Anda di halaman 1dari 32

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sindrom Metabolik

Sindrom metabolik adalah terdapat tiga atau lebih dari lima tanda

klinis atau laboratoris yaitu obesitas abdominal, kadar trigliserida

yang tinggi, kadar kolestrol HDL yang rendah, hipertensi dan

peningkatan kadar glukosa darah puasa.10 Sindrom metabolik

merupakan suatu kumpulan faktor risiko metabolik yang dikaitkan

dengan risiko diabetes mellitus tipe dua (DMT-2) dan penyakit

serebrovaskular.3 Peningkatan kejadian obesitas menyebabkan

peningkatan prevalensi sindrom metabolik. Survey Departemen

Kesehatan RI tahun 2007 menunjukan prevalensi terkait oleh kriteria

sindrom metabolik seperti obesitas abdominal sebesar 18.8%,

hipertensi 29.8% dan penderita diabetes mellitus pada penduduk

perkotaan sebesar 5.7%. Prevalensi sindrom metabolik meningkat

pada pasien oleh gangguan regulasi glukosa, sekitar 75% pada pasien

Impaired Glucose Tolerence (IGT) atau toleransi glukosa terganggu

dimana kadar glukosa darah seseorang berada di atas normal tetapi

cukup tinggi akan menyebabkan sindrom metabolik. 10

6
2.1.1 Etiologi dan Patofisiologi Sindrom Metabolik

Etiologi

Etiologi sindrom metabolik masih belum diketahui. Sebagian besar

pasien, penyebab sindrom metabolik diduga karena kekurangan

asupan nutrisi, aktifitas fisik yang kurang, dan peningkatan berat

badan. Obesitas dikaitkan oleh resistensi insulin dan sekelompok

gangguan metabolik lain yang terkait oleh sindrom metabolik.

Sehingga banyak faktor-faktor yang saling berhubungan yang

dianggap berperan penting dalam perkembangan sindrom metabolik,

yaitu:

- Obesitas

Obesitas merupakan penyakit multifaktorial yang terjadi akibat

akumulasi jaringan lemak berlebihan sehingga mengganggu

kesehatan.11 Obesitas sebagai salah satu pemicu prevalensi

sindrom metabolik meningkat.12 Obesitas berperan pada

hiperglikemi, hipertensi dan memiliki kaitan pada penyakit

serebrovaskular. Perubahan metabolisme lemak banyak ditemui

pada individu obesitas. Perubahan ini berkaitan oleh jumlah

lemak viseral dibandingkan oleh lemak tubuh total. Obesitas

cenderung meningkatkan kadar kolestrol total, trigliserida dan


7
menurunkan kadar kolestrol HDL. Meskipun LDL tetap

meningkat sedikit atau normal, partikel-partikel small dense LDL

yang aterogenik cenderung meningkat terutama pada pasien oleh

resistensi insulin yang berkaitan oleh adipositas viseral.

Perubahan-perubahan ini meningkatkan risiko aterosklerosis. 10

- Resistensi Insulin

Resistensi insulin sebagai penyebab utama sindrom metabolik.

Resistensi insulin berhubungan oleh lemak viseral yang diukur

melalui lingkar pinggang atau rasio pinggang oleh pinggul.

Hubungan antara resistensi insulin oleh penyakit kardiovaskular

dimediasi oleh stress oksidatif yang menyebabkan disfungsi

endotel, kerusakan vaskular dan pembentukan atheroma.10,13

- Rasio Pinggang terhadap Pinggul

Rasio pinggang terhadap pinggul berkaitan erat dengan seluruh

komponen sindrom metabolik. Sebuah penelitian

membandingkan penduduk Eropa dengan penduduk Asia Selatan

sebuah kelompok terdiri dari 3193 pria dan 561 wanita berusia

40-69 di London. Dibandingkan oleh Eropa, penduduk Asia

Selatan memiliki prevalensi diabetes mellitus lebih tinggi,

tekanan darah lebih tinggi, konsentrasi insulin puasa dan paska

glukosa yang lebih tinggi, trigliserida plasma yang lebih tinggi,


8
dan kosentrasi kolestrol HDL yang lebih rendah. Rata-rata rasio

pinggang terhadap pinggul lebih tinggi pada penduduk Asia

Selatan dibandingkan dengan penduduk Eropa. Pada setiap etnis

dan rasio berkaitan dengan intolerensi glukosa, insulin, tekanan

darah dan trigliserida.10

- Asam Lemak Bebas

Perkembangan sindrom metabolik dipengaruhi oleh asam lemak

bebas atau Free Faty Acid (FFA) yang bergerak ke hepar.

