerdasan, akhlak mulia serta
ketrampilan yang diperuntukkan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dari Undang-undang di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia diharapkan mampu
mengarahkan peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya.Potensi tersebut terukur dari kemampuan
peserta didik untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri dalam masyarakat, akhlak mulia dan
ketrampilan yang mampu memberikan manfaat bagi dirinya dan masyarakat.Dalam hal ini peserta didik harus
mampu memiliki kemampuan yang profesional sesuai bidang ilmu yang dipelajarinya. Kemampuan tersebut tidak
lepas dari peran seorang dalam proses pembelajaran di sekolah. Seorang peserta didik akan mendapatkan banyak
nilai–nilai kehidupan di sekolah yang akan terbawa dan tercermin terus dalam tindakan peserta didik di kehidupan
bermasyarakat. Oleh karena itu, seorang guru mempunyai peranan sangat besar untuk ikut membina kepribadian
siswanya. Guru dalam proses pembelajaran dituntut untuk tidak hanya
menekankan aspek kognitif semata, tetapi lebih dari itu, aspek afektif dan psikomotor siswa juga harus
dikembangkan.
Keberhasilan suatu pembelajaran bergantung dari peran guru dalam memberikan stimulus-stimulus.Hal ini
tergantung dari pemilihan metode dan model pembelajaran yang dipilih oleh seorang guru.Pemilihan model dan
metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa merupakan kemampuan dan
keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Hal ini disadari oleh asumsi bahwa ketepatan guru dalam
memilih model dan metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan hasil belajar siswa, guru
harus menggunakan metode yang tidak saja membuat proses pembelajaran menarik, tapi juga memberikan ruang
bagi siswa untuk berkreativitas dan terlibat secara aktif sepanjang proses pembelajaran. Sehingga aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor siswa dapat berkembang maksimal secara bersamaan tanpa mengalami kesulitan salah
satunya.
Model pembelajaran yang masih monoton dimana masih didominasi oleh guru akan membuat peserta didik
merasa jenuh dan bosan sehingga tak jarang saat guru menjelaskan, peserta didik akan bermain sendiri atau malah
gaduh di kelas. Begitu juga dengan pembelajaran Matematika. Guru harus secermat mungkin untuk mencari metode
atau model pembelajaran yang tepat karena mengingat Matematika adalah pelajaran yang dianggap paling sulit dan
paling ditakuti bagi siswa, terutama yang berhubungan dengan soal-soal cerita.
Pembelajaran Berbasis Masalah (problem based learning) merupakan salah satu kompetensi yang harus
dikuasai siswa setelah belajar Matematika.Kemampuan tersebut tidak hanya dibutuhkan ketika belajar Matematika
atau mata pelajaran lain, namun sangat dibutuhkan setiap manusia pada saat memecahkan suatu masalah yang
pada akhirnya membuat suatu keputusan. Kemampuan tersebut memerlukan pola pikir yang memadai, dimana
melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis dan kreatif. Pola pikir seperti itu dikembangkan dan dibina dalam belajar
Matematika.
1.2 RumusanMasalah
3. Bagaimana Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Dalam Pembelajaran Matematika?
1.3 Tujuan
Tujuanpembuatanmakalahini adalah:
2. Untuk Mengetahui Langkah-langkah atau (sintaks) Dalam Pembelajaran Menggunakan Model Problem Based
Learning (PBL).
3. Untuk Mengetahui Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning Dalam Pelajaran Matematika.
BAB II
PEMBAHASAN
ProblemBased Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah metode pengajaran
yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan
keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan (Duch, 1995). Finkle dan Torp (1995)
menyatakan bahwa PBM merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan
secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan
menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur
dengan baik. Dua definisi di atas mengandung arti bahwa PBL atau PBM merupakan setiap suasana pembelajaran
yang diarahkan oleh suatu permasalahan sehari-hari.PBL adalah metode belajar yang menggunakan masalah
sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradijono, 2004).
Sehingga dapat diartikan bahwa PBL adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran
berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari
prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan kelompok
kecil merupakan poin utama dalam penerapanPBL.
Pembelajaran berbasis masalah(PBL) bermaksud untuk memberikan ruang gerak berpikir yang bebas
kepada siswa untuk mencari konsep dan menyelesaikan masalah yang terkait dengan materi yang disampaikan oleh
guru. Karena pada dasarnya ilmu Matematika bertujuan agar siswa memahami konsep-konsep Matematika dengan
kehidupan sehari-hari. Memiliki ketrampilan tentang alam sekitar untuk mengembangkan pengetahuan tentang
proses alam sekitar,mampu menerapkan berbagi konsep matematika untuk menjelaskan gejala alam dan mampu
menggunakan teknologi sederhana untuk memecahkan masalah yang ditemukan pada kehidupan sehari-hari.
Di dalam matematika, suatu pertanyaan atau soal akan merupakan suatu masalah apabila
tidak terdapat aturan/hukum tertentu yang segera dapat digunakan untuk menjawab atau
menyelesaikannya (Hudojo, 1988). Hal ini berarti bahwa suatu soal matematika akan menjadi
masalah apabila tidak segera ditemukan petunjuk pemecahan masalah berdasarkan data yang
terdapat dalam soal.
