Anda di halaman 1dari 1

Hubungan antara TB dan DM telah lama diketahui karena pada kondisi diabetes terdapat

penekanan pada respon imun penderita yang selanjutnya akan mempermudah terjadinya infeksi
oleh mikobakteri Mycobacterium tuberculosis (M.tb) dan kemudian berkembang menjadi
penyakit tuberkulosis. Pasien dengan diabetes memiliki risiko terkena tuberkulosis sebesar 2-3
kali lipat dibandingkan dengan orang tanpa diabetes. Interaksi antara penyakit kronik seperti TB
dengan DM perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut karena kedua kondisi penyakit tersebut
seringkali ditemukan secara bersamaan yaitu sekitar 42,1%, terutama pada orang dengan risiko
tinggi menderita TB.3

Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang dapat menyebabkan penurunan sistem
imunitas selular. Terdapat penurunan jumlah sel limfosit T dan netrofil pada pasien DM yang
disertai dengan penurunan jumlah T helper 1 (Th1) dan penurunan produksi mediator inflamasi
seperti TNF α, IL-1β serta IL-6. Limfosit Th1 mempunyai peranan penting untuk mengontrol
dan menghambat pertumbuhan basil M.tb, sehingga terdapatnya penurunan pada jumlah maupun
fungsi limfosit T secara primer akan bertanggung jawab terhadap timbulnya kerentanan pasien
DM untuk terkena TB. Fungsi makrofag juga mengalami gangguan yang ditandai dengan
ketidakmampuan untuk menghasilkan reactive oxygen species, fungsi kemotaksis dan fagositik
yang menurun. Infeksi oleh basil tuberkel akan menyebabkan gangguan yang lebih lanjut pada
sitokin, makrofag-monosit dan populasi sel T CD4/CD8. Keseimbangan antara sel limfosit T
CD4 dan CD8 memainkan peranan penting dalam mengatur pertahanan tubuh melawan
mikobakteri dan menentukan kecepatan regresi pada TB aktif.6

Derajat hiperglikemi juga berperan dalam menentukan fungsi mikrobisida pada makrofag.
Pajanan kadar gula darah sebesar 200 mg% secara signifikan dapat menekan fungsi
penghancuran oksidatif dari makrofag. Penderita DM yang kurang terkontrol dengan kadar
hemoglobin terglikasi (HbA1c) tinggi menyebabkan TB menjadi lebih parah dan berhubungan
dengan mortalitas yang lebih tinggi. Selain terjadi kerusakan pada proses imunologi, pada pasien
DM juga terdapat gangguan fisiologis paru seperti hambatan dalam proses pembersihan
sehingga memudahkan penyebaran infeksi pada inang. Paru pada penderita DM akan Mengalami
perubahan patologis, seperti penebalan epitel alveolar dan lamina basalis kapiler paru yang
merupakan akibat sekunder dari komplikasi mikroangopati sama seperti yang terjadi pada
retinopati dan nefropati. Gangguan neuropati dari syaraf otonom dapat berupa hipoventilasi
sentral dan sleep apneu. Selain itu juga dapat terjadi penurunan elastisitas rekoil paru, penurunan
kapasitas difusi karbon monoksida, dan peningkatan endogen produksi karbondioksida.Kejadian
infeksi paru pada penderita DM merupakan akibat kegagalan sistem pertahanan tubuh,dalam hal
ini paru mengalami gangguan fungsi pada epitel pernapasan dan juga motilitas silia. Gangguan
fungsi dari endotel kapiler vascular paru, kekakuan korpus sel darah merah, perubahan kurva
disosiasi oksigen akibat kondisi hiperglikemia yang lama menjadi faktor kegagalan mekanisme
pertahanan melawan infeksi sehingga pada pasien DM rentan terkena TB

Anda mungkin juga menyukai