Komplikasi - komplikasi sindrom metabolik seperti obesitas

diakibatkan oleh distribusi lemak yang berpusat pada tubuh

bagian atas yang berlebih. Termasuk resistensi insulin

berhubungan dengan ambilan glukosa pada otot, produksi

glukosa hepatik endogen dan produksi trigliserida VLDL (Very

Low Density Lipoprotein) yang meningkat. Hubungan jumlah

lemak viseral yang lebih banyak dan komplikasi sindrom

metabolik berhubungan dengan kelebihan FFA yang berasal dari

lipolisis jaringan lemak viseral. FFA ini dilepaskan langsung ke

pembuluh darah, mengekspos hepar oleh lebih banyak FFA dari

yang diperkirakan berdasarkan ketersediaan FFA sistemik. 10,13

9
- Faktor-Faktor Lain

Jaringan lemak yang berlebihan pada individu-individu yang

obesitas memiliki kaitan produksi mediator-mediator yang

menurunkan kerja insulin pada otot-otot skeletal dan penurunan

produksi adiponektin. Adiponektin adalah protein khusus

jaringan lemak yang telah terbukti memperbaiki sensitivitas

insulin dan menunjukan efek anti-aterogenik. Aktifitas sintesis

oksida nitrik endotel dapat menjelaskan sebagian dari sifat-sifat

vasoprotektif adiponektin dan efek yang bermanfaat pada sistem

kardiovaskular.3

Patofisiologi

Menurut American Heart Association (AHA) atau National Heart,

Lung and Blood Institute (NHLBI) atau American Diabetes

Association (ADA) mengidentifikasi tiga kategori etiologi yang

penting yaitu:

- Obesitas dan gangguan jaringan adiposa.

- Resistensi insulin.

- Konsterasi faktor – faktor independen (molekul – molekul yang

berasal dari hepar, vaskular dan sistem imun) yang menjadi

mediasi komponen spesifik sindrom metabolik.

10
Faktor genetik bersama oleh penyebab berperan penting pada

masing – masing etiologi. Faktor- faktor lain juga berperan sebagai

kontributor adalah usia, kondisi proinflamasi dan perubahan

hormonal. Obesitas mempunyai hubungan oleh semua faktor risiko

kardiovaskular. Jaringan adiposa merupakan sumber beberapa

molekul yang potensial patogenik seperti kelebihan asam lemak

nonesterifikasi, sitokin, resisten, adiponektin, leptin dan PAI–1.

Jaringan adiposa obesitas melepas kelebihan asam lemak dan sitokin

yang menginduksi resistensi insulin.

Kategori patogenesis kedua adalah resistensi insulin merupakan

penyebab utama sindrom metabolik. Meskipun belum ada bukti

penelitian klinis yang menunjukan bahwa reduksi resistensi insulin

akan memperbaiki secara mendasar setiap komponen sindrom

metabolik selain intoleransi glukosa. Sehingga mekanisme resistensi

insulin dan sebagian besar komponen sindrom metabolik belum

jelas. Walaupun resistensi insulin berhubungan kuat oleh

dislipidemia aterogenik dan kondisi proinflamasi, namun kurang

berhubungan oleh hipertensi dan kondisi protombik. Heterogenitas

yang banyak dalam menifestasi sindrom metabolik disebabkan

banyak faktor komponen metabolik diatur secara independen

terhadap resistensi insulin. Metabolisme lipoprotein diatur olek


11
faktor genetik dan komposisi diet dan dapat memperburuk

dislipidemi aterogenik. Pengaturan tekanan darah sama kompleksnya

dan dipengaruhi faktor diet, aktifitas fisik, dan fungsi organ ginjal

atau adrenal.

2.1.2 Kriteria Diagnosis Sindrom Metabolik

Sindrom metabolik mempunyai beberapa kriteria dari beberapa

organisasi untuk diterapkan didalam klinis. Beberapa organisasi

yang membuat kriteria sindrom metabolik adalah World Health

Organization (WHO), the European Group for Study of Insulin

Resistence (EGIR), National Cholesterol Education Program

(NCEP) Adult Treatment Panel III (ATP III), American Association

of Clinical Endocrinologist (AACE), dan International Diabetes

Federation (IDF). Kriteria sindrom metabolik yang sering digunakan

yaitu NCEP ATP III karena lebih memudahkan seorang klinis

mengidentifikasi sindrom metabolik. Tabel kriteria sindrom

metabolik seperti berikut: 14

12
Tabel 2.1 : Tabel kriteria sindrom metabolik menurut WHO (1998),
EGIR, NCEP ATP III, AACE dan IDF (2005). Dikutip dari:
Sidartawan Sugondo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.6th.Jakarta:
Interna Publishing; 2014
Kriteria WHO EGIR NCEP AACE IDF
Klinik (1998) ATP III (2003) (2009)
Resisten TGT, Insulin Tidak ada, TGT atau Terdiagno
si insulin GDPT, plasma > tetapi GDPT. sa jika
DMT2, persentil mempuny Ditambah terdapat 3
atau ke-75. ai 3 dari 5 salah satu dari 5
sensitivit Ditambah kriteria dari kriteria di
as insulin 2 dari berikut kriteria bawah ini.
menurun. kriteria berikut
Ditambah
2 dari berikut berdasarka
kriteria n
berikut penilaian
klinis
Berat Pria: LP ≥ 94 LP ≥ 102 IMT ≥ 25 LP yang
badan rasio cm pada cm pada kg/m2 meningkat
pinggang pria atau pria atau tergantung
panggul ≥ 80 cm ≥ 88 cm dari dua
> 0,90 pada pasa populasi
Wanita : wanita wanita dua dari
rasio kriteria
pinggang berikut:
panggul Pria : ≥ 90
> 0,85 cm
dan atau Wanita :
IMT> 30 ≥80 cm
kg/mPria:
rasio
pinggang
panggul
> 0,90
Wanita :
rasio
pinggang
panggulk
> 0,85
dan atau
IMT> 30
kg/m2
13
Kriteri WHO EGIR NCEP AACE IDF (2009)
a (1998) ATP III (2003)
Klinik
Lipid TG ≥ TG ≥150 TG ≥150 TG ≥ 150 TG ≥ 150
150 mg/dl dan mg/dl mg/dL mg/dL atau
mg/dl atau HDL- HDL-C dan dalam
dan C< 39 <40 HDL-C pengobatan
atau mg/dl mg/dl <40 TG.
HDL-C pada pria pada pria mg/dL HDL-C < 40
< 35 atau atau <50 pada pria mg/dL pada
mg/dl wanita mg/dl atau pria atau <50
pada pada <50mg/d mg/dL pada
pria wanita L pada wanita atau
atau wanita dalam
<39 pengobatan
mg/dl HDL(termas
pada uk diabetes)
wanita
Tekana ≥140/9 ≥140/90 ≥130/85 ≥130/85 ≥140/90
darah 0 mmHg mmHg mmHg mmHg atau
mmHg atau dalam dalam
pengobata pengobatan
n hipertensi