Sebuah pertanyaan yang merupakan masalah bagi seseorang apabila masalah tersebut
bersifat: 1. Relatif, tergantung situasi dan kondisi seseorang yang menghadapinya, 2. Tidak
dapat diselesaikan secara langsung dengan prosedur rutin tetapi masih memungkinkan orang
tersebut untuk menyelesaikannya melalui seleksi data informasi dan organisasi konsep yang
dimilikinya, 3. Dapat dimengerti, artinya suatu pertanyaan pada bidang tertentu akan merupakan
masalah hanya bagi mereka yang mempelajari atau berkecimpung pada bidang tersebut (Cahya,
2006: 201).
Pemecahan masalah adalah suatu proses yang mempunyai banyak langkah yang harus
ditempuh oleh seseorang dengan menggunakan pola berfikir, mengorganisasikan pembuktian
yang logik dalam mengatasi masalah.
2. Siswa secara individual maupun kelompok dihadapkan pada masalah untukdicari pemecahannya.
3. Masalah berhubungan dengan dunia siswa. Masalah yang diberikan kepada siswa hendaknya berkaitan erat
dengankehidupan siswa sehari-hari sehingga masalah tersebut tidak asing bagisiswa, karena hal ini akan
memotivasi siswa untuk mencoba mencaripemecahannya.
4. Memberikan siswa tanggung jawab utama untuk membentuk dan mengarahkanpembelajarannya sendiri.
6. Menuntut siswa untuk menampilkan hasil dari setiap penyelesaian masalahyang ditemukan.
Wee dan Kek dalam Amir (2010:32) mengemukakan beberapa keunggulanmodel pembelajaran Problem Based
Learning, sebagai berikut:
2. Dibangun dengan memperhitungkan pengetahuan sebelumnya. Masalahyang dirancang, dapat membangun kembali
pemahaman pebelajar ataspengetahuan yang telah didapat sebelumnya. Jadi, sementara
pengetahuanpengetahuanbaru didapat, ia bisa melihat kaitannya dengan bahan yangtelah ditemukan dan
dipahaminya sebelumnya.
3. Membangun pemikiran yang metakognitif dan konstruktif. Metakognitifartinya mencoba berefleksi seperti apa
pemikiran kita atas satu hal. Pebelajar menjalankan proses Problem Based Learning sembari mengujipemikirannya,
mempertanyakannya, mengkritis gagasannya sendiri,sekaligus mengeksplor hal yang baru.
4. Meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran. Dengan rancanganmasalah yang menarik dan menantang,
pebelajar akan tergugah untukbelajar. Bila relevansinya tinggi dengan saat nanti praktik, biasanya pebelajar akan
terangsang rasa ingin tahunya dan bertekad untukmenyelesaikan masalahnya. Diharapkan, pebelajar yang tadinya
tergolongpasif bisa tertarik untuk aktif.
1. Ketika siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaanbahwa masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan, maka mereka akanmerasa enggan untuk mencoba.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalahyang sedang dipelajari, maka mereka
tidak akan belajar apa yang merekaingin pelajari.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaranpemecahanmasalahmatematikamerupakan metode pembelajaran
yangmendorong siswa untuk mencari penyelesaian masalah-masalah dalam matematika.
Pembelajaran berbasis masalah (PBL) bermaksud untuk memberikan ruang gerak berpikir yang
bebas kepada siswa untuk mencari konsep dan menyelesaikan masalah yang terkait dengan
materi yang disampaikan oleh guru. Karena pada dasarnya ilmu Matematika bertujuan agar
siswa memahami konsep-konsep Matematika dengan kehidupan sehari-hari. Secara operasional
tahap-tahap pemecahan masalahantara lain:Memahami masalah, membuat rencana penyelesaian,
melaksanakan rencana penyelesaian, memeriksa kembali, mengecek hasilnya. Pembelajaran
berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dengan situasi berorientasi
pada masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Selainitu, dengan menggunakan
pendekatan PBL siswa tidak hanya sekedar menerima informasi dari guru saja, karena dalam hal
ini guru sebagai motivator dan fasilitator yang mengarahkan siswa agar terlibat secara aktif
dalam seluruh proses pembelajaran dengan diawali pada masalah yang berkaitan dengan konsep
yang dipelajari.
3.2 Saran
Semoga dengan makalah ini pembaca khususnya pendidik atau calon pendidik bisa
memahami secara dalam dan luas
tentang pembelajaranpemecahanmasalahmatematikasehinggametodepembelajaraninidapatdijadik
anreferensidalampelaksanaanpembelajaranmatematika.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Duch, J.B. 1995. What is Problem Based Learning? (online).
Tersedia: http://www.udel.edu/pbl/cte/jan95-what.html. (diakses 1 Mei 2015)
Mumun,Syaban.(2009). Menumbuh Kembangkan Daya Matematis.(online)
Tersediahttp://educare.efkipunla.net/index.php?option=com_content&task=vi
(diakses 1 Mei 2015).
Polya, G. 1973. How to Solve it. New Jersey: Princeton Univercity Press.
Suradijono, SHR. 2004. Problem Based Learning: Makalah Seminar Penumbuhan Inovasi Sistem
Pembelajaran : Pendekatan Problem Based Learning Berbasis ICT (Information and
Communication Technology), 15/5/2004: Yogyakarta.
UU.SISDIKNAS no. 20 tahun 2003. 2009. tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika.
Zulkarnaini, 2011.Strategipembelajaranmatematikakontemporer. Jakarta: JICA
Bell. 1981. Teaching and Learning Mathematichs. Dubuque Lowo: Win.C. Broom
Company Publisher.