Glukos TGT TGT ≥ 110 TGT ≥ 110 mg/dL


a atau mg/dL (termasuk
DMT2 (termasu penderita
k diabetes)
penderita
diabetes)
Lain- Mikroa
lain lbumin
uaria

14
2.1.3 Komplikasi Sindrom Metabolik

Komplikasi sindrom metabolik meliputi penyakit jantung koroner,


gagal jantung, stroke dan komplikasi lain. Kerusakan terhadap
dinding arteri atau timbul aterosklerosis, trigliserida tinggi, dan
potensi pengumpulan darah yang meningkat dapat mengakibatkan
serangan jantung. Perubahan atas kemampuan ginjal dalam
mengeluarkan garam berkonstribusi oleh tekanan darah yang tinggi
sehingga memperbesar peluang timbul penyakit jantung koroner.
Penurunan produksi insulin oleh kelenjar pankreas memberi gejala
diabetes mellitus tipe dua yang meningkatkan peluang serangan
jantung, kerusakan saraf, mata dan ginjal. 15 Sindrom metabolik
memiliki hubungan oleh beberapa keadaan seperti policystic ovarii,
fatty liver, asma, sleep apnea, dan beberapa jenis kanker.

2.2 Stroke
Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak)

karena kematian jaringan (infark serebral) yang disebabkan oleh

aliran darah dan oksigen berkurang karena terdapat oklusi,

penyempitan atau pembuluh darah yang pecah.16 Stroke bersifat

serangan mendadak yang terjadi pada otak sebagian atau menyeluruh

bersifat akut dan disebabkan gangguan peredaran darah yang

menyuplai oksigen dan glukosa yang digunakan sebagai

15
metabolisme oleh sel otak untuk menjalankan fungsi yang menuju ke

otak, berlangsung selama lebih dari 24 jam, dan bukan karena


17
kecelakaan atau trauma otak. Stroke dibagi menjadi dua yaitu

stroke iskemik dan stroke hemoragik.5 Stroke iskemik disebabkan

oleh oklusi pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak

sebagian atau keseluruhan terhenti akibat atherosklerosis.

Atherosklerosis adalah penumpukan kolestrol pada dinding

pembuluh darah atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu

pembuluh darah ke otak.16 Stroke hemoragik adalah stroke karena

pembuluh darah yang pecah sehingga menghambat aliran darah yang

normal dan darah merembes ke dalam daerah otak dan merusak. 16

Kejadian stroke iskemik memiliki prevalensi lebih besar

dibanding stroke hemoragik. Insiden stroke di negara berkembang

atau Asia untuk stroke hemoragik sekitar 30% dan stroke iskemik

sekitar 70%. Serangan stroke terjadi lebih cepat dan mendadak

sehingga pasien perlu penanganan oleh cepat di pelayanan kesehatan

untuk menghindari terjadi kecacatan. Stroke dapat menyebabkan

kelumpuhan separuh anggota tubuh sehingga tubuh menjadi tidak

seimbang dalam bergerak karena sisi yang kuat harus menopang sisi

yang lemah.18

16
Kasus stroke menurut WHO setiap tahun 15 juta orang di seluruh

dunia mengalami stroke. Di kawasan Asia Tenggara terdapat 4.4 juta

orang mengalami stroke.17 Insiden meningkat seiring dengan

pertambahan usia, di mana dua per tiga kasus stroke terjadi pada usia

lebih dari 65 tahun, laki-laki lebih banyak mengalami stroke

daripada wanita.19 Orang Afrika-Amerika lebih banyak terjadi stroke

dibandingkan oleh yang berkulit putih. Stroke merupakan penyakit

nomor tiga yang mematikan di Indonesia. Menurut survei tahun 2004

stroke merupakan pembunuh nomor satu di rumah sakit pemerintah

di penjuru Indonesia.3 Dari seluruh kematian akibat penyakit

kardiovaskular 7.4 juta (42,3%) di antaranya disebabkan oleh

Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan 6.7 juta (38.3%) disebabkan

oleh stroke.18 Insiden stroke sebesar 51.6 per 100000 penduduk dan

kecacatan sebesar 1.6% tidak berubah, 4.3% semakin memberat.

2.2.1 Klasifikasi Stroke

Stroke terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:20

Stroke Iskemik

Stroke ini terjadi jika aliran darah ke otak terhenti karena

aterosklerosis (penumpukan kolestrol pada dinding pembuluh darah)

atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke

17
otak sehingga pasokan darah ke otak terganggu. Hampir sebagian

besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke iskemik. Stroke

iskemik disebabkan oleh beberapa hal, sebagai berikut:

- Ateroma atau endapan lemak yaitu oklusi pada arteri menuju

otak. Endapan lemak diakibatkan oleh asupan makanan yang

banyak mengandung kolestrol dan asam lemak jenuh.

- Peradangan atau infeksi yang dapat menyebabkan penyempitan

pembuluh darah yang menuju ke otak.

- Obat-obatan seperti kokain dan amfetamin dapat mempersempit

pembuluh darah ke otak.

- Trombus adalah pembentukan bekuan platelet atau fibrin di

dalam darah yang dapat menyumbat pembuluh vena atau arteri

dan menyebabkan iskemia dan nekrosis jaringan lokal. 21

Trombus dapat terlepas dari dinding pembuluh darah disebut

tromboemboli. Trombosis dan tromboemboli memegang peranan

penting dalam patogenesis stroke iskemik. Trombosis diawali

dengan kerusakan endotel, sehingga tampak jaringan kolagen di

bawah pembuluh darah. Endotel yang mengalami kerusakan,

darah akan berhubungan dengan serat-serat kolagen pembuluh

darah, kemudian akan merangsang trombosit, agregasi trombosit

dan merangsang trombosit mengeluarkan zat-zat yang terdapat di


18
dalam granula-granula di dalam trombosit dan zat-zat yang

berasal dari makrofag yang mengandung lemak. Akibat terdapat

reseptor pada trombosit menyebabkan perlekatan trombosit oleh

jaringan kolagen pembuluh darah.22

- Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba sehingga menghambat

aliran darah ke otak.

Terdapat dua jenis stroke iskemik, pertama stroke trombotik yaitu

terdapat penyumbatan lumen pembuluh darah otak karena trombus

yang makin lama makin menebal, sehingga aliran darah menjadi

tidak lancar. Penurunan aliran darah ini menyebabkan iskemia.

Trombosis serebri adalah obstruksi aliran darah yang terjadi pada

proses oklusi satu atau lebih pembuluh darah lokal.22 Kedua stroke

emboli atau infark iskemik dapat diakibatkan oleh emboli yang

timbul dari lesi ateromatus yang terletak pada pembuluh yang lebih

distal. Gumpalan-gumpalan kecil dapat terlepas dari trombus yang

lebih besar dan dibawa oleh aliran darah. Bila emboli mencapai arteri

yang terlalu sempit untuk dilewati dan menjadi tersumbat, aliran

darah fragmen distal akan terhenti, mengakibatkan infark jaringan

otak distal karena nutrisi yang berkurang dan oksigen. 22 Stroke

embolik terjadi mendadak dan penderita berusia muda. 20

Stroke Hemoragik
19
Jenis stroke hemoragik terjadi jika pembuluh darah pecah sehingga

menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke

dalam suatu daerah otak dan merusak. Hampir 70% kasus stroke

hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. 20 Stroke hemoragik

terdapat 2 jenis, yaitu:

- Hemoragik intraserebral adalah perdarahan yang terjadi di dalam

jaringan otak.

- Hemoragik subaraknoid adalah perdarahan yang terjadi pada

ruang subaraknoid atau ruang sempit antara permukaan otak dan

lapisan jaringan yang menutupi otak.

2.2.2 Etiologi dan Patofisiologi Stroke

Etiologi

Stroke diakibatkan oleh salah satu dari empat kejadian yaitu :

- Trombosis yaitu pembekuan darah dalam pembuluh darah otak

atau leher.22

- Embolisme serebral yaitu pembekuan darah atau material lain

yang dibawa ke otak dari bagian tubuh lain.

- Iskemia adalah penurunan aliran darah ke otak.22

- Hemoragic serebral yaitu pembuluh darah serebral yang pecah

akibat perdarahan ke jaringan otak atau ruang sekitar otak, yang

mengakibatkan penghentian suplai darah ke otak. Suplai darah


20
ke otak yang terhenti menyebabkan kehilangan sementara atau

permanen gerakan, berfikir, bicara atau sensasi.

Patofisiologi

Ketika arteri tersumbat secara akut oleh trombus atau emboli maka

area sistem saraf pusat yang diperdarahi akan mengalami infark jika

tidak ada perdarahan kolateral yang adekuat. Sekitar zona nekrotik

sentral, terdapat penumbra iskemik yang tetap viabel sewaktu-waktu

dimana fungsi penumbra akan pulih jika aliran darah baik kembali.

Iskemik sistem saraf pusat dapat disertai oleh pembengkakan karena

beberapa penyebab yaitu edema sitotoksik yaitu akumulasi air pada

sel – sel glia dan neuron yang rusak. Penyebab kedua yaitu edema

vasogenik yaitu akumulasi cairan ekstraselular akibat perombakan

sawar darah otak.23

2.2.3 Manifestasi Klinis Stroke

Manifestasi klinis stroke terbagi menjadi 4 menurut area vaskular

yang terkena yaitu;(1) Infark total sirkulasi anterior (hemiplegia,

hemianopia dan defisit kortikal seperti disfasia, fungsi visuospasial

yang menghilang);(2) Infark parsial sirkulasi anterior ( hemiplegia

dan hemianopia atau defisit kortikal); (3) Infark lakunar (stroke

motoric murni atau stroke sensorik murni, hemiparesis ataksik,

defisit neurologis multiple seperti gangguan kognitif dan gangguan


21
pola berjalan, kesulitan untuk memulai berjalan dan apraksia pola

berjalan); (4) Infark sirkulasi posterior atau vertebra basilar (lesi

pada batang otak seperti vertigo, diplopia, perubahan kesadaran dan

hemianopia hominom).

2.2.4 Faktor Risiko Stroke

Faktor risiko stroke adalah sebuah karakteristik untuk

mengidentifikasi bahwa individu tersebut memiliki peningkatan

risiko untuk kejadi stroke dibanding oleh individu yang tidak

memiliki karakterisitik tersebut.18 Terdapat sejumlah faktor yang

menyebabkan seseorang berisiko terhadap stroke. Faktor risiko ini

dibagi menjadi dua kelompok yaitu tidak dapat dikendalikan dan

yang dapat dikendalikan. Faktor yang tidak dapat dikendalikan yaitu

faktor yang tidak dapat dimodifikasi, sedangkan faktor yang dapat

dikendalikan yaitu faktor dapat diubah sesuai dengan perilaku

masing masing individu.24

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

- Usia

Kerentanan terhadap penyakit stroke meningkat seiring

bertambah usia.25 Stroke tidak hanya menyerang oleh orang

lanjut usia saja melainkan golongan remaja akhir sampai dewasa.

Pada penelitian diketahui bahwa 88% kasus stroke terjadi pada


22
kelompok usia di atas 65 tahun. Sedangkan usai di bawah 65

tahun juga berisiko terkena stroke tetapi lebih rendah. Stroke

yang sering terjadi pada orang dewasa atau anak-anak adalah

stroke hemoragik karena pecahnya pembuluh darah otak yang

diakibatkan oleh terjatuh saat bermain yang disebut trauma

kapitis. Sedangkan stroke iskemik pada golongan anak-anak

jarang ditemukan.24

- Jenis kelamin

Laki-laki lebih berisiko terkena stroke daripada perempuan. Hal

ini dikarenakan laki-laki banyak memilik faktor risiko lain

dibanding perempuan, misalnya merokok, konsumsi alkohol, dan

lain-lain. Sedangkan insiden stroke pada perempuan lebih rendah

karena perempuan mempunyai hormon estrogen yang berperan

dalam mempertahankan kekebalan tubuh sampai menopause dan

sebagai proteksi atau pelindung pada proses aterosklerosis.

Namun setelah perempuan mengalami menopause, besar risiko

stroke antara laki-laki dan perempuan sama. Ketika menopause

produksi estrogen berkurang sehingga risiko stroke pada wanita

meningkat drastis.24

23
- Ras dan etnis

Faktor ras dan etnis termasuk faktor yang mempengaruhi risiko

terjadi stroke. Orang Amerika keturunan Afrika memiliki angka

risiko lebih tinggi daripada orang Kaukasia yang berarti orang

berkulit hitam lebih berisiko terkena stroke. Orang kulit hitam

lebih banyak terkena hipertensi daripada orang berkulit putih

karena berkaitan dengan konsumsi garam. Pada Afrika oleh

urbanisasi yang meningkat, terjadi peningkatan konsumsi garam

dengan sedikit konsumsi potassium. Kedua hal ini penyebab

peningkatan tekanan darah dalam masyarakat sehingga pemicu

terjadi stroke.24

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

- Tekanan darah

Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan faktor risiko

yang paling sering pemicu terjadi stroke. Hipertensi dapat

mempercepat terjadi aterosklerosis yaitu menyebabkan perlukaan

secara mekanis pada sel endotel di tempat yang mengalami

tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi jika pada sistolik

mencapai 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik mencapai

90 mmHg atau lebih. Hipertensi merupakan suatu keadaan

peningkatan tekanan darah yang akan berkelanjutan ke organ


24
target seperti otak yang akan mengakibatkan stroke. Hipertensi

berisiko tinggi jika tidak diobati secara teratur. Tekanan darah

yang melampui tinggi membuat jantung memompa lebih keras

sehingga menyebabkan gagal jantung, stroke, infark jantung dan

cacat pada ginjal serta pembuluh darah.24

- Kadar kolestrol

Kolestrol merupakan substansi berwarna putih yang diproduksi di

hati yang berfungsi membangun dinding sel dan membuat

hormon-hormon tertentu. Kadar kolestrol HDL berfungsi untuk

membuang kelebihan LDL di pembuluh darah arteri kembali ke

hati untuk di proses dan dibuang. Normal HDL adalah di atas 60

mg/dL. Kadar kolestrol LDL yang tinggi akan menyebabkan

kolestrol mengendap dalam arteri sehingga berisiko terkena

penyakit jantung. Normal LDL adalah di bawah 130 mg/dL.

Jumlah kolestrol yang ada dalam tubuh harus seimbang. Kadar

kolestrol yang berlebihan akan menyebabkan penumpukan plak

pada dinding pembuluh darah yang akan meningkatakan risiko

terkena serangan jantung maupun stroke.6

- Obesitas

Obesitas menyebabkan penimbunan lemak di sepanjang

pembuluh darah sehingga terjadi penyumbatan. Penyumbatan


25
diakibatkan oleh plak – plak yang menempel pada dinding

pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah menyebabkan

aliran darah kurang lancar dan memicu terjadi aterosklerosis yang

pada akhirnya akan menyebabkan stroke. Seseorang yang

memiliki berat badan berlebih cenderung memiliki tekanan darah

yang lebih tinggi daripada seseorang yang kurus karena

seseorang yang obesitas harus bekerja lebih keras untuk

membakar kelebihan kalori yang mereka konsumsi.24

- Merokok

Merokok termasuk salah satu dari berbagai faktor risiko stroke,

merokok dapat meningkatkan risiko terjadi penyakit

kardiovaskular dan serebrovaskular sebesar 64%. Nikotin, karbon

monoksida dan zat lain yang terkandung dalam rokok berpotensi

menimbulkan kerusakan dinding pembuluh darah sehingga

kolestrol dapat dengan mudah melekat pada dinding pembuluh

darah yang mengalami kerusakan sehingga membentuk plak.

Rokok dapat menyebabkan elistasitas pembuluh darah berkurang

sehingga meningkatkan pengerasan pembuluh darah arteri dan

meningkatkan faktor pembekuan darah yang memicu stroke.

26
- Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus ditandai oleh kadar glukosa darah yang tinggi

dan bersifat menahun. Tumpukan glukosa dalam darah dapat

menyulitkan aliran pembuluh darah pada tubuh termasuk

pembuluh darah otak. Bila kadar glukosa dalam darah naik dan

berlangsung lama akan memicu terjadinya ateroklerosis pada

arteri koroner.9

- Konsumsi Alkohol

Alkohol dapat menyebabkan proses fibrinolysis yang terhambat

atau proses penguraian bekuan darah. Alkohol juga berpengaruh

terhadap tekanan darah, semakin banyak alkohol yang

dikonsumsi makan semakin tinggi tekanan darah sehingga

memiliki kecenderungan terkena stroke.

- Gaya Hidup

Life style atau gaya hidup sering kali dikaitkan sebagai pemicu

berbagai penyakit. Salah satu yang berkaitan oleh gaya hidup

adalah pola makan yang tidak sehat oleh sering mengkonsumsi

makanan siap saji yang tinggi lemak dan kolestrol namun rendah

serat. Faktor gaya hidup yang lain yaitu kebiasaan hidup santai

dan malas berolahraga. Hal ini dapat mengakibatkan kemampuan

27
metabolism yang berkurang dalam pembakaran zat-zat makanan

yang dikonsumsi.

2.3 Keterkaitan Sindrom Metabolik dan Riwayat Kejadian

Stroke

Sindrom metabolik merupakan kelainan metabolik kompleks

yang diakibatkan oleh peningkatan obesitas. Pada kondisi sindrom

metabolik kadar trigliserida mengalami peningkatan karena terdapat

peningkatan dari diet aterogenik, kurang aktifitas fisik, dan juga

konsumsi alkohol. Diet tinggi kalori akan berdampak pada timbul

rangsangan VLDL di hati untuk meningkatkan kadar triggliserida

dalam darah, dan penurunan kadar kolestrol HDL. Kadar trigliserida

yang tinggi seringkali dihubungkan dengan penurunan kadar

kolestrol HDL pada obesitas. Kadar trigliserida yang tinggi pada

obesitas dipengaruhi oleh protein plasma, kolesterol ester transfer

protein yang memfasilitasi pemindahan trigliserida dari lipoprotein

tinggi trigliserida menuju ke partikel HDL secara berlebihan.26

Terdapat hubungan bahwa stroke disebabkan oleh tekanan darah

tinggi (hipertensi) yang merupakan faktor risiko utama pada penyakit

stroke, karena menjadi pemicu proses aterosklerosis, bahkan sampai

pecah pembuluh darah yang dapat mengakibatkan terjadi stroke.


28
Hipertensi merupakan keadaan peningkatan tekanan darah yang

memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu target organ seperti

stroke, penyakit jantung koroner dan hipertrofi ventrikel kiri.

Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadi stroke, karena

tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh

darah yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada

pembuluh darah di otak, maka terjadi perdarahan otak yang dapat

berakibat kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari

gumpalan darah yang tersumbat di pembuluh yang sudah

menyempit. Bila kadar HDL dalam darah rendah, dapat

meningkatkan risiko terkena stroke, karena HDL bertugas untuk

membawa kolestrol pergi dari pembuluh darah arteri dan

mengembalikannya ke hati kemudian dibuang dari tubuh. Seseorang

yang hipertensi dapat mengalami resistensi insulin dan memiliki

kadar kolestrol HDL yang rendah.1

Peningkatan konsentrasi trigliserida puasa atau pasca prandial

yang tinggi berasosiasi dengan insiden penyakit kardiovaskular.

Keadaan ini diduga oleh karena peran beberapa biomarka seperti

mediator inflamasi, faktor hemostatik dan partikel lipoprotein

teroksidasi dan umum terjadi pada sindrom metabolik dan diabetes

mellitus. Pada sindrom metabolik diabetes mellitus dapat disebabkan


29
oleh perilaku gaya hidup yang tidak sehat, aktifitas fisik yang

kurang, dan pola makan yang salah. Patogenesis dasar sindrom

metabolik adalah resistensi insulin. Resistensi insulin menyebabkan

hiperglikemi, tetapi masih belum jelas apakah resistensi insulin

menyebabkan dislipidemi. Sindrom metabolik akan mengalami

kerusakan dan fungsi sel beta pankreas melalui lipotoxicity.

Seseorang yang mengalami resitensi insulin walaupun tidak

mengidap diabetes meliitus memiliki hubungan dengan insiden

hipertensi yang tinggi dan berisiko untuk penyakit kardiovaskular

seperti stroke melalui hipertrigliseridemia dan konsentrasi kolestrol

HDL yang rendah.27 Ketika tekanan darah di arteri terlalu tinggi,

maka akan berdampak pada pembuluh darah yang rusak. Jika

tekanan darah tinggi ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama,

maka pembuluh darah akan menebal dan menjadi kurang fleksibel.

Selain itu kadar kepekatan darah yang diakibatkan oleh kadar

glukosa dalam darah yang tinggi, juga akan menyebabkan suplai

darah ke seluruh tubuh terganggu. Sehingga terjadi aterosklerosis,

dan akan menyebabkan stroke.3

30
2.4 Teori Pendukung
Pada sindrom metabolik dan riwayat kejadian stroke memiliki

faktor-faktor yang menjadi perancu. Seseorang yang mempunyai

riwayat merokok dapat menyebabkan elastisitas pembuluh darah

berkurang sehingga terjadi peningkatan pengerasan pembuluh darah

arteri dan menyebabkan hipertensi. Seseorang yang terkena sindrom

metabolik terdapat peningkatan tekanan darah dan kadar glukosa

sehingga seseorang akan menjalani pengobatan dapat membuat

tekanan darah dan kadar glukosa terkesan normal. Penyakit lain yang

terjadi karena stroke adalah pneumonia karena pada pasien stroke

sulit untuk batuk dan menelan dengan sempurna sehingga

menyebabkan cairan terkumpul di paru-paru dan menyebabkan

pneumonia, infark miokard, ketidakseimbangan cairan. 28 Penyakit

lain yang menyababkan sindrom metabolik adalah diabetes mellitus

karena kadar glukosa darah yang tinggi yang bersifat menahun dan

bila kadar glukosa darah naik dan berlangsung lama akan memicu

terjadi ateroskerosis. Penyakit yang berhubungan dengan stroke dan

sindrom metabolik adalah penyakit ginjal kronis karena sistem

intrarenal berperan penting dalam pathogenesis hipertensi dan

penyakit ginjal kronis. Penyakit ginjal menyebakan kenaikan tekanan

darah dan hipertensi dalam jangka waktu yang lama dapat

31
mengganggu sistem kerja ginjal. Kedua yaitu penyakit pembuluh

darah seperti penyakit jantung koroner, penyakit ini terjadi karena

terdapat obesitas sentral, hipertrigleserida, hipertensi dan kadar gula

darah yang tinggi.29

2.5 Profil Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Kapongan,


Situbondo
Kecamatan Kapongan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten

Situbondo, Banyuwangi Jawa Timur. Kecamatan Kapongan terdiri

dari beberapa desa yaitu Desa Kandang dengan jumlah penduduk

4063 jiwa, Desa Cotok dengan jumlah penduduk 1729 jiwa, Desa

Peleyan dengan jumlah penduduk 3493, Desa Wonojoyo dengan

jumlah penduduk 2952 jiwa, Desa Seletreng 1 dengan jumlah

penduduk 3874 jiwa, Desa Seletreng 2 dengan jumlah penduduk

2740 jiwa, Desa Landangan dengan jumlah penduduk 3186 jiwa,

Desa Pokaan dengan jumlah penduduk 5035 jiwa, Desa Gebangan

dengan jumlah penduduk 4677 jiwa, Desa Kesrampek dengan jumlah

penduduk 5118 jiwa, Desa Kapongan dengan jumlah penduduk 2068

jiwa.

Sarana kesehatan di Kecamatan Kapongan terdiri dari 1 Puskesmas,

Ponkesdes sebanyak 7 sarana, Pustu sebanyak 4 sarana, Ponkestren

32
sebanyak 2 sarana, Posyandu sebanyak 62 sarana dan sarana Yankes

lain sebanyak 27 sarana. Puskesmas Kapongan merupakan salah satu

Puskesmas di Kabupaten Situbondo yang terletak di posisi antara

7°41’26.3 Lintang Selatan (LS) hingga 114°3’52.88’ Bujur Timur

(BT). Puskesmas Kapongan berbatasan dengan sebelah utara

Kecamatan Mangaran, sebelah timur Kecamatan Arjasa, sebelah

selatan Kecamatan Cerme Kabupaten Bondowoso dan sebelah barat

Kecamatan Panji. Luas wilayah kerja UPTD Puskesmas Kapongan

adalah 4.455 km2 atau 455 hektar, terdiri dari dataran rendah 35,7%

dan dataran tinggu 64,3%.

Total jumlah penduduk pada Kecamatan Kapongan sebanyak

38934 jiwa yang terdiri dari 18.882 penduduk laki-laki dan 20.052

penduduk perempuan. Jumlah Kartu Keluarga (KK) pada Kecamatan

Kapongan sebanyank 1281. Jumlah penduduk usia 15-59 tahun

sebanyak 25821 jiwa dan penduduk dengan usia lansia sebanyak

5831 jiwa. Prevalensi 10 penyakit terbanyak yang diderita penduduk

Kecamatan Kapongan yang berobat di Puskesmas Kapongan pada

bulan Januari sampai Desember 2017 adalah penyakit myalgia

sebanyak 5191 pasien, Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)

sebanyak 4077 pasien, cepalgia sebanyak 2548 pasien, gastritis

33
sebanyak 2500 pasien, febris sebanyak 2149 pasien, hipertensi

sebanyak 1807 pasien, diare sebanyak 1785 pasien, dermatitis

sebanyak 713 pasien, otitis media sebanyak 542 pasien dan laryngitis

akut sebanyak 380 pasien. Data penduduk usia > 15 tahun

menunjukkan perkiraan jumlah penderita hipertensi sebanyak 6.203

dengan presentase 19,6 % dan perkiraan jumlah penderita diabetes

mellitus sebanyak 2.183 pasien dengan presentase 6,9%. Akan tetapi,

data yang menyebutkan penderita dengan sindrom metabolik belum

ada. Berdasarkan data tersebut, peneliti memilih Puskesmas

Kapongan untuk menganalisis tentang asosiasi sindrom metabolik

dan riwayat kejadian stroke karena di Kecamatan Kapongan belum

pernah ada penelitian tentang asosiasi sindrom metabolik dan

riwayat kejadian stroke..

34
2.6 Tabel Orisinalitas
Tabel 2.2 : Tabel orisinalitas
Penelitian yang dirujuk Metode Penelitian

1. Association of the Sebanyak 15922 subjek

Metabolik Syndrome With penelitian oleh riwayat penyakit

History of Myocardial infark miokard, stroke dan

Infarction and Stroke in the penderita kedua penyakit. Lalu

Third National Health and dilakukan pengukuran oleh

Nutrition Examination kriteria 1 sindrom metabolik dan

Survey. Ninomiya JK, pasien tidak memiliki riwayat

L’Italien G, Criqui MH, penyakit stroke dan infark

Whyte JL, Gamst A, Chen miokard, kriteria sindrom

RS. 2004;109(1):42-6 metabolik oleh riwayat stroke

dan infark miokard. Terdapat

asosiasi bermakna antara risiko

stroke atau miokard infark oleh

kejadian sindrom metabolik.

35
Penelitian yang dirujuk Metode Penelltian

Metabolik Syndrome and Sebanyak 3298 responden di

2. Ischemic Stroke Risk. United State oleh penyakit

Boden-Albala B, Sacco RL, stroke. Penelitian menggunakan

Lee HS, Grahame-Clarke C, metode kohort, hasil sindrom

Rundek T, Elkind M V., et metabolik adalah komponen

al.2008;39(1):30-5. yang terpenting untuk terjadi

stroke.

3. Hubungan Sindrom Sebanyak 64 respoden yaitu 32

Metabolik oleh Kejadian responden kasus dan 32

Stroke. Chrisna F, Martini responden control RSUD dr.M.

S.2016;4(1):25-36 Soewandhi Surabaya. Variabel

yang diteliti adalah usia, jenis

kelamin, sindrom metabolik

kriteria pertama, sindrom

metabolik kriteria kedua, dan

sindrom metabolik kriteria

ketiga. Pada hasil uji Chi square

terdapat hasil yang signifikan

pada kriteria yang pertama.

36
Penelitian yang dirujuk Metode Penelitian

4. Metabolik Syndrome vs Sebanyak 5128 subjek

Framingham Risk Score for penelitian yang berumur 40

Prediction of Coronary sampai 59 tahun di British yang

Heart Disease, Stroke, and memiliki riwayat penyakit

Type 2 Diabetes Mellitus. kardiovaskular atau diabetes

Wannamethee SG, Shaper mellitus 2. Penelitian ini

G, Lennon L, Morris RW menggunakan metode

2016;165:2644–50. prospective study. Hasil

penelitiaan menunjukan subjek

penelitian oleh sindrom

metabolik mempunyai risiko

yang signifikan terkena Cardio

Heart Disease (CHD)

dibandingkan oleh subjek

penelitian yang tidak mempunyai

sindrom metabolik.

37

Anda mungkin juga menyukai